Beredar pesan di WhatsApp berisi imbauan kepada pemilih terutama yang lanjut usia (lansia) agar membawa kertas kepekan (contekan atau sontekan) untuk dipakai ketika di bilik suara. Alasannya, warga lansia kadang lupa maupun bingung untuk mencoblos capres, calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
“Mohon sebelum menuju TPS, agar dibuat catatan di secarik kertas. PILIHAN: Presiden No: ……, DPD No: ….., DPD:…., DPRRI Partai: …. Nama: …., DPRD Provinsi Partai: …… Nama:….., DPRD Kota/Kab LUAR JAKARTA Partai: …., Nama:…… Nb: Kalau kita tidak memiliki catatan itu, terlebih LANSIA, saya yakin bisa kebingungan di bilik di TPS."
Narasi:
Para Pemilih Dilarang Bawa Ponsel saat Masuk Bilik Suara pada Pemilu 2019
(GFD-2019-1820) Himbauan Membawa Kertas Contekan ke Bilik Suara
Sumber: Whatsapp.comTanggal publish: 16/04/2019
Berita
Hasil Cek Fakta
Diminta komentar soal peredaran informasi contekan itu, anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Muladi Wibowo, kepada Solopos.com, Selasa (16/4/2019), menyatakan dalam rapat KPU dan Bawaslu tingkat Jawa Tengah, Sabtu (13/4/2019), soal kertas contekan itu dibahas.
Salah satu hasil rapat itu adalah “Pemilih dilarang membawa kertas contekan sebagai bantuan dalam memberikan suaranya, dan KPPS 4 dan 5 memastikan pemilih tidak membawa bahan tersebut”.
Di samping larangan itu, pemilih juga dilarang membawa HP ke bilik suara, mendokumentasikan, hingga mengunggah ke medsos.
Salah satu hasil rapat itu adalah “Pemilih dilarang membawa kertas contekan sebagai bantuan dalam memberikan suaranya, dan KPPS 4 dan 5 memastikan pemilih tidak membawa bahan tersebut”.
Di samping larangan itu, pemilih juga dilarang membawa HP ke bilik suara, mendokumentasikan, hingga mengunggah ke medsos.
Rujukan
(GFD-2019-1818) Klaim Hampir 90 Persen Petugas di TPS Hong Kong Adalah Orang China
Sumber: Twitter.comTanggal publish: 16/04/2019
Berita
Beredar info yang menyebut bahwa Hampir 90 Persen Petugas di TPS Hong Kong Adalah Orang China
Hasil Cek Fakta
Dugaan kecurangan terjadi di tempat pemungutan suara (TPS) Hong Kong. Ada bermacam versi, salah satunya yang mengaitkannya dengan profil petugas panitia pemilu di luar negeri (PPLN)
"Lagi, Terjadi Dugaan Kecurangan di Hongkong, dijelaskan disini hampir 90% petugasx wong Cino.DAN LUAR BIASA KACAU BALAU!
Kawan2 bisa membaca sendiri. Parah banget. ????
Yaa Allah.... Model Pemilihan beginian kok kita masih disuruh Percaya KPU?," demikian klaim yang dimuat dalam akun Twitter @RatuAnissah.
Konten yang diunggah @RatuAnissah telah diteruskan sebanyak 547 kali dan mendapat 87 komentar warganet.
Penelusuran Fakta
Dari hasil penelusuran, syarat untuk menjadi Ketua dan Anggota Panitia Pemilihan Luar Negeri adalah warga negara Indonesia (WNI).
Hal ini sebagaimana dikutip dari situs resmi Kementerian Luar Negeri, kemenlu.go.id. Selain WNI, ada sejumlah syarat lainnya yang harus dipenuhi sebagai Ketua dan Anggota PPLN.
Di antaranya dalah tidak pernah menjadi anggota partai politik paling singkat 5 (lima) tahun yang dinyatakan dengan surat pernyataan yang sah dan tidak pernah dipidana penjara, dan tidak pernah diberikan sanksi pemberhentian tetap oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) atau Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu.
Selain itu, berdasarkan laporan dari Migrant Care ada sejumlah kendala dari faktor eksternal dalam pelaksanaan pemilu di Hong Kong sehingga merugikan WNI.
Hal ini sebagaimana dikutip dari kompas.com dalam judul artikel 'Migrant Care Temukan Ada 4 Kendala Pemilu 2019 di Hong Kong'.
