(GFD-2020-8299) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Nelayan Kodingareng Dimanfaatkan Walhi untuk Tolak Tambang Pasir di Sulsel?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 25/09/2020
Berita
Video yang berjudul “Derita Nelayan Kodingareng Korban Dibodohi Walhi Sulsel” beredar di media sosial. Video ini berisi narasi bahwa Wahana Lingkungan Hidup atau Walhi Sulawesi Selatan telah memanfaatkan nelayan untuk menolak penambangan pasir di Pulau Kodingareng. Video ini menyebar di tengah konflik penambangan pasir di sekitar Pulau Kodingareng.
Sebagai informasi, kegiatan penambangan pasir untuk mereklamasi kawasan Makassar New Port itu berlangsung di Blok Spermonde, sisi barat perairan Sulsel, sejak Februari 2020. Kapal berkapasitas 24 ribu meter kubik tiga kali per hari mengangkut pasir. Akibatnya, air laut makin keruh. Deru mesin penyedot pasir juga mengusir ikan ke tengah laut.
Dalam video berdurasi 1 menit 30 detik yang beredar di media sosial itu, terdapat sejumlah kolase foto serta narasi yang berisi klaim bahwa Walhi telah memutarbalikkan fakta. Video itu juga menyebut Walhi telah memanfaatkan ibu-ibu dan anak-anak serta Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Makassar untuk ambisi busuknya.
Di Facebook, video tersebut dibagikan oleh akun Komunitas Tanpa Pamrih pada 21 September 2020. Akun ini menulis narasi, “Walhi!!! Berhentilah memanfaatkan Nelayan, biarkan nelayan tenang mencari rezekinya.” Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah direspons lebih dari 100 kali, dikomentari 29 kali, dan dibagikan 31 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Komunitas Tanpa Pamrih.
Apa benar nelayan Kodingareng dan AJI Makassar telah dimanfaatkan oleh Walhi Sulsel untuk menolak penambangan pasir?
Hasil Cek Fakta
Pernyataan AJI Makassar dan Nelayan Kodingareng
Dalam siaran pers bersamanya pada 24 September 2020, AJI Makassar dan Walhi Sulawesi Selatan mengecam penyebaran video yang dilakukan oleh kelompok yang mengatasnamakan diri sebagai Komunitas Tanpa Pamrih tersebut. Ketua AJI Makassar Nurdin Amir menegaskan klaim dalam video tersebut palsu.
“Walhi tidak pernah memanfaatkan AJI Makassar dalam kasus tersebut. Sebaliknya, AJI Makassar mendukung upaya advokasi oleh Walhi terhadap nelayan Kodingareng,” kata Nurdin. Nurdin juga memastikan AJI Makassar tidak pernah membuat poster yang muncul pada detik ke-22 hingga ke-27 dalam video itu.
Poster ini berisi tulisan "AJI Makassar mengecam Walhi Sulsel yang memanfaatkan AJI untuk ambisi busuknya". Menurut Nurdin, klaim dalam video itu berupaya merusak nama baik Walhi dan AJI yang selama ini pro terhadap isu perjuangan lingkungan dan kelompok marginal.
Sebelum video tersebut beredar di media sosial, tudingan bahwa Walhi Sulawesi Selatan melakukan provokasi terhadap para nelayan untuk menolak aktivitas penambangan pasir juga pernah disampaikan oleh politikus Sulsel Sarif Sampara pada 17 September 2020.
Namun, dikutip dari SuaraSulsel.id, kelompok perempuan Kodingareng mengkritik keras tudingan itu. Menurut mereka, pernyataan Sampara keliru. Justru, mereka bersyukur dengan adanya pendampingan dari Walhi Sulsel dan Aliansi Selamatkan Pesisir (ASP).
Dengan kehadiran Walhi Sulsel dan ASP, apa yang dipersoalkan oleh masyarakat nelayan Kodingareng dapat diketahui banyak orang. Apalagi, pemerintah setempat, mulai dari Ketua RT hingga Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah, tidak pernah menanggapi keresahan nelayan.
"Jika Pak Sampara tidak mau membantu kami di pulau, diam saja, tidak usah banyak bicara. Jangan melumpuhkan semangat kami. Biarkan kami berjuang bersama adik-adik Aliansi Selamatkan Pesisir dan Walhi untuk mempertahankan laut dan pulau kami," kata Siti Ebong yang merupakan salah satu istri nelayan Kodingareng.
Pernyataan Siti tersebut juga dimuat oleh Fajar.co.id. Dia menuturkan, sampai saat ini, pihaknya tidak merasa Walhi dan ASP memprovokasi, apalagi mengajak melakukan demo anarkis. Justru, Walhi dan ASP selalu melarang agar tidak melakukan demo anarkis. Kalaupun ada tindakan anarkis, menurut Siti, hal itu adalah bentuk kemarahan kepada penambang yang merusak kehidupan.
“Sudah beberapa kali kami melakukan aksi damai di depan kapal Boskalis (kapal yang mengangkut pasir di Kodingareng) dan kantor gubernur, tapi tidak ada yang peduli dengan keluhan kami. Justru tindakan kriminalisasi, intimidasi, dan teror yang kami dapatkan,” kata Siti.
Penangkapan Nelayan dan Aktivis di Kodingareng
Setelah pada 23 Agustus 2020 terjadi penangkapan terhadap tiga nelayan Kodingareng yang memprotes penambangan pasir, peristiwa serupa kembali terjadi pada 12 September 2020. Dilansir dari situs Konsorsium Pembaruan Agraria, sebanyak 11 orang ditangkap setelah ratusan nelayan yang didominasi ibu-ibu serta aktivis menggelar aksi protes terhadap penambangan pasir yang kembali dilakukan di wilayah tangkap nelayan.
Sebelas orang yang ditangkap ini terdiri dari tujuh nelayan, satu aktivis, dan tiga jurnalis pers mahasiswa. Mereka ditangkap oleh Polisi Perairan dan Udara (Polairud) Polda Sulsel. Satu nelayan mengalami kekerasan hingga berdarah di bagian wajah. Aktivis yang sedang merekam penangkapan itu juga ditangkap dan mengalami kekerasan di bagian wajah, leher, serta badan.
Tambang Pasir di Kodingareng
Dilansir dari Majalah Tempo edisi 19 September 2020, sejak Februari 2020, kapal penyedot dan pengangkut pasir tiga kali hilir-mudik tiap hari di sekitar Blok Spermonde, kawasan penambangan dekat Pulau Kodingareng. Kapal sepanjang 230 meter itu membawa ratusan ribu meter kubik pasir dari lokasi tambang ke proyek reklamasi Makassar New Port, cikal-bakal pelabuhan termegah di timur Indonesia. Belakangan, penambangan berlangsung hingga malam hari.
Menurut sejumlah warga Kodingareng yang ditemui Tempo, dalam beberapa bulan terakhir, para nelayan di sekitar pulau dan pesisir Makassar mulai kesulitan memperoleh ikan. Pasalnya, wilayah tangkap nelayan sekarang menjadi perlintasan kapal pengangkut pasir. Pada malam hari, kapal terlihat lebih dekat ke daratan. Menurut perkiraan warga, jaraknya tidak sampai 10 kilometer dari Pulau Kodingareng. Di situlah nelayan biasa mencari ikan.
Nelayan Kodingareng umumnya menggunakan cara tradisional, seperti memanah, memancing, dan menggunakan bagan. Namun, metode itu kini tidak bisa lagi dilakukan. Kapal menyedot pasir hingga 30 meter ke dasar laut, mengakibatkan terumbu karang rusak. Deru mesin dan air yang keruh pun mengusir ikan. Sebelum penambangan pasir berlangsung, nelayan bisa menjaring 20 kilogram cumi-cumi atau lebih dari 20 ekor ikan tenggiri setiap berlayar. Kini perolehan anjlok hingga hanya 1 kilogram ikan.
Direktur Eksekutif Walhi Sulsel Muhammad Al Amien mengatakan hampir semua nelayan mengalami kesulitan ekonomi sejak penambangan pasir di Blok Spermonde dimulai. Mereka pun sering menghadapi pertengkaran keluarga. Akhirnya, banyak laki-laki merantau ke luar pulau untuk mencari uang. Menurut dia, perairan di sekitar pulau pun tidak lagi aman untuk mencari ikan karena ombak di sekitar tambang bisa mencapai 3 meter. Kabar kapal nelayan tenggelam kerap muncul akhir-akhir ini.
Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah berjanji mengakomodasi keinginan para nelayan agar tetap sejahtera. Namun, dia mengaku belum menemukan pelanggaran yang dilakukan perusahaan penambang. "Jika terbukti merugikan kepentingan nelayan, kami akan mencari lokasi lain," ujarnya.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "nelayan Kodingareng dan AJI Makassar telah dimanfaatkan oleh Walhi Sulsel untuk menolak penambangan pasir" keliru. Kelompok perempuan Kodingareng telah membantah tudingan bahwa Walhi Sulsel melakukan provokasi terhadap nelayan untuk menolak aktivitas penambangan pasir. Begitu pula AJI Makassar, yang menyatakan klaim dalam video tersebut palsu. Sebaliknya, AJI Makassar mendukung upaya advokasi oleh Walhi terhadap nelayan Kodingareng.
ZAINAL ISHAQ
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/walhi
- https://archive.ph/KPpb7
- https://www.tempo.co/tag/makassar
- https://www.tempo.co/tag/sulawesi-selatan
- https://bit.ly/3hYpudb
- http://kpa.or.id/media/baca2/siaran_pers/204/PERNYATAAN_SIKAP_KOALISI_MASYARAKAT_SIPIL_SULSEL/
- https://majalah.tempo.co/read/hukum/161469/kisah-nelayan-kodingareng-kian-miskin-setelah-penambangan-pasir?hidden=login
- https://www.tempo.co/tag/makassar-new-port
(GFD-2020-8298) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Pernyataan Sultan HB X Soal Kasus Covid-19 pada 19 September 2020 Hoaks?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 24/09/2020
Berita
Gambar tangkapan layar sebuah berita yang diklaim berasal dari Tempo beredar di grup-grup percakapan WhatsApp pada 24 September 2020. Dalam berita yang diberi label "hoax" itu, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X (Sultan HB X) melontarkan sejumlah pernyataan terkait kasus positif Covid-19.
Dalam gambar tangkapan layar tersebut, berita ini berjudul "Ngerso Dalem (Sultan): Kabeh positif rapopo wong iso sembuh dewe, jangan takut-takuti rakyat". Menurut berita itu, pernyataan Sultan HB X terkait kasus positif Covid-19 ini dilontarkan pada 19 September 2020.
Ada tiga kutipan dari Sultan HB X yang tertulis dalam berita tersebut. Pertama, "Ora popo, nek positif ya neng omah oporumah sakit (tidak apa-apa, kalau positif Covid-19 ya dirawat di rumah atau rumah sakit).” Kedua, "Tidak bisa (kebijakan baru), kita adaptasi saja, jangan menakut-nakuti (masyarakat).”
Adapun kutipan ketiga berbunyi, “Rakyat bisa kelaparan,kalosakit cari nafkah pun sudah. Positif negatifpodo wae(positif negatif sama saja), semua orang mengalami sakit dan pasti mati,nek ora tau lara opo mati dudu manungso(kalau tidak pernah sakit atau mati bukan manusia).Sing penting ono upo kanggo urip(yang penting ada makanan untuk hidup).”
Gambar tangkapan layar berita yang diklaim berasal dari Tempo.
Apa benar ketiga kutipan soal kasus positif Covid-19 itu dilontarkan oleh Sultan HB X pada 19 September 2020?
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, kutipan ketiga dalam berita itu, yang menyebut "positif dan negatif Covid-19 sama saja karena semua orang pasti meninggal", hasil suntingan. Berita asli Tempo tidak memuat pernyataan yang diklaim dilontarkan oleh Sultan HB X tersebut. Namun, dua kutipan lainnya memang berasal dari Sultan HB X.
Berita asli Tempo yang memuat pernyataan Sultan HB X pada 19 September 2020 berjudul "Soal Lonjakan Kasus Covid-19, Sultan HB X: Jangan Takut-Takuti Rakyat". Pernyataan ini disampaikan Sultan HB X untuk menjawab pertanyaan wartawan soal rekor baru kasus Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Potongan berita asli Tempo yang berjudul "Soal Lonjakan Kasus Covid-19, Sultan HB X: Jangan Takut-Takuti Rakyat".
Pada 19 September 2020, DIY mencatatkan penambahan sebanyak 74 kasus positif Covid-19 baru. Penambahan ini membuat total kasus positif Covid-19 di DIY menjadi 2.111 kasus. Sultan HB X pun mengatakan tambahan kasus dalam sehari itu tidak perlu dipermasalahkan.
"Ora popo, nak positif ya neng rumah sakit(tidak apa-apa, kalau positif Covid-19 ya dirawat di rumah sakit)," ujar Sultan HB X. Terkait apakah ada kebijakan khusus untuk meredam lonjakan kasus, Sultan HB X menilai tidak ada kebijakan lain, "Tidak bisa (kebijakan baru), kita adaptasi saja, jangan menakut-nakuti (masyarakat)."
Sultan menilai, jika masyarakat terlalu takut menghadapi wabah Covid-19 ini, dampaknya bisa mempengaruhi sektor ekonomi dan akhirnya masyarakat di Yogyakarta bisa kesulitan mencari nafkah. "Rakyat bisa kelaparan, cari nafkah pun juga sakit," ujar Sultan HB X.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa tiga kutipan soal kasus positif Covid-19 tersebut dilontarkan oleh Sultan HB X pada 19 September 2020 sebagian benar. Gambar tangkapan layar berita yang berisi klaim itu merupakan hasil suntingan. Dua kutipan pertama memang dinyatakan oleh Sultan HB X dan dimuat oleh Tempo. Namun, kutipan ketiga adalah hasil penambahan dari pihak lain. Tempo tidak pernah memuat kutipan "positif dan negatif Covid-19 sama saja karena semua orang pasti meninggal". Pernyataan ini pun tidak dilontarkan oleh Sultan HB X dalam wawancara dengan media pada 19 September 2020.
IKA NINGTYAS
Catatan redaksi: Artikel ini diubah pada 25 September 2020 pukul 11.10 WIB pada bagian judul dan kesimpulan. Redaksi mohon maaf.
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
(GFD-2020-8297) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Tidak Ada Orang dengan Gangguan Jiwa yang Meninggal Karena Covid-19?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 24/09/2020
Berita
Klaim bahwa tidak ada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang meninggal karena Covid-19 beredar di media sosial. Klaim ini tercantum dalam foto seorang pria dengan rambut panjang dan berantakan. Dalam foto itu, tertulis pula perbandingan antara kondisi ODGJ tersebut dengan orang normal di masa pandemi Covid-19. Di Facebook, foto ini dibagikan salah satunya oleh akun Taupan Saepul Bahri, yakni pada 21 September 2020.
"Sampai Detik ini Blm ada denger orang gila mati akibat terkena penyakit Corona. Padahal gak pernah mandi, gak pernah Cuci Tangan, makan gak teratur, Gak pake Masker, Tidur di sembarang tempat. Orang Waras malah bingung Rebutan Masker, Posting Berita menakutkan, Ketakutan Sendiri, Yang Gila tetap sehat, yang Sehat udah seperti orang gila," demikian narasi yang tercantum dalam foto tersebut.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Taupan Saepul Bahri.
Apa benar tidak ada ODGJ yang meninggal karena Covid-19?
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, virus Corona baru penyebab Covid-19 bisa menginfeksi siapa saja, termasuk orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Sejumlah daerah mencatat kasus infeksi Covid-19 yang diderita oleh ODGJ, di mana beberapa di antaranya meninggal dunia. Bahkan, ditemukan kelompok ODGJ yang cukup rentan terinfeksi dan menjadi pembawa virus (orang tanpa gejala atau OTG).
Dilansir dari Radar Jogja, Direktur Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta Ahmad Akhadi menjelaskan bahwa ODGJ termasuk dalam kelompok berisiko tinggi, terutama ODGJ terlantar atau menggelandang. Menurut Guru Besar Kesehatan Jiwa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Soewadi, seperti dikutip dari Tirto, ada kelompok ODGJ yang kebal, ada pula kelompok ODGJ yang rentan.
ODGJ yang paling berat tingkatannya adalah skizofreniaundifferentiatedatau tidak terdiferensiasi. Pada penderita dengan tingkatan ini, kata Soewadi, memiliki alam kesadaran hidup mereka sendiri dan biasanya menggelandang. Mereka tidak memiliki rasa takut, cemas, atau gelisah. "Sehingga protektor-protektor fisik itu malah bekerja dengan baik. Jadi, dia tidak rentan terhadap penyakit ini," kata Soewadi pada 17 Mei 2020.
Sementara penderita skizofrenia yang telah memiliki kesadaran, yang disebut Soewadi sebagai "skizofrenia dalam remisi", bisa sangat rentan terinfeksi virus, termasuk Covid-19. "Kalau skizofrenia dalam remisi itu justru tidak kebal, karena dia mulai bisa berpikir realistis. Dia mulai ada rasa takut, cemas, dan gelisah. Ini justru berbahaya, sangat rentan kena Corona. Begitu dia tahu kena Corona, dia ketakutan," ujarnya.
Sejumlah kasus positif Covid-19 yang ditemukan pada ODGJ tercatat di daerah-daerah berikut:
Adapun pasien ODGJ yang positif Covid-19 dan dilaporkan meninggal dunia tercatat di daerah-daerah berikut:
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "tidak ada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang meninggal karena Covid-19" keliru. Tidak ada kelompok yang kebal terhadap penyakit ini. Demikian juga kelompok ODGJ, di mana terdapat sejumlah kasus positif Covid-19 yang ditemukan pada kelompok tersebut, bahkan beberapa di antaranya meninggal. Menurut ahli, ODGJ yang menggelandang lebih berisiko tertular dan menularkan kepada orang lain apabila mereka menjadi orang tanpa gejala.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/covid-19
- https://web.archive.org/save/
- https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1206516619730345&set=a.255872271461456&type=3&eid=ARCgs-x1pjHACgoCt7MDCnlkXZN3bu8U-4N63rj1A6I7EkJyoVEgrqYpgKM7CKYNe4t97hszLX_psyA-&_rdc=1&_rdr
- https://radarjogja.jawapos.com/2020/08/13/odgj-jadi-kelompok-rentan-tertular-covid-19/
- https://tirto.id/fwWA
- https://www.tempo.co/tag/positif-covid-19
- https://www.tempo.co/tag/odgj
(GFD-2020-8296) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ada Razia Permen Dot yang Mengandung Narkoba?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 24/09/2020
Berita
Foto yang memperlihatkan petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) sedang menunjukkan kotak yang berisi beberapa bungkus permen dot beredar di media sosial. Foto itu dibagikan dengan narasi bahwa permen dot tersebut mengandung narkoba.
"Permen DOT yg di sinyalir mengandung narkoba, tlg bantu di sebar kan ya bunda, supaya putra/putri kita terhindar dr jajanan berbahaya," demikian narasi yang tertulis di bawah foto tersebut.
Di Facebook, foto beserta narasi ini dibagikan salah satunya oleh akun Dilanya Yudi. Foto tersebut diunggah pada 30 Juli 2019, namun kembali ramai dikomentari dalam beberapa hari terakhir. Hingga artikel ini dimuat, unggahan akun itu telah dibagikan lebih dari 4.800 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Dilanya Yudi.
Apa benar ada razia permen dot yang mengandung narkoba?
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, isu bahwa permen dot mengandung narkoba memang pernah beredar pada 2017. Isu ini beredar setelah Satpol PP Kota Surabaya menggelar operasi gabungan dan menyita permen berbentuk dot tersebut. Namun, pemeriksaan laboratorium oleh tiga lembaga, yakni Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Surabaya, Badan Narkotika Nasional (BNN), dan kepolisian, menunjukkan permen dot itu tidak mengandung narkoba atau zat berbahaya lainnya.
Untuk memverifikasi klaim bahwa "ada razia permen dot yang mengandung narkoba", Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto petugas Satpol PP yang sedang menunjukkan kotak permen dot tersebut dengan reverse image tool. Hasilnya, ditemukan bahwa foto tersebut pernah beredar di media sosial dan dimuat di sejumlah situs media sejak 2017. Salah satu situs media yang pernah memuat foto itu adalah Detik.com.
Peristiwa dalam foto itu adalah bagian dari razia oleh Satpol PP Kota Surabaya setelah seorang anak SD mengaku pusing usai mengkonsumsi permen tersebut. Menurut dari arsip berita Tempo, razia ini menyisir sekolah-sekolah dasar, dan digelar pada 6 Maret 2017. Dari operasi gabungan tersebut, Satpol PP menyita 345 botol permen, yang kemudian diserahkan ke BBPOM Surabaya.Pada 9 Maret 2017, BBPOM mengeluarkan laporan hasil uji laboratorium permen dot yang diduga mengandung narkoba itu. Hasil tes menyatakan negatif. "Hasil ujinya negatif terhadap parameter yang kami uji," ujar Pelaksana Tugas Kepala BBPOM Surabaya Retno Kurpaningsih.
Retno mengatakan sampel permen asal Cina produksi Xiamen Yang Wan Foodstuff itu lolos dari empat parameter narkoba. Salah satu zat psikoaktif yang termasuk dalam parameter ialah amphetamine, yang menyebabkan ketagihan. Permen-permen yang diimpor oleh PT Petrona Inti Chermindo itu juga tidak mengandung rhodamin, bahkan resmi terdaftar sebagai makanan luar dan memiliki label BPOM RI ML 224409003077.
Selain BBPOM Surabaya, pengujian juga dilakukan oleh BNN dan kepolisian, dan hasilnya diumumkan pada 16 Maret 2017. Dilansir dari Liputan6.com, Kepala BNN Budi Waseso menyatakan permen dot negatif dari bahan yang mengandung narkotika.
"Permen dot kami nyatakan negatif, clear, dari bahan kimia narkotika. Ini sudah dibuktikan oleh tiga instansi, yakni BNN, polisi, dan Laboratorium POM," kata pria yang akrab disapa Buwas ini di Kantor BNN, Jakarta, pada 16 Maret 2017.
Buwas mengatakan rasa pusing yang dialami oleh anak yang mengkonsumsi permen tersebut bukan diakibatkan oleh narkoba, melainkan kondisi anak tersebut yang memang sedang tidak sehat. "Itu anak kecilnya lagi sakit, sudah dicek dinas kesehatan sana," tutur Buwas.
Meskipun begitu, Buwas mengimbau kepada masyarakat untuk terus berhati-hati lantaran masih ada potensi masuknya peredaran narkoba menggunakan permen tersebut. "Tapi harus masih juga diwaspadai, karena biasanya saat sudah dinyatakanclear, malah bisa dimanfaatkan oleh oknum narkoba, ini serius kita," katanya.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "ada razia permen dot yang mengandung narkoba" menyesatkan. Foto yang digunakan untuk menyebarkan klaim itu memang merupakan foto razia permen dot oleh Satpol PP Kota Surabaya. Saat itu, ada dugaan bahwa permen dot tersebut mengandung narkoba karena ditemukan setelah adanya anak SD yang mengaku pusing setelah mengkonsumsi permen tersebut. Namun, setelah diuji di laboratorium BBPOM Surabaya, BNN, dan kepolisian, ditemukan bahwa permen tersebut tidak mengandung narkoba.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/permen
- https://web.archive.org/save/
- https://www.facebook.com/photo.php?fbid=2180424105400924&set=a.150595671717121&type=3&eid=ARAcmNgs3kPwTwMFbgCTSOKmei5WbU5oTbIkqh_uXOBR6G2VVncceZwRY1VvSXRKa_KmHdv4bE74cWa3&_rdc=1&_rdr
- https://www.tempo.co/tag/narkoba
- https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3441294/bnn-seriusi-permen-dot-narkoba-sampel-dikirim-ke-jakarta
- https://nasional.tempo.co/read/854380/permen-dot-diduga-narkoba-begini-hasil-uji-laboratorium-bpom/full&view=ok
- https://www.tempo.co/tag/surabaya
- https://www.liputan6.com/news/read/2888443/bnn-permen-dot-negatif-narkoba
- https://www.tempo.co/tag/bnn
Halaman: 5309/6800
        



