(GFD-2020-8240) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Putri Putin Tewas Usai Terima Dosis Ke-2 Vaksin Covid-19 Rusia?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 24/08/2020
Berita
Klaim bahwa putri Presiden Rusia Vladimir Putin meninggal usai menerima dosis kedua vaksin Covid-19 Rusia beredar di internet dalam beberapa hari terakhir. Menurut klaim itu, putri Putin yang bernama Katerina Tikhonova itu tewas pada 14 Agustus 2020.
Situs yang paling awal memuat informasi tersebut adalah Toronto Today, yakni pada 15 Agustus 2020, dalam artikel yang berjudul "Vladimir Putin's daughter DIES aftesr second dose of COVID vaccine". Menurut artikel itu, Putri Putin mengalami efek samping yang tidak terduga dari vaksin Covid-19 buatan Rusia, Sputnik V, dan meninggal di Moskow.
Artikel itu menyebut, berdasarkan sumber di lingkaran dalam Rusia, Katerina mengalami kenaikan suhu tubuh tidak lama setelah mendapatkan dosis kedua vaksin Sputnik V. Ia pun mengalami kejang. Menurut artikel tersebut, dokter tidak bisa menangkal efek samping vaksin itu dan Katerina dinyatakan meninggal pada 14 Agustus malam.
Gambar tangkapan layar artikel di situs Toronto Today.
Apa benar putri Presiden Rusia Vladimir Putin meninggal usai menerima dosis kedua vaksin Covid-19 Rusia?
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula memeriksa sumber resmi pemerintah Rusia. Dalam akun Twitter resmi Kremlin, @KremlinRussia, tidak ditemukan penjelasan apapun tentang meninggalnya putri Putin akibat vaksin Sputnik V. Selain itu, tidak ditemukan pemberitaan dari media kredibel seputar meninggalnya putri Putin.
Dilansir dari organisasi cek fakta Filiphina, Vera Files, menurut Kedutaan Besar Rusia di Manila, informasi itu palsu. Dalam emailnya kepada Vera Files, Sekretaris Pers Kedubes Rusia di Manila, Natalia Linovitskaya, menyatakan, "Don't r(e)ad fake news."
Organisasi cek fakta Amerika Serikat, Snopes, pun telah memverifikasi klaim tersebut dan menyatakannya "salah". Informasi itu tidak bersumber dari pernyataan resmi Kremlin maupun Putin atau laporan dari media kredibel, melainkan dari situs bernama Toronto Today yang dibuat hanya beberapa minggu sebelum artikel tersebut diterbitkan.
Selain itu, "bukti" yang diberikan oleh situs ini untuk mendukung klaim tersebut tidak kredibel. Toronto Today menawarkan dua sumber untuk mendukung klaim itu. Pertama, "sumber di lingkaran dalam Rusia" yang tidak disebutkan namanya sehingga tidak menyuguhkan detail tentang insiden tersebut. Kedua, video YouTube tentang pembacaan kartu Tarot.
Saat ini, video kartu Tarot tersebut telah dihapus. Namun, terarsip bahwa video itu diberi disclaimer yang berbunyi "bacaan Tarot tunduk pada interpretasi dan tidak boleh dianggap mutlak" dan bahwa informasi dalam video tersebut "mungkin tidak akurat".
Sejauh ini, seperti dilansir dari artikel di kantor berita Rusia Tass pada 11 Agustus 2020, Putin hanya menyatakan bahwa salah satu putrinya telah menguji vaksin Covid-19 Rusia pada dirinya sendiri dan dia merasa sehat. Putin pun menuturkan bahwa vaksin Covid-19 ini membentuk sel dan kekebalan antibodi yang stabil.
"Saya tahu betul, karena salah satu putri saya divaksinasi. Jadi, dalam hal ini, dia ikut serta dalam tes," kata Putin. Dia mencatat, setelah suntikan pertama, putrinya mengalami demam dengan suhu 38 derajat Celcius, dan pada hari berikutnya, demamnya sekitar 37 derajat Celcius. "Setelah suntikan kedua, dia kembali sedikit demam. Tapi kemudian semuanya baik-baik saja, dia merasa sehat dan memiliki jumlah (antibodi) yang tinggi."