KOMPAS.com – Hari ini pemungutan suara pendahuluan di beberapa negara tujuan pekerja migran Indonesia hari ini (14/4/2019) digelar, salah satunya adalah Hong Kong. Di Hong Kong, warga negara Indonesia memilih Presiden dan Wakil Presiden dan Calon Legislatif DPR-RI Dapil DKI Jakarta 2.
Migrant Care turut melakukan pemantauan penyelenggaraan pemilu di beberapa lokasi pemungutan suaran di Hong Kong, seperti di Queen Elizabeth Stadium (Wan Chai) dan District Kai Fong Association Hall (Tsim Sha Tsui).
Antusiasme pekerja migran Indonesia terlihat dari antrean yang mengular di lokasi pemungutan suara.
Peningkatan partisipasi ini sudah diprediksi sebelumnya oleh data pemuktahiran DPT yang dikumpulkan oleh Panitia Pemilihan Luar Negri (PPLN) setempat.
Dari pantauan langsung di lapangan, Migrant Care menemukan sejumlah kendala dari faktor eksternal dalam pelaksanaan pemilu di Hong Kong sehingga merugikan WNI, seperti berikut:
- Masih adanya dokumen yang ditahan oleh majikan dan agen sehingga calon pemilih tidak bisa menyalurkan hak pilihnya.
- Limitasi durasi waktu libur membuat calon pemilih dalam Daftar Pemilih Khusus (DPK) terancam gugur hak pilihnya karena waktu yang terbatas.
- Beberapa calon pemilih menyatakan tidak mendaftar melalui mekanisme online sebelumnya. Hal itu dikarenakan adanya ketakutan dokumen yang diunggah bakal disalahgunakan.
- Bagi calon pemilih yang telah terdaftar melalui pos namun surat suaranya kembali (retur) terancam tidak dapat menggunakan hak pilihnya karena minimnya informasi terkait kasus ini.
Direktur Eksekutif Migran Care Wahyu Susilo yang memantau langsung penyelenggaraan pemilu di Hong Kong mengatakan, antusiasme calon pemilih tidak diimbangi dengan respons dari penyelenggara, misal dalam mengantisipasi DPK.
"Tidak ada panitia yang memilah DPT dan DPK di antrean terluar, sehingga calon pemilih DPK yang sudah mengantre lama sejak pagi, harus keluar dan menunggu kembali pada waktu yang ditentukan," katanya.
"Migrant Care sebagai pemantau pemilu independen mendesak adanya opsi alternatif untuk dapat mengakomodir hak memilih Pekerja Migran Indonesia di Hong Kong," imbuhnya.
Kabar soal kecurangan pemungutan suara di Hongkong karena petugas PPLN adalah warga China ternyata tidak benar.
Belum ada bukti sahih kecurangan pemungutan suara di Hong Kong, hanya saja terdapat beberapa kendala yang dialami WNI ketika ingin menggunakan hak suara di TPS. Narasi yang dibangun tidak sesuai dengan fakta dan kejadian sebenarnya.
"Lagi, Terjadi Dugaan Kecurangan di Hongkong, dijelaskan disini hampir 90% petugasx wong Cino.DAN LUAR BIASA KACAU BALAU!
Kawan2 bisa membaca sendiri. Parah banget. ????
Yaa Allah.... Model Pemilihan beginian kok kita masih disuruh Percaya KPU?," demikian klaim yang dimuat dalam akun Twitter @RatuAnissah.
Konten yang diunggah @RatuAnissah telah diteruskan sebanyak 547 kali dan mendapat 87 komentar warganet.
Penelusuran Fakta
Dari hasil penelusuran, syarat untuk menjadi Ketua dan Anggota Panitia Pemilihan Luar Negeri adalah warga negara Indonesia (WNI).
Hal ini sebagaimana dikutip dari situs resmi Kementerian Luar Negeri, kemenlu.go.id. Selain WNI, ada sejumlah syarat lainnya yang harus dipenuhi sebagai Ketua dan Anggota PPLN.
Di antaranya dalah tidak pernah menjadi anggota partai politik paling singkat 5 (lima) tahun yang dinyatakan dengan surat pernyataan yang sah dan tidak pernah dipidana penjara, dan tidak pernah diberikan sanksi pemberhentian tetap oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) atau Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu.
Selain itu, berdasarkan laporan dari Migrant Care ada sejumlah kendala dari faktor eksternal dalam pelaksanaan pemilu di Hong Kong sehingga merugikan WNI.
Hal ini sebagaimana dikutip dari kompas.com dalam judul artikel 'Migrant Care Temukan Ada 4 Kendala Pemilu 2019 di Hong Kong'.
