• (GFD-2025-28825) Cek Fakta: Tidak Benar di Video Ini Prabowo Subianto Menemui Pendemo

    Sumber:
    Tanggal publish: 02/09/2025

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Beredar postingan klaim video Presiden Prabowo Subianto menemui pendemo. Informasi tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada Sabtu, 30 Agustus 2025.
    Dalam video yang beredar tersebut, Prabowo yang memakai kemeja warna putih dan peci hitam itu terlihat berada di sebuah kerumunan. Dia tampak memeluk dan mencium kepala sejumlah anak-anak.
    Dimulai dari anak yang memakai baju garis horizontal, kemudian anak berkaos merah. Prabowo juga memeluk seorang anak yang memakai topi merah, selanjutnya menggendong anak kecil yang memakai kaos putih.
    Sementara di belakang Prabowo, terlihat Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Dia memakai kemeja batik lengan panjang berwarna merah.
    Dalam video tersebut, terdapat tulisan:
    "presiden prabowo temui pendemo untuk memenangkan massa sampai saat ini kerusuhan di seluruh Indonesia"
    Sementara caption pada unggahan tersebut adalah:
    "presiden prabowo temui pendemo untuk memenangkan massa #presiden #demo"
    Benarkah klaim video Presiden Prabowo Subianto menemui pendemo? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim video Presiden Prabowo Subianto menemui pendemo. Penelusuran difokuskan pada gambar tangkapan layar yang berisi momen Prabowo memeluk seorang anak kecil yang memakai baju bergaris horizontal dan Wapres Gibran berada di belakang Prabowo.
    Penelurusan menemukan sejumlah informasi, salah satunya soal momen Prabowo memeluk dan mencium anak-anak saat karnaval HUT ke-80 RI.
    Berdasarkan video dari akun Youtube resmi Sekretariat Presiden berjudul, "LIVE: Presiden Prabowo Hadiri Karnaval Bersatu, Lapangan Monas, 17 Agustus 2025", terlihat Prabowo memeluk dan mencium kepala sejumlah anak.
    Dimulai dari anak yang memakai baju garis horizontal, kemudian anak berkaos merah. Prabowo juga memeluk seorang anak yang memakai topi merah, selanjutnya menggendong anak kecil yang memakai kaos putih.
    Tayangan dari Youtube Sekretariat Presiden berbeda angel dengan video klaim. Namun isinya sama.
    Prabowo kemudian menumpangi mobil MV3 Garuda Limousine putih berpelat “Indonesia” yang atapnya terbuka. Prabowo menyapa masyarakat dan menyalami anak-anak yang mendekat ke arahnya.
    Penelusuran juga tidak menemukan pemberitaan yang menyebutkan Prabowo Subianto menemui massa pendemo pada akhir-akhir ini. 
     
     
     

    Kesimpulan


    Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim video Presiden Prabowo Subianto menemui pendemo, tidak benar.

    Rujukan

  • (GFD-2025-28824) Keliru: Imbauan dari BEM UI agar Terhindar dari Operasi Petrus

    Sumber:
    Tanggal publish: 02/09/2025

    Berita

    PESAN berantai yang diklaim berasal dari Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) beredar di WhatsApp dan Facebook (akun satu [arsip] dan akun dua). Pesan itu berisi imbauan agar tidak keluar rumah dan mematikan lampu di malam hari setelah pukul 22.00 WIB.

    Hal itu dilakukan supaya masyarakat tidak menjadi korban salah tembak. Sebab, dalam pesan itu disebutkan, mulai 1 September hingga 10 September sedang ada operasi oleh penembak misterius. 



    Benarkah pesan berantai itu disebarkan oleh BEM UI?

    Hasil Cek Fakta

    Tempo memverifikasi pesan berantai itu dengan mewawancarai pengurus BEM UI dan memeriksa siaran pers mereka. Hasilnya, pesan tersebut bukan berasal dari BEM UI.

    Saat ini BEM UI memang tengah terbelah dua akibat sengketa Pemilihan Raya 2024 dan dugaan intervensi rektorat. Ada BEM ‘Kuning’ dengan akun Instagram bemui_official dan BEM ‘Ungu’ yang mendapat SK rektorat dengan akun bemui25_official.

    Tempo menghubungi dua perwakilan BEM tersebut. Wakil Kepala Departemen Aksi dan Propaganda BEM ‘Kuning’, Bima Surya, menegaskan pesan itu bukan dari mereka. “Tidak, pesan tersebut bukan pesan dari BEM UI,” kata Bima, Selasa, 2 September 2025. Ia menambahkan, seluruh informasi resmi hanya melalui akun Instagram mereka.

    Bima menambahkan, saat ini pihaknya berfokus untuk menganalisis perkembangan terbaru setelah rangkaian demonstrasi atas kebijakan DPR RI dan aksi brutal Polri. Mereka membuka peluang untuk kembali turun ke jalan, apabila tuntutan masyarakat sipil dan mahasiswa tidak terpenuhi. 

    Hal senada disampaikan Wakil Kepala Departemen Aksi dan Propaganda BEM ‘Ungu’ Salwa Idamatin. “Untuk berita itu tidak benar. Ini bukan dari BEM UI,” kata Salwa melalui pesan singkat.

    Akun Instagram kedua kubu juga tidak mengunggah imbauan serupa. Gaya bahasa pesan berantai itu berbeda dari seruan resmi yang pernah mereka unggah. Sebelumnya, kedua kubu sempat mengajak aksi ‘Aparat Keparat’ pada 29 Agustus 2025 untuk memprotes kematian Affan Kurniawan, yang tewas dilindas rantis Brimob.  

    Sejarah Operasi Petrus

    Tempo mencatat, Operasi Petrus berlangsung pada 1980-an. Operasi ini melibatkan penembak misterius yang membunuh secara diam-diam. Jenazah korban biasanya dibuang di jalan atau disembunyikan, dengan uang Rp10 ribu untuk biaya pemakaman.

    Tubuh korban umumnya memiliki tiga bekas tembakan, kadang disertai tanda cekikan. Targetnya disebut preman atau gabungan anak liar. Pemilik tato juga jadi sasaran, meski tak selalu preman.

    David Bourchier dalam Crime, Law, and State Authority in Indonesia menyebut Petrus beroperasi atas perintah, di bawah koordinasi Pangkopkamtib, yang berada langsung di bawah komando kepala negara.

    Kesimpulan

    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa pesan berantai soal imbauan adanya operasi Petrus sampai tanggal 10 September 2025 yang diklaim dikeluarkan oleh BEM UI adalah keliru.

    Rujukan

  • (GFD-2025-28823) Keliru: Jurnalis Australia Ditembak saat Meliput Demonstrasi di Indonesia

    Sumber:
    Tanggal publish: 02/09/2025

    Berita

    SEBUAH video dengan beredar di X [arsip] dengan keterangan. Terlihat seorang reporter 9News Lauren Tommasi memegang mic sedang melaporkan aksi demonstrasi. Tiba-tiba polisi menembak ke arah kakinya dari sebelah kiri.

    Video itu diunggah pada 1 September 2025 dan viral di tengah gelombang unjuk rasa di Jakarta yang meluas ke sejumlah kota. Pengunggah juga membuubuhkan keterangan, “Jurnalis wanita asal Australia ditembak Polisi Indonesia. Polisi Indonesia banci biadab, hanya berani melawan sipil tidak bersenjata,” pada cuitannya.



    Benarkah jurnalis Australia itu tertembak saat meliput demo di Indonesia?

    Hasil Cek Fakta

    Tempo memverifikasi video itu lewat pencarian gambar terbalik Google dan membandingkan narasi dengan sumber kredibel. Hasilnya, peristiwa dalam video tersebut tidak terjadi di Indonesia. Tommasi ditembak peluru karet saat melaporkan aksi protes di pusat kota Los Angeles, 9 Juni 2025. 



    Video identik pernah diunggah oleh sejumlah akun YouTube media di antaranya 9NewsAUS, akun X Anadolu Agency, situs 9News.com.au, CNN.com dan Kompas.com. Lauren Tommasi, koresponden AS untuk 9News terjebak dalam baku tembak saat Departemen Kepolisian Los Angeles (LAPD) menembakkan peluru karet ke arah pengunjuk rasa di jantung kota Los Angeles.

    Dikutip dari CNN, Insiden ini terjadi di tengah gelombang protes besar-besaran terhadap kebijakan imigrasi Presiden Donald Trump dan pengerahan pasukan Garda Nasional California ke wilayah tersebut.

    Dalam video, Tommasi memegang mikrofon memberi laporan langsung. Tiba-tiba, polisi di sisi kanan mengangkat senjata dan menembakkan peluru karet dari jarak dekat. Peluru menghantam kakinya. Tommasi berteriak kesakitan dan mundur bersama juru kamera.

    Theguardian.com melaporkan, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyebut peristiwa itu sebagai peristiwa “mengerikan” dan sudah menyampaikan kekhawatiran kepada pemerintah AS.

    Tommasi ditembak saat meliput protes terhadap penggerebekan imigrasi di Los Angeles. Insiden itu terekam kamera. Rekaman menunjukkan petugas membidik Tommasi dan juru kameranya, lalu menembak.

    Jurnalis Australia kedua, koresponden ABC untuk Amerika Utara Lauren Day, juga terkena dampak tindakan polisi saat melaporkan protes di LA.

    Kesimpulan

    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klaim video jurnalis Australia ditembak di Indonesia adalah keliru.

    Rujukan

  • (GFD-2025-28822) Sebagian Benar: Rumah Dinas Emil Dardak Dibakar dan Dijarah

    Sumber:
    Tanggal publish: 02/09/2025

    Berita

    SEJUMLAH konten dengan klaim rumah dinas Wakil Gubernur Jawa Timur Emis Dardak dibakar dan dijarah massa beredar di X, Facebook, dan TikTok [arsip].

    Konten-konten itu memperlihatkan bangunan yang terbakar dan sejumlah orang membawa barang-barang dan disertai narasi, “Rumah Dinas Emil Dardak dan Arumi Bachsin Dibakar, Barang-barang Lenyap Dijarah Massa.”



    Namun benarkah rumah dinas Emil dibakar dan dijarah massa?

    Hasil Cek Fakta

    Tempo memverifikasi video tersebut menggunakan pencarian gambar terbalik dari Google, penelusuran Google Street View dan membandingkan narasinya dengan informasi dari sumber kredibel.



    Klip awal video di Facebook menampilkan seseorang memanggul barang di jalan dengan latar bangunan terbakar. Video ini identik dengan foto yang diunggah Memorandum. Dalam artikelnya, Memorandum membubuhkan keterangan foto “Kondisi Polsek Tegalsari usai terbakar massa demonstrasi Sabtu 30 Agustus 2025.” 

    Penelusuran lewat Google Street View juga menunjukkan lokasi perekaman di pertigaan Jalan Jenderal Basuki Rachmat, dekat Markas Polsek Tegalsari. Dalam kericuhan pekan lalu, Gedung Grahadi, Polsek Tegalsari, dan 15 pos polisi lain di Jawa Timur diserang dan dibakar



    Klip selanjutnya memperlihatkan situasi kebakaran bagian barat Gedung Negara Grahadi, Surabaya seperti yang terlihat dari Google Street Views. Gedung Grahadi yang berada di Jalan Gubernur Suryo berjarak lebih dari 4 kilometer dari rumah dinas Wakil Gubernur Jatim yang ada di Jalan Jl. Imam Bonjol, Surabaya, sebagaimana yang ditunjukkan Google Maps.

    Namun, kantor dinas atau ruang tempat biasa Emil berkantor ada di dalam gedung tersebut. Ruang kantor itupun ikut terbakar.



    Video lainnya yang beredar di TikTok juga memperlihatkan kebakaran bagian barat Gedung Negara Grahadi, sementara gedung utamanya selamat dari jalaran api. Visualnya mirip dengan yang ditampilkan di Google Street View.

    Melansir Detik.com, istri Emil, Arumi Bachsin mengatakan, pembakaran tidak terjadi di rumah dinasnya, melainkan di kantor dinas suaminya yang berada di Gedung Grahadi.

    Kesimpulan

    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan video dan gambar yang beredar memperlihatkan pembakaran dan penjarahan rumah dinas Emil Dardak adalah sebagian benar. Gedung yang terbakar dalam konten yang beredar bukan rumah dinas Emil Dardak melainkan kantor dinasnya yang berada di Gedung Grahadi.

    Rujukan