• (GFD-2020-8376) Tidak Benar Mike Tyson Siap Bayar 10 Juta Dolar untuk Pria yang Nikahi Putrinya

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 16/11/2020

    Berita


    KLAIM
    Klaim bahwa petinju legendaris Mike Tyson siap membayar US$ 10 juta untuk pria yang menikahi putrinya yang bernama Mitchell beredar di media sosial. Klaim ini dilengkapi dengan sebuah foto yang memperlihatkan Tyson sedang memeluk seorang remaja perempuan.
    Di Instagram, foto beserta klaim itu dibagikan salah satunya oleh akun @beritaudunia_, tepatnya pada 10 November 2020. Akun ini pun menulis sebagai berikut:
    “Setelah menjadi terkenal, Tyson disukai oleh banyak wanita cantik, dengan tiga pernikahan dan punya banyak anak. Di antara mereka, Mitchell adalah anak perempuan tertua. Anak perempuan tertua telah mencapai usia menikah, dan pernikahan putrinya selalu jadi keprihatinan Tyson. Untuk menemukan pacar Mitchell putrinya, Tyson mengusulkan 1 juta dolar untuk pernikahan putrinya. Selama pria itu menikahi putrinya dan langgeng terus dia bisa mengambil 10 juta dolar lagi.”
    Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah disukai lebih dari 8 ribu kali dan dikomentasi lebih dari 400 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Instagram @beritaudunia_.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto dalam unggahan akun @beritaudunia_ denganreverse image toolSource dan Google. Penelusuran ini mengarah pada sejumlah pemberitaan yang menyatakan bahwa klaim "Mike Tyson siap bayar US$ 10 juta untuk pria yang menikahi putrinya yang bernama Mitchell" telah dibantah oleh Tyson. Mantan juara tinju dunia tersebut juga tidak memiliki putri yang bernama Mitchell.
    Foto tersebut pernah diunggah oleh situs penyedia foto Getty Images pada 8 Maret 2013. Foto tersebut diabadikan oleh fotografer Gregg DeGuire saat Mike Tyson dan putrinya, Mikey Tyson, tiba di acara pembukaan "Mike Tyson - Undisputed Truth" di Pantages Theater, Los Angeles, California, Amerika Serikat, pada 8 Maret 2013.
    Foto yang identik juga ditemukan di situs penyedia foto Shutter Stock dengan keterangan bahwa, dalam foto itu, Mike Tyson dan Mikey Lorna Tyson sedang berada di acara pembukaan "Mike Tyson: Undisputed Truth" di Pantages, Hollywood, California.
    Terkait klaim bahwa "Mike Tyson siap bayar US$ 10 juta untuk pria yang menikahi putrinya yang bernama Mitchell", klaim tersebut telah beredar di internet sejak awal 2020.
    Dikutip dari The Guardian, Mike Tyson telah menyatakan bahwa berita itu palsu. Ia mengaku tak senang dengan beredarnya informasi yang merusak semacam itu. Ia pun meminta semua pihak menghapus unggahan yang memuat klaim tersebut, atau ia bakal mengambil tindakan terhadap mereka.
    Salah satu situs yang memuat klaim keliru tersebut adalah Maravipost.com. Pada 26 Februari 2020, situs ini memuat artikel yang berjudul “Mike Tyson gives out US$10millions to any man to marry his daughter”. Foto dan narasi yang dimuat oleh situs itu identik dengan foto dan narasi dalam unggahan akun beritaudunia_.
    Pada 28 Februari 2020, Maravipost.com pun memuat artikel yang berjudul "Mike Tyson Refutes Reporting About Giving Daughter Away For $10 Million", usai artikel sebelumnya mendapat bantahan dari seseorang bernama Gary yang menyatakan berbicara atas nama Mike Tyson.
    “Gary menyatakan bahwa kami telah mengunggah artikel palsu serta memfitnah Mike Tyson dan putrinya. Tidak ada kebenaran dalam cerita ini, dan kami disarankan untuk segera menghapus artikel itu, atau tindakan lebih lanjut akan diambil,” demikian penjelasan Maravipost.com.
    Klaim bahwa "Mike Tyson siap bayar US$ 10 juta dolar untuk pria yang menikahi putrinya yang bernama Mitchell" juga telah disanggah oleh organisasi cek fakta Check Your Fact. Mereka tidak menemukan media kredibel yang melaporkan bahwa Tyson menawarkan US$ 10 juta kepada para pria untuk menikahi putrinya.
    Juru bicara Tyson, Joann Mignano, tidak hanya menyatakan bahwa klaim itu "salah", tapi juga mengkonfirmasi bahwa Tyson tidak memiliki anak perempuan yang bernama Mitchell. “Sama sekali tidak ada kebenaran dalam cerita ini,” kata Mignano.
    Menurut laporan The New York Times, Tyson memiliki enam anak biologis dari tiga wanita yang berbeda. Dari enam anak biologis itu, Tyson punya tiga anak perempuan yang masih hidup, yakni Mikey, Rayna, dan Milan. Dilansir dari ABC News, anak perempuan keempat, Exodus, meninggal dalam kecelakaan pada 2009 ketika berusia 4 tahun.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta tempo, klaim bahwa "Mike Tyson siap bayar US$ 10 juta untuk pria yang menikahi putrinya" keliru. Petinju legendaris itu telah menyatakan bahwa berita tersebut palsu. Tyson pun tidak memiliki anak perempuan yang bernama Mitchell.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8375) Relawan Prancis yang Mualaf Sophie Petronin Tak Pernah Kirim Pesan tentang Islam ke Macron

