(diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia)
“Komunisme!”
NARASI DALAM GAMBAR:
(diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia)
“Foto ini memenangkan penghargaan Pulitzer pada tahun 1960. Foto ini menunjukkan seorang pendeta melayani ritual pengakuan dosa terakhir untuk seorang petani Kuba , yang memiliki sebuah lahan. Ia menolak bekerja untuk rezim Castro. Ia dieksekusi oleh regu tembak setelah “diadili” oleh Che Guevara selama 4 menit. Anda tidak akan pernah melihat foto ini di baju apapun.”(diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia)
“Komunisme!”
NARASI DALAM GAMBAR:
(diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia)
“Foto ini memenangkan penghargaan Pulitzer pada tahun 1960. Foto ini menunjukkan seorang pendeta melayani ritual pengakuan dosa terakhir untuk seorang petani Kuba , yang memiliki sebuah lahan. Ia menolak bekerja untuk rezim Castro. Ia dieksekusi oleh regu tembak setelah “diadili” oleh Che Guevara selama 4 menit. Anda tidak akan pernah melihat foto ini di baju apapun.”
(GFD-2021-7276) [SALAH] Foto Seorang Petani Kuba Dieksekusi karena Menolak Bekerja untuk Rezim Fidel Castro
Sumber: twitter.comTanggal publish: 20/07/2021
Berita
Hasil Cek Fakta
Akun Twitter dengan nama pengguna Objectivist mengunggah sebuah foto yang menunjukkan seorang pria tengah berlutut di hadapan seorang pendeta dan sekelompok orang yang membawa senjata api. Dalam foto tersebut juga terdapat keterangan yang menyatakan bahwa pria tersebut merupakan seorang petani Kuba yang dieksekusi karena menolak bekerja untuk rezim Fidel Castro.
Berdasarkan hasil penelusuran, pria dalam foto tersebut bukan merupakan seorang petani Kuba yang dieksekusi karena menolak bekerja untuk rezim Castro, melainkan seorang tentara berpangkat kopral yang bertugas di bawah kepemimpinan penguasa Kuba sebelumnya, Fulgencio Batista, yang tengah melakukan ritual pengakuan dosa terakhirnya sebelum dieksekusi.
Foto tersebut merupakan hasil karya seorang fotografer yang bekerja di media United Press International, Andrew Lopez. Foto serupa dengan deskripsi sebenarnya dapat dilihat di situs resmi Penghargaan Pulitzer, pulitzer.org.
Dengan demikian, narasi yang diunggah oleh akun Twitter dengan nama pengguna Objectivist tersebut dapat dikategorikan sebagai Konteks yang Salah/False Context.
Berdasarkan hasil penelusuran, pria dalam foto tersebut bukan merupakan seorang petani Kuba yang dieksekusi karena menolak bekerja untuk rezim Castro, melainkan seorang tentara berpangkat kopral yang bertugas di bawah kepemimpinan penguasa Kuba sebelumnya, Fulgencio Batista, yang tengah melakukan ritual pengakuan dosa terakhirnya sebelum dieksekusi.
Foto tersebut merupakan hasil karya seorang fotografer yang bekerja di media United Press International, Andrew Lopez. Foto serupa dengan deskripsi sebenarnya dapat dilihat di situs resmi Penghargaan Pulitzer, pulitzer.org.
Dengan demikian, narasi yang diunggah oleh akun Twitter dengan nama pengguna Objectivist tersebut dapat dikategorikan sebagai Konteks yang Salah/False Context.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Khairunnisa Andini (Universitas Diponegoro).
Bukan foto seorang petani Kuba yang dieksekusi karena menolak bekerja untuk rezim Castro, melainkan foto seorang tentara berpangkat kopral yang bertugas di bawah kepemimpinan penguasa Kuba sebelumnya, Fulgencio Batista, yang akan dieksekusi.
Bukan foto seorang petani Kuba yang dieksekusi karena menolak bekerja untuk rezim Castro, melainkan foto seorang tentara berpangkat kopral yang bertugas di bawah kepemimpinan penguasa Kuba sebelumnya, Fulgencio Batista, yang akan dieksekusi.