KOMPAS.com – Hari ini pemungutan suara pendahuluan di beberapa negara tujuan pekerja migran Indonesia hari ini (14/4/2019) digelar, salah satunya adalah Hong Kong. Di Hong Kong, warga negara Indonesia memilih Presiden dan Wakil Presiden dan Calon Legislatif DPR-RI Dapil DKI Jakarta 2.
Migrant Care turut melakukan pemantauan penyelenggaraan pemilu di beberapa lokasi pemungutan suaran di Hong Kong, seperti di Queen Elizabeth Stadium (Wan Chai) dan District Kai Fong Association Hall (Tsim Sha Tsui).
Antusiasme pekerja migran Indonesia terlihat dari antrean yang mengular di lokasi pemungutan suara.
Peningkatan partisipasi ini sudah diprediksi sebelumnya oleh data pemuktahiran DPT yang dikumpulkan oleh Panitia Pemilihan Luar Negri (PPLN) setempat.
Dari pantauan langsung di lapangan, Migrant Care menemukan sejumlah kendala dari faktor eksternal dalam pelaksanaan pemilu di Hong Kong sehingga merugikan WNI, seperti berikut:
- Masih adanya dokumen yang ditahan oleh majikan dan agen sehingga calon pemilih tidak bisa menyalurkan hak pilihnya.
- Limitasi durasi waktu libur membuat calon pemilih dalam Daftar Pemilih Khusus (DPK) terancam gugur hak pilihnya karena waktu yang terbatas.
- Beberapa calon pemilih menyatakan tidak mendaftar melalui mekanisme online sebelumnya. Hal itu dikarenakan adanya ketakutan dokumen yang diunggah bakal disalahgunakan.
- Bagi calon pemilih yang telah terdaftar melalui pos namun surat suaranya kembali (retur) terancam tidak dapat menggunakan hak pilihnya karena minimnya informasi terkait kasus ini.
Direktur Eksekutif Migran Care Wahyu Susilo yang memantau langsung penyelenggaraan pemilu di Hong Kong mengatakan, antusiasme calon pemilih tidak diimbangi dengan respons dari penyelenggara, misal dalam mengantisipasi DPK.
"Tidak ada panitia yang memilah DPT dan DPK di antrean terluar, sehingga calon pemilih DPK yang sudah mengantre lama sejak pagi, harus keluar dan menunggu kembali pada waktu yang ditentukan," katanya.
"Migrant Care sebagai pemantau pemilu independen mendesak adanya opsi alternatif untuk dapat mengakomodir hak memilih Pekerja Migran Indonesia di Hong Kong," imbuhnya.
Kabar soal kecurangan pemungutan suara di Hongkong karena petugas PPLN adalah warga China ternyata tidak benar.
Belum ada bukti sahih kecurangan pemungutan suara di Hong Kong, hanya saja terdapat beberapa kendala yang dialami WNI ketika ingin menggunakan hak suara di TPS. Narasi yang dibangun tidak sesuai dengan fakta dan kejadian sebenarnya.
Kesimpulan
Kabar soal kecurangan pemungutan suara di Hongkong karena petugas PPLN adalah warga China ternyata tidak benar.
Belum ada bukti sahih kecurangan pemungutan suara di Hong Kong, hanya saja terdapat beberapa kendala yang dialami WNI ketika ingin menggunakan hak suara di TPS. Narasi yang dibangun tidak sesuai dengan fakta dan kejadian sebenarnya.
Belum ada bukti sahih kecurangan pemungutan suara di Hong Kong, hanya saja terdapat beberapa kendala yang dialami WNI ketika ingin menggunakan hak suara di TPS. Narasi yang dibangun tidak sesuai dengan fakta dan kejadian sebenarnya.
Rujukan
(GFD-2019-1817) Jokowi Menang 80 Persen Suara di Luar Negeri dalam Pilpres 2014
Sumber: twitter.comTanggal publish: 16/04/2019
Berita
Pelaksanaan Pemilu Serentak 2019 di luar negeri, yang digelar 8-14 April 2019 menjadi sorotan. Salah satunya dugaan kecurangan di Malaysia. Dugaan kecurangan juga pernah berembus pada Pilpres 2014.
"ya, saya ingat betul, tahun 2014 pemilihan luar negeri itu hampir di mana2 80%++ untuk Jokowi. Lalu tiba2 ada berita SEMUA surat suara di Malaysia YANG LEWAT POS terisi untuk Prabowo Hatta. Saya pemilih luar negeri tahun 2014, jadi ikut memantau," demikian diungkap dalam akun Twitter, @GoldenBoyRB."
"ya, saya ingat betul, tahun 2014 pemilihan luar negeri itu hampir di mana2 80%++ untuk Jokowi. Lalu tiba2 ada berita SEMUA surat suara di Malaysia YANG LEWAT POS terisi untuk Prabowo Hatta. Saya pemilih luar negeri tahun 2014, jadi ikut memantau," demikian diungkap dalam akun Twitter, @GoldenBoyRB."
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penetapan hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014, untuk daerah pemilihan luar negeri, capres nomor urut 2 Joko Widodo-Jusuf Kalla mengungguli pasangan nomor urut 1 Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Jokowi-JK unggul dengan perolehan suara sebesar 364.283 suara (53,15 persen), sedangkan Prabowo-Hatta memperoleh 313.600 suara (46,26 persen)
Berikut hasil rekapitulasi penghitungan suara untuk daerah pemilihan luar negeri seperti dimuat Liputan6.com dalam artikel berjudul 'Hasil Rekap KPU: Jokowi Menang 23 Provinsi, Prabowo 10 Provinsi pada 22 Juli 2014'.
Berikut perolehan suara sah Pemilu Presiden 2014:
1. Kalimantan Barat
Prabowo-Hatta : 1.032.354 suara
Jokowi-JK : 1.573.046 suara
2. Nusa Tenggara Barat
Prabowo-Hatta : 1.844.178 suara
Jokowi-JK : 701.238 suara
3. Aceh
Prabowo-Hatta : 1.089.290 suara.
Jokowi-JK : 913.309 suara
4. Sumatera Selatan
Prabowo-Hatta : 2.132.163 suara
Jokowi-JK : 2.027.049 suara
5. Kalimantan Selatan
Prabowo-Hatta : 941.809 suara
Jokowi-JK 939.748 suara
6. Kepulauan Riau
Prabowo-Hatta : 332.908 suara
Jokowi-JK : 491.819 suara
7. Jambi
Prabowo-Hatta : 871.316 suara
Jokowi-JK : 897.787 suara
8. Bangka Belitung
Prabowo-Hatta : 200.706 suara
Jokowi-JK : 412.359 suara
9. DIY
Prabowo-Hatta : 977.342 suara
Jokowi-JK : 1.234.249 suara
10. Bengkulu
Prabowo-Hatta : 433.173 suara
Jokowi-JK : 523.669 suara
11. Sulawesi Barat
Prabowo-Hatta : 165.494 suara
Jokowi-JK : 456.021 suara
12. Kalimantan Tengah
Prabowo-Hatta : 468.277 suara
Jokowi-JK : 696.199 suara
13. Gorontalo
Prabowo-Hatta : 378.735 suara
Jokowi-JK : 221.497 suara
14. Sulawesi Tenggara
Prabowo-Hatta : 511.134 suara
Jokowi-JK : 622.217 suara
15. Sumatera Barat
Prabowo-Hatta : 1.797.505 suara
Jokowi-JK : 539.308 suara
16. Bali
Prabowo-Hatta: 614.241 suara
Jokowi-JK: 1.535.110 suara
17. Riau
Prabowo-Hatta: 1.349.338 suara
Jokowi-JK: 1.342.817 suara
18. Maluku
Prabowo-Hatta: 433.981 suara
Jokowi-JK: 443.040 suara
19. Sulawesi Tengah
Prabowo-Hatta: 632.009 suara
Jokowi-JK: 767.151 suara
20. Jawa Tengah
Prabowo-Hatta: 6.485.720 suara
Jokowi-JK: 12.959.540 suara
21. Jawa Barat
Prabowo-Hatta: 14.167.381 suara
Jokowi-JK: 9.530.315 suara
22. Lampung
Prabowo-Hatta: 2.033.924 suara
Jokowi-JK: 2.299.889 suara
23. Sulawesi Utara
Prabowo-Hatta: 620.095 suara
Jokowi-JK: 724.553 suara
24. Kalimantan Timur
Prabowo-Hatta: 687.734 suara
Jokowi-JK: 1.190.156 suara
25. Papua Barat
Prabowo-Hatta: 172.528 suara
Jokowi-JK : 360.379 suara
26. Banten
Prabowo-Hatta: 3.192.671 suara
Jokowi-JK: 2.398.631 suara
27. NTT
Prabowo-Hatta: 769.391 suara
Jokowi-JK: 1.488.076 suara
28. Sulawesi Selatan
Prabowo-Hatta: 1.214.857 suara
Jokowi-JK: 3.037.026 suara
29. Maluku Utata
Prabowo-Hatta: 306.792 suara
Jokowi-JK: 256.601 suara
30. DKI Jakarta
Prabowo-Hatta: 2.528.064
Jokowi-JK: 2.859.894
31. Jawa Timur
Prabowo-Hatta 10.277.088 suara
Jokowi-JK 11.669.313 suara.
32. Papua
Prabowo-Hatta 769.132 suara
Jokowi-JK: 2.026.735 suara
33. Sumatera Utara
Prabowo-Hatta: 2.831.514 suara
Jokowi-JK: 3.494.835 suara
34. Luar Negeri
Prabowo-Hatta: 313.600 suara
Jokowi-JK: 364.257 suara
Jokowi-JK unggul dengan perolehan suara sebesar 364.283 suara (53,15 persen), sedangkan Prabowo-Hatta memperoleh 313.600 suara (46,26 persen)
Berikut hasil rekapitulasi penghitungan suara untuk daerah pemilihan luar negeri seperti dimuat Liputan6.com dalam artikel berjudul 'Hasil Rekap KPU: Jokowi Menang 23 Provinsi, Prabowo 10 Provinsi pada 22 Juli 2014'.
Berikut perolehan suara sah Pemilu Presiden 2014:
1. Kalimantan Barat
Prabowo-Hatta : 1.032.354 suara
Jokowi-JK : 1.573.046 suara
2. Nusa Tenggara Barat
Prabowo-Hatta : 1.844.178 suara
Jokowi-JK : 701.238 suara
3. Aceh
Prabowo-Hatta : 1.089.290 suara.
Jokowi-JK : 913.309 suara
4. Sumatera Selatan
Prabowo-Hatta : 2.132.163 suara
Jokowi-JK : 2.027.049 suara
5. Kalimantan Selatan
Prabowo-Hatta : 941.809 suara
Jokowi-JK 939.748 suara
6. Kepulauan Riau
Prabowo-Hatta : 332.908 suara
Jokowi-JK : 491.819 suara
7. Jambi
Prabowo-Hatta : 871.316 suara
Jokowi-JK : 897.787 suara
8. Bangka Belitung
Prabowo-Hatta : 200.706 suara
Jokowi-JK : 412.359 suara
9. DIY
Prabowo-Hatta : 977.342 suara
Jokowi-JK : 1.234.249 suara
10. Bengkulu
Prabowo-Hatta : 433.173 suara
Jokowi-JK : 523.669 suara
11. Sulawesi Barat
Prabowo-Hatta : 165.494 suara
Jokowi-JK : 456.021 suara
12. Kalimantan Tengah
Prabowo-Hatta : 468.277 suara
Jokowi-JK : 696.199 suara
13. Gorontalo
Prabowo-Hatta : 378.735 suara
Jokowi-JK : 221.497 suara
14. Sulawesi Tenggara
Prabowo-Hatta : 511.134 suara
Jokowi-JK : 622.217 suara
15. Sumatera Barat
Prabowo-Hatta : 1.797.505 suara
Jokowi-JK : 539.308 suara
16. Bali
Prabowo-Hatta: 614.241 suara
Jokowi-JK: 1.535.110 suara
17. Riau
Prabowo-Hatta: 1.349.338 suara
Jokowi-JK: 1.342.817 suara
18. Maluku
Prabowo-Hatta: 433.981 suara
Jokowi-JK: 443.040 suara
19. Sulawesi Tengah
Prabowo-Hatta: 632.009 suara
Jokowi-JK: 767.151 suara
20. Jawa Tengah
Prabowo-Hatta: 6.485.720 suara
Jokowi-JK: 12.959.540 suara
21. Jawa Barat
Prabowo-Hatta: 14.167.381 suara
Jokowi-JK: 9.530.315 suara
22. Lampung
Prabowo-Hatta: 2.033.924 suara
Jokowi-JK: 2.299.889 suara
23. Sulawesi Utara
Prabowo-Hatta: 620.095 suara
Jokowi-JK: 724.553 suara
24. Kalimantan Timur
Prabowo-Hatta: 687.734 suara
Jokowi-JK: 1.190.156 suara
25. Papua Barat
Prabowo-Hatta: 172.528 suara
Jokowi-JK : 360.379 suara
26. Banten
Prabowo-Hatta: 3.192.671 suara
Jokowi-JK: 2.398.631 suara
27. NTT
Prabowo-Hatta: 769.391 suara
Jokowi-JK: 1.488.076 suara
28. Sulawesi Selatan
Prabowo-Hatta: 1.214.857 suara
Jokowi-JK: 3.037.026 suara
29. Maluku Utata
Prabowo-Hatta: 306.792 suara
Jokowi-JK: 256.601 suara
30. DKI Jakarta
Prabowo-Hatta: 2.528.064
Jokowi-JK: 2.859.894
31. Jawa Timur
Prabowo-Hatta 10.277.088 suara
Jokowi-JK 11.669.313 suara.
32. Papua
Prabowo-Hatta 769.132 suara
Jokowi-JK: 2.026.735 suara
33. Sumatera Utara
Prabowo-Hatta: 2.831.514 suara
Jokowi-JK: 3.494.835 suara
34. Luar Negeri
Prabowo-Hatta: 313.600 suara
Jokowi-JK: 364.257 suara
Kesimpulan
Bahwa benar pasangan Jokowi-JK menjadi pemenang dalam Pilpres 2014, khususnya di daerah pemilihan luar negeri.
Namun, kemenangan tersebut bukan 80 persen seperti yang diklaim.
Jokowi-JK unggul dengan perolehan suara sebesar 364.283 suara (53,15 persen), sedangkan Prabowo-Hatta memperoleh 313.600 suara (46,26 persen)
Namun, kemenangan tersebut bukan 80 persen seperti yang diklaim.
Jokowi-JK unggul dengan perolehan suara sebesar 364.283 suara (53,15 persen), sedangkan Prabowo-Hatta memperoleh 313.600 suara (46,26 persen)
Rujukan
(GFD-2019-1816) Luhut Diusir Mahasiswa dan Diteriaki Prabowo
Sumber: twitter.comTanggal publish: 16/04/2019
Berita
Luhut B. Panjaitan diusir dr Universitas Panca Budi Medan tadi malam ????????????????..mukeeere....malahan mahasiswanya teriak @prabowo...prabowo#2019PrabowoPresidenRI
Hasil Cek Fakta
Dari hasil penelusuran, video tersebut memang benar adanya. Namun berpotensi terjadi misleading atau konten menyesatkan dengan memberikan narasi soal pengusiran.
Dalam artikel Suara.com dengan judul "Luhut Binsar Panjaitan: Saya Tidak Diusir Mahasiswa di Medan", Luhut membantah apabila dirinya telah diusir.
Tindakan mahasiswa yang berteriak-teriak menyebutkan nama Prabowo dan ada juga Jokowi, saya nilai sah saja dan merupakan wujud demokrasi di kalangan mahasiswa," ujar Luhut seperti dilansir Antara, Sabtu (13/4/2019).
Luhut menyampaikan kronologis kehadirannya di Universitas Pembangunan Panca Budi. Dia mengakui diundang Alwi Abdurrahman Shihab—mantan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Menteri Luar Negeri Indonesia—untuk memberikan kuliah umum di Panca Budi.
Dalam kampus itu, kata Luhut, dia memberi penjelasan bagaimana kita sebagai bangsa tidak perlu terpecah belah. Luhut mengakui, melihat mahasiswa di kampus itu terbelah dua pasangan calon presiden.
Waktu mau berbicara, ujar Luhut, ada yang seperti memprovokasi, tetapi pembicaraan terus berjalan hingga habis atau sekitar 20 menit
Luhut menjelaskan, saat Alwi Sihab berbicara, teriakan mahasiswa yang menyebutkan nama kedua calon presiden juga sudah ada.
"Saat saya menyampaikan materi, teriakan nama paslon tetap ada, tetapi tetap saja, saya meneruskan kuliah umum saya, hingga habis karena hal itu saya anggap sah saja dan membuktikan semangat anak muda," katanya.
Menurut Luhut, selesai kuliah umum dia keluar dan terlihat masih ada kumpulan mahasiswa.
Bahkan saat melewati kumpulan mahasiswa yang teriak “Prabowo, Prabowo”, ujar Luhut, dia bilang enggak apa-apa.
"Kami tos, tos. Begitu terus, saya jalan sampai ke mobil dan banyak yang selfie sama saya," katanya.
Jadi, kalau ada yang bilang saya diusir, ujar Luhut, saya tidak merasa diusir karena acara selesai semua.
Luhut kembali menegaskan dirinya tidak merasa diusir dan tidak mempermasalahkan kejadian itu. Walaupun kejadian seperti itu merupakan yang pertama dialaminya khususnya di Sumut.
"Saya tidak diusir, buktinya saya menyampaikan kuliah umum saya hingga habis," ujarnya.
Luhut berharap dan mengimbau agar masyarakat jangan berpecah hanya karena beda pilihan di Pemilu 2019.
Luhut menegaskan, di dalam setiap acara, dia tidak pernah menyampaikan ajakan memilih calon presiden siapa pun.
"Boleh dicek," katanya.
Dia, katanya, mengajak semua untuk dewasa berdemokrasi, jangan percaya berita-berita fitnah.
Menurut Luhut yang diluruskannya antara lain tidak benar Presiden Jokowi tidak memperhatikan umat Islam, kriminalisasi ulama. Termasuk, tidak benar Presiden Jokowi terindikasi PKI.
Bahkan, Presiden Jokowi pada saat apel Danrem/Dandim pada Desember 2018 telah memerintahkan untuk meneliti gerakan-gerakan komunis di Indonesia .
Hingga pada Januari 2019 sudah ada laporannya secara berjenjang dari KASAD sampai Panglima TNI dan hasilnya tidak ditemukan soal itu.
Kemudian mengenai tenaga kerja asing yang katanya ratusan ribu, ujar Luhut, juga tidak ditemukan.
"Terus soal utang, tidak benar. Hutang rendah kok, hanya 29,6 persen dari PDB padahal utang itu boleh hingga 60 persen dari PDB," katanya.
Luhut menegaskan, hal-hal semacam itu atau berita-berita hoaks jangan dijadikan referensi untuk menentukan pilihan.
"Mahasiswa jangan ribut akibat berita-berita hoaks karena yang akan mengawal bangsa ini ke depan adalah mereka," ujar Luhut.
Dibantah Rektor
Sementara dikutip dari Antara Sumut, kabar pengusiran itu juga dibantah oleh Rektor Panca Budi Medan. Dalam artikel berjudul "Rektor Panca Budi Medan bantah Luhut diusir pasca kunjungan", Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi Medan, Dr H Muhammad Isa Indrawan, membantah video viral yang menyebutkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan diusir mahasiswa saat melakukan kunjungan pada Jumat (12/4) malam.
"Enggak benar, Pak Luhut tidak diusir. Sebagian mahasiswa hanya menyampaikan aspirasinya, dan tidak ada pengusiran," jelasnya saat dikonfirmasi Antara melalui aplikasi WhatsApp, Jumat malam.
Kedatangan Luhut ke salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Medan yang beralamat di Jalan Gatot Subroto KM 4,5 itu dalam rangka memberikan kuliah umum dengan tema "Melangkah Indonesia Maju".
"Sekitar 7.000 mahasiwa hadir pada kuliah umum tersebut, dan tidak hanya mahasiswa Panca Budi saja, ada juga mahasiswa dari Perguruan Tinggi Kesehatan Sumatera Utara," ungkapnya.
Kuliah umum ini, kata Isa, dijadwalkan juga dihadiri Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof. Mohamad Nasir, untuk memberikan penjelasan tentang Uji Kompetensi Exit Exam yang saat ini akan diberlakukan secara nasional.
"Seharusnya Pak Nasir juga ada, namun beliau berhalangan hadir," ujarnya.
Dalam artikel Suara.com dengan judul "Luhut Binsar Panjaitan: Saya Tidak Diusir Mahasiswa di Medan", Luhut membantah apabila dirinya telah diusir.
Tindakan mahasiswa yang berteriak-teriak menyebutkan nama Prabowo dan ada juga Jokowi, saya nilai sah saja dan merupakan wujud demokrasi di kalangan mahasiswa," ujar Luhut seperti dilansir Antara, Sabtu (13/4/2019).
Luhut menyampaikan kronologis kehadirannya di Universitas Pembangunan Panca Budi. Dia mengakui diundang Alwi Abdurrahman Shihab—mantan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Menteri Luar Negeri Indonesia—untuk memberikan kuliah umum di Panca Budi.
Dalam kampus itu, kata Luhut, dia memberi penjelasan bagaimana kita sebagai bangsa tidak perlu terpecah belah. Luhut mengakui, melihat mahasiswa di kampus itu terbelah dua pasangan calon presiden.
Waktu mau berbicara, ujar Luhut, ada yang seperti memprovokasi, tetapi pembicaraan terus berjalan hingga habis atau sekitar 20 menit
Luhut menjelaskan, saat Alwi Sihab berbicara, teriakan mahasiswa yang menyebutkan nama kedua calon presiden juga sudah ada.
"Saat saya menyampaikan materi, teriakan nama paslon tetap ada, tetapi tetap saja, saya meneruskan kuliah umum saya, hingga habis karena hal itu saya anggap sah saja dan membuktikan semangat anak muda," katanya.
Menurut Luhut, selesai kuliah umum dia keluar dan terlihat masih ada kumpulan mahasiswa.
Bahkan saat melewati kumpulan mahasiswa yang teriak “Prabowo, Prabowo”, ujar Luhut, dia bilang enggak apa-apa.
"Kami tos, tos. Begitu terus, saya jalan sampai ke mobil dan banyak yang selfie sama saya," katanya.
Jadi, kalau ada yang bilang saya diusir, ujar Luhut, saya tidak merasa diusir karena acara selesai semua.
Luhut kembali menegaskan dirinya tidak merasa diusir dan tidak mempermasalahkan kejadian itu. Walaupun kejadian seperti itu merupakan yang pertama dialaminya khususnya di Sumut.
"Saya tidak diusir, buktinya saya menyampaikan kuliah umum saya hingga habis," ujarnya.
Luhut berharap dan mengimbau agar masyarakat jangan berpecah hanya karena beda pilihan di Pemilu 2019.
Luhut menegaskan, di dalam setiap acara, dia tidak pernah menyampaikan ajakan memilih calon presiden siapa pun.
"Boleh dicek," katanya.
Dia, katanya, mengajak semua untuk dewasa berdemokrasi, jangan percaya berita-berita fitnah.
Menurut Luhut yang diluruskannya antara lain tidak benar Presiden Jokowi tidak memperhatikan umat Islam, kriminalisasi ulama. Termasuk, tidak benar Presiden Jokowi terindikasi PKI.
Bahkan, Presiden Jokowi pada saat apel Danrem/Dandim pada Desember 2018 telah memerintahkan untuk meneliti gerakan-gerakan komunis di Indonesia .
Hingga pada Januari 2019 sudah ada laporannya secara berjenjang dari KASAD sampai Panglima TNI dan hasilnya tidak ditemukan soal itu.
Kemudian mengenai tenaga kerja asing yang katanya ratusan ribu, ujar Luhut, juga tidak ditemukan.
"Terus soal utang, tidak benar. Hutang rendah kok, hanya 29,6 persen dari PDB padahal utang itu boleh hingga 60 persen dari PDB," katanya.
Luhut menegaskan, hal-hal semacam itu atau berita-berita hoaks jangan dijadikan referensi untuk menentukan pilihan.
"Mahasiswa jangan ribut akibat berita-berita hoaks karena yang akan mengawal bangsa ini ke depan adalah mereka," ujar Luhut.
Dibantah Rektor
Sementara dikutip dari Antara Sumut, kabar pengusiran itu juga dibantah oleh Rektor Panca Budi Medan. Dalam artikel berjudul "Rektor Panca Budi Medan bantah Luhut diusir pasca kunjungan", Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi Medan, Dr H Muhammad Isa Indrawan, membantah video viral yang menyebutkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan diusir mahasiswa saat melakukan kunjungan pada Jumat (12/4) malam.
"Enggak benar, Pak Luhut tidak diusir. Sebagian mahasiswa hanya menyampaikan aspirasinya, dan tidak ada pengusiran," jelasnya saat dikonfirmasi Antara melalui aplikasi WhatsApp, Jumat malam.
Kedatangan Luhut ke salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Medan yang beralamat di Jalan Gatot Subroto KM 4,5 itu dalam rangka memberikan kuliah umum dengan tema "Melangkah Indonesia Maju".
"Sekitar 7.000 mahasiwa hadir pada kuliah umum tersebut, dan tidak hanya mahasiswa Panca Budi saja, ada juga mahasiswa dari Perguruan Tinggi Kesehatan Sumatera Utara," ungkapnya.
Kuliah umum ini, kata Isa, dijadwalkan juga dihadiri Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof. Mohamad Nasir, untuk memberikan penjelasan tentang Uji Kompetensi Exit Exam yang saat ini akan diberlakukan secara nasional.
"Seharusnya Pak Nasir juga ada, namun beliau berhalangan hadir," ujarnya.
Kesimpulan
Luhut tidak diusir oleh mahasiswa.
Rujukan
Halaman: 5348/5562