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 13/11/2020

    Berita


    KLAIM
    Klaim bahwa Sophie Petronin mengirim pesan bernada kritik kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron viral di media sosial. Petronin disebut sebagai misionaris asal Prancis yang mualaf setelah ditawan oleh kelompok Islam di Mali, Afrika Barat.
    Klaim ini beredar di tengah pro-kontra terkait pernyataan Macron yang merespons kasus pemenggalan guru Prancis Samuel Paty. Paty dianggap melecehkan Islam karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad milik Charlie Hebdo kepada murid-muridnya.
    Pesan dari Petronin itu terdiri dari lima paragraf. Secara garis besar, pesan tersebut berisi kritik tentang bagaimana Macron memperlakukan Islam. “Tidak ada yang pernah melecehkan saya secara verbal atau fisik, dan mereka tidak menghina agama saya, Yesus, atau Perawan Damai seperti yang Anda lakukan terhadap Nabi Muhammad SAW.”
    Di Facebook, klaim tentang Petronin itu diunggah oleh halaman Ceramah Ust Adi Hidayat pada 9 November 2020. Klaim tersebut disertai dengan video kepulangan Petronin ke Prancis. Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah dibagikan lebih dari 2.700 kali.
    Klaim itu juga dimuat oleh situs Warta-berita.com pada 31 Oktober 2020 dalam artikelnya yang berjudul "Ini Isi Pesan Buat Macros dari Misionaris Prancis yang Muallaf Setelah Ditawan 'Teroris' Mali". Namun, dalam artikel itu, tidak tercantum sumber tulisan tersebut.
    Gambar tangkapan layar unggahan halaman Facebook Ceramah Ust Adi Hidayat.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi unggahan tersebut, Tim CekFakta Tempo membandingkan narasi dari unggahan itu dengan informasi dari berbagai pemberitaan media. Menurut laporan BBC dan France24, Sophie Petronin memang disandera di Mali oleh pemberontak Tuareg yang didukung oleh kelompok Islam pada Desember 2016. Ia dibebaskan pada 8 Oktober 2020, bersama mantan pemimpin oposisi Mali Soumaila Cisse dan dua warga Italia, setelah pemerintah Mali melepaskan lebih dari 100 tawanan jihadis.
    Namun, Petronin bukan seorang misionaris. Ia adalah pekerja sosial yang fokus dalam membantu anak yatim dan anak kekurangan gizi. Dia menjalankan program dari Asosiasi Amal Swiss untuk Gao sejak 2004. Dia juga merupakan seorang ahli penyakit cacing Guinea yang ditemukan menyebar melalui air yang terkontaminasi di Mali Utara.
    Berdasarkan laporan kantor berita Turki Anadolu Agency dan media Cristianity Today, Sophie Petronin memang telah masuk Islam dan menyebut dirinya sebagai Mariam. Hal itu dinyatakan oleh Petronin setelah ia dibebaskan, seperti dikutip dari surat kabar harian Prancis Le Point.
    “My greatest joy today is knowing that my assistant was able to continue working without me. For Mali, I will pray, implore Allah's blessings and mercy, because I am a Muslim. You say Sophie, but you have Mariam in front of you," katanya.
    Meskipun Petronin mualaf, perempuan berusia 75 tahun tersebut tidak pernah mengirimkan pesan kepada Presiden Emmanuel Macron. Hal ini disampaikan oleh Sebastien Chadaud-Petronin, putra Sophie Petronin, kepada organisasi pemeriksa fakta Prancis CheckNews. "Tidak ada surat yang ditujukan kepada Tuan Macron dari Sophie Petronin," ujarnya.
    CheckNews mendokumentasikan bahwa surat yang diklaim dikirim oleh Sophie itu mulanya beredar dalam bahasa Arab di Facebook pada 19 Oktober 2020. Kemudian, surat itu beredar semakin luas setelah dikutip oleh sejumlah situs dan media Arab. Pada 23 Oktober, surat tersebut pun dibagikan oleh media Mesir Al Hiwar. Surat ini juga ditemukan dalam versi online surat kabar Aljazair, El-Khabar, pada 26 Oktober. Akhirnya, surat palsu itu beredar dalam bahasa Prancis.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa relawan Prancis yang mualaf, Sophie Petronin, mengirim pesan tentang Islam kepada Presiden Emmanuel Macron, keliru. Perempuan berusia 75 tahun yang disandera di Mali, Afrika Barat, pada 2016 dan telah dibebaskan pada Oktober 2020 itu tidak pernah mengirim pesan terkait Islam yang bernada kritik kepada Macron. Hal ini telah dikonfirmasi oleh putra Petronin, Sebastien Chadaud-Petronin.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8374) Tidak Benar Ini Video Lantunan Selawat Nissa Sabyan di Amerika yang Bikin Juri Menangis

