• (GFD-2020-4568) [SALAH] Pesan Berantai “Sebuah peringatan !! Sekarang ada yang baru dan sedang terjadi. Orang datang dari pintu ke pintu dan membagikan masker”

    Sumber: whatsapp.com
    Tanggal publish: 06/08/2020

    Berita

    Beredar pesan berantai melalui Whatsapp yang menyatakan bahwa terjadi modus kejahatan pembagian masker gratis dengan obat bius. Dalam pesan berantai diimbau untuk berhati-hati akan modus tersebut.

    Berikut kutipan narasinya:

    “Ass Wr Wb,
    Bpk/ibu Ketua RT dan RW. Mohon diinformasikan ke Warga, Saudara. Keluarga dan kenalan Anda !!!
    Baru saja mendapat pesan. Sebuah peringatan !!
    Sekarang ada yang baru dan sedang terjadi. Orang datang dari pintu ke pintu dan membagikan masker. Mereka mengatakan: "Ini ada pembagian masker dari pemerintah". ( Hal itu tidak benar) Mereka meminta Anda mengenakan masker untuk difoto/ dilihat apakah masker tersebut cocok untuk Anda. ( Sebagai laporan klo masker sudah sampai alamat ) masker yg sudah diberi bius, lalu mereka merampok !! Tolong jangan ambil masker dari orang asing. Ingat, teman-teman, ini adalah waktu yang kritis, orang-orang putus asa, tingkat kejahatan meningkat selama periode Covid-19. Harap berhati-hati !!! setidaknya informasi ini mungkin bisa berguna dan bermanfaat, mohon maaf bila ada salah kata🙏🙏🙏Waspada waspada lah pada siapapun yg kita belum mengenalnya ..”
    rampok modus masker
    modus merampok pembagian masker
    bius masker
    Masker mengandung bius

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, klaim bahwa ada modus kejahatan masker dengan obat bius merupakan informasi yang keliru. Isu itu diketahui sempat beredar sejak Mei 2020. Kala itu, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Yusri Yunus menegaskan bahwa pesan berantai tersebut merupakan hoaks.

    "Iya, itu informasinya hoaks," ujarnya pada Kamis (7/5).

    Menurutnya, isi pesan berantai itu cukup meresahkan masyarakat. Sebab, informasi yang menyebar itu menyebut, masker gratis yang diberikan sudah diberi obat bius. Kemudian, saat korban pingsan, orang yang membagikan masker itu akan melakukan perampokan.

    Meski demikan, Yusri meminta masyarakat agar lebih waspada dan tidak mudah percaya dengan berbagai informasi yang belum diketahui kebenarannya.

    Adapun, melalui penelusuran lebih lanjut, diketahui bahwa kejahatan dengan modus pembagian masker gratis memang sempat terjadi namun bukan masker bius. Kejadian yang pernah terjadi ialah modus kejahatan hipnotis. Dilansir dari detik.com, diketahui bahwa kejahatan hipnotis tersebut terjadi di Ponorogo dan menimpa Sinarwati (45), warga Desa Wilangan, Kecamatan Sambit, Ponorogo.

    Kapolsek Sambit AKP Sutriatno mengatakan, pada Selasa (7/4) sekitar pukul 10.15 WIB, korban tengah mengupas jagung di halaman rumahnya. Kemudian datang dua orang pelaku, satu perempuan dan satu laki-laki.

    "Keduanya mengaku dari Dinkes mau membagikan masker gratis. Setelah masuk rumah, korban langsung ditepuk tangannya," tutur Tri kepada detikcom, Rabu (8/4/2020).

    Tri menambahkan, kemudian korban yang dalam pengaruh gendam menuruti keinginan pelaku yang meminta tas. Akhirnya korban pun mengeluarkan uang Rp 500 ribu dan cincin emas 2 gram.

    Lalu, isu mengenai modus masker bius pun sempat disebutkan terjadi di Bekasi. Akan tetapi, diketahui bahwa kasus di Bekasi pada bulan Mei 2020 juga termasuk modus kejahatan hipnotis, bukan masker bius. Dilansir dari kumparan.com, Kapolsek Bekasi Timur Kompol Sutoyo menyebutkan kasus kejadian di Bekasi bukan modus masker bius, melainkan modus hipnotis.

    Kesimpulan

    Isu pembagian masker dengan obat bius sebagai modus kejahatan baru tidak benar. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus memastikan itu merupakan pesan hoaks. Adapun, kasus kejahatan terkait modus pembagian masker bukan terkait masker bius melainkan kejahatan hipnotis yang terjadi di Ponorogo.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4566) [SALAH] Pesan Berantai Penelitian Online Mahasiswi Ilmu Psikologi Kesehatan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

    Sumber: whatsapp.com
    Tanggal publish: 06/08/2020

    Berita

    Beredar pesan berantai melalui Whatsapp yang berisikan informasi mengenai mahasiswa Universitas Brawijaya tengah meminta bantuan untuk penelitiannya. Dalam narasi yang beredar disebutkan bahwa penelitian yang dilakukan terkait pengaruh bentuk kaki terhadap karakter dan kesehatan wanita. Selain itu, disertakan pula lampiran surat atas nama Universitas Brawijaya yang menyebutkan bahwa mahasiswa yang melakukan penelitian berasal dari jurusan Ilmu Psikologi Kesehatan, Fakultas Kedokteran.

    Berikut kutipan narasinya:

    “Assalamu'allaikum... Selamat sore malam adek syifa 😊. Sehubungan dengan adanya PSBB karena Covid 19. Ijinkan Saya Ayu Sofia Anggraeni.., mahasiswa akhir imu Psikologi Univ. Brawijaya. Saya sedang melakukan penelitian online tentang "analisa pengaruh bentuk kaki terhadap karakter dan kesehatan wanita". Saya hanya butuh foto kakinya adek. Mohon bantuan dan responnya ya 🙏, bantuan adek sangat berarti bagi saya.. Terima kasih.”

    Penelitian mahasiswa

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, mengacu kepada laporan dari antaranews.com, tidak ditemukan jurusan Ilmu Psikologi Kesehatan pada laman resmi Universitas Brawijaya. Pada laman resminya, jurusan Ilmu Psikologi ditemukan di bawah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dan pada Fakultas Kedokteran pun tidak ditemukan jurusan Ilmu Psikologi Kesehatan.

    Adapun, pihak Universitas Brawijaya telah memberikan tanggapannya atas beredarnya pesan berantai yang mengaku sebagai mahasiswa perguruan tinggi negeri tersebut. Dilansir dari antaranews.com, Kepala Bagian Humas Universitas Brawijaya Kotok Guritno mengatakan mengatakan tidak terdapat nama mahasiswa pada fakultas kedokteran sebagaimana dalam pesan yang beredar.

    "Surat yang mengatasnamakan Universitas Brawijaya itu palsu. Nama dan jurusan tersebut tidak ada, setelah kami konfirmasi ke fakultas terkait," kata Kotok.

    Universitas Brawijaya, lanjut Kotok, juga berharap masyarakat dapat mengonfirmasi pesan-pesan mencurigakan yang mengatasnamakan kampus di Malang, Jawa Timur itu, melalui saluran resmi.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pesan berantai tersebut bukan berasal dari mahasiswa Universitas Brawijaya. Oleh sebab itu, konten tersebut masuk ke dalam kategori Fabricated Content atau Konten Palsu.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4565) [SALAH] Haramnya Ilmu Filsafat

    Sumber: instagram.com
    Tanggal publish: 06/08/2020

    Berita

    Akun Instagram @ittibarasul1 mengunggah narasi dengan disertai sebuah foto yang mengilustrasikan haramnya ilmu filsafat pada 23 Juli 2020. Unggahan tersebut telah mendapatkan 12.064 likes.

    Berikut kutipan narasinya:

    “Hukum Belajar Ilmu Filsafat

    Telegram: http://t.me/Manhaj_salaf1
    Youtube: http://youtube.com/ittibarasul1


    Pertanyaan:

    بــسم اللّٰـه
    السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

    Afwan, apakah hukum mempelajari ilmu Filsafat? Dan mengapa Al-Farabi sampai disebut bapak Filsafat kedua, apakah dia menyimpang dari ajaran agama ? Syukron.

    Dari Muhammad Yusril (Group MS-I 07)

    Jawab:

    بــسم اللّٰـه
    وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

    Hukum Filsafat adalah haram dan ia pintu kekafiran. Tidak ada dalam Filsafat kecuali kebodohan, pemutaran kata, dan kebingungan, dan sebuah pembahasan bertele-tele tanpa penyelesaian.

    Adz-Dzahabi rahimahullah berkata: "Hampir tidak ada orang-orang yang memperdalam ilmu Filsafat kecuali ijtihadnya akan mengantarkannya kepada pendapat yang menyelisihi kemurnian sunnah. Karenanya para ulama salaf mencela mempelajari ilmu orang-orang kuno, karena ilmu Filsafat lahir dari para Filosof yang berpemikiran Dahriyah (Atheis). Barangsiapa yang dengan kecerdasannya berkeinginan untuk mengkompromikan antara ilmu para Nabi dengan ilmu para Filosof, maka pasti ia akan menyelishi para Nabi dan juga menyelisihi para Filosof". (Mizaanul I’tidaal 3/144)

    Imam Asy-Syaafi’i juga berkata: "Tidak ada sesuatu yang lebih aku benci daripada ilmu Filsafat dan ahli Filsafat". (Taariikh Al-Islaam li Adz-Dzahabi 14/332)

    Bagi anda yang baru belajar Filsafat, akan kenal yang namanya Aristoteles, Phitagoras, dan semisalnya. Ilmu ini adalah kekufuran yang nyata, mengingkari Rabb, Malaikat, Rasul, Kitab, hari akhir dan takdir. Filsafat adalah seburuk-buruk ilmu.

    Bapak pertama dari Filsafat adalah Aristoteles yang mengatakan Tuhan itu terlalu tinggi, Ia tidak memiliki sifat dan Ia tidak tau masalah kecil dan tidak ada takdir. Ia dijuluki Imam Ibnu Qayyim dalam kitab Ighasatu Lahafan sebagai guru pertama. Dan jejak kekufurannya diikuti Al-Farabi, sehingga dia dijuluki guru kedua, dia adalah orang yang mengingkari takdir dan hari akhir, dia lebih buruk dari guru pertama dan mengunggulinya dalam penyimpangan dan dia memiliki keyakinan yang beda dengan kaum muslimin. Semoga kita diselamatkan dari ilmu Filsafat yang kufur.

    والله تعالى أعلمُ بالـصـواب

    l”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, narasi dan foto ilustrasi unggahan aku tersebut tidak tepat. Azis Anwar Fachrudin, seorang peneliti dari Centre for Religious and Crosscultural Studies (CRCS) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, meluruskan unggahan dari akun Instagram @ittibarasul1 mengenai haramnya ilmu filsafat melalui akun Facebooknya pada 27 Juli 2020.

    Dalam unggahannya di laman Facebooknya, Azis Anwar Fachrudin memaparkan bahwa penerjemahaan di unggahan @ittibarasul1 tidak tepat dan keluar konteks. Redaksi asli dari as-Syafi’i tidak memakai kata “filsafat”, tapi “kalam” dengan bunyi teksnya “
    “ما شيء أبغض إلي من الكلام وأهله
    yang artinya “Tidak ada yang lebih aku benci dibanding kalam dan ahli kalam”. Konteks “kalam” di pernyataan as-Syafi’i itu merujuk pada kaum qadariyyah dan ‘nufat as-shifat’ (para penyangkal sifat-sifat Allah).

    Ia juga menyebutkan filsafat berguna untuk merumuskan pertanyaan yang baik (yang menjadi awal dari ilmu) dan dengan logika, yang merupakan salah satu bagian dari filsafat, menertibkan pikiran untuk menjawab pertanyaan itu.

    Akun Twitter @adeirra juga memaparkan penjelasan yang komprehensif melalui utas yang dibuatnya untuk meluruskan apa yang diunggah oleh akun Instagram @ittibarasul.

    Seperti yang dituliskan oleh Azis Anwar Fachrudin, ia juga menerjemahkan kitab Tarikh Al-Islam karya imam Adz-Dzahabi tepatnya di Jilid 14 halaman 332 yang dikutip oleh @ittibarasul1 dalam unggahannya di Instagram. Terjemahan dari kutipan kitab tersebut adalah “Tidak ada yang lebih aku benci dibanding kalam dan ahli kalam.”

    Kesimpulan

    Dengan demikian, unggahan akun Instagram @ittibarasul1 dapat dikategorikan sebagai Konten yang Menyesatkan. Hal ini dikarenakan perkataan dari as-Syafi’i yang diterjemahkan oleh akun Instagram @ittibarasul1 tidak tepat dan keluar dari konteks.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4564) [SALAH] Himbauan Dokter Bernard Mahfoudz

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 06/08/2020

    Berita

    Akun Facebook Alan Herrera mengunggah narasi dengan disertai foto yang memperlihatkan Dr. Bernard Mahfoudz, seorang dokter ahli vaksin asal Amerika Serikat, pada 19 Maret 2020. Unggahan tersebut telah mendapat respon sebanyak 41 reaksi, 36 komentar, dan telah dibagikan sebanyak 6 kali.

    Berikut kutipan narasinya:

    “Untuk mencegah meluasnya virus corona, dokter Bernard Mahfoudz menghimbau agar warga tidak melaksanakan sholat Jum'at berjamaah di hari Sabtu"
    Bantu share gaes 🧐”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui bahwa foto asli dari unggahan tersebut adalah foto Johnny Sins yang merupakan aktor film dewasa asal Amerika Serikat. Foto Johnny Sins kerap dipakai hoax dengan nama Dr. Bernard Mahfoudz, dokter ahli vaksin asal Amerika Serikat. Selain itu, narasi yang berkaitan dengan Dr. Bernard Mahfoudz sudah pernah diperiksa dalam artikel di situs turnbackhoax dengan judul [SALAH] Klarifikasi “#SOSDrJohnSimpsonForIndonesia”.

    Sebagai tambahan, Johnny Sins memulai karier sebagai aktor film dewasa pada tahun 2006. Di berbagai film dewasa yang pernah dibintanginya, ia pernah memerankan peran sebagai dokter, tentara, detektif, guru, pemadam kebakaran, hingga pernah dinominasikan menjadi seorang astronot.

    Kesimpulan

    Dengan demikian, unggahan akun Facebook Alan Herrera tersebut dapat dikategorikan sebagai Satire/Parodi. Hal ini dikarenakan foto asli yang digunakan dalam unggahan tersebut adalah foto Johnny Sins yang sering digunakan juga dalam meme dan situs hoaks.

    Rujukan