Beredar sebuah postingan di media sosial yang mengklaim bahwa Vaksin Covid-19 memiliki microchip magnetik. Dalam postingan tersebut, seorang wanita memperlihatkan lengannya memiliki reaksi magnet setelah menerima vaksin Covid-19, hal tersebut ditunjukkan dengan meletakan magnet di tempat Ia menerima vaksin dan terlihat magnet tersebut langsung menempel. Sementara, ketika Ia melakukan hal yang sama pada lengannya yang lain, magnet tersebut akan jatuh. Di akhir video, wanita tersebut memperingatkan agar tidak melakukan vaksinasi.
Magnet vaksin
Vaksin covid 19 ada magnet nya
Eric tohir dengan sanngat terbuka menjelaskan tentang chip
Chip dalam vaksin
Vaksin covid 19 mengandung magnet
Microchip dalam vaksin19
Vaksin magnet
Vaksin mengandung magnet ?
Partikel nano yang akan mengontrol otak manusia
Hoax nano partikel vaksin mengendalikan otak
chips pada vaksin covid 19
Chip pada vaksin
Partikel nano akan mengotrol otak manusia
Setelah disuntik vaksin Covid 19, bisa dikontrol seumur hidup
Chip yg ada dlm vaksin Covid 19
Vaksin bermagnet
Vaksin covid 19 betulkah ada chip n
Chip dalam vaksin covid
Koin nempel
Vaksin magnet
Chip dalam Vaksin Covid 19
Vaksin bikin koin nempel
Magnet di vaksin covid
Vaksin microchip
Vaksin covid mengandung maghet
Microchip vaksin
Erick thohir vaksin chip
vaksin ada magnet
Microchip vaksin
Vacsin mengandung magnet
Vaksin mengandung magnet
Hoax Covid microchip
Akibat vaksin menjadi magnet
Chipset
Vaksin chipset
Chipset vaksin
Vaksin yang disuntikkan ke tubuh manusia adalah benda seperti chip
Vaksin terdapat chip
apakah vaksin terdapat chip?
Vaksin terpasang chips
Chips vaksin
microchip magnetik covid
vaksin mengandung chips
Cip vaksin
Apakah vaksin mengandung microchip
(GFD-2021-6962) [SALAH] Vaksin Covid-19 Mengandung Microchip Magnetik
Sumber: Instagram.comTanggal publish: 21/05/2021
Berita
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, kompilasi video dengan klaim serupa banyak beredar di berbagai platform media sosial.
Pemeriksa fakta independen di lingkup internasional seperti Lead Stories, USA Today, AFP United States, dan Factcheck.org telah membantah klaim tersebut berdasarkan hasil penelusuran dan klarifikasi dari institusi resmi di bidang kesehatan.
Melansir dari AFP, para ahli medis mengatakan bahwa video tersebut tidak lebih dari teori konspirasi yang termasuk ke dalam kategori disinformasi tentang virus Covid-19.
“Tidak, medapatkan vaksin Covid-19 tidak dapat menyebabkan lengan Anda menjadi magnet. Ini tipuan, jelas dan sederhana,” jelas Dr. Stephen Schrantz, Spesialis Penyakit Menular di University of Chicago Medicine.
Hal ini didorong kuat oleh pernyataan Dr. Thomas Hope, peneliti vaksin dan profesor biologi sel dan perkembangan di Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern, Ia menjelaskan bahwa vaksin Covid-19 pada dasarnya terdiri dari protein dan lipid, garam, air, dan bahan kimia yang menjaga PH. Sehingga tidak ada bahan apapun yang dapat berinteraksi dengan magnet.
Menurut lembar fakta yang disediakan oleh otoritas kesehatan di AS dan Kanada dijelaskan bahwa tidak ada jenis vaksin Covid-19 yang memiliki bahan berbasis logam.
Selain itu, berdasarkan penelurusan USA Today, klaim vaksin Covid-19 mengandung microchip magnetik berasal dari teori konspirasi yang mengklaim salah satu pendiri Microsoft, Bill Gates, berada di balik skema global untuk secara diam-diam menanamkan microchip dan melacak miliaran orang.
Menanggapi hal tersebut Gates telah berulang kali membantah dan tidak ditemukan bukti untuk mendukungnya.