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 13/11/2020

    Berita


    KLAIM
    Video yang diklaim memperlihatkan penampilan Nissa Sabyan di sebuah ajang pencarian bakat di Amerika Serikat viral di Facebook. Klaim itu juga menyebut lantunan selawat yang dibawakan oleh Nissa dalam ajang tersebut membuat para juri menangis.
    Dalam video berdurasi sekitar 4 menit itu, Nissa menyanyikan lagu "Deen Assalam". Di sela-sela penampilan Nissa, terselip cuplikan-cuplikan yang memperlihatkan penyanyi Cheryl, produser Simon Cowell, dan presenter Nick Grimshaw tercengang, lalu menitikkan air mata.
    Akun yang membagikan video beserta klaim itu adalah akun Su An Par Az, tepatnya pada 20 September 2020. Akun ini menulis, "Semua Orang Di Sana Menangis Mendengarnya-Su An Par Az." Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah mendapatkan 79 ribu reaksi dan 2 ribu komentar.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Su An Par Az.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, video tersebut adalah hasil suntingan yang menggabungkan dua video yang berbeda. Video Nissa Sabyan yang menyanyikan lagu "Deen Assalam" itu diambil dari acara televisi NET pada 29 Mei 2018. Sementara video yang memperlihatkan Cheryl, Simon Cowel, dan Nick Grimshaw yang terpukau diambil dari ajang pencarian bakat X Factor UK edisi 30 Agustus 2015.
    Untuk memeriksa klaim dalam unggahan akun Su An Par Az, Tempo mula-mula memfragmentasi video itu menjadi sejumlah gambar dengantool InVID. Lalu, gambar-gambar itu ditelusuri denganreverse image tool Google. Hasil penelusuran mengarah pada video di YouTube berjudul “X Factor contestant Josh Daniels makes judges cry” yang diunggah oleh kanal Etoro 2015 pada 2 September 2015.
    Tempo kemudian melakukan penelusuran lanjutan di YouTube dan menemukan video aslinya di kanal The X Factor UK yang diunggah pada 30 Agustus 2015. Video ini menampilkan ekspresi tiga juri The X Factor UK saat itu, Simon Cowell, Cheryl, dan Nick Grimshaw yang terpukau dan menitikkan air mata karena penampilan Josh Daniel, kontestan berusia 21 tahun yang menyanyikan lagu "Jealous" milik Labrinth.
    Cuplikan yang menampilkan ketiga juri dalam video di kanal The X Factor UK itu sama dengan cuplikan yang terdapat dalam video unggahan akun Su An Par Az. Kesamaan terlihat dari pakaian yang dikenakan ketiga juri itu, ekspresi mereka, serta wajah para penonton di belakang mereka.
    Pakaian dan ekspresi para juri The X Factor UK yang terlihat dalam video unggahan akun Su An Par Az (atas) sama dengan yang terlihat dalam video The X Factor UK edisi Agustus 2015 (bawah).
    Terkait video Nissa Sabyan, Tempo menelusurinya lewat petunjuk logo NET.Z yang sebagian terlihat di sisi atas kanan video unggahan akun Su An Par Az. Lewat penelusuran di YouTube, Tempo menemukan bahwa video itu adalah video penampilan Nissa di acara Rising Star Net.Z yang ditayangkan oleh stasiun televisi NET pada 29 Mei 2018.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas merupakan video lantunan selawat Nissa Syaban di sebuah ajang pencarian bakat di Amerika yang membuat para juri menangis, keliru. Video ini adalah hasil suntingan yang menggabungkan dua video yang berbeda. Video yang memperlihatkan Cheryl, Simon Cowell, dan Nick Grimshaw diambil dari tayangan The X Factor UK pada 30 Agustus 2015. Adapun video yang memperlihatkan Nissa yang sedang menyanyikan lagu "Deen Assalam" berasal dari tayangan NET pada 29 Mei 2018.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8373) Tidak Benar Putar Video Berjudul India is Doing It Sebabkan Ponsel Diretas

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 13/11/2020

    Berita


    KLAIM
    Pesan berantai yang berisi klaim tentang video yang berjudul “India Is Doing It” beredar di Facebook. Menurut klaim itu, video tersebut menunjukkan grafik kasus Covid-19 di India yang sudah mendatar. Klaim ini pun menyebut, jika seseorang memutar video itu, ponselnya akan diretas dalam waktu 10 detik.
    Salah satu akun yang membagikan pesan berantai itu adalah akun Paduka Bahtera Paduka, tepatnya pada 27 Oktober 2020. Pesan ini berbunyi: "Kasih tau ya lain2 nya Jika menerima video di WA yg berjudul *India is doing it*, yg menunjukkan bgmn grafik covid-19 di India sudah mendatar, *jangan dibuka, itu akan nge hack hp mu dlm 10 detik dan tak akan dapat dihentikan.*"
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Paduka Bahtera Paduka.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo menelusuri berita terkait dengan memasukkan kata kunci “video India is Doing It” di mesin pencarian Google. Hasilnya, ditemukan fakta bahwa pesan berantai terkait video itu merupakan hoaks dan telah beredar sebelumnya di sejumlah negara.
    Pesan berantai serupa, namun dengan judul video yang berbeda, yakni "Argentina is Doing It", pernah beredar di India pada pertengahan Juli 2020. Organisasi cek fakta India, Boom Live, telah memverifikasi pesan itu pada 17 Juli 2020 dan menyatakannya keliru.
    Menurut Boom Live, pesan berantai itu memiliki pola yang sama dengan hoaks-hoaks yang kerap beredar di WhatsApp. Contohnya, pesan "Sonia disowns Rahul" yang viral di India pada April 2017. Pesan ini berisi klaim keliru bahwa memutar video dengan judul tersebut akan membuat ponsel terserang virus dan terformat dengan sendirinya. Selain itu, terdapat permintaan kepada orang-orang untuk menyebarkan pesan tersebut.
    Menurut verifikasi organisasi cek fakta Argentina, Chequeado, pesan berantai soal video "Argentina is Doing It" pertama kali beredar pada akhir April 2020. Namun, pesan itu keliru. Tidak ada catatan bahwa ponsel dengan sistem operasi yang berbeda dapat diretas dalam waktu yang bersamaan karena adanya video.
    Selain itu, menurut jaksa dari Unit Fiskal Khusus Kejahatan Dunia Maya Argentina, Horacio Azzolin, tidak ada laporan atau indikasi terkait manuver serupa. Dia menjelaskan, meskipun terdapat program tersembunyi yang berbahaya dalamfilevideo, program itu dirancang hanya untuk satu sistem operasi tertentu, tidak untuk semuanya dalam waktu yang sama.
    Claudio Caracciolo, kepala keamanan siber ElevenPaths, salah satu unit di Telefonica Movistar, juga menyatakan, "Sampai saat ini, tidak ada laporan terkait kerentanan WhatsApp yang disebabkan oleh video. Tahun lalu, ada laporan kerentanan yang memungkinkan perangkat diretas lewat file GIF, tapi itu telah diperbaiki dan tidak ada laporan baru."
    Caracciolo menambahkan klaim bahwa "peretasan terjadi dalam waktu 10 detik sejak video itu diputar" tidak masuk akal. Pasalnya, menurut dia, program yang berbahaya, ketika membobol ponsel secara otomatis, akan melakukannya secara instan, atau saat itu juga.
    Organisasi cek fakta Inggris, Full Fact, pun telah memeriksa pesan berantai terkait video "India is Doing It" tersebut. Menurut mereka, pesan itu adalah tipuan. "Kami tidak melihat bukti bahwa video itu nyata, atau adanya korban peretasan ini," demikian penjelasan Full Fact.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa memutar video berjudul “India is Doing It” dapat menyebabkan ponsel diretas, keliru. Pesan berantai yang memuat klaim serupa telah beredar sejak Juli 2020. Hingga kini, tidak ada laporan masyarakat terkait peretasan ponsel akibat memutar video tersebut. Selain itu, tidak ada catatan bahwa ponsel dengan sistem operasi yang berbeda dapat diretas dalam waktu yang bersamaan karena adanya video.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan