• (GFD-2018-103) [KLARIFIKASI] Postingan Seorang PNS Kementerian Agama yang Menyebut Korban Bom Surabaya dengan Istilah “Ekor”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 17/05/2018

    Berita

    Postingan pria berseragam putih dengan emblem Departemen Agama menjadi sorotan publik di media sosial.

    Pemilik akun Facebook Fadly Moonik itu mengunggah kalimat yang menyulut amarah warganet, beberapa jam usai bom di Surabaya terjadi.

    Dalam postingannya, pria itu menyebut jumlah korban dengan istilah 'ekor' sehingga mendapatkan protes dari banyak netter.

    "Baru Berapa Ekor Yg Mati Sdh Kalang Kabut Tak Terkira...
    Bgamna Dgn Ribuan Sodara Kami Yg Dibunuh Di Surya,Palestina,Rohingnya,Afganistan,Iraq,Poso,Ambon,Dll...
    Hadeeeeehhh gitu Aja koq Panik....," begitu tulisan yang diunggah akun Fadly Moonik, Minggu (13/5/2018) petang.

    Hasil Cek Fakta

    Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin memberikan klarifikasi. Ia mengatakan bahwa pria yang dimaksud kini bukanlah Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama. Disebutkannya, Fadly Moonik memang sempat mengajar di madrasah, namun sudah dikeluarkan karena melanggar aturan.

    Rujukan

  • (GFD-2018-102) [DISINFORMASI] VIRAL PENDAKI YANG MENINGGAL DI GUNUNG BAWAKARAENG

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 17/05/2018

    Berita

    Viral di media sosial informasi mengenai pendaki wanita yang ditinggal, mengalami hipotermia dan dikabarkan meninggal dunia di Sulawesi Selatan. Informasi tersebut menjadi viral setelah akun Facebook bernama Alim Alwi Yusuf menceritakan pengalaman pribadinya menyelamatkan pendaki wanita yang kemudian mendapat banyak respon dari netizen.

    Hasil Cek Fakta

    Guna meluruskan isu mengenai meninggalnya si pendaki, Alwi pun angkat bicara dan menyebut bahwa informasi tersebut adalah hoaks. Menurutnya si pendaki wanita itu tidak meninggal. Setelah berhasil dievakuasi, si pendaki dibawa ke puskermas terdekat dan diberikan pertolongan medis hingga bisa terselamatkan.

    Rujukan

  • (GFD-2018-101) [HOAKS] Cek Gula Darah yang Dilakukan ISIS untuk Menyebarkan AIDS di Medan

    Sumber: whatsapp.com
    Tanggal publish: 17/05/2018

    Berita

    Narasi:
    Selamat malam eda eda, aku mau sharing sedikit mengenai kejadian di gereja kami St. Mikael Paroki St.Petrus Medan Timur tadi pagi.
    Misa selesai sekitar jam 10 pagi. Masih banyak ibu ibu WK ( wanita katholik) yang ngumpul krn mau rapat. Termasuk aku, bapak Vena juga ada.
    Lagi asik ngobrol, datang seorang ibu berjilbab. Dia menawarkan periksa gula darah gratis. Sudah berjalan kira kira 5 orang yang diperiksa, datang seorang bapak dari antara kawan bapak Vena. Dan dia langsung melarang ibu ibu WK melanjutkan test gula darah itu.
    Dan, belum sempat bapak ini menegur ibu ibu berjilbab itu, ibu ibu berjilbab itu segera membereskan perlengkapannya dan keliatan berniat kabur. Tapi sempat ditangkap oleh bapak kawan segereja kami ini.
    Dibawa ke dalam ruang aula gereja, di interogasi, dipanggilkan polisi dan gak lama langsung dibawa ke kantor polisi.
    Ibu ibu WK semuanya kaget dan kami yg ada disitu juga terheran. Karena apa ?
    Bapak teman segereja kami tadi menjelaskan, mengenai isu tentang ada orang orang ISIS yang menyamar ada disekitar kita, berkedok pemeriksaan gula darah lah, kolestrol dan sebagainya yang katanya gratis, tapi sebenarnya dari jarum penusuk untuk ambil darah kita itu, mereka menyebarkan virus HIV AIDS kepada korbannya. Yang jadi inceran mereka adalah kita umat nasrani.
    Hati hati ya saudara2..mana tau ada juga yg sejenis itu datang di gereja atau lingkungan pesona 2..

    Info nyata dari pdt.Oedoy... Ternyata bapa bbrp hr yl sdh didatangi 2 org anak muda menawarkan periksa kolesterol, gula darah dan tensi dg dalih mrk baru buka lab jd promo

    Hasil Cek Fakta

    Informasi dari pesan berantai yang menyatakan bahwa ada anggota ISIS tengah menyebarkan virus HIV AIDS melalui program cek gula darah gratis di gereja-gereja di Medan adalah hoaks. Pesan berantai tersebut merupakan hoaks berulang yang pernah tersebar pada bulan Mei 2017. Perbedaannya hanya terdapat pada narasi dan tempatnya. Pada hoaks sebelumnya disebutkan tempatnya di Aceh, Malang, Pasuruan, dan Yogyakarta, maka kali ini disebutkan terjadi di Medan. Munculnya hoaks tersebut menumpangi momen isu terorisme yang tengah hangat.

    Setelah dilakukan penelusuran lebih lanjut, ternyata isu anggota ISIS menyebarkan virus HIV AIDS melalui cek gula darah gratis berasal dari luar negeri, tepatnya di India. Dilansir dari hoax-slayer.net, dalam artikel Brett M. Christensen yang berjudul “HOAX — ‘ISIS Infecting People With AIDS Via Fake Insulin Injection” disebutkan isu ISIS dan penyebaran HIV AIDS berasal dari India, sekitar Mei 2017. Dalam artikelnya itu, Brian menjelaskan, klaim atas isu tersebut tidak masuk akal. Selain itu, tidak ada pelaporan dan kasus yang memang benar terjadi.

    Selain itu, banyak portal cek fakta di India yang sudah membongkar modus hoaks ISIS dan penyebaran AIDS tersebut. Dalam narasi hoaks yang tersebar di India, ada beberapa kata kunci yang serupa dengan pesan berantai di Indonesia. Kata kunci tersebut ialah ‘cek gula darah gratis (measure your sugars for free), ‘pelaku dari Fakultas Kedokteran (Faculty of Medicine)’, dan ‘menyebarkan virus AIDS melalui alat suntik yang mereka bawa (spreading AIDS virus by injections).’

    Berulangnya isu ISIS dan HIV AIDS kali ini mendompleng peristiwa terorisme yang terjadi di Surabaya dan Riau. Ada kemungkinan isu seperti ini akan kembali muncul di kemudian hari dengan format narasi yang berbeda lagi. Jadi, tetap waspada dan tidak mempercayai begitu saja pesan berantai yang beredar.

    Rujukan

  • (GFD-2018-100) [DISINFORMASI] "Ternyata Mbak Dita Ini Mantan Kristen Menjadi Mualaf"

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 16/05/2018

    Berita

    "*Silahkan Tabayyun/Klarifilasi*

    "Nonton ILC duh ngeri...!!"

    Ternyata mbak Dita ini mantan kristen menjadi mualaf, beliau begitu toleransi.

    Bahkan temannya yang menjadi klarifikasi di ILC seorang non muslim mengenal Alm. Mbk Dita ini seorang Toleransi di Sekolah.

    Alm, dijebak menjadi kurir barang ke gereja diupah 10 jt, ternyata yang menyuruh mengintip dari jauh pegang remot control, lalu meledak nauzubillah, ternyata mereka dijebak, teman2 yang kristen malah prihatin & turut berduka atas kematian 1 keluarga.
    Demi kekuasaan mereka tidak pduli nyawa 1 kluarga yang toleransi.

    Dengan tidak mengurangi rasa turut berdukacita kepada seluruh korban, sebelum kita latah menuduh keluarga ini sebagai pelaku pemboman di Surabaya, sebaiknya kita berpikir sejenak.

    Kita sudah sering mendengar ada pelaku teror, dan selalu infonya sepihak, hanya dari aparat kepolisian.

    Tapi belum pernah sekali pun, mendengar ada pelaku yang membawa anak serta istrinya dalam tindakan teror tersebut (itu pun jika terduga pelakunya, benar).

    Kemarin keluarga ini dituduh baru datang dari Suriah, lalu tuduhan tersebut ditarik kembali, katanya tidak benar bahwa mereka baru datang dari Suriah.

    Mereka keluarga pebisnis, bagaimana jika imajinasi kita bermain. Mereka dijebak oleh 'sutradara' untuk mengantarkan sesuatu sebagai konsumsi jemaat Gereja.

    Mereka disuruh mengantar ke tempat berbeda dengan jarak waktu yang cukup berdekatan. Dan karena ingin mengantar pesanan tersebut tepat waktu, terpaksa mereka harus pergi terpisah, antara suami, anak lelaki, dan istri yang membawa anak perempuan.

    Lalu tanpa mereka sadari, kendaraan mereka sudah dipasang bom, dengan pemicu ledak dikendalikan sang sutradara.

    Lalu terjadilah tragedi ini, dan seluruh penonton memfitnah keluarga tersebut.

    Ini adalah kebebasan berpikir, manakala kepercayaan kepada rezim tak tersisa lagi.

    Lebih baik menahan diri dari menuduh mereka, daripada terjatuh kepada jurang fitnah.

    Wallahu A'lam...trnyata yg dari kluarga muslim yg di tuduh teroris .mreka adalah korban jebakan .alat .pelaku sejati ttp aja bkn si muslim ..semuga kita2 sbgai orang islam tak mudah mengutuk saudara sendiri ."

    Hasil Cek Fakta

    Pertama, Dita adalah laki-laki dengan nama lengkap Dita Oepriarto, jadi tidak tepat disebut dengan "mbak". Kedua, sudah beragama Islam sejak SMA, jadi kurang tepat jika disebut sebagai mualaf. Terakhir, tidak ada kejelasan sumber informasi yang valid mengenai asal narasi "ternyata yang menyuruh mengintip dari jauh pegang remot control".

    Rujukan