“SOLO BATASI KEGIATAN SAMPE JAM 8 MALAM KECUALI SEMANGGI , TERSERAH!!”
Ppkm darurat 2021
(GFD-2021-7187) [SALAH] Gambar Artikel Kompas.com Berjudul “SOLO BATASI KEGIATAN SAMPE JAM 8 MALAM KECUALI SEMANGGI , TERSERAH!!”
Sumber: whatsapp.comTanggal publish: 04/07/2021
Berita
Hasil Cek Fakta
Beredar sebuah gambar tangkapan layar artikel dari Kompas.com dengan judul “SOLO BATASI KEGIATAN SAMPE JAM 8 MALAM KECUALI SEMANGGI , TERSERAH!!”. Gambar tangkapan layar tersebut beredar di Whatsapp.
Setelah ditelusuri pada website Kompas.com dengan menggunakan kata kunci judul artikel tangkapan layar tersebut tidak ditemukan artikel dengan judul tersebut.
Setelah ditelusuri lebih lanjut menggunakan tanggal pada tangkapan layar artikel tersebut ditemukan pada webiste Kompas.com artikel yang berjudul “PPKM Darurat Jawa-Bali, Pilihan Jokowi Atasi Ledakan Pandemi, Berlaku Mulai Besok Selama 18 Hari”. Tanggal dan waktu antara artikel Kompas.com dan tangkapan layar yang tersebar di Whatsapp sama yaitu Jumat, 2 Juli 2021 pukul 06.19.
Dengan demikian gambar tangkapan layar yang beredar di Whatsapp merupakan suntingan dari artikel Kompas.com dengan judul asli “PPKM Darurat Jawa-Bali, Pilihan Jokowi Atasi Ledakan Pandemi, Berlaku Mulai Besok Selama 18 Hari” sehingga masuk dalam kategori konten dimanipulasi.
Setelah ditelusuri pada website Kompas.com dengan menggunakan kata kunci judul artikel tangkapan layar tersebut tidak ditemukan artikel dengan judul tersebut.
Setelah ditelusuri lebih lanjut menggunakan tanggal pada tangkapan layar artikel tersebut ditemukan pada webiste Kompas.com artikel yang berjudul “PPKM Darurat Jawa-Bali, Pilihan Jokowi Atasi Ledakan Pandemi, Berlaku Mulai Besok Selama 18 Hari”. Tanggal dan waktu antara artikel Kompas.com dan tangkapan layar yang tersebar di Whatsapp sama yaitu Jumat, 2 Juli 2021 pukul 06.19.
Dengan demikian gambar tangkapan layar yang beredar di Whatsapp merupakan suntingan dari artikel Kompas.com dengan judul asli “PPKM Darurat Jawa-Bali, Pilihan Jokowi Atasi Ledakan Pandemi, Berlaku Mulai Besok Selama 18 Hari” sehingga masuk dalam kategori konten dimanipulasi.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Luthfiyah Oktari Jasmien (Institut Agama Islam Negeri Surakarta).
Judul pada gambar tersebut merupakan suntingan. Faktanya, judul yang asli adalah “PPKM Darurat Jawa-Bali, Pilihan Jokowi Atasi Ledakan Pandemi, Berlaku Mulai Besok Selama 18 Hari”.
Judul pada gambar tersebut merupakan suntingan. Faktanya, judul yang asli adalah “PPKM Darurat Jawa-Bali, Pilihan Jokowi Atasi Ledakan Pandemi, Berlaku Mulai Besok Selama 18 Hari”.
