• (GFD-2020-8359) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Pendiri Aliansi Dokter Dunia yang Ditangkap usai Bikin Video Bohong tentang Covid-19?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 04/11/2020

    Berita


    Video yang memperlihatkan penangkapan salah satu pendiri Aliansi Dokter Dunia, Heiko Schoning, beredar di media sosial. Video tersebut dibagikan dengan narasi bahwa Schoning ditangkap usai mempublikasikan video yang berisi berita bohong dan menyesatkan tentang virus Corona Covid-19.
    Beberapa waktu yang lalu, video yang berisi klaim-klaim keliru seputar Covid-19 yang dilontarkan oleh Aliansi Dokter Dunia atau World Doctors Alliance memang viral di media sosial. Namun, klaim-klaim tersebut telah dibantah oleh sejumlah organisasi pemeriksa fakta, termasuk Tempo.
    Di Facebook, video penangkapan itu dibagikan salah satunya oleh akun Wimpie Pangkahila, tepatnya pada 27 Oktober 2020. Akun ini menulis, “Ha...ha..akhirnya pak Ketua Aliansi Dokter sedunia ditangkap karena menyebarkan video berita bohong dan menyesatkan tentang Covid-19.”
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Wimpie Pangkahila.
    Apa benar video di atas adalah video pendiri Aliansi Dokter Dunia, Heiko Schoning, yang ditangkap polisi usai mempublikasikan video bohong tentang Covid-19?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video itu menjadi sejumlah gambar dengan tool InVID. Kemudian, gambar-gambar tersebut ditelusuri jejak digitalnya dengan reverse image tool Google dan Yandex. Hasilnya, ditemukan bahwa video penangkapan itu telah beredar sejak 26 September 2020, dua pekan sebelum dipublikasikannya video yang berisi pengumuman pembentukan Aliansi Dokter Dunia sekaligus klaim-klaim keliru soal Covid-19 pada 10 Oktober 2020.
    Video yang sama pernah diunggah oleh kanal YouTube Anna Brees pada 26 September 2020 dengan judul “German Doctor Dr. Heiko Schoning acu2020.org arrested at Hyde park 26th Sept 2020” atau "Dokter Jerman Dr. Heiko Schoning acu2020.org ditangkap di Hyde Park (London, Inggris) 26 September 2020". Dalam keterangannya, kanal ini menulis bahwa videonya bersumber dari Active Patriot UK.
    Tempo kemudian menelusuri kanal YouTube Active Patriot UK. Pada 26 September 2020, kanal ini memang pernah mengunggah video dari peristiwa yang sama. Video itu diberi judul "Dr Heiko Schoning Full Arrest Video" atau "Video Utuh Penangkapan Dr Heiko Schoning".
    Video lain yang memperlihatkan penangkapan Heiko Schoning tersebut juga pernah diunggah oleh kanal YouTube Shirin Koohyar pada 27 September 2020 dengan judul “Dr. Heiko Schoning arrested & dragged by police moments after speaking Hyde Park on Saturday Sep 26” atau "Dr. Heiko Schoning ditangkap dan digelandang oleh polisi beberapa saat setelah berbicara di Hyde Park pada Sabtu 26 September".
    Menurut keterangan video tersebut, Heiko Schoning ditangkap dan diborgol, lalu dibawa ke mobil polisi beberapa saat setelah berbicara tentang "kebenaran Covid-19" kepada sekelompok pendengar di Pojok Pembicara Hyde Park pada 26 September 2020.
    Dikutip dari situs resmi pemerintah London, di bagian "Pertanyaan kepada Wali Kota", terdapat pertanyaan tentang alasan Metropolitan Police Service (MPS) London menangkap Heiko Schoning di Hyde Park pada 26 September 2020. Pertanyaan ini dijawab oleh wali kota dengan mengatakan, "Baik saya maupun MPS tidak bisa mengomentari penyelidikan yang sedang berlangsung."
    Dilansir dari kantor berita Jerman Deutsche Welle (DW), pada 26 September 2020, terdapat gelaran demonstrasi anti-lockdown di London, Inggris. Massa memprotes berbagai pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah Inggris di tengah pandemi Covid-19.
    Unjuk rasa yang digelar di Trafalgar Square itu berakhir ricuh setelah polisi Inggris berusaha membubarkan massa. Alasannya, pengunjuk rasa melanggar aturan jarak sosial dan pemakaian masker. Banyak demonstran kemudian pindah dari Trafalgar Square untuk bergabung dengan kelompok lain di Hyde Park.
    Terkait video yang berisi pengumuman pembentukan Aliansi Dokter Dunia sekaligus klaim-klaim keliru soal Covid-19, menurut laporan organisasi pemeriksa fakta Amerika Serikat FactCheck, dipublikasikan pada 10 Oktober 2020, beberapa pekan setelah digelarnya demonstrasi anti-lockdown di London, Inggris. Video yang berdurasi 18 menit itu pernah diunggah di YouTube, namun telah dihapus karena melanggar persyaratan layanannya.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas adalah video pendiri Aliansi Dokter Dunia, Heiko Schoning, yang ditangkap polisi usai mempublikasikan video bohong tentang Covid-19, menyesatkan. Video itu telah beredar sejak 26 September 2020, dua pekan sebelum dipublikasikannya video yang berisi pengumuman pembentukan Aliansi Dokter Dunia sekaligus klaim-klaim keliru soal Covid-19 pada 10 Oktober 2020. Pada 26 September 2020, sejumlah orang, termasuk Heiko Schoning, ditangkap setelah mengikuti demonstrasi anti-lockdown di Trafalgar Square dan Hyde Park, London, Inggris.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8358) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Tusuk 10 Jari dengan Jarum adalah Pertolongan Pertama Stroke?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 03/11/2020

