• (GFD-2020-8380) Tidak Benar Ini Foto-foto Helikopter Jatuh di Perkebunan Tomohon Sulawesi Utara

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 17/11/2020

    Berita


    Foto-foto yang memperlihatkan bangkai helikopter yang jatuh di sebuah perbukitan beredar di Facebook. Menurut klaim yang menyertai foto-foto itu, helikopter tersebut mengalami kecelakaan di perkebunan sekitar Tomohon, Sulawesi Utara.
    Akun yang membagikan foto-foto beserta klaim itu adalah akun Aldrian Rambitan, tepatnya pada 6 November 2020. Akun ini menulis, “Kecelakan hely di perkebunan d tomohon.” Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah mendapatkan 64 reaksi serta dibagikan lebih dari 200 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Aldrian Rambitan.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, helikopter yang jatuh di perbukitan dalam foto-foto tersebut bukan berada Tomohon, Sulawesi Utara, melainkan di Portugal. Kecelakaan helikopter ini telah terjadi beberapa bulan yang lalu, yakni pada 31 Mei 2020.
    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tempo menelusuri jejak digital foto-foto tersebut denganreverse image toolSource, Google, Yandex, dan Bing. Salah satu foto pernah dimuat dalam artikel situs  Proyecto Cinco  pada 3 September 2020.
    Menurut laporan Proyecto Cinco, ketika itu, beredar isu yang menyebut telah terjadi kecelakaan helikopter di kawasan hutan La Malinche, Meksiko. Warga yang khawatir pun melapor ke nomor darurat 911. Sejumlah perusahaan keamanan kemudian dikerahkan untuk mendatangi lokasi yang diduga sebagai titik jatuhnya helikopter. Namun, informasi itu ternyata palsu.
    Foto-foto yang identik juga pernah dimuat dalam artikel di situs milik saluran berita televisi kabel Portugal, TVI 24, pada 31 Mei 2020. Artikel itu berjudul “Helikopter Pemadam Kebakaran Jatuh di Gois”. Gois merupakan sebuah kota di distrik Coimbra, Portugal.
    Selain foto, dalam artikel tersebut, diunggah pula video yang memperlihatkan reporter yang sedang melaporkan kecelakaan helikopter tersebut dari lokasi kejadian. Menurut laporan TVI 24, helikopter itu jatuh di daerah yang sulit diakses di wilayah Aigra Velha, Gois, dalam kegiatan pelatihan saat bersiap untuk mengambil air.
    Dilansir dari surat kabar harian Portugal, Jornal de Noticias (JN), helikopter tersebut jatuh pada 31 Mei 2020 sekitar pukul 17.20 waktu setempat di daerah pegunungan dalam kegiatan pelatihan pemadaman kebakaran. Helikopter jatuh sesaat setelah lepas landas. Dua pengemudi helikopter itu mengalami luka ringan. Mereka pun dibawa ke Rumah Sakit Coimbra.
    Menurut otoritas Portugal, helikopter itu milik perusahaan swasta Helibravo, yang biasanya bekerja sama dengan pemerintah dalam memadamkan kebakaran. "Itu adalah manuver untuk mengumpulkan air di dalam tangki, untuk melatih pilot, yang menyebabkan dua orang terluka ringan," kata komandan pemadam kebakaran Gois, Fernando Goncalves.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto-foto di atas adalah foto-foto helikopter jatuh di perkebunan Tomohon, Sulawesi Utara, keliru. Kecelakaan helikopter dalam foto-foto itu terjadi di Gois, Portugal, pada 31 Mei 2020. Helikopter tersebut jatuh saat para awak sedang berlatih untuk misi pemadaman kebakaran.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8379) Tuduhan Covid-19 Hanya Konspirasi karena Hasil Tes Positif pada Pepaya dan Kambing di Tanzania Tidak Terbukti

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 17/11/2020

    Berita


    KLAIM
    Klaim bahwa "hasil tes positif Covid-19 pada pepaya dan kambing di Tanzania menunjukkan penyakit tersebut hanyalah konspirasi" beredar di Facebook. Klaim itu terdapat dalam unggahan akun M Ulum pada 15 November 2020. Akun tersebut membagikan gambar yang memuat foto Presiden Tanzania John Magufuli.
    Dalam gambar itu, terdapat pula teks yang berbunyi, "Presiden Tanzania, John Magufuli, sengaja mengimpor test kit yang disediakan WHO untuk menguji keabsahan alat tersebut. Hasilnya, buah pepaya, kambing, hingga oli dinyatakan positif corona!” Akun M Ulum pun menulis, "Waduh kalau begini semua bisa terinfeksi virus corona dong, corona sebenarnya konspirasi atau beneran?”
    Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah mendapatkan lebih dari 1.700 reaksi dan 434 komentar serta dibagikan sebanyak 95 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook M Ulum.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo membandingkannya dengan pemberitaan media asing yang kredibel. Dikutip dari kantor berita Reuters, pada 3 Mei 2020, Presiden Tanzania John Magufuli memang menyatakan bahwa alat tes Covid-19 yang diimpor oleh negaranya mengalami kesalahan teknis karena mendeteksi kambing dan pepaya positif Covid-19.
    Pernyataan itu disampaikan Magufuli dalam sebuah acara di Chato, barat laut Tanzania. Magufuli telah menginstruksikan pasukan keamanan Tanzania untuk memeriksa kualitas alat tes. Secara acak, mereka mengumpulkan beberapa sampel non-manusia, termasuk pepaya, kambing, dan domba, namun ditulis dengan nama dan usia manusia.
    Sampel-sampel ini kemudian dikirim ke laboratorium Tanzania untuk diuji Covid-19. Teknisi laboratorium tidak mengetahui asal-usul sampel tersebut. Sampel dari pepaya dan kambing kemudian dinyatakan positif Covid-19, dan hal ini dikaitkan dengan adanya kemungkinan beberapa orang yang dikonfirmasi positif padahal tidak terinfeksi virus Corona.
    Sehari setelah menyatakan hal itu, Magufuli melakukan skorsing terhadap kepala laboratorium kesehatan nasional yang bertanggung jawab atas pengujian Covid-19, seperti dilansir dari Al Jazeera. Magufuli mencurigai adanya “permainan kotor” di laboratorium dan memerintahkan penyelidikan dengan membentuk tim yang beranggotakan 10 orang pada 4 Mei 2020.
    Masalahnya, Magufuli tidak terbuka mengenai merek dan asal alat tes Covid-19 tersebut diimpor. Al Jazeera menulis bahwa pemerintahan Magufuli konsisten meremehkan virus Corona. Dia banyak menerima kritik karena sebelumnya merahasiakan pandemi Covid-19 dan meminta rakyat Tanzania berdoa untuk menyingkirkan virus Corona.
    Pihak oposisi di Tanzania menuduh pemerintahan Magufuli menyembunyikan informasi dan gagal menangani penyakit itu dengan serius. Sekolah dan universitas telah ditutup, tapi pasar, halte bus, dan toko ramai seperti biasanya. Bahkan, Magufuli mendesak warga untuk terus bekerja keras dan tetap pergi ke gereja atau masjid.
    Tanzania mengumumkan kasus Covid-19 pertamanya pada 16 Maret 2020, dan telah mencatatkan 480 kasus serta 16 kematian pada awal Mei 2020. Infeksi dan kematian Covid-19 yang dilaporkan di seluruh Afrika memang relatif rendah dibandingkan dengan di Amerika Serikat atau sebagian Asia dan Eropa. Tapi Afrika juga memiliki tingkat pengujian yang sangat rendah, hanya sekitar 500 tes per satu juta orang.
    Hasil Investigasi
    Dilansir dari kantor berita Xinhua, hasil investigasi terhadap laboratorium kesehatan nasional Tanzania dipublikasikan pada 24 Mei 2020. Menurut menteri kesehatan setempat, Ummy Mwalimu, hasil penyelidikan menunjukkan beberapa kekurangan, termasuk mesin yang rusak untuk menguji sampel Covid-19.
    Kekurangan lain yang diidentifikasi oleh tim penyelidikan antara lain adalah kurangnya pengawasan teknis untuk pengujian sampel Covid-19, buruknya kualitas hasil tes Covid-19, dan jeleknya penyimpanan sampel yang diuji untuk tes Covid-19. Tim juga mengungkap laboratorium yang didirikan pada 1968 itu kekurangan tenaga profesional di bidang bioteknologi dan biologi molekuler.
    Menindaklanjuti temuan itu, Kementerian Kesehatan Tanzania memindahkan pengujian sampel Covid-19 ke laboratorium kesehatan nasional yang baru, yang selesai dibangun pada Mei 2020. Laboratorium yang dilengkapi dengan fasilitas berteknologi tinggi ini berada di kawasan Mabibo, Dar es Salaam.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "hasil tes positif Covid-19 pada pepaya dan kambing di Tanzania menunjukkan penyakit tersebut hanyalah konspirasi" tidak terbukti. Pertama, tidak ada informasi bahwa alat tes yang digunakan di Tanzania tersebut diimpor dari WHO mengingat, sebagai organisasi kesehatan di bawah PBB, mereka tidak menangani penjualan alat tes Covid-19. Kedua, hasil penyelidikan tim Kementerian Kesehatan Tanzania menemukan kerusakan pada mesin tes Covid-19, kurangnya pengawasan teknis untuk pengujian sampel Covid-19, buruknya kualitas hasil tes Covid-19, dan jeleknya penyimpanan sampel yang diuji untuk tes Covid-19 di laboratorium kesehatan nasional mereka yang dibangun pada 1968. Faktor-faktor ini mempengaruhi hasil positif Covid-19 pada pepaya dan kambing.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8378) Tidak Benar Jumlah Mualaf di Prancis Naik Dua Kali Lipat usai Macron Hina Islam

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 16/11/2020

    Berita


    KLAIM
    Gambar tangkapan layar artikel yang berjudul “Masya Allah, Jumlah Mualaf di Prancis Meningkat Dua Kali Lipat Usai Macron Hina Islam” beredar di media sosial. Artikel itu dilengkapi dengan foto sebuah masjid yang halamannya dipadati oleh ribuan jemaah. Artikel ini diterbitkan pada 10 November 2020. Namun, tidak terdapat keterangan terkait situs yang menerbitkan artikel tersebut.
    Salah satu akun Facebook yang membagikan gambar tangkapan layar artikel itu adalah akun Candra Gunawan, yakni pada 13 November 2020. Akun tersebut menulis, "Assalamualaikum.. Dari pada ngurusin habib.mending kita ammiinin umat yang mualaf.. Masya allah." Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah mendapatkan lebih dari 800 reaksi dan 149 komentar.
    Adapun di Instagram, klaim yang sama dibagikan oleh akun @go_newss, tepatnya pada 9 November 2020. Unggahan akun ini memuat foto Presiden Prancis Emmanuel Macron dan teks yang berbunyi: “Semenjak Ucapan Macron Yang Kontroversi. Jumlah Mualaf di Prancis naik Dua Kali Lipat.”
    Dalam keterangannya, akun tersebut membagikan sebuah tulisan panjang yang juga berisi klaim bahwa jumlah mualaf meningkat dua kali lipat. Akun ini pun menyebut tulisan dalam keterangannya itu bersumber dari situs Kumparan.com dan Portal-islam.id.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Candra Gunawan.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, jumlah mualaf di Prancis memang naik dua kali lipat. Namun, hal ini terjadi dalam 30 tahun terakhir, sesuai dengan berita yang dimuat oleh Republika pada 2 November 2020. Tapi berita tersebut kemudian didaur ulang oleh situs-situs lain, dengan menambahkan informasi yang tidak akurat bahwa kenaikan jumlah mualaf itu terjadi setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron disebut menghina Islam.
    Untuk memverifikasi klaim "jumlah mualaf di Prancis naik dua kali lipat usai Macron hina Islam", Tempo memeriksa secara menyeluruh isi unggahan akun @go_newss dan membandingkannya dengan pemberitaan media yang lebih kredibel terkait klaim tersebut.
    Lewat pencarian di mesin perambah Google, Tempo menemukan judul artikel “Jumlah Mualaf di Prancis Naik Dua Kali Lipat Usai Macron Hina Islam” pernah dimuat oleh situs Pikiran-rakyat.com. Foto, nama penulis, dan tanggal terbitnya artikel tersebut sama dengan yang terdapat dalam unggahan akun Candra Gunawan. Dalam artikel ini, disebutkan bahwa sumber informasi tersebut adalah situs Hajinews.id, video Muslim Converts Stories, harian La Croix, dan data Pew Research Center (PRC).
    Namun, hasil pencarian lebih lanjut menunjukkan bahwa artikel tersebut diambil dari berita di Republika yang berjudul “Jumlah Mualaf di Prancis Naik Dua Kali Lipat dalam 30 Tahun”. Berita ini terbit pada 2 November 2020. Namun, dalam artikel Pikiran-rakyat.com, ditambahkan informasi yang tidak akurat.
    Berita Republika menjelaskan bahwa jumlah mualaf di Prancis meningkat dua kali lipat dalam 30 tahun terakhir. Informasi ini dikutip dari video Muslim Converts Stories. Tidak satu pun kalimat dalam berita tersebut yang menyebut bahwa peningkatan jumlah mualaf di Prancis terjadi setelah Macron dianggap menghina Islam.
    Bertambahnya jumlah mualaf itu, menurut berita Republika, dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pengaruh para mualaf sebelumnya, terutama pemain sepak bola. Adalah Nicolas Anelka, mantan pemain tim nasional Prancis yang orang tuanya berasal dari Martinik, yang mengubah namanya menjadi Abdul-Salam Bilal Anelka ketika memeluk Islam pada 2004.
    Pemain sepak bola Prancis lain, Franck Ribery, juga masuk Islam, tepatnya pada 2006, untuk menikahi seorang wanita muslim, Wahiba. Dia pun mengambil nama Bilal Yusuf Mohammed. Ada pula rapper Prancis, Melanie Georgiades, yang lebih dikenal dengan nama panggung Diam's, mualaf pada 2009. Dia mengaku menemukan ketenangan dalam Islam.
    Menurut Pew Research Center, seperti dikutip oleh Republika, terdapat tiga juta muslim kelahiran asing di Prancis yang sebagian besar berasal dari bekas koloni Prancis, seperti Aljazair, Maroko, dan Tunisia. Jumlah muslim di Prancis diprediksi akan melebihi 10 persen dari total penduduk negara tersebut pada 2030.
    Penambahan informasi yang tidak akurat
    Sejumlah situs memang melakukanframingdan menambahkan informasi yang tidak akurat, bahwa naiknya jumlah mualaf terjadi setelah Macron dianggap menghina Islam, pada isi berita Republika. Situs Pikiran-rakyat.com misalnya, membuka artikelnya dengan kalimat sebagai berikut:
    “Pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menghina Islam dan melecehkan Nabi Muhammad memang banyak dikecam berbagai pihak di dunia. Di tengah banyak aksi penolakan dan kecaman atas pernyataan Presiden Macron, ternyata ada hal baik terjadi. Dilansir dari Hajinews.id, jumlah mualaf di Prancis terus mengalami peningkatan.”
    Kemudian, dalam alinea keempat, situs Pikiran-rakyat.com menambahkan kalimat bahwa naiknya jumlah mualaf itu terjadi setelah Macron menghina Islam. Kalimat itu berbunyi: “Beberapa laporan menyebutkan jumlah mualaf di Prancis naik dua kali lipat setelah adanya aksi penghinaan yang dilakukan Macron.”
    Situs Hajinews.id, yang menjadi sumber rujukan situs-situs lainnya, juga membuka artikelnya dengan kalimat sebagai berikut: “Jumlah mualaf di Prancis terus mengalami peningkatan. Beberapa laporan menyebutkan jumlah mualaf di Prancis naik dua kali lipat setelah adanya aksi penghinaan yang dilakukan Macron.”
    Framingpada paragraf pembuka itu dikutip dari situs About Islam. Padahal, isi artikel About Islam juga tidak menyebut peningkatan jumlah mualaf di Prancis dua kali lipat itu terjadi setelah Macron dianggap menghina Islam. Menurut artikel About Islam, peningkatan itu terjadi dalam 30 tahun terakhir.
    Foto tidak menunjukkan masjid di Prancis
    Foto di situs Pikiran-rakyat.com yang memperlihatkan sebuah masjid yang halamannya dipenuhi oleh ribuan jemaah sebenarnya bukan masjid di Prancis, melainkan di New Delhi, India. Lewat penelusuran denganreverse image toolYandex, Tempo menemukan bahwa foto itu diambil oleh akun Chattrapal pada 18 Juli 2015 dan diunggah di situs penyedia foto Pexels.com dengan keterangan “Crowd of People Gathering Near Jama Masjid, Delhi.”
    Arsitektur masjid dalam foto tersebut juga sama dengan yang terlihat dalam unggahan di Google Maps oleh akun Kandarp Detroja pada Oktober 2020. Dalam keterangannya, akun tersebut menulis bahwa bangunan itu merupakan Jama Masjid yang terletak di New Delhi, India.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "jumlah mualaf di Prancis naik dua kali lipat usai Macron hina Islam" keliru. Faktanya, peningkatan jumlah mualaf di Prancis dua kali lipat ini terjadi dalam 30 tahun terakhir, seperti yang dilaporkan oleh Republika. Beberapa situs yang menyebarkan klaim tersebut telah menambahkan informasi yang tidak akurat pada berita Republika itu.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8377) Ini Bukan Video Pemilik Toko yang Bunuh Diri di Roxy Mas karena Dagangannya Sepi Akibat Covid-19

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 16/11/2020

    Berita


    KLAIM
    Video yang diklaim sebagai video pemilik toko yang bunuh diri di Roxy Mas, Jakarta, viral di media sosial. Menurut klaim itu, pemilik toko merupakan suami-istri. Mereka bunuh diri karena dagangannya sepi dan hutangnya menumpuk akibat pandemi Covid-19.
    Di Facebook, video tersebut diunggah salah satunya oleh akun Aryaibrahim2204, tepatnya pada 13 November 2020. Akun ini menulis narasi, "Di Roxy Mas Jkt, bos toko bunuh diri loncat dari atas yg cowok dulu, menyusul bininya...katanya frustasi,...dagang sepi....hutang banyak ga bisa bayar....dampak covid 19.”
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Aryaibrahim2204.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, video itu bukan video pemilik toko yang bunuh diri di Roxy Mas, Jakarta, karena dagangannya sepi akibat pandemi Covid-19. Peristiwa dalam video ini terjadi di Bandung, Jawa Barat, pada 2017, sebelum munculnya Covid-19. Dua orang yang bunuh diri dalam video itu pun bukan suami-istri. Keduanya berjenis kelamin perempuan dan merupakan kakak-adik.
    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengantoolInVID. Selanjutnya, gambar-gambar tersebut ditelusuri jejak digitalnya denganreverse image toolGoogle. Hasilnya, ditemukan video serupa yang pernah diunggah ke YouTube oleh kanal 24 TV pada 25 Juli 2017 dengan judul “2 Perempuan Kak Beradik Lompat dari Apartemen di Bandung”.
    Tempo kemudian menelusuri pemberitaan terkait dua perempuan kakak-adik yang bunuh diri di sebuah apartemen di Bandung tersebut. Menurut laporan di kanal YouTube CNN Indonesia, kakak-adik itu tewas setelah melompat dari lantai 5 sebuah apartemen di kawasan Cicadas, Bandung, pada 24 Juli 2017. Depresi diduga kuat menjadi penyebab kedua perempuan tersebut memilih mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis.
    Dilansir dari Kompas.com, polisi telah mengidentifikasi dua perempuan yang bunuh diri dengan melompat dari lantai 5 Apartemen Gateway, Jalan Ahmad Yani, Bandung, pada 24 Juli 2017 tersebut. Keduanya merupakan kakak-adik. Sang kakak berinisial EP, 34 tahun, dan adiknya, ESP, 28 tahun. Keduanya diduga kuat mengalami depresi berkepanjangan.
    "Menurut keterangan kakak kedua korban, Rionald Parubak, EP dan ESP mengalami gangguan psikis selama delapan tahun," kata Kepala Polsek Cibeunying Kidul, Bandung, Komisaris Anton Purwantoro di lokasi kejadian pada 24 Juli 2017.
    Dikutip dari Detik.com, Anton menjelaskan bahwa kedua korban tinggal bersama seorang keponakannya di Apartemen Gateway tersebut sejak 2015. Saat kejadian, kata dia, hanya ada para korban, di mana pintu kamar mereka dikunci dari dalam. Menurut kakak kedua korban, Rionald Parubak, 39 tahun, EP dan ESP tidak bekerja. Sehari-hari, mereka mengurus keponakannya yang masih bersekolah.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas adalah "video pemilik toko yang bunuh diri di Roxy Mas, Jakarta, karena dagangannya sepi akibat pandemi Covid-19" keliru. Peristiwa dalam video itu terjadi di Bandung, Jawa Barat, pada 2017, sebelum munculnya Covid-19. Dua orang yang bunuh diri dalam video itu pun bukan suami-istri. Keduanya berjenis kelamin perempuan dan merupakan kakak-adik.
    ZAINAL ISHAQ
    Jangan remehkan depresi. Untuk bantuan krisis kejiwaan atau tindak pencegahan bunuh diri di Indonesia, hubungi Yayasan Pulih (021-78842580).
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id.

    Rujukan