Meskipun apotek, rumah sakit, lembaga kesehatan, dan penyedia swasta menggunakan catatan kesehatan elektronik dan databese berbasis digital lainnya untuk melacak siapa saja yang sudah diimunisasi, tetapi tidak ada teknologi serupa microchip magnetik yang melekat pada vaksin mana pun.
Para ahli mengatakan reaksi magnetis sebagai efek samping vaksin sama sekali tidak berdasar.
Dengan demikian, klaim bahwa vaksin Covid-19 memiliki microchip magnetik adalah hoaks dengan kategori konten yang menyesatkan.
Pemeriksa fakta independen di lingkup internasional seperti Lead Stories, USA Today, AFP United States, dan Factcheck.org telah membantah klaim tersebut berdasarkan hasil penelusuran dan klarifikasi dari institusi resmi di bidang kesehatan.
Melansir dari AFP, para ahli medis mengatakan bahwa video tersebut tidak lebih dari teori konspirasi yang termasuk ke dalam kategori disinformasi tentang virus Covid-19.
“Tidak, medapatkan vaksin Covid-19 tidak dapat menyebabkan lengan Anda menjadi magnet. Ini tipuan, jelas dan sederhana,” jelas Dr. Stephen Schrantz, Spesialis Penyakit Menular di University of Chicago Medicine.
Hal ini didorong kuat oleh pernyataan Dr. Thomas Hope, peneliti vaksin dan profesor biologi sel dan perkembangan di Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern, Ia menjelaskan bahwa vaksin Covid-19 pada dasarnya terdiri dari protein dan lipid, garam, air, dan bahan kimia yang menjaga PH. Sehingga tidak ada bahan apapun yang dapat berinteraksi dengan magnet.
Menurut lembar fakta yang disediakan oleh otoritas kesehatan di AS dan Kanada dijelaskan bahwa tidak ada jenis vaksin Covid-19 yang memiliki bahan berbasis logam.
Selain itu, berdasarkan penelurusan USA Today, klaim vaksin Covid-19 mengandung microchip magnetik berasal dari teori konspirasi yang mengklaim salah satu pendiri Microsoft, Bill Gates, berada di balik skema global untuk secara diam-diam menanamkan microchip dan melacak miliaran orang.
Menanggapi hal tersebut Gates telah berulang kali membantah dan tidak ditemukan bukti untuk mendukungnya.
Meskipun apotek, rumah sakit, lembaga kesehatan, dan penyedia swasta menggunakan catatan kesehatan elektronik dan databese berbasis digital lainnya untuk melacak siapa saja yang sudah diimunisasi, tetapi tidak ada teknologi serupa microchip magnetik yang melekat pada vaksin mana pun.
Para ahli mengatakan reaksi magnetis sebagai efek samping vaksin sama sekali tidak berdasar.
Dengan demikian, klaim bahwa vaksin Covid-19 memiliki microchip magnetik adalah hoaks dengan kategori konten yang menyesatkan.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Fathia Islamiyatul Syahida (Universitas Pendidikan Indonesia)
Tidak ada microchip magnetik dalam vaksin Covid-19. Para ahli mengatakan reaksi magnetis sebagai efek samping vaksin sama sekali tidak berdasar.
Tidak ada microchip magnetik dalam vaksin Covid-19. Para ahli mengatakan reaksi magnetis sebagai efek samping vaksin sama sekali tidak berdasar.
Rujukan
- https://factcheck.afp.com/covid-19-vaccines-do-not-contain-magnetic-microchips
- https://www.usatoday.com/story/news/factcheck/2021/05/12/fact-check-covid-19-vaccines-dont-contain-tracking-devices/5037132001/
- https://leadstories.com/hoax-alert/2021/05/fact-check-video-does-not-prove-covid-19-vaccine-contains-a-magnetic-microchip.html
- https://www.factcheck.org/2021/05/scicheck-magnet-videos-refuel-bogus-claim-of-vaccine-microchips/
(GFD-2021-6961) [SALAH] Foto “Breaking News, Pria Misterius Bantai Tentara Israel, Israel Menyerah dan Mengakui Kedaulatan Palestina”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 21/05/2021
Berita
Akun Facebook Maru AG (fb.com/MaruMaru999) pada 20 Mei 2021 mengunggah sebuah gambar tangkapan layar tampilan video berita ke grup ShitMakar Untuk Kebutuhan Iman.
Di gambar tersebut, terdapat narasi “Breaking News, Pria Misterius Bantai Tentara Israel, Israel Menyerah dan Mengakui Kedaulatan Palestina”
Di gambar tersebut, terdapat narasi “Breaking News, Pria Misterius Bantai Tentara Israel, Israel Menyerah dan Mengakui Kedaulatan Palestina”
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, adanya gambar tangkapan layar tampilan video berita dengan narasi “Breaking News, Pria Misterius Bantai Tentara Israel, Israel Menyerah dan Mengakui Kedaulatan Palestina” adalah konten yang dimanipulasi.
Faktanya, gambar itu merupakan gambar hasil editan atau suntingan dari tampilan video berita Nightly News milik NBC News Exlusive yang tayang pada 10 Februari 2017. Di foto dan video berita asli, foto pria yang ditampilkan di berita tersebut adalah foto Edward Snowden.
Video berita tersebut, dimuat di situs nbcnews.com pada 11 Februari 2017 dengan judul “Nightly News Full Broadcast (February 10th)”.
Di keterangannya, tertulis: “In Friday night’s broadcast: Russia is considering offering Edward Snowden as a “gift” to President Trump, U.S. National Security Advisor Flynn is under fire over ties to Russia and Northern California struggles after a week of rain.” atau yang jika diterjemahkan:
“Dalam siaran Jumat malam: Rusia sedang mempertimbangkan untuk menawarkan Edward Snowden sebagai “hadiah” kepada Presiden Trump, Penasihat Keamanan Nasional AS Flynn dikecam karena hubungan dengan Rusia dan perjuangan California Utara setelah seminggu hujan.”
Faktanya, gambar itu merupakan gambar hasil editan atau suntingan dari tampilan video berita Nightly News milik NBC News Exlusive yang tayang pada 10 Februari 2017. Di foto dan video berita asli, foto pria yang ditampilkan di berita tersebut adalah foto Edward Snowden.
Video berita tersebut, dimuat di situs nbcnews.com pada 11 Februari 2017 dengan judul “Nightly News Full Broadcast (February 10th)”.
Di keterangannya, tertulis: “In Friday night’s broadcast: Russia is considering offering Edward Snowden as a “gift” to President Trump, U.S. National Security Advisor Flynn is under fire over ties to Russia and Northern California struggles after a week of rain.” atau yang jika diterjemahkan:
“Dalam siaran Jumat malam: Rusia sedang mempertimbangkan untuk menawarkan Edward Snowden sebagai “hadiah” kepada Presiden Trump, Penasihat Keamanan Nasional AS Flynn dikecam karena hubungan dengan Rusia dan perjuangan California Utara setelah seminggu hujan.”
Kesimpulan
Gambar EDITAN dari tampilan video berita Nightly News milik NBC News Exlusive yang tayang pada 10 Februari 2017. Di foto dan video berita asli, foto pria yang ditampilkan di berita tersebut adalah foto Edward Snowden.
Rujukan
(GFD-2021-6960) [SALAH] Video “Warga Malaysia antri nginep di stadion shah alam…semua positif covid 19”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 20/05/2021
Berita
Akun Facebook Pinang Muda (fb.com/awal.ludinn.56) pada 15 Mei 2021 mengunggah sebuah video ke grup InfoPinang dengan narasi sebagai berikut:
“Warga Malaysia antri nginep di stadion shah alam…semua positif covid 19”
Dalam video tersebut, tampak antrian panjang ratusan orang yang memasuki sebuah gedung stadion. Banyak di antara mereka yang membawa tas ransel, bahkan koper. Terlihat pula sejumlah petugas kesehatan yang memakai pakaian hazmat lengkap dengan masker dan faceshield.
“Warga Malaysia antri nginep di stadion shah alam…semua positif covid 19”
Dalam video tersebut, tampak antrian panjang ratusan orang yang memasuki sebuah gedung stadion. Banyak di antara mereka yang membawa tas ransel, bahkan koper. Terlihat pula sejumlah petugas kesehatan yang memakai pakaian hazmat lengkap dengan masker dan faceshield.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, adanya video yang diklaim sebagai warga Malaysia yang antri menginap di Stadion Shah Alam karena positif Covid-19 adalah klaim yang menyesatkan.
Faktanya, bukan untuk menginap. Mereka mengantri hanya untuk menjalani pemeriksaan Covid-19. Stadion Malawati yang berada di Shah Alam tersebut bukan pusat karantina atau isolasi bagi pasien Covid-19, melainkan menjadi Pusat Penilaian Covid-19.
Video yang identik diunggah oleh kanal Youtube Harian Metro pada 16 Mei 2021 dengan judul “Sesak di CAC Stadium Melawati memang senario biasa”. Video ini juga dimuat di artikel berjudul “Proses biasa CAC di Stadium Malawati, tidak ada yang pelik [METROTV]” yang terbit di situs hmetro.com.my.
“Pusat Penilaian Covid-19 (CAC) di Stadium Malawati, Seksyen 13, di sini, bukan pusat penahanan dan rawatan ke atas pesakit Covid-19 seperti yang digembar-gemburkan oleh segelintir pihak. Sebaliknya, lokasi terbabit hanyalah pusat penilaian bagi pesakit Covid-19 sebelum dihantar ke hospital atau Pusat Kuarantin dan Rawatan Covid-19 Berisiko Rendah (PKRC) di Taman Ekspo Pertanian Malaysia (MAEPS), di Serdang.” tulis laporan tersebut.
Dilansir dari Tempo, Pusat Kesiapsiagaan dan Tindakan Cepat Krisis (CPRC) Selangor mengatakan bahwa video yang viral itu menunjukkan antrian warga yang akan menjalani penilaian kesehatan di CAC Stadion Melawati, Shah Alam.
Mereka menjalani asesmen yang dilakukan oleh para tenaga kesehatan terkait apakah harus menjalani perawatan di rumah sakit, masuk ke pusat karantina, atau cukup hanya menjalani isolasi di rumah. Jabatan Kesihatan Negeri (JKN) Selangor menjelaskan CAC ini dioperasikan seiring dengan melonjaknya kasus Covid-19 di sana. Antrian terjadi karena warga harus menjalani rapid test terlebih dahulu untuk penapisan (screening).
Selain itu, dikutip dari kantor berita Malaysia, Bernama, dokter kesehatan masyarakat Dinas Kesehatan Petaling, Faridah Amin, juga menjelaskan bahwa Stadion Malawati tidak digunakan sebagai pusat karantina atau isolasi pasien Covid-19, melainkan hanya sebagai Pusat Penilaian Covid-19.
“Pasien positif Covid-19 dinilai kesehatannya dan tergantung kondisi setiap orang, apakah akan menjalani isolasi di rumah, di Pusat Karantina dan Pusat Perawatan Risiko Rendah (PKRC) di Malaysia Agro Exposition Park di Serdang, atau harus dirawat di rumah sakit,” katanya.
Faktanya, bukan untuk menginap. Mereka mengantri hanya untuk menjalani pemeriksaan Covid-19. Stadion Malawati yang berada di Shah Alam tersebut bukan pusat karantina atau isolasi bagi pasien Covid-19, melainkan menjadi Pusat Penilaian Covid-19.
Video yang identik diunggah oleh kanal Youtube Harian Metro pada 16 Mei 2021 dengan judul “Sesak di CAC Stadium Melawati memang senario biasa”. Video ini juga dimuat di artikel berjudul “Proses biasa CAC di Stadium Malawati, tidak ada yang pelik [METROTV]” yang terbit di situs hmetro.com.my.
“Pusat Penilaian Covid-19 (CAC) di Stadium Malawati, Seksyen 13, di sini, bukan pusat penahanan dan rawatan ke atas pesakit Covid-19 seperti yang digembar-gemburkan oleh segelintir pihak. Sebaliknya, lokasi terbabit hanyalah pusat penilaian bagi pesakit Covid-19 sebelum dihantar ke hospital atau Pusat Kuarantin dan Rawatan Covid-19 Berisiko Rendah (PKRC) di Taman Ekspo Pertanian Malaysia (MAEPS), di Serdang.” tulis laporan tersebut.
Dilansir dari Tempo, Pusat Kesiapsiagaan dan Tindakan Cepat Krisis (CPRC) Selangor mengatakan bahwa video yang viral itu menunjukkan antrian warga yang akan menjalani penilaian kesehatan di CAC Stadion Melawati, Shah Alam.
Mereka menjalani asesmen yang dilakukan oleh para tenaga kesehatan terkait apakah harus menjalani perawatan di rumah sakit, masuk ke pusat karantina, atau cukup hanya menjalani isolasi di rumah. Jabatan Kesihatan Negeri (JKN) Selangor menjelaskan CAC ini dioperasikan seiring dengan melonjaknya kasus Covid-19 di sana. Antrian terjadi karena warga harus menjalani rapid test terlebih dahulu untuk penapisan (screening).
Selain itu, dikutip dari kantor berita Malaysia, Bernama, dokter kesehatan masyarakat Dinas Kesehatan Petaling, Faridah Amin, juga menjelaskan bahwa Stadion Malawati tidak digunakan sebagai pusat karantina atau isolasi pasien Covid-19, melainkan hanya sebagai Pusat Penilaian Covid-19.
“Pasien positif Covid-19 dinilai kesehatannya dan tergantung kondisi setiap orang, apakah akan menjalani isolasi di rumah, di Pusat Karantina dan Pusat Perawatan Risiko Rendah (PKRC) di Malaysia Agro Exposition Park di Serdang, atau harus dirawat di rumah sakit,” katanya.
Kesimpulan
BUKAN untuk menginap. Mereka mengantri hanya untuk menjalani pemeriksaan Covid-19. Stadion Malawati yang berada di Shah Alam tersebut bukan pusat karantina atau isolasi bagi pasien Covid-19, melainkan menjadi Pusat Penilaian Covid-19.
Rujukan
- https://www.youtube.com/watch?v=aD2VKFv57lc (Arsip: archive.ph/wip/Z7kM3)
- https://www.hmetro.com.my/mutakhir/2021/05/706637/proses-biasa-cac-di-stadium-malawati-tidak-ada-yang-pelik-metrotv
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/1373/sesat-warga-malaysia-antri-menginap-di-stadion-shah-alam-karena-positif-covid-19
- https://www.bernama.com/en/news.php?id=1961910
(GFD-2021-6959) [SALAH] Akun Facebook Bupati Tuban “Aditia Halindra Faridzky”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 20/05/2021
Berita
Beredar akun Facebook Bupati Tuban, Aditya Halindra Faridzky, memposting program pinjaman dana dengan 0 persen bunga dan 50 persen untuk subsidi setiap bulannya, serta meminta biaya admin 10 persen dari pinjaman yang dibayarkan di awal.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, melansir dari suaraindonesia.co.id, Ketua Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Kecamatan Rengel, Susilowati mengatakan bahwa itu hoaks.
“Saya sudah konfirmasi ke mas Lindra bahwa itu hoaks,” ucap Susilowati pada (09/05/21).
Aditya menambahkan banyak modus penipuan yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab mengatasnamakan dirinya dan lebih berhati-hati khususnya warga Tuban atas penipuan tersebut.
Dengan demikian, akun Facebook Bupat Kuningan Aditia Lindra Faridzky dapat dikategorikan sebagai Konten Tiruan/Imposter Content.
“Saya sudah konfirmasi ke mas Lindra bahwa itu hoaks,” ucap Susilowati pada (09/05/21).
Aditya menambahkan banyak modus penipuan yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab mengatasnamakan dirinya dan lebih berhati-hati khususnya warga Tuban atas penipuan tersebut.
Dengan demikian, akun Facebook Bupat Kuningan Aditia Lindra Faridzky dapat dikategorikan sebagai Konten Tiruan/Imposter Content.
Kesimpulan
Hasil periksa fakta Rahmah an nisaa (Uin Sunan Ampel Surabaya).
Ketua Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Kecamatan Rengel, Susilowati mengatakan melalui suaraindonesia.co.id bahwa akun tersebut adalah palsu.
Ketua Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Kecamatan Rengel, Susilowati mengatakan melalui suaraindonesia.co.id bahwa akun tersebut adalah palsu.
Rujukan
Halaman: 4969/6130