    Berita


    Pesan berantai yang berisi klaim bahwa menusuk 10 jari dengan jarum adalah salah satu metode pertolongan pertama untuk penyakit stroke beredar di Facebook. Metode ini disebut sebagai metode “pelepasan darah”. Metode itu berupa menusuk 10 jari dengan jarum, bisa jarum suntik, jarum jahit, atau jarum pentul, ke 10 ujung jari hingga berdarah. Setelah darah keluar, seseorang yang terkena stroke akan sadar kembali.
    “Di tempat kejadian, topanglah si penderita supaya dalam posisi duduk, agar tidak terjatuh lagi. Setelah posisi duduk, kini saatnya untuk melepaskan darah. Bila di rumah ada jarum suntik, itu paling baik. Bila tidak ada, pakailah jarum jahit atau jarum pentul. Namun sebelumnya jarum harus disterilkan dengan cara dibakar api sejenak (pakai korek api, kompor). Kemudian tusuklah kesepuluh ujung jari di kedua tangan agar berdarah. Bila darah tidak keluar, bisa dipencet atau dipijit, hingga kesepuluh jari itu meneteskan darah ("setiap jari setetes"). Beberapa menit kemudian, si penderita dengan sendirinya akan sadar kembali,” demikian narasi dalam pesan berantai itu. 
    Salah satu akun yang membagikan pesan berantai tersebut adalah akun Rini Haerani, tepatnya pada 26 Oktober 2020. Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah mendapatkan 71 reaksi dan dibagikan sebanyak 144 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Rini Haerani.
    Apa benar menusuk 10 jari dengan jarum adalah pertolongan pertama stroke?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memeriksa klaim itu, Tim CekFakta Tempo menelusuri informasi terkait dengan memasukkan kata kunci “pertolongan pertama pelepasan darah bagi penderita stroke” dan “menusuk 10 jari dengan jarum untuk stroke” di mesin pencari Google. Hasilnya, ditemukan informasi bahwa pesan berantai serupa telah beredar setidaknya sejak 2013. Namun, menurut berbagai pemberitaan media yang mengutip para ahli, isi pesan berantai itu keliru.
    Dikutip dari berita di Detik.com pada 18 Maret 2013, dokter spesialis saraf dari Universitas Indonesia, Ahmad Yanuar, menepis kebenaran pesan berantai yang menyebut “menusuk 10 jari dengan jarum adalah pertolongan pertama stroke” tersebut. “Sejauh ini, tidak ada penelitian seperti itu, tidak diketahui efektif atau tidaknya tindakan tersebut,” kata Ahmad. Satu-satunya tindakan yang harus segera dilakukan adalah membawa penderita ke rumah sakit, sehingga bisa diberi tindakan reperfusi. “Sekitar 3-6 jam setelah kejadian, pasien harus segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan tindakan medis,” ujarnya. 
    Pernyataan ini diperkuat oleh penjelasan dokter spesialis saraf lainnya, Fritz Sumantri. “Yang harus digarisbawahi, kedokteran berangkat dari penelitian dan uji coba. Sampai saat ini, ilmu kedokteran tidak mengenal cara seperti itu (menusuk 10 jari dengan jarum), sehingga kita juga tidak tahu efektivitasnya,” kata Fritz.