Rujukan
(GFD-2021-7186) [SALAH] Video “Membuat oksigen dengan aerator akuarium”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 03/07/2021
Berita
Akun Facebook Rinaldi Munir (fb.com/rinaldi.munir) pada 29 Juni 2021 mengunggah sebuah video yang menunjukkan cara menggunakan alat yang biasa dipasang di akuarium dengan narasi sebagai berikut:
“Membuat oksigen dengan alat akuarium ikan ***** (Copas) Pak Ruben, dia sekeluarga sampai cucu2nya kena covid. Semua RS di bandung penuh semua… mendorong dia dgn ide kreativitas dadakannya ini utk SWADAYA OXYGEN SENDIRI guna menolong anaknya yg parah & susah bernapas karena kekurangan asupan oxygen… Sudah cari tabung oxygen ke-mana2 ttpi tdk dapat… Tuhan sungguh baik, usahanya tdk sia2… dia BERHASIL & sang anak SURVIVED… ! _Semoga bermanfaat_…”
Dalam video, pria yang mengaku bernama Ruben itu menyebut inovasinya sebagai alat pengadaan O2 untuk orang yang sedang sesak napas. Inovasi tidak mahal, hanya memerlukan bahan seharga kurang lebih Rp 120 ribuan. “Tapi dapat menyelamatkan nyawa karena saat pandemi (Covid-19) sekarang banyak rumah sakit yang penuh semua,” ujar dia dalam video viral berdurasi 5 menit 13 detik itu. Ruben menjelaskan alatnya terdiri dari aerator atau pompa air seperti yang biasa digunakan untuk memproduksi gelembung-gelembung udara dalam akuarium. Lainnya adalah dua botol bekas kemasan air mineral berukuran kecil, selang kecil sepanjang sekitar dua meter.
Ruben menyambungkan dua selang pada masing-masing aerator yang memiliki dua lubang keluaran menjadi satu selang. Kemudian ujung selang lainnya dimasukkan ke dalam air di botol. Dia juga menyiapkan dua selang lainya dan memasukkan salah satu ujung-ujungnya sedalam 2 sentimeter ke dalam botol yang sama. Ujung selang lainnya, disebutkannya, dimasukkan ke hidung pasien. Ruben kemudian menutup rapat botol dengan keterangan: agar oksigen bisa mengalir lancar.
“Membuat oksigen dengan alat akuarium ikan ***** (Copas) Pak Ruben, dia sekeluarga sampai cucu2nya kena covid. Semua RS di bandung penuh semua… mendorong dia dgn ide kreativitas dadakannya ini utk SWADAYA OXYGEN SENDIRI guna menolong anaknya yg parah & susah bernapas karena kekurangan asupan oxygen… Sudah cari tabung oxygen ke-mana2 ttpi tdk dapat… Tuhan sungguh baik, usahanya tdk sia2… dia BERHASIL & sang anak SURVIVED… ! _Semoga bermanfaat_…”
Dalam video, pria yang mengaku bernama Ruben itu menyebut inovasinya sebagai alat pengadaan O2 untuk orang yang sedang sesak napas. Inovasi tidak mahal, hanya memerlukan bahan seharga kurang lebih Rp 120 ribuan. “Tapi dapat menyelamatkan nyawa karena saat pandemi (Covid-19) sekarang banyak rumah sakit yang penuh semua,” ujar dia dalam video viral berdurasi 5 menit 13 detik itu. Ruben menjelaskan alatnya terdiri dari aerator atau pompa air seperti yang biasa digunakan untuk memproduksi gelembung-gelembung udara dalam akuarium. Lainnya adalah dua botol bekas kemasan air mineral berukuran kecil, selang kecil sepanjang sekitar dua meter.
Ruben menyambungkan dua selang pada masing-masing aerator yang memiliki dua lubang keluaran menjadi satu selang. Kemudian ujung selang lainnya dimasukkan ke dalam air di botol. Dia juga menyiapkan dua selang lainya dan memasukkan salah satu ujung-ujungnya sedalam 2 sentimeter ke dalam botol yang sama. Ujung selang lainnya, disebutkannya, dimasukkan ke hidung pasien. Ruben kemudian menutup rapat botol dengan keterangan: agar oksigen bisa mengalir lancar.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, adanya video yang disertai klaim bahwa aerator atau pompa udara yang biasa digunakan di akuarium bisa membuat oksigen yang bisa digunakan untuk orang yang sedang sesak napas merupakan konten yang menyesatkan.
Faktanya, Kepala Balai Pengembangan Instrumentasi di LIPI, Anto Tri Sugiarto, menjelaskan, alat tersebut tidak akan dapat menambah jumlah oksigen yang dihirup. Pompa aerator, dia berujar, hanya membantu mengirim udara ke saluran pernapasan.
“Yang dipompakan adalah udara dengan komposisi oksigen sekitar 20,9 persen,” tutur Anto melalui pesan WhatsApp, Rabu, 30 Juni 2021. Itu, Anto menambahkan, berbeda dari memberikan oksigen yang sangat dibutuhkan kepada pasien Covid-19 gejala berat.
Selain itu, Koordinator Kelompok Penelitian Otomasi Industri, Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI, Hendri Maja Saputra mengatakan bahwa ia dan timnya sudah mencoba bereksperimen menggunakan alat seperti yang ditampilkan dalam video tersebut.
Dari hasil pengukuran, udara yang dihasilkan alat tersebut tidak menunjukkan adanya peningkatan fraksi oksigen yakni masih sekitar 21 persen. Sedangkan untuk oksigen murni, fraksi oksigennya seharusnya mencapai di atas 90 persen.
“Hasilnya tidak benar (menghasilkan oksigen yang bisa digunakan untuk pasien Covid-19),” kata Hendri saat dihubungi Kompas.com, Kamis (1/7/2021).
Artinya, aerator atau alat yang dibuat dalam video viral tersebut, yang diklaim dapat digunakan pada pasien Covid-19 yang membutuhkan oksigen, menunjukkan bahwa fraksi oksigen yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Hendri menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil uji yang dilakukan bersama timnya, alat aerator yang direkayasa untuk menghasilkan oksigen bagi pasien Covid-19 dalam video viral itu, artinya sama saja seperti kita menghirup udara bebas, karena nilai fraksi oksigennya sama saja.
“Jadi hasil pengujian kami, cara tersebut tidak bisa digunakan untuk alternatif menghasilkan (oksigen) sebagaimana tabung oksigen. Inovasi ini perlu dibuktikan secara ilmiah,” ungkap Hendri.
Sementara itu, dokter spesialis paru Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Prasenohadi menyampaikan, aerator sebenarnya alat yang digunakan di akuarium dan berfungsi untuk menghasilkan untuk menghasilkan gelembung udara agar udara dan oksigen dalam udara tadi terdifusi dalam air akuarium, membuat air akuarium kaya akan oksigen untuk pernapasan ikan dalam air. Sedangkan alat bantu pernapasan untuk manusia telah tersedia dan diproduksi dengan kualitas yang sesuai standar.
Meski belum ada kajian ilmiah, ia menduga alat tersebut hanya menghasilkan udara yang lebih dingin dan lembab. Kelembaban tersebut penting agar saluran napas tidak kering atau terjadi iritasi.
“Mungkin dampak negatif penggunaan alat ini tidak ada dan masih harus dibuktikan. Tetapi, jika alat ini digunakan oleh orang normal, maka saluran pernapasannya akan menjadi lebih lembab. Bahkan, mungkin akan timbul infeksi atau penyakit tertentu lainnya,” katanya.
Mengingat saluran pernapasan maupun organ dalam lainnya membutuhkan ilmu khusus, Pras pun mengimbau masyarakat untuk tidak mengembangkan alat kesehatan dari pemahaman sehari-hari. Hal ini penting untuk mencegah efek samping atau dampak negatif dari pengembangan alat kesehatan tanpa riset dan kajian ilmiah.
Lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di tanah air sejak beberapa pekan ke belakang, turut membuat permintaan alat kesehatan (alkes) dan juga produk farmasi yang berhubungan dengan Covid-19 ikut merangkak naik. Seperti misalnya, multivitamin, antivirus, oxymeter, dan juga oksigen konsentrator sebagai alternatif dari tabung oksigen yang persediaannya kian menipis.
Oksigen Konsentrator adalah jenis perangkat medis yang digunakan untuk mengirim oksigen ke seseorang dengan gangguan pernapasan. Seseorang yang dalam darahnya lebih rendah dari biasanya sering memerlukan mesin ini untuk menggantikan oksigen itu.
Oksigen Konsentrator menyaring udara di sekitarnya, mengompresnya ke kepadatan yang diperlukan dan kemudian mengirimkan oksigen kadar medis yang dimurnikan ke dalam sistem pengiriman dosis-pulsa atau sistem aliran berkelanjutan ke pasien. Dilengkapi dengan filter khusus dan saringan yang membantu menghilangkan nitrogen dari udara untuk memastikan pengiriman oksigen yang dimurnikan kepada pasien.
Oksigen konsentrator menggunakan metode yang cerdas untuk menghilangkan nitrogen dari udara dan menghasilkan oksigen murni hingga 96 persen. Sebagai referensi, kandungan udara kering adalah 78,09% nitrogen, 20,95% oksigen, 0,93% argon, 0,04% karbon dioksida, dan gas-gas lain yang terdiri dari neon, helium, metana, kripton, hidrogen, xenon, ozon, radon.
Faktanya, Kepala Balai Pengembangan Instrumentasi di LIPI, Anto Tri Sugiarto, menjelaskan, alat tersebut tidak akan dapat menambah jumlah oksigen yang dihirup. Pompa aerator, dia berujar, hanya membantu mengirim udara ke saluran pernapasan.
“Yang dipompakan adalah udara dengan komposisi oksigen sekitar 20,9 persen,” tutur Anto melalui pesan WhatsApp, Rabu, 30 Juni 2021. Itu, Anto menambahkan, berbeda dari memberikan oksigen yang sangat dibutuhkan kepada pasien Covid-19 gejala berat.
Selain itu, Koordinator Kelompok Penelitian Otomasi Industri, Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI, Hendri Maja Saputra mengatakan bahwa ia dan timnya sudah mencoba bereksperimen menggunakan alat seperti yang ditampilkan dalam video tersebut.
Dari hasil pengukuran, udara yang dihasilkan alat tersebut tidak menunjukkan adanya peningkatan fraksi oksigen yakni masih sekitar 21 persen. Sedangkan untuk oksigen murni, fraksi oksigennya seharusnya mencapai di atas 90 persen.
“Hasilnya tidak benar (menghasilkan oksigen yang bisa digunakan untuk pasien Covid-19),” kata Hendri saat dihubungi Kompas.com, Kamis (1/7/2021).
Artinya, aerator atau alat yang dibuat dalam video viral tersebut, yang diklaim dapat digunakan pada pasien Covid-19 yang membutuhkan oksigen, menunjukkan bahwa fraksi oksigen yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Hendri menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil uji yang dilakukan bersama timnya, alat aerator yang direkayasa untuk menghasilkan oksigen bagi pasien Covid-19 dalam video viral itu, artinya sama saja seperti kita menghirup udara bebas, karena nilai fraksi oksigennya sama saja.
“Jadi hasil pengujian kami, cara tersebut tidak bisa digunakan untuk alternatif menghasilkan (oksigen) sebagaimana tabung oksigen. Inovasi ini perlu dibuktikan secara ilmiah,” ungkap Hendri.
Sementara itu, dokter spesialis paru Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Prasenohadi menyampaikan, aerator sebenarnya alat yang digunakan di akuarium dan berfungsi untuk menghasilkan untuk menghasilkan gelembung udara agar udara dan oksigen dalam udara tadi terdifusi dalam air akuarium, membuat air akuarium kaya akan oksigen untuk pernapasan ikan dalam air. Sedangkan alat bantu pernapasan untuk manusia telah tersedia dan diproduksi dengan kualitas yang sesuai standar.
Meski belum ada kajian ilmiah, ia menduga alat tersebut hanya menghasilkan udara yang lebih dingin dan lembab. Kelembaban tersebut penting agar saluran napas tidak kering atau terjadi iritasi.
“Mungkin dampak negatif penggunaan alat ini tidak ada dan masih harus dibuktikan. Tetapi, jika alat ini digunakan oleh orang normal, maka saluran pernapasannya akan menjadi lebih lembab. Bahkan, mungkin akan timbul infeksi atau penyakit tertentu lainnya,” katanya.
Mengingat saluran pernapasan maupun organ dalam lainnya membutuhkan ilmu khusus, Pras pun mengimbau masyarakat untuk tidak mengembangkan alat kesehatan dari pemahaman sehari-hari. Hal ini penting untuk mencegah efek samping atau dampak negatif dari pengembangan alat kesehatan tanpa riset dan kajian ilmiah.
Lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di tanah air sejak beberapa pekan ke belakang, turut membuat permintaan alat kesehatan (alkes) dan juga produk farmasi yang berhubungan dengan Covid-19 ikut merangkak naik. Seperti misalnya, multivitamin, antivirus, oxymeter, dan juga oksigen konsentrator sebagai alternatif dari tabung oksigen yang persediaannya kian menipis.
Oksigen Konsentrator adalah jenis perangkat medis yang digunakan untuk mengirim oksigen ke seseorang dengan gangguan pernapasan. Seseorang yang dalam darahnya lebih rendah dari biasanya sering memerlukan mesin ini untuk menggantikan oksigen itu.
Oksigen Konsentrator menyaring udara di sekitarnya, mengompresnya ke kepadatan yang diperlukan dan kemudian mengirimkan oksigen kadar medis yang dimurnikan ke dalam sistem pengiriman dosis-pulsa atau sistem aliran berkelanjutan ke pasien. Dilengkapi dengan filter khusus dan saringan yang membantu menghilangkan nitrogen dari udara untuk memastikan pengiriman oksigen yang dimurnikan kepada pasien.
Oksigen konsentrator menggunakan metode yang cerdas untuk menghilangkan nitrogen dari udara dan menghasilkan oksigen murni hingga 96 persen. Sebagai referensi, kandungan udara kering adalah 78,09% nitrogen, 20,95% oksigen, 0,93% argon, 0,04% karbon dioksida, dan gas-gas lain yang terdiri dari neon, helium, metana, kripton, hidrogen, xenon, ozon, radon.
Kesimpulan
Kepala Balai Pengembangan Instrumentasi di LIPI, Anto Tri Sugiarto, menjelaskan, alat tersebut tidak akan dapat menambah jumlah oksigen yang dihirup. Pompa aerator, dia berujar, hanya membantu mengirim udara ke saluran pernapasan.
Rujukan
- https://tekno.tempo.co/read/1478270/video-viral-bikin-alat-oksigen-sendiri-ahli-ingatkan-ini/
- https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/01/193000923/video-viral-aerator-akuarium-untuk-pasien-covid-19-yang-butuh-oksigen-apa
- https://www.kompas.id/baca/ilmu-pengetahuan-teknologi/2021/07/02/mewaspadai-alat-oksigen-buatan-berbahan-aerator-akuarium
- https://industri.kontan.co.id/news/melonjaknya-kasus-covid-19-mengerek-permintaan-oksigen-konsentrator-di-indonesia
- https://www.galerimedika.com/blog/Apa-Itu-Oksigen-Konsentrator-dan-Bagaimana-Cara-Kerjanya
- https://id.wikipedia.org/wiki/Udara
(GFD-2021-7185) [SALAH] Akun Facebook Bupati Langkat Terbit Rencana Perangin Angin
Sumber: facebook.comTanggal publish: 03/07/2021
Berita
Beredar akun Facebook Bupati Langkat dengan nama pengguna ‘Terbit Langkat’ ( https://www.facebook.com/profile.php?id=100069529763825 ). Akun tersebut mengirimkan permintaan pertemanan ke beberapa orang. Setelah permintaan diterima, akun tersebut akan melakukan komunikasi melalui fitur Messenger di Facebook dan menawarkan jabatan dengan meminta bayaran tertentu.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, akun tersebut adalah palsu. Melansir dari Tribun News, Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Langkat, Syahmadi menegaskan bahwa akun tersebut adalah bukan milik Bupati Langkat.
Lebih lanjut, Terbit Rencana hanya memiliki akun media sosial resmi berupa Facebook dengan nama pengguna ‘Terbit Rencana Perangin Angin’ ( https://www.facebook.com/terbit.angin ) dan Instagram dengan nama pengguna ‘terbitrencana_official’ ( https://www.instagram.com/terbitrencana_official/ ).
Dengan demikian, akun Facebook yang mengatasnamakan Bupati Langkat dengan nama pengguna ‘Terbit Langkat’ ( https://www.facebook.com/profile.php?id=100069529763825 ) tersebut dapat dikategorikan sebagai Konten Tiruan/Imposter Content.
Lebih lanjut, Terbit Rencana hanya memiliki akun media sosial resmi berupa Facebook dengan nama pengguna ‘Terbit Rencana Perangin Angin’ ( https://www.facebook.com/terbit.angin ) dan Instagram dengan nama pengguna ‘terbitrencana_official’ ( https://www.instagram.com/terbitrencana_official/ ).
Dengan demikian, akun Facebook yang mengatasnamakan Bupati Langkat dengan nama pengguna ‘Terbit Langkat’ ( https://www.facebook.com/profile.php?id=100069529763825 ) tersebut dapat dikategorikan sebagai Konten Tiruan/Imposter Content.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Khairunnisa Andini (Universitas Diponegoro).
Akun palsu. Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Langkat menegaskan bahwa akun tersebut bukan milik Bupati Langkat.
Akun palsu. Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Langkat menegaskan bahwa akun tersebut bukan milik Bupati Langkat.
Rujukan
(GFD-2021-7184) [SALAH] Foto “Orang India membuang ribuan berhala ke jalan karena ketidakmampuan mereka melindungi masyarakat dari virus Corona”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 02/07/2021
Berita
Akun Facebook QiLuo Ling (fb.com/teteh.tea.5817300) pada 13 Juni 2021 mengunggah gambar yang menunjukkan kolase foto dengan narasi sebagai berikut:
“Orang India membuang ribuan berhala ke jalan karena ketidakmampuan mereka melindungi masyarakat dari virus Corona… Kala para Dewa yang mereka sembah menjawab permohonan untuk tidak menyembuhkan mereka dari Covid-19, lantas mau apa… !?”
Di gambar tersebut terdapat narasi dalam bahasa Arab yang jika diterjemahkan adalah: “Orang India membuang ribuan berhala ke jalan karena ketidak mampuan mereka melindungi mereka dari virus Corona”.
Foto pertama di bagian atas menunjukkan patung dewa dewi mengapung di air, foto kedua di kanan bawah memperlihatkan jalanan yang yang dipenuhi patung-patung dan foto ketiga di kiri bawah menunjukkan patung dewi yang mengambang.
“Orang India membuang ribuan berhala ke jalan karena ketidakmampuan mereka melindungi masyarakat dari virus Corona… Kala para Dewa yang mereka sembah menjawab permohonan untuk tidak menyembuhkan mereka dari Covid-19, lantas mau apa… !?”
Di gambar tersebut terdapat narasi dalam bahasa Arab yang jika diterjemahkan adalah: “Orang India membuang ribuan berhala ke jalan karena ketidak mampuan mereka melindungi mereka dari virus Corona”.
Foto pertama di bagian atas menunjukkan patung dewa dewi mengapung di air, foto kedua di kanan bawah memperlihatkan jalanan yang yang dipenuhi patung-patung dan foto ketiga di kiri bawah menunjukkan patung dewi yang mengambang.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, adanya kolase foto yang diklaim sebagai orang India yang membuang ribuan patung ke jalan karena ketidakmampuan mereka melindungi masyarakat dari virus Corona adalah klaim yang salah.
Faktanya, foto-foto itu tidak terkait dengan Covid-19. Foto-foto yang sebenarnya bagian dari festival keagamaan di India itu sudah beredar sebelum kasus Covid-19 dideteksi di India pada akhir bulan Januari 2020.
Foto pertama yang memperlihatkan patung dewa-dewi mengapung di air dimuat di artikel berjudul “INDIA – RELIGION – HINDU – FESTIVAL” yang terbit di situs web AFP Forum pada 30 September 2017.
Foto kedua yang menunjukan jalanan yang dipenuhi patung-patung diambil dari cuitan akun Twittwer Vijay Nehra pada 11 Agustus 2019 dengan narasi: “Something amazing is happening in #Ahmedabad today. Ordinary citizens have decided to keep #Sabarmati river clean. Instead of immersing Dashama idols in the river, they have respectfully left them on the banks!! Thousands and Thousands of them. Unbelievable change.”
Sementara itu, foto ketiga yang memperlihatkan patung dewi mengambang di air dimuat di artikel berjudul “No More Immersion Of Idols In River Ganga And Its Tributaries, Says Government; Violators To Be Fined Rs 50,000” yang dimuat di India Times pada tanggal 3 Oktober 2019.
Faktanya, foto-foto itu tidak terkait dengan Covid-19. Foto-foto yang sebenarnya bagian dari festival keagamaan di India itu sudah beredar sebelum kasus Covid-19 dideteksi di India pada akhir bulan Januari 2020.
Foto pertama yang memperlihatkan patung dewa-dewi mengapung di air dimuat di artikel berjudul “INDIA – RELIGION – HINDU – FESTIVAL” yang terbit di situs web AFP Forum pada 30 September 2017.
Foto kedua yang menunjukan jalanan yang dipenuhi patung-patung diambil dari cuitan akun Twittwer Vijay Nehra pada 11 Agustus 2019 dengan narasi: “Something amazing is happening in #Ahmedabad today. Ordinary citizens have decided to keep #Sabarmati river clean. Instead of immersing Dashama idols in the river, they have respectfully left them on the banks!! Thousands and Thousands of them. Unbelievable change.”
Sementara itu, foto ketiga yang memperlihatkan patung dewi mengambang di air dimuat di artikel berjudul “No More Immersion Of Idols In River Ganga And Its Tributaries, Says Government; Violators To Be Fined Rs 50,000” yang dimuat di India Times pada tanggal 3 Oktober 2019.
Kesimpulan
TIDAK TERKAIT dengan Covid-19. Foto-foto yang sebenarnya bagian dari festival keagamaan di India itu sudah beredar sebelum kasus Covid-19 dideteksi di India pada akhir bulan Januari 2020.
Rujukan
- https://www.afpforum.com/AFPForum/Search/ViewMedia.aspx?mui=1&hid=9234A878448694224B5B93DA0B4311C6818A178B64C6E1101EF25E571C28E9FA
- https://twitter.com/vnehra/status/1160399234950029312
- https://www.indiatimes.com/news/india/no-more-immersion-of-idols-in-river-ganga-and-its-tributaries-says-government-violators-to-be-fined-rs-50-000-377015.html
Halaman: 4888/6104