Vaksin Covid-19 Rusia
Dilansir dari Kompas.com, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa Rusia telah menjadi negara pertama yang memberikan persetujuan regulasi untuk vaksin Covid-19 pada 11 Agustus 2020. Vaksin yang diberi nama Sputnik V ini merupakan vaksin yang dikembangkan oleh lembaga penelitian Gamaleya yang bekerja sama dengan kementerian pertahanan Rusia. Vaksin Sputnik V menggunakan galur-galur adenovirus, sebuah virus yang umumnya menyebabkan flu biasa, untuk memicu respon imun tubuh.
Tapi, dilansir dari BBC, pemerintah Rusia menyetujui penggunaan vaksin ini sebelum dilakukan percobaan pada ribuan orang, yang dikenal sebagai uji coba fase ketiga. Para ahli menganggap uji coba fase ketiga ini merupakan bagian penting dari proses pengembangan vaksin. Menteri Kesehatan Rusia, Mikhail Murashko, menyatakan uji klinis yang melibatkan beberapa ribu peserta akan menyusul.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan bahwa pihaknya menantikan untuk meninjau uji klinis. Ahli virologi Rusia pun memperingatkan bahwa vaksin itu bisa berbahaya bagi orang-orang yang memiliki antibodi terhadap virus Corona penyebab Covid-19. Dikutip dari BBC, pada 11 Agustus 2020, WHO menyatakan telah berbicara dengan otoritas Rusia mengenai peninjauan vaksin Sputnik V.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa putri Presiden Rusia Vladimir Putin meninggal usai menerima dosis kedua vaksin Covid-19 Rusia keliru. Tidak ditemukan sumber resmi ataupun pemberitaan media kredibel yang menyatakan bahwa putri Putin meninggal setelah diberi suntikan kedua vaksin Sputnik V. Informasi itu berasal dari situs bernama Toronto Today yang dibuat hanya beberapa minggu sebelum artikel tersebut diterbitkan. Bukti yang diberikan oleh situs ini pun tidak kredibel. Kedutaan Besar Rusia di Manila, Filipina, juga telah membantah klaim itu dan menyatakannya sebagai informasi palsu.
ZAINAL ISHAQ
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/vaksin-covid-19-rusia
- https://web.archive.org/web/20200823024314/
- https://www.torontotoday.net/2020/08/15/vladimir-putins-daughter-dies-after-second-dose-of-covid-vaccine/
- https://twitter.com/KremlinRussia
- https://www.tempo.co/tag/vaksin-sputnik-v
- https://verafiles.org/articles/vera-files-fact-check-report-putins-daughter-dying-russias-c
- https://www.snopes.com/fact-check/putins-daughter-die-covid-vaccine/
- https://www.youtube.com/watch?v=NCnFw4GU4Ic
- https://tass.com/society/1188135
- https://www.tempo.co/tag/vaksin-covid-19
- https://www.tempo.co/tag/putin
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/954/fakta-atau-hoaks-benarkah-ini-foto-putri-presiden-putin-yang-pertama-terima-vaksin-covid-19
- https://bbc.in/31j6wbZ
- https://www.tempo.co/tag/vladimir-putin
(GFD-2020-8239) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Pria Berjenggot Ini Injak Bendera Merah Putih?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 21/08/2020
Berita
Foto seorang pria yang diklaim menginjak bendera Indonesia, bendera Merah Putih, beredar di media sosial dalam beberapa hari terakhir. Pria dalam foto itu berjenggot dan mengenakan serban serta sarung. Pria tersebut juga mengalungkan sebuah senjata laras panjang dan mengangkat jari telunjuknya.
Di Facebook, foto itu diunggah salah satunya oleh akun Danang Loring Djoyo, yakni pada 20 Agustus 2020. Foto tersebut dibagikan ke grup Spiritual Indonesia. Akun itu pun menuliskan narasi sebagai berikut: "B****** ini sudah menginjak merah putih, hukuman apa yang pantas bagi b****** ini."
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Danang Loring Djoyo.
Apa benar pria berjenggot dalam foto di atas menginjak bendera Indonesia, bendera Merah Putih?
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, pria berjenggot dalam foto tersebut adalah salah satu pemimpin senior kelompok radikal Al-Qaeda, Khaled Batarfi. Dia tidak menginjak bendera Indonesia, bendera Merah Putih, melainkan bendera Yaman yang berwarna merah-putih-hitam.
Foto utuh Batarfi yang sedang menginjak bendera Yaman itu pernah dimuat oleh situs media Inggris, The Telegraph, dalam berita yang berjudul "The al-Qaeda commander at home in a governor's palace" pada 4 April 2015. Dalam foto aslinya, terlihat jelas bahwa warna bendera yang diinjak oleh Batarfi bukan bendera Indonesia.
Foto itu diambil dari Twitter dengan keterangan bahwa Batarfi tidak menghormati bendera Yaman. “Batarfi was also pictured being disrespectful to the Yemeni flag,” demikian keterangan foto tersebut.
Batarfi melakukan tindakan tersebut di kantor gubernur sebuah provinsi di Yaman. Ia bebas setelah para pejuang Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) menyerang penjara tempat Batarfi ditahan yang terletak di kota pelabuhan Mukalla. Dia telah ditahan selama empat tahun, usai ditangkap ketika AQAP menyerang Yaman selatan, merebut Provinsi Abyan.
Gambar tangkapan layar berita di CNN Uni Emirat Arab yang memuat foto pemimpin senior Al-Qaeda, Khaled Batarfi, sedang menginjak bendera Yaman.
Foto yang sama pernah dipublikasikan oleh CNN Uni Emirat Arab pada 4 April 2015 dalam berita yang berjudul "Beredar foto Khaled Batarfi, salah satu pemimpin Al-Qaeda, yang menginjak bendera Yaman di istana presiden di Mukalla".
Dalam berita ini, disebutkan pula bahwa Batarfi ketika itu baru saja bebas dari penjara di Mukalla setelah Al-Qaeda menduduki kota tersebut. Selain Batarfi, penyerangan Al-Qaeda ini juga membebaskan sekitar 200 narapidana lainnya.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa pria dalam foto di atas menginjak bendera Indonesia, bendera Merah Putih, keliru. Foto tersebut telah dipotong dari foto aslinya yang memperlihatkan bendera Yaman yang berwarna merah-putih-hitam. Pria dalam foto itu adalah salah satu pemimpin Al-Qaeda, Khaled Batarfi. Peristiwa dalam foto itu terjadi pada 4 April 2015.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/bendera-merah-putih
- https://archive.fo/VKdNq
- https://www.tempo.co/tag/al-qaeda
- https://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/middleeast/yemen/11515401/The-al-Qaeda-commander-at-home-in-a-governors-palace.html
- https://www.tempo.co/tag/yaman
- https://arabic.cnn.com/middleeast/2015/04/04/aqap-leader-inside-presidential-palace-southern-yemen
- https://www.tempo.co/tag/merah-putih
(GFD-2020-8238) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Negara-negara Arab Ini yang Paling Awal Akui Kemerdekaan RI?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 21/08/2020
Berita
Klaim bahwa negara-negara Arab adalah negara-negara yang paling awal mengakui kemerdekaan RI beredar di media sosial. Negara-negara Arab yang disebut dalam klaim itu adalah Mesir, Yordania, Lebanon, Suriah, Irak, Arab Saudi, dan Yaman.
"Jangan lupakan sejarah. Negara-negara yang pernah menjajah Indonesia: 1) Portugis, 2) Spanyol, 3) Belanda, 4) Prancis, 5) Britania Raya (UK), 6) Jepang. Negara-negara yang paling awal mengakui kemerdekaan RI adalah: 1) Mesir, 2) Yordania, 3) Lebanon, 4) Suriah, 5) Irak, 6) Arab Saudi, 7) Yaman. Semuanya negara Arab. Lah kenapa sekarang banyak orang Indonesia yang malah anti-Arab?" demikian klaim yang beredar di media sosial.
Di Twitter, klaim yang terdapat dalam gambar tangkapan layar sebuah cuitan itu diunggah salah satunya oleh akun @ ghanieierfa n, yakni pada 17 Agustus 2020. Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah di-retweet lebih dari 700 kali dan disukai lebih dari 1.800 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Twitter @ghanieierfan.
Apa benar negara-negara Arab di atas yang paling awal mengakui kemerdekaan RI?
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo menelusuri informasi di berbagai sumber resmi dan situs media kredibel dengan memasukkan kata kunci "negara-negara yang pertama mengakui kemerdekaan RI" di mesin pencarian Google. Tempo juga menghubungi sejarawan Bonnie Triyana untuk memastikan kebenaran dari klaim itu.
Dikutip dari artikel di majalah sejarah online Historia yang berjudul "Persahabatan Indonesia-Afghanistan" pada 30 Januari 2018, Afghanistan termasuk negara yang paling awal mengakui RI, yakni pada 15 September 1947. Menteri Luar Negeri Indonesia pertama, Ahmad Subardjo, menyebut “Mesir adalah negara pertama yang mengakui Republik Indonesia secara de jure. Setelah Mesir adalah Afghanistan.”
Namun, menurut Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia M. Zein Hassan, semua negara Liga Arab yang telah merdeka, kecuali Yordania, telah mengakui RI sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh, baik secara de facto maupun secara de jure.
Menurut laporan Historia tersebut, berbagai sumber menyatakan urutan pengakuan dari negara-negara Liga Arab terhadap RI adalah Mesir (1 Juni 1947), kemudian disusul Lebanon (Juni 1947), Suriah dan Irak (Juli 1947), lalu Arab Saudi (November 1947).
Dalam buku Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri, Zein menyebut pengakuan Afghanistan dimuat dalam harian Al-Ahram edisi 19 September 1947 yang menyiarkan “Pemerintah Afghanistan telah mengakui Republik Indonesia dan telah mengawatkan kepada dutanya di Washington DC supaya menyampaikan kepada Dr. Sutan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia.”
Pada 4 November 1947, Zein menjadi penerjemah Sjahrir, utusan khusus Presiden Indonesia, dalam pertemuan dengan Sadik El-Mujaddidi, Duta Besar Afghanistan di Kairo, Mesir. “Dalam suasana gembira, Bung Sjahrir menyampaikan terima kasih kepada Afghanistan atas pengakuannya terhadap Republik Indonesia. Dengan demikian, Afghanistan adalah satu-satunya negara di luar negara-negara Liga Arab yang mengakui de facto dan de jure kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia sampai Belanda mengakuinya pada Desember 1949," ujar Zein.
Setelah mengakui RI, Afghanistan mengirimkan perwakilan resmi ke Indonesia dengan menembus blokade Belanda. Pemerintah Afghanistan juga meminta kepada Sjahrir supaya mengirimkan wakil RI ke Afghanistan. Pemerintah Indonesia pun menempatkan Abdul Kadir di Afghanistan, yang berangkat pada 28 Desember 1947 sebelum Perjanjian Renville ditandatangani serta pertempuran antara Indonesia dan Belanda masih terjadi di sana-sini.
Dikutip dari artikel di Republika yang berjudul "Palestina, Kemerdekaan Indonesia, dan Ahmad Soekarno" pada 17 Agustus 2019, tercatat bahwa 10 negara pertama yang menyatakan dukungan terhadap kemerdekaan RI adalah negara-negara Islam di kawasan Afrika dan Timur Tengah.
Negara-negara tersebut yaitu Palestina, Mesir, Lebanon, Suriah, Irak, Arab Saudi, dan Yaman, kemudian menyusul Afghanistan, Iran, dan Turki. Di luar itu, ada pula Vatikan sebagai negara kelima yang pertama mengakui kemerdekaan Indonesia.
Walaupun baru mengakui kemerdekaan RI secara de jure pada 1947, Mesir telah mengakui eksistensi Indonesia pada 22 Maret 1946, seperti dilansir dari Kompas.com yang mengutip situs resmi Kementerian Luar Negeri. Setelah Mesir, Suriah, Irak, Lebanon, Arab Saudi, dan Afghanistan juga mengakui kemerdekaan RI.
Adapun sejarawan Bonnie Triyana menuturkan bahwa negara-negara yang pertama kali mengakui eksistensi keamanan atau kemerdekaan Indonesia tidak semuanya berasal dari tanah Arab. Ukraina dan India juga menjadi negara yang mendorong Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membahas eksistensi keamanan Indonesia.
"Memang benar Liga Arab yang terdiri dari beberapa negara mengakui kemerdekaan Indonesia. Tapi bukan berarti negara di luar itu tidak ada. Ada Ukraina dan juga India, di mana saat itu Nehru (Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri India pertama), teman Bung Hatta, sudah menjalin hubungan sejak 1920-an," ujar Bonnie saat dihubungi pada 21 Agustus 2020.
Dilansir dari IDN Times, Indonesia sudah mulai menggalang dukungan dari India sejak 1946. Ketika itu, India sedang berusaha lepas dari penjajahan Inggris. Salah satu upaya Indonesia yang digagas Sjahrir adalah mengirimkan 500 ribu ton beras ke India yang saat itu dilanda kemiskinan.
Setahun kemudian, Haji Agus Salim berhasil memimpin delegasi Indonesia di Inter Asian Relations Conference yang berlangsung di New Delhi, India. Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru pun memberikan pengakuan kepada Indonesia sebagai negara merdeka dan mendorong pemerintah lain mengikuti sikap tersebut.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa negara-negara Arab di atas, yakni Mesir, Yordania, Lebanon, Suriah, Irak, Arab Saudi, dan Yaman, yang paling awal mengakui kemerdekaan RI, sebagian benar. Berbagai sumber menyatakan semua negara Liga Arab yang telah merdeka, kecuali Yordania, menjadi negara-negara yang paling awal memberikan pengakuan terhadap RI. Meskipun begitu, negara-negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia tidak semuanya negara-negara Liga Arab. Ada Afghanistan, Iran, Turki, Ukraina, dan India yang juga merupakan negara-negara yang paling awal mengakui kemerdekaan RI.
IBRAHIM ARSYAD
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/kemerdekaan
- https://archive.fo/RYean
- https://archive.fo/RYean
- https://historia.id/politik/articles/persahabatan-indonesia-afghanistan-vxJBd
- https://www.tempo.co/tag/liga-arab
- https://republika.co.id/berita/pwdhfu440/palestina-kemerdekaan-indonesia-dan-ahmad-soekarno
- https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/09/140000169/mesir--negara-pertama-mengakui-kemerdekan-indonesia?page=all
- https://kaltim.idntimes.com/news/indonesia/rosa-folia/ini-5-negara-yang-pertama-mengakui-kemerdekaan-indonesia-regional-kaltim/3
- https://www.tempo.co/tag/arab
(GFD-2020-8237) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Lukisan Tahun 1962 Ini Telah Ramalkan Kehidupan pada 2022 Usai Pandemi Covid-19?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 20/08/2020
Berita
Lukisan yang memperlihatkan jalanan yang dipenuhi dengan kendaraan roda empat bertudungkan kaca yang hanya memuat satu orang beredar di media sosial. Lukisan itu diklaim sebagai lukisan tahun 1962 yang telah meramalkan kehidupan pada 2022 usai pandemi Covid-19.
Dalam lukisan tersebut, terdapat tulisan yang berbunyi "Painting from 1963, called 'life in 2022'". Di Facebook, lukisan dengan tulisan itu diunggah salah satunya oleh akun Faj Satria, yakni pada 18 Agustus 2020.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Faj Satria.
Apa benar lukisan di atas adalah lukisan tahun 1962 yang telah meramalkan kehidupan pada 2022 usai pandemi Covid-19?
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital lukisan itu denganreverse image tool Source dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa lukisan itu adalah karya seniman komik dan ilustrator Italia, Walter Molino. Lukisan tersebut juga tidak terkait dengan ramalan akan pandemi Covid-19. Dalam lukisan aslinya, tidak ada tulisan "Painting from 1962, called 'live in 2022'".
Dilansir dari situs cek fakta Italia, Facta.news, gambar tersebut memang pernah digunakan dalam sampul belakang koran mingguan Italia Domenica del Corriere terbitan 16 Desember 1962. Namun, menurut keterangan yang terdapat dalam kotak di pojok kiri bawah gambar itu, ilustrasi tersebut ingin menawarkan solusi untuk masalah lalu lintas di kota dengan menunjukkan mobil skuter mini.
Lewat keterangan dalam kotak itu, diketahui pula bahwa kota yang digunakan sebagai model oleh Molino adalah New York, yang padat menjelang Natal. Ilustrasi ini memang bisa dianggap sebagai pemikiran inovatif tentang alat transportasi yang dirancang untuk mengangkut satu individu pada satu waktu, seperti Renault Twizy. Namun, ilustrasi tersebut tidak ada hubungannya dengan pandemi Covid-19, dan tidak menyebut tahun 2022.
Gambar itu juga pernah dimuat oleh situs Plurale.net pada 16 Februari 2014 dalam artikelnya yang berjudul "'Singoletta', nenek moyang Segway yang dirancang pada 1962 oleh Walter Molino". Artikel tersebut pun menyatakan bahwa gambar itu merupakan gambar pada sampul belakang koran mingguan Italia, Domenica del Corriere, edisi 16 Desember 1962.
Menurut artikel itu, Walter Molino mengilustrasikan bahwa para pengemudi di masa depan bakal mengendarai semacam skuter roda empat, dan bersandar di dalamnya dengan posisi tegak. Kubah transparan setengah lingkaran, yang sisi sampingnya diberi jendela yang bisa dibuka, bakal menjadi pelindung pengemudi. Sebuah pintu dengan pegangan akan menjadi penutup kompartemen penumpang.
Gambar ini berkaitan dengan gambar dalam sampul depan Domenica del Corriere edisi 16 Desember 1962. Edisi tersebut memuat laporan tentang episode aneh yang terjadi di New York, yang padat menjelang Natal. Kisah ini diambil redaksi sebagai titik awal untuk membicarakan masa depan lalu lintas kota. Gambar dalam sampul depan memperlihatkan seorang pria yang melompat dari satu mobil ke mobil lainnya karena kemacetan lalu lintas.
Dilansir dari Futuro Esistito, ide kendaraan masa depan yang bernama Singoletta itu datang dari koresponden terkenal Cesare Armano. Hal tersebut diceritakan di halaman 6, 7, dan 36 Domenica del Corriere edisi 16 Desember 1962. Cesare Armano merupakan ahli masalah lalu lintas yang sejak Februari 1958 telah menulis untuk majalah informasi dan teknis Pirelli tentang hasil studi toksisitas udara di kota metropolitan.
Meskipun begitu, Cesare Armano sebenarnya hanyalah nama samaran dari seorang jurnalis, seperti yang terungkap dalam Buku Tahunan Pers Italia 1959. Jurnalis yang dimaksud adalah Franco Bandini, lahir pada 1921, koresponden Corriere della Sera dan surat kabar bergengsi lainnya. Singoletta bukanlah visi dari mereka yang telah meramalkan bahwa masyarakat akan membutuhkan skuter berpelindung. Sebaliknya, Singoletta adalah tawaran untuk memerangi kemacetan lalu lintas dan polusi.
Dilansir dari Italian Ways, Walter Molino (1915-1997) mulai bekerja untuk Domenica del Corriere pada 1941. Ia bekerja selama dua puluh lima tahun dengan koran mingguan yang diterbitkan oleh surat kabar harian Corriere della Sera pada 1899-1989. Publikasi ini sangat populer, dan mencapai puncak ketenarannya pada 1950-an dengan sirkulasi lebih dari satu juta eksemplar.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa lukisan tahun 1962 tersebut telah meramalkan kehidupan pada 2022 usai pandemi Covid-19, menyesatkan. Gambar itu dibuat oleh ilustrator Italia Walter Molino untuk sampul belakang koran mingguan Domenica del Corriere edisi 16 Desember 1962. Lukisan tersebut tidak terkait dengan ramalan akan pandemi Covid-19. Dalam gambar aslinya pun, tidak ada tulisan "Painting from 1962, called 'live in 2022'". Ilustrasi itu ingin menawarkan solusi untuk masalah lalu lintas di kota dengan menunjukkan mobil skuter mini yang bernama Singoletta.
ZAINAL ISHAQ
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/covid-19
- https://archive.fo/lkmOr
- https://www.tempo.co/tag/pandemi-covid-19
- https://bit.ly/3gfhQtO
- https://www.tempo.co/tag/mobil
- https://www.plurale.net/la-singoletta-la-nonna-del-segwaydisegnata-nel-1962-da-walter-molino/
- https://bit.ly/2Yg8WXa
- https://www.tempo.co/tag/italia
- https://bit.ly/31ds35R
- https://www.tempo.co/tag/skuter
Halaman: 5461/6937