Rujukan
(GFD-2021-7275) [SALAH] Ustadz Abdul Somad (UAS) Meninggal Dunia
Sumber: youtube.comTanggal publish: 20/07/2021
Berita
“INNALILLAH. SEMOGA KHUSNUL KHOTIMAH. TANGIS KELUARGA TAK TERBENDUNG”
Hasil Cek Fakta
Terdapat sebuah video berdurasi 10 menit 5 detik yang diunggah oleh channel Youtube bernama pena istana mengenai kondisi Ustadz Abdul Somad (UAS) yang diindikasikan telah meninggal dunia.
Namun setelah video tersebut diputar, informasi yang disampaikan ialah tentang pengalaman UAS ketika ia mengalami kondisi seperti ciri-ciri terjangkit Covid-19. Dalam sebuah kajian musyawarah UAS menyatakan bahwa setelah ia kembali dari luar kota, ia merasakan kondisi badan yang tidak enak. Ia merasa bahwa kondisinya saat itu seperti tulang dalam tubuhnya seolah ingin putus, lalu kepalanya seperti ditusuk dengan jarum dan kaca tajam, selain itu ia juga tidak bisa mencium bau, bahkan bau durian pun ia tidak bisa menciumnya.
Selain itu informasi lain yang disampaikan dalam video tersebut ialah mengenai berbagai kritik dari beberapa pihak terkait materi ceramah yang disampaikan oleh UAS terkait Covid-19 yang dianggap telah meresahkan dan membuat sebuah penurunan legitimasi masyarakat kepada pemerintah atas kebenaran adanya Virus Covid-19. Sehingga dalam video tersebut tidak memuat satu informasi apapun mengenai kondisi UAS yang telah meninggal dunia, bahkan tidak pula menayangkan tentang kondisi keluarga UAS yang tak dapat membendung tangis sebagaimana narasi yang tertera pada thumbnail video.
Melansir dari medcom.id, informasi mengenai UAS meninggal dunia juga telah beredar di platform media sosial Facebook pada beberapa waktu lalu, namun melansir dari medcom.id dan merdeka.com, informasi tersebut ialah informasi salah atau hoax, karena faktanya pada tanggal 13 Juli 2021, UAS mengunggah video klarifikasi pada akun Instagram resminya dengan menyatakan bahwa kondisinya saat ini masih dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.
Berdasarkan pada seluruh referensi, informasi terkait meninggalnya Ustadz Abdul Somad ialah informasi yang salah atau masuk ke dalam kategori koneksi yang salah.
Namun setelah video tersebut diputar, informasi yang disampaikan ialah tentang pengalaman UAS ketika ia mengalami kondisi seperti ciri-ciri terjangkit Covid-19. Dalam sebuah kajian musyawarah UAS menyatakan bahwa setelah ia kembali dari luar kota, ia merasakan kondisi badan yang tidak enak. Ia merasa bahwa kondisinya saat itu seperti tulang dalam tubuhnya seolah ingin putus, lalu kepalanya seperti ditusuk dengan jarum dan kaca tajam, selain itu ia juga tidak bisa mencium bau, bahkan bau durian pun ia tidak bisa menciumnya.
Selain itu informasi lain yang disampaikan dalam video tersebut ialah mengenai berbagai kritik dari beberapa pihak terkait materi ceramah yang disampaikan oleh UAS terkait Covid-19 yang dianggap telah meresahkan dan membuat sebuah penurunan legitimasi masyarakat kepada pemerintah atas kebenaran adanya Virus Covid-19. Sehingga dalam video tersebut tidak memuat satu informasi apapun mengenai kondisi UAS yang telah meninggal dunia, bahkan tidak pula menayangkan tentang kondisi keluarga UAS yang tak dapat membendung tangis sebagaimana narasi yang tertera pada thumbnail video.
Melansir dari medcom.id, informasi mengenai UAS meninggal dunia juga telah beredar di platform media sosial Facebook pada beberapa waktu lalu, namun melansir dari medcom.id dan merdeka.com, informasi tersebut ialah informasi salah atau hoax, karena faktanya pada tanggal 13 Juli 2021, UAS mengunggah video klarifikasi pada akun Instagram resminya dengan menyatakan bahwa kondisinya saat ini masih dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.
Berdasarkan pada seluruh referensi, informasi terkait meninggalnya Ustadz Abdul Somad ialah informasi yang salah atau masuk ke dalam kategori koneksi yang salah.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Novita Kusuma Wardhani (Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta). Informasi tersebut salah. Faktanya informasi yang disampaikan dalam video tersebut memuat informasi yang berbeda dengan narasi yang tertera pada thumbnail video.
Rujukan
(GFD-2021-7274) [SALAH] Video Kericuhan di Pasar Ngabul Jepara
Sumber: facebook.comTanggal publish: 20/07/2021
Berita
“pasar ngabul jepara…ricuh “
Hasil Cek Fakta
Akun Facebook bernama Imron Rosadi memposting video berdurasi 30 detik. Video yang merekam sebuah kericuhan tersebut diklaim terjadi di pasar Ngabul Jepara.
Setelah ditelusuri melansir dari kompas.com Camat Tahunan Nuril Abdilah mengatakan video tersebut tidak benar. Usai mendapat kiriman video tersebut pihaknya langsung meninjau lokasi.
“Video itu hoaks, saya langsung kroscek (Kamis malam), dan tidak ada apa-apa di sana, sepi seperti hari-hari biasa,” kata Nuril dikutip dari laman jepara.go.id.
Forkopimcam bersama pihak kepolisian dan TNI kembali ke Pasar Ngabul pada Jumat (16/7/2021) siang untuk mengumpulkan informasi dan memastikan kepada pedagang.
Namun, tidak terjadi sesuatu dan kondisi Pasar Ngabul sangat aman dan kondusif.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Jepara Arif Darmawan bahwa video tersebut merupakan hoaks.
Lokasi kericuhan pada video tersebut terjadi di Pasar Kartini Peunayong Banda Aceh, pada Senin (24/5/2021) saat proses pemindahan pedagang ke Pasar Almahira Lamdingan, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh.
“Kami berharap masyarakat tidak terpancing dan tetap kondusif, dalam situasi sekarang,” kata Arif.
Dengan demikian video yang diklaim kericuhan di pasar Ngabul Jepara merupakan hoaks. Kericuhan tersebut terjadi di pasar daerah Banda Aceh bulan Mei yang disebabkan rencana relokasi pedagang di Pasar Kartini Peunayong sehingga masuk dalam kategori konten yang salah.
Setelah ditelusuri melansir dari kompas.com Camat Tahunan Nuril Abdilah mengatakan video tersebut tidak benar. Usai mendapat kiriman video tersebut pihaknya langsung meninjau lokasi.
“Video itu hoaks, saya langsung kroscek (Kamis malam), dan tidak ada apa-apa di sana, sepi seperti hari-hari biasa,” kata Nuril dikutip dari laman jepara.go.id.
Forkopimcam bersama pihak kepolisian dan TNI kembali ke Pasar Ngabul pada Jumat (16/7/2021) siang untuk mengumpulkan informasi dan memastikan kepada pedagang.
Namun, tidak terjadi sesuatu dan kondisi Pasar Ngabul sangat aman dan kondusif.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Jepara Arif Darmawan bahwa video tersebut merupakan hoaks.
Lokasi kericuhan pada video tersebut terjadi di Pasar Kartini Peunayong Banda Aceh, pada Senin (24/5/2021) saat proses pemindahan pedagang ke Pasar Almahira Lamdingan, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh.
“Kami berharap masyarakat tidak terpancing dan tetap kondusif, dalam situasi sekarang,” kata Arif.
Dengan demikian video yang diklaim kericuhan di pasar Ngabul Jepara merupakan hoaks. Kericuhan tersebut terjadi di pasar daerah Banda Aceh bulan Mei yang disebabkan rencana relokasi pedagang di Pasar Kartini Peunayong sehingga masuk dalam kategori konten yang salah.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Luthfiyah Oktari Jasmien (UIN Raden Mas Said Surakarta).
Lokasi kericuhan pada video tersebut bukan di pasar Ngabul Jepara melainkan terjadi di pasar daerah Banda Aceh yang disebabkan rencana relokasi pedagang di Pasar Kartini Peunayong.
Lokasi kericuhan pada video tersebut bukan di pasar Ngabul Jepara melainkan terjadi di pasar daerah Banda Aceh yang disebabkan rencana relokasi pedagang di Pasar Kartini Peunayong.
Rujukan
(GFD-2021-7273) [SALAH] Foto “Masjid Meledak Saat Waktu Sholat Jumat, Sebanyak 50 Jamaah Meninggal Dunia”
Sumber: ArtikelTanggal publish: 19/07/2021
Berita
Beredar artikel berjudul “Innalillahi, Masjid Meledak Saat Waktu Sholat Jumat, Sebanyak 50 Jamaah Meninggal Dunia, Semoga Husnol Khotimah Aminn” yang terbit di situs berita-uptdate[dot]xyz pada 14 Juli 2021.
Di artikel tersebut terdapat sebuah foto sebuah masjid terbakar. Berbeda dengan judulnya, di artikel ini terdapat narasi: “nnalillahi, AC Masjid Meledak Saat Waktu Sholat Subuh, Sebanyak 20 Jamaah Meninggal Dunia” dan “Sebuah masjid di kota Narayanganj, Bangladesh, meledak di waktu sholat berjamaah pada Jumat 4 September, malam hari. Peristiwa diduga terjadi akibat ledakan AC masjid. Sedikitnya 20 orang meninggal dunia, termasuk muazin, imam masjid, serta bocah berusia tujuh tahun. Sedangkan para korban luka-luka dirawat di Sheikh Hasina National Institute of Burn and Plastic Surgery di Ibu Kota Dhaka.”
Di artikel tersebut terdapat sebuah foto sebuah masjid terbakar. Berbeda dengan judulnya, di artikel ini terdapat narasi: “nnalillahi, AC Masjid Meledak Saat Waktu Sholat Subuh, Sebanyak 20 Jamaah Meninggal Dunia” dan “Sebuah masjid di kota Narayanganj, Bangladesh, meledak di waktu sholat berjamaah pada Jumat 4 September, malam hari. Peristiwa diduga terjadi akibat ledakan AC masjid. Sedikitnya 20 orang meninggal dunia, termasuk muazin, imam masjid, serta bocah berusia tujuh tahun. Sedangkan para korban luka-luka dirawat di Sheikh Hasina National Institute of Burn and Plastic Surgery di Ibu Kota Dhaka.”
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran Tim CekFakta Tempo, klaim foto dengan klaim kebakaran masjid di Bangladesh yang menewaskan 50 orang merupakan koneksi yang salah.
Faktanya, bukan meledak saat salat Jumat. Selain itu, masjid yang terbakar pada foto tersebut adalah Masjid Taqarrub di Gampong Alue Bungkoh, Aceh Utara, Sabtu, 28 Desember 2019. Sementara kebakaran masjid di Narayanganj, Bangladesh terjadi pada awal September 2020. Masjid tersebut terbakar saat jamaah sedang menjalankan salat Isya, bukan salat Jumat.
Dilansir dari Tempo, menurut situs berita lokal mediaaceh.co, sebanyak 10 unit ruko di Keude Alue Bungkoh, Kecamatan Pirak Timu, Aceh Utara, Sabtu, 28 Desember 2019 pagi ludes terbakar. Selain itu, kubah utama Masjid Taqarrub yang berada di dekat deretan ruko tersebut juga ikut terbakar.
Kapolres Aceh Utara Ajun Komisaris Besar Ian Rizkian Milyardin, melalui Kapospol Pirak Timu Inspektur Dua Bambang S menyebutkan, kebakaran terjadi diduga akibat korsleting listrik dari salah satu ruko yang berkonstruksi papan.
“Korban luka hanya satu orang dari 35 korban (kebakaran kedai/warung) lainnya, yaitu Murida, istri Riza Abdullah. Tangan dan dahinya luka terbakar saat menyelamatkan diri,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Aceh Utara, Amir Hamzah.
Sementara itu, Dhakatribune.com melaporkan, sedikitnya 50 orang mengalami luka bakar akibat ledakan AC saat salat di sebuah masjid di Narayanganj, September 2020. Ledakan itu terjadi sekitar jam 9 malam pada hari Jumat di sebuah masjid di lingkungan Fatullah Sadar upazila. Menurut polisi setempat, ledakan terjadi saat salat Isya akan berakhir.
Beberapa korban telah dibawa ke Institut Nasional Pembakaran dan Bedah Plastik Sheikh Hasina di Dhaka. Koordinator institut, Dr Samanta Lal Sen mengatakan kepada Dhaka Tribune bahwa 38 korban telah dirawat.
Dilansir dari Kantor Berita Turki, Anadolu Agency, sedikitnya 20 orang tewas dan 17 lainnya berada dalam kondisi kritis setelah dugaan ledakan AC saat salat Jumat malam di sebuah masjid dekat ibukota Bangladesh.
Faktanya, bukan meledak saat salat Jumat. Selain itu, masjid yang terbakar pada foto tersebut adalah Masjid Taqarrub di Gampong Alue Bungkoh, Aceh Utara, Sabtu, 28 Desember 2019. Sementara kebakaran masjid di Narayanganj, Bangladesh terjadi pada awal September 2020. Masjid tersebut terbakar saat jamaah sedang menjalankan salat Isya, bukan salat Jumat.
Dilansir dari Tempo, menurut situs berita lokal mediaaceh.co, sebanyak 10 unit ruko di Keude Alue Bungkoh, Kecamatan Pirak Timu, Aceh Utara, Sabtu, 28 Desember 2019 pagi ludes terbakar. Selain itu, kubah utama Masjid Taqarrub yang berada di dekat deretan ruko tersebut juga ikut terbakar.
Kapolres Aceh Utara Ajun Komisaris Besar Ian Rizkian Milyardin, melalui Kapospol Pirak Timu Inspektur Dua Bambang S menyebutkan, kebakaran terjadi diduga akibat korsleting listrik dari salah satu ruko yang berkonstruksi papan.
“Korban luka hanya satu orang dari 35 korban (kebakaran kedai/warung) lainnya, yaitu Murida, istri Riza Abdullah. Tangan dan dahinya luka terbakar saat menyelamatkan diri,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Aceh Utara, Amir Hamzah.
Sementara itu, Dhakatribune.com melaporkan, sedikitnya 50 orang mengalami luka bakar akibat ledakan AC saat salat di sebuah masjid di Narayanganj, September 2020. Ledakan itu terjadi sekitar jam 9 malam pada hari Jumat di sebuah masjid di lingkungan Fatullah Sadar upazila. Menurut polisi setempat, ledakan terjadi saat salat Isya akan berakhir.
Beberapa korban telah dibawa ke Institut Nasional Pembakaran dan Bedah Plastik Sheikh Hasina di Dhaka. Koordinator institut, Dr Samanta Lal Sen mengatakan kepada Dhaka Tribune bahwa 38 korban telah dirawat.
Dilansir dari Kantor Berita Turki, Anadolu Agency, sedikitnya 20 orang tewas dan 17 lainnya berada dalam kondisi kritis setelah dugaan ledakan AC saat salat Jumat malam di sebuah masjid dekat ibukota Bangladesh.
Kesimpulan
BUKAN meledak saat salat Jumat. Selain itu, masjid yang terbakar pada foto tersebut adalah Masjid Taqarrub di Gampong Alue Bungkoh, Aceh Utara, Sabtu, 28 Desember 2019. Sementara kebakaran masjid di Narayanganj, Bangladesh terjadi pada awal September 2020. Masjid tersebut terbakar saat jamaah sedang menjalankan salat Isya, bukan salat Jumat.
Rujukan
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/1446/keliru-klaim-ini-foto-kebakaran-masjid-di-bangladesh-yang-menewaskan-50-orang
- https://mediaaceh.co/2019/12/29/10-ruko-dan-kubah-masjid-terbakar-di-aceh-utara/
- https://www.suara.com/news/2019/12/28/164836/masjid-taqarrub-aceh-hangus-terbakar-satu-perempuan-terlalap-api
- https://www.dhakatribune.com/bangladesh/nation/2020/09/04/50-injured-in-narayanganj-mosque-explosion
- https://www.aa.com.tr/en/asia-pacific/bangladesh-20-die-17-injured-in-mosque-blasts/1963695
Halaman: 5115/6353