    Dilansir dari situs kesehatan Klikdokter.com, menurut artikel oleh dokter spesialis penyakit dalam Alvin Nursalim pada 2 Maret 2015, informasi soal pertolongan pertama stroke dengan menusukkan jarum di ujung jari penderita tidak benar. Stroke adalah gangguan pada pembuluh darah otak. Gangguan ini dapat berupa tersumbat atau pecahnya pembuluh darah. Stroke perlu ditangani dengan segera, karena waktu awal terjadinya stroke merupakan waktu yang menentukan terapi selanjutnya.
    Menurut Alvin, penanganan awal stroke bukan dengan mengeluarkan darah dari ujung jari. “Mengeluarkan darah dari ujung jari tidak memiliki manfaat dalam penyembuhan pasien stroke,” katanya. Bahkan, jika jarum yang digunakan tidak bersih, penderita stroke dapat mengalami infeksi akibat tusukan tersebut.
    Alvin pun menjelaskan penanganan awal stroke yang tepat, yakni menjaga patensi jalan napas dan kestabilan sirkulasi darah pasien. “Jika pasien tidak sadar, baringkan pada tempat yang aman, posisikan pasien dengan tubuh menghadap ke samping kiri untuk mencegah masuknya cairan ke saluran pernapasan, lalu segera panggil pertolongan untuk membawa pasien ke unit gawat darurat terdekat,” kata Alvin.
    Penjelasan yang sama pun diberikan oleh dokter spesialis saraf dari Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Yuda Turana, seperti yang dimuat oleh Tempo pada 23 Februari 2018. Menurut dia, klaim bahwa “menusuk 10 jari dengan jarum adalah pertolongan pertama stroke” keliru. “Tidak benar. Justru, respons nyeri akibat tusukan jarum dapat meningkatkan tekanan darah yang berisiko memperburuk strokenya,” ujar Yuda.
    Penegasan bahwa metode ini tak tepat juga diungkapkan oleh dokter spesialis jantung dari Rumah Sakit Harapan Kita, Dicky Armein Hanafy. Dia bahkan mengatakan cara ini tidak berguna sama sekali. "Tidak ada gunanya sama sekali. Ada risiko infeksi, apalagi kalau jarumnya tidak steril atau bersih," katanya. Ketimbang memberikan pertolongan pertama di rumah, kedua dokter ini menyarankan untuk segera melarikan penderita ke rumah sakit agar segera mendapatkan pertolongan. "Keluarga harus langsung bawa ke rumah sakit," ujar Yuda.
    Dikutip dari situs kesehatan Alodokter.com, dalam bagian “Tanya Dokter”, dokter Saphira Evani menyatakan bahwa pertolongan pertama bagi penderita stroke adalah membawanya ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) terdekat. “Menusuk ke-10 jari pasien dengan jarum tidak bisa menghentikan proses terjadinya stroke,” ujarnya. Dia menambahkan, “Belum ada satu pun jurnal medis yang dapat membuktikan manfaat dari tindakan tersebut. Dengan menusuk jari, Anda telah membuang waktu untuk mencari jarum, menusukkannya ke penderita, yang mana seharusnya lebih bijak dipergunakan untuk membawa penderita ke rumah sakit terdekat.” 

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa “menusuk 10 jari dengan jarum adalah pertolongan pertama stroke” keliru. Para dokter spesialis saraf dan jantung telah menyatakan bahwa menusuk 10 jari dengan jarum bukanlah cara yang tepat untuk menangani seseorang yang terkena stroke. Bahkan, tindakan itu bisa berbahaya, menyebabkan infeksi jika jarum yang digunakan tidak steril. Penanganan pertama stroke adalah menjaga patensi jalan napas dan kestabilan sirkulasi darah penderita. Jika tidak sadar, penderita dibaringkan di tempat yang aman, dan tubuhnya diposisikan menghadap ke samping kiri untuk mencegah masuknya cairan ke saluran pernapasan. Lalu, segera panggil pertolongan untuk membawa pasien ke unit gawat darurat terdekat.
    SITI AISAH
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
  • (GFD-2020-8357) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Produk Prancis yang Dibuang oleh Negara-negara Timur Tengah?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 03/11/2020

    Berita


    Video pendek yang diklaim sebagai video produk Prancis yang dibuang oleh negara-negara Timur Tengah beredar di Facebook sejak akhir Oktober 2020 lalu. Video ini menyebar di tengah munculnya berbagai seruan boikot produk Prancis sebagai respons atas pernyataan Presiden Emmanuel Macron terkait Islam.
    Dalam video itu, terlihat sejumlah truk kontainer yang terparkir di gurun pasir, dan beberapa orang tampak membuang barang-barang yang terdapat dalam truk tersebut.
    Salah satu akun yang membagikan video beserta klaim itu adalah akun Apriel, tepatnya pada 30 Oktober 2020. Akun ini menulis, "Produk prancis Timur Tengah semua di Buang. Harta Melebihi Kecintaanya Kepada Rasulullah. Akibat pelecehanya Semua Produk² Prancis tidak Hanya di Kosongkan di Semua Supermarket tpi dibuang."
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Apriel.
    Akun lain, Jastip Rezky Samboja, juga membagikan video yang sama, namun disematkan dalam gambar tangkapan layar berita dari Kompas.com yang berjudul “Perancis Desak Timur Tengah Hentikan Boikot Produknya di Tengah Kisruh Kartun Nabi Muhammad”.
    Apa benar video tersebut menunjukkan saat negara-negara Timur Tengah membuang produk Perancis?

    Hasil Cek Fakta


    Hasil verifikasi Tim CekFakta Tempo menunjukkan video di atas tidak terkait dengan pemboikotan produk-produk asal Prancis oleh negara-negara Timur Tengah. Kompas.com juga tidak memuat video itu dalam beritanya yang berjudul “Perancis Desak Timur Tengah Hentikan Boikot Produknya di Tengah Kisruh Kartun Nabi Muhammad”. Video tersebut adalah video lama yang telah beredar sejak 2016, yang terkait dengan kebijakan pemerintah distrik Al Qasim, Arab Saudi, untuk memusnahkan ayam kemasan kedaluwarsa.
    Untuk mendapatkan fakta tersebut, Tempo mula-mula menelusuri berita Kompas.com yang berjudul "Perancis Desak Timur Tengah Hentikan Boikot Produknya di Tengah Kisruh Kartun Nabi Muhammad". Namun, berita yang terbit pada 26 Oktober 2020 tersebut tidak memuat video itu, melainkan foto Presiden Emmanuel Macron yang bersumber dari kantor berita Prancis Agence France-Presse (AFP).
    Tempo kemudian mencari jejak digital video tersebut, dengan mengambil gambar tangkapan layarnya dan menelusurinya dengan reverse image tool Yandex. Lewat cara ini, ditemukan video yang sama di kanal YouTube How Much yang dipublikasikan pada 7 Januari 2017. Video itu diberi keterangan "Pakistan Destroying Trucks Full of Indian Fake Currency | Modi's Demonetization Impact".
    Selanjutnya, Tempo memasukkan kalimat dalam judul video itu, "Pakistan Destroying Trucks Full of Indian Fake Currency", ke mesin pencari Google untuk menelusuri pemberitaan terkait. Lewat cara ini, ditemukan petunjuk lain dalam artikel di situs media India Times pada 23 Desember 2016. Menurut artikel ini, klaim bahwa video itu adalah video penghancuran mata uang India palsu yang diangkut oleh sejumlah kontainer juga tidak benar.
    Ketika itu, video tersebut memang banyak dibagikan di India lewat WhatsApp dengan klaim yang keliru tersebut, setelah pemerintah India mengumumkan demonetisasi semua uang kertas 500 dan 1.000 rupee dari seri Mahatma Gandhi pada 8 November 2016. Sebagai gantinya, pemerintah menerbitkan uang kertas 500 dan 2.000 rupee. Langkah ini diambil dalam rangka mengurangi peredaran uang tunai ilegal dan palsu yang kerap dipakai untuk mendanai kegiatan ilegal seperti terorisme.
    India Times menjelaskan bahwa video itu adalah video pembongkaran isi truk yang membawa ayam kemasan yang telah kedaluwarsa di luar Kota Mekkah, Arab Saudi. Dengan demikian, video tersebut tidak ada kaitannya dengan mata uang India palsu maupun pembuangan produk-produk asal Prancis.
    Tempo pun menelusuri pemberitaan terkait ayam kemasan kedaluwarsa di Arab Saudi pada 2016. Peristiwa ini pernah diberitakan oleh situs milik stasiun televisi berita Uni Emirat Arab, Al Arabiya, pada 17 November 2016. Situs ini menyertakan foto dan video dari YouTube yang sama dengan yang saat ini beredar.
    Menurut laporan Al Arabiya, video tersebut adalah video yang terkait dengan kebijakan pemerintah distrik Al Qasim, Arab Saudi, untuk memusnahkan sekitar 80 ribu ayam kemasan kedaluwarsa. Puluhan ribu ayam kemasan itu disita dari sekitar 25 truk kontainer berpendingin yang akan didistribusikan di dalam dan di luar distrik.
    Penyitaan itu dilakukan setelah pemerintah setempat menggerebek pusat distribusi ayam busuk di pinggiran kota Buraidah. Sebanyak 25 truk kontainer yang berisi ayam kedaluwarsa itu diminta parkir di sebuah padang pasir, dan terlihat para pekerja menurunkan muatan.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas adalah video produk Prancis yang dibuang oleh negara-negara Timur Tengah keliru. Video tersebut telah beredar sejak 2016, jauh sebelum munculnya berbagai seruan boikot produk Prancis sebagai respons atas pernyataan Presiden Emmanuel Macron terkait Islam. Video itu memperlihatkan pemusnahan sekitar 80 ribu ayam kemasan kedaluwarsa di distrik Al Qasim, Arab Saudi. Gambar tangkapan layar berita Kompas.com yang terlihat memuat video ini pun merupakan hasil suntingan.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8356) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video saat Polisi Prancis Serang Muslim di Turki ketika Salat?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 02/11/2020

    Berita


    Video yang diklaim sebagai video saat polisi Prancis menyerang muslim yang sedang salat di sebuah jalan di Yuksekova, Turki, beredar di Twitter. Video ini menyebar di tengah munculnya berbagai kecaman terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macron terkait pernyataannya soal Islam sebagai tanggapan atas pemenggalan terhadap seorang guru Prancis yang bernama Samuel Paty.
    Dalam video itu, terlihat momen ketika dua tank meriam air membubarkan puluhan orang yang sedang duduk beralaskan kardus dan plastik di tengah sebuah jalan. Terdengar pula suara tembakan beberapa kali, yang disertai dengan kepulan asap. Selain itu, tampak mobil polisi di mana teksnya tertulis dalam bahasa Turki, "Polis".
    Salah satu akun yang membagikan video beserta klaim itu adalah akun asal India, @PiyushTweets1, tepatnya pada 28 Oktober 2020. Akun ini menulis, "French police attacked muslims praying on the streets of Yüksekova! When India is going to come out with secularism band & when will we start similar practice in India!”
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Twitter @PiyushTweets1.
    Apa benar video tersebut adalah video saat polisi Prancis menyerang muslim yang sedang salat di jalan Yuksekova, Turki?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengan tool InVid. Selanjutnya, gambar-gambar itu ditelusuri jejak digitalnya dengan reverse image tool Yandex dan Google.
    Hasilnya, ditemukan bahwa video tersebut memang memperlihatkan peristiwa di Turki, namun terjadi pada 2012, jauh sebelum munculnya berbagai kecaman terhadap Macron terkait pernyataannya soal Islam sebagai tanggapan atas pemenggalan terhadap Samuel Paty. Polisi yang membubarkan massa dengan tank dalam video itu pun bukan polisi Prancis, melainkan polisi Turki.
    Video yang sama pernah diunggah oleh akun Twitter @SaccoVanzetti3 pada 22 Mei 2020. Dalam cuitannya, akun ini menulis, “Mereka mengatakan bahwa seekor hewan pun tidak akan lewat di depan mereka yang berdoa, seperti yang terlihat di video ini. Selama sujud, biarkan hewan itu lewat di depan Anda, panzer mungkin akan melindas Anda. Jumat sipil. Hakkari 2012.”
    Di YouTube, video tersebut juga pernah diunggah oleh kanal Yuksekova Haber Portali pada 9 November 2012 dengan judul "Salat Jumat Sipil dengan bom gas - Yuksekova - Gever". Dalam keterangannya, tertulis bahwa video itu memperlihatkan peristiwa yang terjadi saat "salat Jumat sipil" di Distrik Yuksekova, Hakkari, Turki.
    Berbekal petunjuk waktu, lokasi, dan sebutan dari peristiwa tersebut, Tempo menelusuri pemberitaan terkait di berbagai media. Dilansir dari situs media Turki InternetHaber, pada 9 November 2012, memang terjadi aksi protes "Jumat Sipil" di Distrik Yuksekova, Provinsi Hakkari, Turki.
    Di tengah demonstrasi, polisi setempat mengintervensi sekelompok mahasiswa yang menutup jalan dengan melakukan aksi duduk untuk mendukung aksi mogok makan yang berlangsung di sebuah penjara di Yuksekova. Terjadi pula penembakan gas air mata dan air di tempat pelaksanaan salat "Jumat Sipil".
    Menurut laporan kantor berita Jerman Deutsche Welle pada 18 November 2012, lebih dari 700 tahanan Kurdi di penjara Turki melakukan aksi mogok makan selama 68 hari. Mereka menuntut pemerintah Turki memberikan perawatan yang lebih baik kepada pemimpin Partai Pekerja Kurdistan (PKK), Abdullah Ocalan, selama di penjara.
    Para tahanan berhenti mogok makan setelah Ocalan mengatakan bahwa tujuan protes mereka telah tercapai. "Atas dasar seruan pemimpin kami, kami mengakhiri protes kami pada 18 November 2012," ujar Deniz Kaya, juru bicara militan PKK yang dipenjara, seperti dikutip oleh sebuah organisasi yang mewakili keluarga para tahanan.
    Pemerintah Turki menyambut baik berita tersebut, setelah sebelumnya Perdana Menteri Turki saat itu, Recep Tayyip Erdogan, menyebut demonstrasi tersebut sebagai "pertunjukan". "Turki adalah negara demokratis. Apa pun tuntutan rakyat, pemerintah dan politikus dapat menyuarakannya di parlemen," ujar Wakil Perdana Menteri Turki Bulent Arinc.
    PKK dianggap sebagai organisasi teroris oleh pemerintah Turki, serta Uni Eropa dan Amerika Serikat. Karena itu, mereka tidak diizinkan mengajukan calon anggota parlemen. Militer Turki dan pejuang PKK sering terlibat dalam konflik di wilayah selatan Turki yang dipadati oleh penduduk dari etnis Kurdi. Lebih dari 40 ribu orang tewas dalam hampir tiga dekade akibat pertempuran ini.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas adalah video saat polisi Prancis menyerang muslim yang sedang salat di jalan Yuksekova, Turki, keliru. Peristiwa dalam video itu terjadi pada 2012, jauh sebelum munculnya berbagai kecaman terhadap Presiden Emmanuel Macron terkait pernyataannya soal Islam sebagai tanggapan atas pemenggalan terhadap seorang guru asal Prancis bernama Samuel Paty. Video tersebut memperlihatkan polisi Turki yang sedang membubarkan demonstrasi yang mendukung aksi mogok makan tahanan Kurdi di sebuah penjara di Yuksekova.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan