• (GFD-2020-8095) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Pemerintah Tak Akan Lagi Umumkan Kasus Positif Covid-19?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 20/05/2020

    Berita


    Narasi bahwa pemerintah tidak akan lagi mengumumkan kasus positif Covid-19 beredar di media sosial. Narasi itu terdapat dalam gambar tangkapan layar sebuah artikel di situs Medantoday.com berjudul "Pemerintah Takkan Umumkan Lagi Kasus Positif Covid-19" yang dimuat pada 18 Mei 2020.
    Dalam gambar tangkapan layar itu, tercantum pula sebagian isi paragraf pertama artikel tersebut. "Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto menyampaikan pemerintah hanya akan mengumumkan jumlah kasus orang dalam pemantauan (ODP). Dengan demikian, tak ada lagi pengumuman oleh Jubir terkait jumlah kasus positif, meninggal..."
    Di Facebook, gambar tangkapan layar itu dibagikan salah satunya oleh akun Maimon Herawati. Akun ini pun menulis, "Cara melandaikan kurva, JANGAN UMUMKAN yang positif! Ada yang lebih gelo dari ini? Btw, UU Keterbukaan Informasi Publik menjamin hak warga negara untuk mendapatkan informasi."
    Selain gambar tangkapan layar dari berita di situs Medantoday.com itu, akun Maimon Herawati juga mengunggah gambar tangkapan layar salah satu bagian Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik. Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah dibagikan lebih dari 180 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Maimon Herawati.
    Apa benar pemerintah tak akan lagi mengumumkan kasus positif Covid-19?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula mencari artikel dengan judul tersebut di situs Medantoday.com. Namun, dengan memasukkan kata kunci "pemerintah takkan umumkan lagi kasus Covid-19" di kolom pencarian situs Medantoday.com, tidak ditemukan artikel dengan judul itu. Tempo hanya menemukan artikel dengan judul "Begini Alasan Pemerintah Tak Lagi Umumkan Angka ODP-PDP Secara Akumulatif" yang dimuat pada 19 Mei 2020.
    Tempo pun melakukan penelusuran dengan memasukkan kata kunci yang sama di mesin pencarian Google. Hasilnya, sebuah berita dengan judul yang identik pernah dimuat oleh CNN Indonesia pada 18 Mei 2020. Namun, saat ini, judul tersebut telah diubah oleh CNN Indonesia menjadi “Pemerintah Ubah Metode Pelaporan ODP-PDP Covid-19”.
    Di bagian bawah berita tersebut, CNN Indonesia mencantumkan catatan redaksi yang berbunyi: "Judul berita diubah dari semula 'Pemerintah Takkan Umumkan Lagi Kasus Positif Covid-19'. Judul diubah karena terjadi kekeliruan dalam pengutipan. Redaksi meminta maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan."
    Selain judul, isi berita tersebut juga mengalami perubahan. Sebelumnya, berita itu berbunyi:
    Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto menyampaikan mulai Senin (18/5) pemerintah hanya akan mengumumkan jumlah kasus orang dalam pemantauan (ODP). Dengan demikian, tak ada lagi pengumuman jumlah kasus positif, meninggal, maupun pasien sembuh terkait virus corona (Covid-19).
    Kebijakan itu akan dilakukan terkait perubahan metode terhadap penyampaikan informasi jumlah ODP dan pasien dalam pengawasan (PDP) virus corona (Covid-19) di Indonesia.
    Lebih lanjut, Yuri mengatakan jumlah PDP yang diawasi sejauh ini diseluruh Indonesia berjumlah 11.422 orang.
    Dia menjelaskan, hasil tersebut didapat dari pemeriksaan terhadap 190.660 spesimen yang diambil dari 143.035 orang dari laboratorium yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebaran kasus tersebut telah terjadi di 34 Provinsi dan 389 Kabupaten/Kota di Indonesia.
    Berdasarkan hasil data yang lama, Yuri memberikan penambahan jumlah ODP secara keseluruhan saat pengumuman dan dibandingkan dengan hari sebelumnya. Misalnya, terakhir pada Minggu (17/5), Yuri mengatakan bahwa terdapat peningkatan 1.427 kasus ODP menjadi 270.876 kasus secara keseluruhan.
    Sementara, per Minggu (17/5) terjadi peningkatan 731 kasus PDP dari hari sebelumnya, sehingga menjadi 35.800 kasus.
    Setelah diubah, bunyi berita tersebut menjadi:
    Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto menyampaikan pemerintah hanya akan mengumumkan jumlah (ODP) dan Pasien dalam Pemantauan (PDP) yang masih dalam pengawasan.
    Sebelumnya setiap hari pemerintah mengumumkan akumulasi ODP dan PDP, baik yang sudah beres proses pemantauan maupun tengah diawasi.
    "Kami hanya laporkan kasus ODP seluruh Indonesia yang sedang kami pantau hari ini, yakni 45.047 orang," kata Yuri, sapaan akrabnya, dalam konferensi pers di Graha BNPB, Senin (18/5).
    Lebih lanjut, Yuri mengatakan jumlah PDP yang diawasi sejauh ini di seluruh Indonesia berjumlah 11.422 orang.
    Meski demikian, Yuri tidak menjelaskan alasan mengenai perubahan metode pemaparan data ODP dan PDP yang dilakukan pihaknya mulai hari ini, Senin (18/5).
    Berdasarkan hasil data yang lama, Yuri memberikan penambahan jumlah ODP secara keseluruhan saat pengumuman dan dibandingkan dengan hari sebelumnya. Misalnya, terakhir pada Minggu (17/5), Yuri mengatakan bahwa terdapat peningkatan 1.427 kasus ODP menjadi 270.876 kasus secara keseluruhan.
    Sementara, per Minggu (17/5) terjadi peningkatan 731 kasus PDP dari hari sebelumnya, sehingga menjadi 35.800 kasus.
    Meski demikian, Yuri selalu menegaskan bahwa sebagian besar dari pasien-pasien tersebut telah selesai dipantau oleh pihak-pihak yang terkait dengan penanganan Covid-19.
    Sementara itu, Jumlah kasus positif virus corona (Covid-19) di Indonesia per Senin (18/5) mencapai 18.010 kasus. Dari jumlah itu, 4.324 orang dinyatakan sembuh, dan 1.191 orang lainnya meninggal.
    Yuri menjelaskan, hasil tersebut didapat dari pemeriksaan terhadap 190.660 spesimen yang diambil dari 143.035 orang dari laboratorium yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebaran kasus tersebut telah terjadi di 34 Provinsi dan 389 Kabupaten/Kota di Indonesia.
    Dikutip dari Suara.com, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, membantah pemberitaan yang menyebut pemerintah tidak akan lagi mengumumkan pasien positif Covid-19. Menurut Yuri, berita tersebut tidak sesuai dengan apa yang disampaikannya. "Berita ini kok enggak sejalan dengan yang saya sampaikan," kata Yuri pada 18 Mei 2020.
    Menurut Yuri, pemerintah akan tetap mengumumkan kasus positif, sembuh, ataupun meninggal akibat Covid-19 setiap harinya. Yuri mengatakan bahwa yang berubah dari konsep sebelumnya adalah soal pengumuman data orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP).
    Dilansir dari Detik.com, sejak 18 Mei 2020, angka orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) yang diumumkan pemerintah memang berkurang drastis. Terang saja, angka yang diumumkan pemerintah kini hanyalah angka ODP dan PDP yang sedang dipantau dan diawasi, bukan angka ODP dan PDP secara akumulatif seperti yang biasanya diumumkan pemerintah sebelumnya.
    "ODP yang sudah selesai pemantauan berarti sudah sembuh. Maka, yang saya umumkan hari ini adalah ODP yang sedang dipantau. ODP yang sedang dipantau di seluruh Indonesia sekarang adalah 45.047," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, pada 18 Mei 2020.
    Menurut pemerintah, ODP dan PDP yang sudah selesai dipantau dan diawasi tidak perlu dihitung lagi sebagai ODP dan PDP. "PDP kalau sudah mendapat hasil positif juga bukan PDP lagi melainkan kasus positif Covid-19. PDP kalau sudah negatif dan sembuh berarti bukan kasus Covid-19," kata Yuri.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa pemerintah tak akan lagi mengumumkan kasus positif Covid-19 merupakan klaim yang keliru. Judul artikel yang memuat klaim itu telah diubah karena terjadi kekeliruan dalam pengutipan. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, pun mengatakan bahwa metode pelaporan yang diubah hanyalah metode pelaporan ODP dan PDP Covid-19. Sebelumnya, angka ODP dan PDP yang diumumkan adalah angka kumulatif. Sejak 18 Mei 2020, angka ODP dan PDP yang diumumkan hanyalah angka yang sedang dipantau dan diawasi. Menurut Yuri, pemerintah akan tetap mengumumkan kasus positif, sembuh, ataupun meninggal akibat Covid-19 setiap harinya.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8094) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Keramaian Pasar di Palembang Saat Pandemi Covid-19?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 20/05/2020

    Berita


    Video yang menyorot padatnya sebuah pusat perbelanjaan beredar di media sosial dalam beberapa hari terakhir. Menurut narasi yang menyertainya, video itu disebut sebagai video keramaian pasar di Palembang, Sumatera Selatan, di tengah pandemi virus Corona Covid-19.
    Dalam video itu, terlihat suasana sebuah pasar yang dominan menjual pakaian yang ramai didatangi oleh pengunjung. Para pengunjung pasar itu terlihat tidak menjaga jarak aman sejauh 1 meter seperti yang tercantum dalam protokol pencegahan Covid-19.
    Di Facebook, salah satu akun yang membagikan video itu adalah akun Nana Devikha, yakni pada 18 Mei 2020. Akun tersebut menuliskan narasi, "Palembang Bravo! Lah Sakti2 Caknyo.. Fix Lebaran Mendep dirumah, tutup pintu.. entah siapo2 yg ke pasar."
    Di kolom komentarnya, akun Nana Devikha juga menyebut bahwa pasar tersebut diperkirakan merupakan Pasar 16 Ilir atau yang biasa disebut Pasar Tengkuruk. Hingga artikel ini dimuat, unggahan akun itu telah ditonton lebih dari 49 ribu kali dan dibagikan lebih dari 1.700 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Nana Devikha.
    Apa benar video di atas merupakan video keramaian pasar di Palembang saat pandemi virus Corona Covid-19?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula mengambil gambar tangkapan layar video di atas dan menelusurinya dengan reverse image tool Google dan Yandex. Hasilnya, ditemukan foto yang memperlihatkan struktur bangunan yang identik dengan bangunan pasar dalam video tersebut.
    Keidentikan itu terdapat pada bentuk dan warna tiang penyangga atap pasar tersebut, yakni krem dan biru muda. Foto tersebut pernah dimuat oleh Tribunnews.com pada 19 Mei 2018 di mana keterangan fotonya menyatakan bahwa pasar itu merupakan Pasar Tengah di Pontianak, Kalimantan Barat.
    Berdasarkan petunjuk lokasi tersebut, Tempo pun melakukan pencarian dengan kata kunci "Pasar Tengah Pontianak" di Facebook. Hasilnya, ditemukan video yang sama yang diunggah akun Kabar Pontianak pada 17 Mei 2020 dengan narasi, "Pasar tengah Pontianak saat2 menjelang lebaran... Jangan lupa pakai masker."
    Untuk memastikan hal tersebut, Tempo menelusuri lokasi Pasar Tengah Pontianak di Google Maps. Lewat fitur street view, terlihat bahwa struktur bangunan pasar ini sama dengan struktur bangunan pasar dalam video unggahan akun Nana Devikha. Pasar Tengah terletak di Jalan Asahan, Pontianak.
    Tempo juga menelusuri lokasi Pasar 16 Ilir atau Pasar Tengkuruk yang menurut akun Nana Devikha merupakan pasar yang ada dalam video unggahannya. Lewat pencarian dengan Google Maps, terlihat bahwa pasar ini memiliki struktur bangunan yang berbeda dengan struktur pasar yang ada dalam video di atas.
    Kebijakan PSBB di Palembang
    Dilansir dari CNN Indonesia, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah menyetujui rencana Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diajukan oleh Pemerintah Kota Palembang dan Pemerintah Kota Prabumulih. Menurut Gubernur Sumsel Herman Deru, dengan persetujuan ini, Palembang dan Prabumulih dapat melaksanakan PSBB pada hari ini, 20 Mei 2020, atau paling lambat 21 Mei 2020.
    Menurut Deru, seluruh kepala daerah di Sumsel juga sepakat untuk tidak menggelar salat Idul Fitri secara berjamaah. Mereka pun memberlakukan larangan mudik. Sementara aktivitas yang dibatasi selama PSBB mencakup transportasi, pendidikan, ibadah, dan sektor usaha.
    Terdapat 11 sektor yang masih boleh beroperasi selama penerapan PSBB, termasuk sektor usaha yang boleh beroperasi selama lima jam. Namun, ada sektor yang masih boleh beroperasi selama 24 jam, seperti perusahaan telekomunikasi, penjual bahan makanan pokok, perbankan, dan kesehatan.
    Dikutip dari Liputan6.com, menurut Wali Kota Palembang Harnojoyo, dalam Peraturan Wali Kota mengenai PSBB di wilayahnya, akan diatur jam operasional tempat usaha. "Boleh beroperasi, tapi hanya lima jam saja. Dengan catatan, pimpinan perusahaan mengedepankan protokol kesehatan," ujarnya. Usaha yang dibatasi jam operasionalnya mencakup mall, rumah makan, dan pasar tradisional.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas merupakan video keramaian pasar di Palembang saat pandemi virus Corona Covid-19 menyesatkan. Video tersebut merupakan video suasana Pasar Tengah yang berlokasi di Jalan Asahan, Pontianak, Kalimantan Barat.
    IBRAHIM ARSYAD
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8093) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Muncul Serangan Tawon Pembunuh di Tengah Pandemi Covid-19?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 19/05/2020

    Berita


    Pesan berantai yang berisi narasi bahwa muncul serangan tawon pembunuh di tengah pandemi Covid-19 beredar di WhatsApp pada Senin, 18 Mei 2020. Pesan itu disertai dengan video pendek yang memperlihatkan bahwa tawon beracun tersebut sudah muncul di Jakarta.
    Dalam pesan berantai tersebut, disebutkan pula bahwa tawon pembunuh itu lebih mematikan ketimbang virus Corona penyebab Covid-19, SARS-CoV-2. Menurut pesan berantai ini, tawon beracun itu telah menyerang India, Cina, serta Turki, dan saat ini sedang menuju Iran.
    "Belum lagi habis Covid-19, kini Allah hantar lagi satu bala yang amat dasyat sekali. Kalau Covid1-9 kita boleh keluar di jalan untuk mencari makan. Tapi dengan musibah yang baru ini adalah lebih bahaya lagi dari Covid-19. Tidak boleh tinggal di luar (gigitan lebah pembunuh di katakan insect ini menyerang India, China, Turki dan sekarang menuju Iran). Kalau Covid-19 siapa yang terjangkit bisa mendapat perawatan di RS, ada yang hidup dan segelintir yang mati. Tapi gigitan lebah ini bila dia serang manusia terus akan menyebabkan kematian segera di tempat itu juga. Ini ada video2 dan gambar di bawah ini," demikian narasi dalam pesan berantai itu.
    Adapun dalam video pendek berlogo Opini.id yang menyertai pesan berantai tersebut, terdapat tulisan bahwa jenis tawon pembunuh itu adalah tawonVespa affinis. Tawon tersebut pernah membunuh warga Klaten, Jawa Tengah, lalu kini muncul di Jakarta, tepatnya di wilayah Jakarta Timur.
    Gambar tangkapan layar pesan berantai di WhatsApp tentang serangan tawon pembunuh.
    Apa benar tawonVespa affinismenyerang sejumlah negara serta mulai muncul di Indonesia saat pandemi Covid-19?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula memasukkan kata kunci "tawon Vespa affinis" dalam kotak pencarian di situs media Opini.id. Hasilnya, ditemukan bahwa Opini.id memang pernah mempublikasikan video itu dengan judul “Tawon Pembunuh Muncul Di Jakarta”. Namun, video itu dipublikasikan pada 4 Juli 2019, bukan pada Mei 2020 seperti yang diklaim dalam pesan berantai di atas.
    Menurut keterangan video itu, sengatan tawonVespa affinistersebut menyebabkan kematian tujuh orang di Klaten, Jawa Tengah. Kemudian, tawon itu ditemukan di Jakarta. Peneliti biologi LIPI, Rosichon Ubaidillah, mengatakan tawonVespa affinismemang kerap ditemui di wilayah sub-tropis, termasuk Jakarta. "Vespa affinispenyebarannya cukup luas, hampir sub-tropis Asia bisa ditemukan, termasuk Jawa. Sangat mungkin ditemukan di Jakarta," katanya.
    Dikutip dari Kompas.com, peristiwa meninggalnya warga Klaten karena sengatan tawonVespa affinistersebut terjadi pada 2017 (dua orang) dan 2018 (lima orang). Pemadam Kebakaran Klaten pun telah memusnahkan ratusan sarang tawonVespa affinisdi wilayahnya. Sebanyak 217 sarang dimusnahkan pada 2017 dan 207 sarang pada 2018.
    Sementara itu, kemunculan tawonVespa affinisdi Jakarta terjadi pada 1 Juli 2019. Dilansir dari Trubus.id, sarang tawon pembunuh ini ditemukan di sebuah pohon di Jalan Cilingup Indah, Duren Sawit, Jakarta Timur. Sarang tawon dengan diameter 60 sentimeter tersebut kemudian diamankan oleh petugas Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Timur.
    Adapun laporan terbaru menyebutkan bahwa tawon ini kembali menewaskan satu orang di Klaten pada 24 April 2020, yakni Poniman Sukarto, 85 tahun, warga Dusun Balong, Desa Beteng, Kecamatan Jatinom, Klaten. Dikutip dari Detik.com, Poniman disengat tawonVespa affinissaat mencari rumput. Korban sempat dibawa ke Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Soeradji Tirtonegoro, namun nyawanya tidak tertolong.
    Benarkah saat ini menyerang India, Cina, Turki, dan Iran?
    Lewat pencarian pemberitaan situs-situs media di Google, Tempo tidak menemukan adanya kasus serangan tawon dengan genus Vespa di India, Cina, Turki, maupun Iran baru-baru ini. Dilansir dari CNN, serangan tawon jenisVespa mandarinia, atau dikenal pula sebagai tawon raksasa dunia, pernah terjadi di Cina pada 2013 yang menyebabkan puluhan orang tewas dan sekitar 1.500 orang terluka. Tawon jenis ini memang ditemukan di seluruh wilayah Asia timur dan tenggara, seperti Cina, Korea, Jepang, India, dan Nepal.
    Dikutip dari penelitian pada 2020 yang berjudul "The Diversity of Hornets in the Genus Vespa (Hymenoptera: Vespidae; Vespinae), Their Importance and Interceptions in the United States", tawon bergenus Vespa, termasukVespa affinisdanVespa mandarinia, adalah tawon predator yang berukuran besar asli Eropa dan Asia. Mereka memangsa beragam serangga, namun beberapa di antaranya hanya menjadi predator lebah madu.
    Sarang tawon Vespa pun dapat memiliki ukuran yang sangat besar dengan lebih dari seribu tawon di dalamnya. Namun, biasanya, sarang tawon Vespa hanya memiliki ukuran yang cukup untuk ratusan tawon. Sarang ini melekat di cabang-cabang pohon atau semak-semak, di bawah atap atau tanah, tergantung pada spesiesnya. Dilansir dari situs Animal Diversity, terdapat 128 spesies tawon bergenus Vespa.
    Pada 2019, dikutip dari National Geographic, tawonVespa mandariniaditemukan bermigrasi ke Amerika bagian utara. Tawon ini terlihat pertama kali di Kanada pada September 2019, kemudian di Washington, Amerika Serikat, tiga bulan kemudian. Saat ini, tawonVespa mandariniadikhawatirkan menghancurkan populasi lebah madu dan mengancam pasokan makanan AS.
    Meskipun begitu, dilansir dari CGTN, para ahli menyatakan tawon tersebut tidak mungkin menyerang manusia kecuali diprovokasi. "Anda tidak perlu khawatir tentang itu," kata Floyd Shockley, manajer koleksi entomologi di Museum Nasional Sejarah Alam Smithsonian. "Lebih banyak orang mati karena sengatan lebah madu di AS daripada orang mati karena lebih ini secara global setiap tahunnya."
    Selain itu, dikutip dari LA Times, sengatan lebah raksasa Asia tidak mungkin membunuh manusia secara langsung. Di Jepang, menurut Susan Cobey, pembiak lebah di Universitas Washington, sekitar 50 orang meninggal setiap tahunnya akibat sengatan lebah, namun hal itu kemungkinan disebabkan oleh alergi. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), rata-rata 62 orang meninggal setiap tahunnya di AS akibat sengatan lebah atau tawon.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, klaim bahwa muncul serangan tawon pembunuh di sejumlah negara, termasuk Indonesia, saat pandemi virus Corona Covid-19 menyesatkan. Video yang digunakan untuk melengkapi klaim itu merupakan video peristiwa pada 2017, 2018, dan Juli 2019, sebelum munculnya virus Corona Covid-19 di Wuhan, Cina, pada Desember 2019. Selain itu, baru-baru ini, tidak ditemukan laporan adanya kasus serangan tawon dengan genus Vespa di India, Cina, Turki, maupun Iran.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8092) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Warga Sumbar yang Usir Turis Cina dan Bakar Perusahaannya Saat Pandemi Covid-19?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 18/05/2020

    Berita


    Video yang diklaim sebagai video warga Sumatera Barat yang mengusir turis Cina dan membakar perusahaan milik Cina beredar di media sosial. Video yang menyebar di tengah pandemi Covid-19 ini diunggah oleh kanal YouTube Official News Update dengan judul "Warga Sumbar Mengamuk, Usir China, dan Bakar Perusahaan Mereka".
    Dalam video yang diunggah pada 1 April 2020 itu, tampak sejumlah WNA yang baru tiba di sebuah bandara. Di pintu keluar bandara, terlihat Gubernur Sumbar, Iwan Prayitno, yang tengah memberikan sambutan. Pada bagian lain, tampak seorang pria berpeci putih yang sedang diwawancarai. Ada pula cuplikan sebuah bangunan yang terbakar.
    Pada 12 Mei 2020, video berdurasi sekitar 10 menit ini dibagikan di Facebook salah satunya oleh akun Noer Kholiss. Hingga artikel ini dimuat, unggahan akun tersebut telah direspons lebih dari 600 kali, dikomentari lebih dari 150 kali, dan dibagikan lebih dari 300 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Noer Kholiss.
    Apa benar video tersebut merupakan video warga Sumbar yang mengusir turis Cina dan membakar perusahaan Cina saat pandemi Covid-19?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi sumber video tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasinya menjadi sejumlah gambar. Kemudian, gambar-gambar itu ditelusuri denganreverse image toolYandex dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa video tersebut merupakan gabungan beberapa cuplikan dari peristiwa yang berbeda. Berikut ini fakta atas video-video itu:

    Video ini merupakan video penyambutan turis Cina di Bandara Internasional Minangkabau, Sumbar. Video yang identik pernah diunggah oleh kanal YouTube Kerinci TV pada 26 Januari 2020. Video tersebut diberi judul "Terkait Wabah Virus Corona nCoV Dan Kedatangan Turis Warga China Di Padang Sumatera Barat."
    Kedatangan turis asal Cina di Sumbar itu juga pernah diberitakan oleh Kompas TV. Menurut laporan Kompas TV, terdapat sekitar 150 wisatawan asal Kota Kunming, Provinsi Yunan, Cina yang tiba di Sumbar pada 26 Januari 2020. Kedatangan para wisatawan itu disambut hangat oleh Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno.
    ***

    Video ini merupakan video aksi protes warga yang mengatasnamakan dirinya sebagai Forum Masyarakat Minangkabau (FMM) atas kedatangan 150 turis Cina di Sumbar. Pria berpeci putih yang diwawancarai dalam video itu adalah ketua forum tersebut. Video ini pernah diunggah oleh kanal YouTube Official iNews pada 29 Januari 2020 dengan judul "Forum Masyarakat Minang Tuntut Turis China Keluar Sumbar".
    Dilansir dari Detik.com, FMM menuntut turis Cina yang terlanjur masuk Sumbar untuk segera meninggalkan tanah Minang mengingat virus Corona Covid-19 ketika itu baru mewabah di Cina. Mereka juga meminta rencana kedatangan wisatawan Cina berikutnya dibatalkan. Mereka pun menyatakan kekecewaannya terhadap Gubernur Sumbar, Iwan Prayitno, yang malah menyambut turis asing itu.
    ***

    Video ini pernah diunggah oleh kanal YouTube Law & Justice Investigasi pada 19 Juni 2018, jauh sebelum munculnya virus Corona Covid-19 di Wuhan, Cina, pada Desember 2019. Video itu diberi judul “Warga Solok Bakar Tambang Emas Perusahaan Cina Ilegal”.
    Video itu pun pernah dicek fakta oleh Tirto.id pada 22 Juni 2018. Menurut Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang, Wendra Rona, video tersebut diambil pada 2011 di PT Geominex Sapek. Saat itu, terjadi protes warga terhadap perusahaan yang berakhir dengan kericuhan di sekitar Jorong Sungaipenuh, Kecamatan Sangir Batang Hari, Kabupaten Solok Selatan, Sumbar.
    Aksi amuk massa yang berujung pembakaran terhadap dua kamp itu terjadi karena PT Geominex disebut tidak pernah menepati janjinya untuk menyejahterakan warga. PT Geominex sendiri merupakan salah satu perusahaan tambang emas yang pernah tercatat di Solok Selatan. Namun, tidak ada informasi bahwa perusahaan ini adalah perusahaan dengan penanaman modal asing, termasuk dari Cina.
    ***

    Video ini pernah viral pada September 2018, jauh sebelum munculnya virus Corona Covid-19 di Wuhan, Cina, pada Desember 2019. Salah satu kanal YouTube yang pernah membagikan video itu adalah kanal Bang Icay, tepatnya pada 17 September 2018, dengan judul "Viral, Heboh Pengukuran Tanah oleh Pekerja Asing di Kelurahan Jati Mulya Bekasi".
    Berdasarkan arsip pemberitaan Tempo, pekerja asing dalam video itu berkewarganegaraan Cina dan ditemukan berada di sekitar proyek depo LRT, Jatimulya, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Namun, perusahaan yang membangun proyek LRT, PT Adhi Karya, membantah bahwa tenaga kerja asing atau TKA Cina itu adalah karyawannya.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas merupakan video warga Sumbar yang mengusir turis Cina dan membakar perusahaan Cina saat pandemi Covid-19 keliru. Video tersebut merupakan gabungan cuplikan dari peristiwa yang berbeda. Satu video memang memperlihatkan peristiwa aksi protes warga Sumatera Barat terkait kedatangan turis asal Cina di tengah mewabahnya virus Corona Covid-19. Namun, video yang memperlihatkan pembakaran sebuah bangunan diambil pada 2018 dan sama sekali tidak terkait dengan Covid.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan