• (GFD-2021-8655) Keliru, Klaim Ini Foto-foto Jenazah Covid-19 India yang Dibuang ke Laut dan Hanyut Sampai Malaysia

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 08/06/2021

    Berita


    Gambar tangkapan layar sebuah unggahan di Facebook yang memperlihatkan foto-foto jenazah dalam tumpukan ikan yang terjaring pukat nelayan beredar di media sosial. Foto-foto tersebut dibagikan dengan klaim bahwa jenazah Covid-19 di India yang dibuang ke laut telah hanyut sampai ke perairan Sabah, Malaysia.
    Dalam gambar tangkapan layar itu, terdapat teks yang berbunyi: “Mayat covid19 yang di buang laut di India sudah sampai di sabah siapa berani makan ikan patutlah ikan sekarang lain macam rasanya.!!!” Gambar tersebut dibagikan salah satunya oleh akun ini pada 6 Juni 2021.
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait foto-foto yang diunggahnya. Foto-foto ini bukanlah foto-foto jenazah pasien Covid-19 di India yang dibuang ke laut.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto-foto tersebut dengan reverse image tool Source, Google, dan Yandex. Hasilnya, ditemukan bahwa foto-foto tersebut telah beredar di internet sejak 2014, jauh sebelum munculnya pandemi Covid-19. Jenazah dalam foto-foto ini diidentifikasi sebagai warga negara Cina yang tengah melancong ke Malaysia.
    Foto-foto yang identik pernah diunggah ke Twitter oleh akun @Twt_TgMalim pada 11 November 2014. “Gempar! Penemuan mayat dalam pukat tunda,” demikian narasi yang tertulis dalam cuitan akun tersebut.
    Dilansir dari Perak Today, pada 11 November 2014, Ketua Polis Daerah Besut, Superintendan Khaled Che Lah, mengatakan mayat tersebut ditemukan oleh nelayan kapal pukat tunda dari Kuala Terengganu di sekitar Pulau Susu Dara. Mayat itu pun diserahkan kepada Agensi Penguat Maritim Malaysia (APMM).
    Berdasarkan hasil pemeriksaan kondisi tubuh, kata Khaled, mayat tersebut merupakan warga negara asing. “Jenazah laki-laki tersebut diperkirakan meninggal sekitar seminggu yang lalu, berdasarkan kondisi jenazah, dan belum diketahui penyebab kematiannya,” ujarnya.
    Kepala Operasi SAR itu pun menjelaskan bahwa jenazah tersebut telah dibawa ke Dermaga APMM di Tok Bali, Pasir Putih, Kelantan, dan selanjutnya dikirim ke Rumah Sakit Tengku Anis untuk diautopsi.
    Dikutip dari Liputan6.com, yang juga memuat foto-foto yang identik dengan yang terdapat dalam unggahan di atas, mayat itu bernama Zhe Liu, 31 tahun, warga negara Cina yang pergi ke Perhentian Island Resort, Pulau Perhentian Besar, bersama keluarganya. Dia dikenali karena tato yang terdapat di dadanya.
    "Investigasi awal mengungkapkan keluarga tersebut tinggal di Awana Resort di pulau itu. Sebelum kejadian tersebut, Zhe Liu pergi snorkeling sendirian. Sementara teman dan istrinya bergabung dalam aktivitas menyelam di lokasi lain," kata Kapten Besut Superintendan Mohd Zamri Mohd Rowi.
    Pada 4 Juni 2021, Pesuruhjaya Polis Sabah Datuk Hazani Ghazali, seperti dilansir dari kantor berita Malaysia, Bernama, pun telah memastikan kabar yang beredar di media sosial, yang menyebut bahwa jenazah pasien Covid-19 di India yang dibuang ke laut telah hanyut hingga ke perairan Sabah, merupakan berita palsu.
    Sejauh ini, pihaknya tidak menerima laporan yang terkait dengan kasus semacam itu. Ghazali pun meminta semua pihak untuk tidak mudah percaya dengan kabar yang masih belum pasti kebenarannya serta tidak menyebarkan berita tersebut tanpa memastikan kesahihannya terlebih dahulu. “Tidak ada kasus seperti itu di Sabah,” katanya kapada Bernama.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto-foto tersebut adalah foto-foto jenazah Covid-19 di India yang dibuang ke laut dan hanyut sampai ke perairan Sabah, Malaysia, keliru. Foto-foto ini telah beredar di internet sejak 2014, jauh sebelum munculnya Covid-19 pada akhir 2019 lalu. Mayat pria dalam foto-foto itu pun adalah Zhe Liu, warga negara Cina yang sedang berlibur ke Malaysia bersama keluarganya. Sebelum ditemukan tewas, Zhe Liu pergi snorkeling sendirian.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8654) Keliru, Klaim Ini Video Pasien Covid-19 di Malaysia yang Dirawat di Luar RS

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 07/06/2021

    Berita


    Video pendek yang memperlihatkan sejumlah pasien yang dirawat di bagian luar sebuah rumah sakit beredar di Facebook. Peristiwa dalam video ini diklaim terjadi di Malaysia. Video itu beredar di tengah melonjaknya kasus Covid-19 di Malaysia, di mana sebagian di antaranya disebabkan oleh varian virus Corona yang lebih menular.
    Dalam video berdurasi 24 detik itu, terlihat suasana penanganan Covid-19 oleh beberapa tenaga kesehatan. Namun, perawatan para pasien dilakukan di bagian luar sebuah gedung. Akun ini membagikan video itu pada 1 Juni 2021 dengan narasi, “Malaysia menyedihkan lur. Tetap jaga protokol kesehatan si kadrun ngeyel biar modar gak apa.”
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait video yang diunggahnya. Video itu tidak menunjukkan situasi pandemi Covid-19 di Malaysia.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, peristiwa yang terlihat dalam video tersebut tidak terjadi di Malaysia, melainkan di Taipei, Taiwan. Untuk mendapatkan fakta ini, Tempo mula-mula memfragmentasi video di atas menjadi sejumlah gambar dengan tool InVID. Lalu, gambar-gambar itu ditelusuri jejak digitalnya dengan reverse image tool Google dan Yandex.
    Hasilnya, ditemukan petunjuk dari video milik kanal YouTube berbahasa Mandarin, Confluence News Network, yang memuat cuplikan yang identik. Video itu diunggah pada 31 Mei 2021. Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut:
    “Warganet mengungkapkan kesedihannya dan mengkritik pemerintah karena melihat tenaga kesehatan Rumah Sakit Taipei mengobati pasien di luar gedung, karena kurangnya tempat tidur untuk pasien. Sementara dalam konferensi pers, Pusat Komando Epidemi mengklarifikasi bahwa isi video tersebut menyesatkan. RS Taipei saat ini memiliki kapasitas medis yang memadai dan pasien sedang menunggu hasil pemeriksaan.”
    Petunjuk lain ditemukan di situs Inf.news yang memuat tiga foto yang identik dengan cuplikan yang terlihat dalam video tersebut. Situs itu memberikan keterangan bahwa, dengan kembali merebaknya pandemi Covid-19 di Taiwan, beberapa rumah sakit di Taipei dan New Taipei penuh sesak. Sebuah rumah sakit di New Taipei mendirikan tenda luar ruangan karena tempat tidur ruang gawat darurat penuh. Beberapa pasien yang sakit kritis hanya dapat menerima perawatan intubasi di tenda.
    You Bingxun, direktur departemen darurat RS Taipei, menjelaskan bahwa mereka merawat pasien di luar ruangan karena jumlah virus di luar ruangan dapat diminimalisir. Pasien-pasien yang berada di tenda sederhana ini adalah mereka yang menunggu hasil tes PCR Covid-19. Mereka perlu menunggu 3-4 jam. Setelah hasilnya keluar, mereka akan memutuskan apakah akan menerima bangsal khusus atau bangsal umum, tergantung situasinya.
    Situasi penanganan pasien Covid-19 di bangsal-bangsal di luar gedung RS tersebut juga diberitakan oleh kanal YouTube Dongsen CH51 pada 29 Mei 2021. Kanal ini menjelaskan bahwa pemerintah setempat menyatakan jumlah tempat tidur di rumah sakit cukup. Namun, salah satu rumah sakit, yakni RS Taipei, terpaksa memasang tenda di luar unit gawat darurat sebagai tempat pasien beristirahat.
    Dalam siaran pers Imigrasi Pemerintah Taiwan pada 19 Mei 2021, Pusat Komando Epidemi Sentral (CECC) menyatakan kasus Covid-19 di Taiwan semakin parah dan terus meningkat. Kasus lokal terus muncul di wilayah Shuangbei serta beberapa kabupaten lainnya. Per 28 Mei, Kewaspadaan Epidemi Nasional menaikkan status kedaruratan mereka menjadi ke tingkat ketiga dan meminta masyarakat di seluruh Taiwan untuk bekerja sama dalam pengendalian Covid-19.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas adalah video pasien Covid-19 di Malaysia yang dirawat di luar rumah sakit, keliru. Video tersebut menunjukkan situasi yang terjadi di Taiwan, di mana kasus Covid-19 di sana meningkat sejak pekan ketiga Mei 2021. Pada akhir Mei, pemerintah setempat menaikkan status kedaruratan mereka menjadi tingkat ketiga.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8653) Keliru, Kapal Kargo yang Terdampar di Terusan Suez Angkut Ribuan Korban Penculikan Anak

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 07/06/2021

    Berita


    Klaim bahwa kapal kargo yang terdampar di Terusan Suez mengangkut ribuan korban penculikan anak beredar di Facebook. Klaim ini dilengkapi dengan foto sebuah kapal dengan tulisan "Evergreen" di bodinya. Foto itu pun diberi sejumlah teks dalam bahasa Inggris, beberapa di antaranya "1200 kids rescued", "1350 dead children found", dan "2 million viles of fake/deadly vaccines found".
    Akun ini membagikan klaim beserta foto tersebut pada 27 Mei 2021. Sama seperti yang tertulis dalam foto itu, akun ini menyatakan bahwa, dalam kapal kargo yang terdampar di Terusan Suez, ditemukan 1.200 korban penculikan anak. Ada pula 1.350 anak lainnya, namun mereka tak terselamatkan. "Kapal juga mengangkut senjata pengubah cuaca, senjata, bom dan rudal. Juga ditemukan vaksin palsu yang sangat mematikan, hulu ledak nuklir."
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait kapal kargo milik Evergreen yang terdampar di Terusan Suez pada Maret 2021 lalu.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri foto kapal kargo yang terdapat dalam unggahan tersebut dengan reverse image tool Yandex dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa kapal kargo itu identik dengan kapal Ever Given yang kandas di Terusan Suez, Mesir, pada 23 Maret 2021 lalu.
    Kapal yang memiliki panjang 400 meter ini kandas setelah diterpa badai pasir di Terusan Suez saat berada dalam perjalanan dari Malaysia ke Belanda. Kapal berbendera Panama ini dimiliki oleh perusahaan Jepang, Imabari Shipbuilding, dan dioperasikan oleh perusahaan pelayaran Evergreen Marine.
    Evergreen Marine Corporation (EMC) adalah perusahaan transportasi dan pengapalan peti kemas asal Taiwan yang berkantor pusat di Luzhu, Taoyuan. Perusahaan ini didirikan pada 1968 dan memiliki rute layanan 114 negara dengan 315 lokasi layanan. Jaringan Evergreen mencakup beberapa rute timur-barat yang menghubungkan Asia Tenggara, Hong Kong, Taiwan, Cina Daratan, Korea, dan Jepang dengan pantai timur dan barat Amerika Serikat.
    Perusahaan itu juga menyediakan layanan dari Jepang, Korea, Cina Daratan, Taiwan, Hong Kong, dan Asia Tenggara ke Eropa dan Mediterania. Kapal kontainer Evergreen menghubungkan Asia dengan Afrika dan Amerika Selatan serta Eropa dengan pantai timur AS, dan dikerahkan di berbagai rute pelayaran intensif di seluruh Asia.
    Dikutip dari The Wall Street Journal, saat kandas di Terusan Suez, kapal kargo itu sedang mengangkut sedikitnya 18 ribu kontainer. Dilansir dari Freight Waves, media transportasi dan bisnis di AS, berdasarkan manifes yang didapat, ada beberapa kategori produk yang diangkut dalam kapal kargo tersebut, yaitu produk elektronik, mesin dan suku cadang, barang rumah tangga, furniture, serta alas kaki.
    Salah satu importir asal AS, Tony Gualtieri, yang merupakan salah satu pendiri Oleavanti, menyatakan bahwa 6 ribu liter produk minyak zaitun extra-virgin Lebanon miliknya yang ia simpan dalam tong, botol, dan paket tas dalam kotak dari Malaysia mengalami keterlambatan karena kapal Ever Given tersebut kandas.
    Seorang juru bicara Evergreen, kepada kantor berita Reuters, membantah dengan tegas klaim yang menyatakan bahwa terdapat bahan atau perangkat nuklir dalam kapal Ever Given. Dia juga membantah dan menyangkal terlibat dalam aktivitas ilegal apa pun.
    Reuters juga menemukan bahwa tidak ada kebenaran terkait klaim yang mengatakan kapal tersebut memuat ribuan anak-anak, dan juga mayat, yang diperdagangkan yang diselamatkan dari peti kemas dalam kapal itu. Kapten Angkatan Laut Bill Urban, juru bicara Komando Pusat AS, menyatakan bahwa tidak ada kebenaran dari rumor itu.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa kapal kargo yang terdampar di Terusan Suez, milik Evergreen, membawa ribuan korban penculikan anak, keliru. Kapal Ever Given yang terdampar di Terusan Suez pada 23 Maret 2021 itu diketahui memuat beberapa produk industri, seperti minyak zaitun, elektronik, bahan baku, furniture, dan alas kaki. Evergreen juga telah membantah terlibat dalam aktivitas ilegal apa pun dengan memanfaatkan kapal kargo miliknya.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8652) Keliru, Klaim Ini Video Sistem Persenjataan Israel saat Cegat Serangan Hamas

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 07/06/2021

    Berita


    Video yang memperlihatkan sebuah sistem persenjataan yang mencegat sejumlah serangan udara dan menjatuhkan beberapa pesawat tempur beredar di media sosial. Video tersebut dibagikan dengan narasi bahwa begitulah sistem persenjataan Israel bekerja saat mencegat serangan kelompok militan Palestina, Hamas.
    Di Facebook, video berdurasi 55 menit 34 detik itu dibagikan oleh akun ini pada 18 Mei 2021. Akun itu pun menulis narasi, “This is how Israel defends itself with the interceptor about the attack of the Hamas group”. Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah ditonton lebih dari 3,9 juta kali dan mendapat lebih dari 6.700 komentar.
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang memuat klaim keliru terkait video yang diunggahnya. Video ini tidak terkait dengan serangan udara yang melibatkan Israel dan Hamas baru-baru ini.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan verifikasi Tempo, video di atas sama sekali tidak terkait dengan serangan udara yang melibatkan Israel dan Hamas baru-baru ini. Video itu merupakan gabungan dari sejumlah simulasi video game perang. Salah satu cuplikan dalam video ini pernah menyebar di media sosial dengan klaim keliru lainnya, bahwa pesawat supersonik Mikoyan-Gurevich MiG-25 Azerbaijan ditembak jatuh oleh Armenia dengan sistem senjata Shilka.
    Untuk mendapatkan fakta tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengan tool InVid. Selanjutnya, gambar-gambar tersebut ditelusuri dengan reverse image tool Google dan Yandex.
    Hasilnya, ditemukan bahwa bagian awal video itu identik dengan video yang pernah diunggah di YouTube oleh kanal Compared Comparison pada 22 Juli 2020. Video ini berjudul “ArmA 3 - Counter-Rocket Artillery Mortar System in Action - Shooting Down Jets - Phalanx CIWS – Sim”.
    Cuplikan selanjutnya identik dengan video yang pernah dimuat di YouTube oleh kanal Saionji Rei pada 22 Agustus 2020 dengan judul “A-10 Thunderbolt Warthog Thunderbolt CRAM Sius ARMA3”. Video yang sama pun pernah diunggah ke YouTube oleh kanal War Tactics pada 25 Januari 2021 dengan judul “Arma 3 Warthog Thunderbolt CRAM || Phalanx CIWS vs MA°-24”.
    Saat terjadinya konflik antara Azerbaijan dan Armenia pada 2020 lalu, video tersebut menyebar di media sosial dengan klaim keliru, bahwa pesawat supersonik MiG-25 milik Azerbaijan ditembak jatuh oleh Armenia dengan sistem senjata 'Shilka'.
    Arma 3 sendiri merupakan produk dari Bohemia Interactive yang telah menjadi pemain kunci dalam industri hiburan game PC selama 15 tahun terakhir. Didirikan pada 1999, Bohemia Interactive merilis game besar pertamanya Arma: Cold War Assault (awalnya dirilis sebagai Operation Flashpoint: Cold War Crisis) pada 2001.
    Dikembangkan oleh tim kecil dan diterbitkan oleh Codemasters, game eksklusif PC ini sukses besar, terjual lebih dari 1,2 juta kopi, memenangkan beberapa penghargaan industri, serta dipuji oleh para kritikus dan pemain. Seiring dengan kesuksesan itu, Bohemia Interactive menciptakan ekspansi populer Arma: Resistance (awalnya dirilis sebagai Operation Flashpoint: Resistance) yang dirilis pada 2002.
    Setelah merilis game debutnya, Bohemia Interactive mengambil berbagai proyek baru yang ambisius, dan terlibat dalam pembangunan bisnis spin-off yang sukses dalam game serius dan simulasi dengan game pertamanya untuk pelatihan: VBS1. Pada 2005, Bohemia Interactive merilis Operation Flashpoint: Elite* untuk Xbox, diikuti oleh Arma pada 2007, yang menandai rilis independen penuh studio pertama tanpa dukungan dari penerbit besar.
    Sistem persenjataan Israel
    Berdasarkan arsip berita Tempo, pasukan pertahanan Israel (IDF) mengklaim lebih dari 90 persen serangan udara yang dilakukan gerakan militan Palestina, Hamas, berhasil diblok dengan teknologi sistem pertahanan Iron Dome. Kabarnya, Hamas menghujani wilayah Israel dengan meluncurkan lebih dari 3 ribu roket sejak bentrokan meletus di Jalur Gaza di bulan Mei.
    Israel memiliki 10 baterai sistem pertahanan Iron Dome yang dikerahkan di seluruh negeri, masing-masing dengan tiga hingga empat peluncur yang dapat menembakkan 20 peluru pencegat. Ini memberi kemampuan untuk meluncurkan hingga 800 rudal pada roket yang masuk, tanpa menghitung muatan ulang. Setiap baterai memiliki jangkauan antara 4-70 kilometer.
    Tapi jumlah itu dianggap masih kurang. Para ahli berpendapat bahwa Israel membutuhkan total 13 baterai rudal untuk mempertahankan semua wilayahnya.
    Israel juga memiliki berbagai sistem pertahanan rudal lainnya, termasuk Arrow untuk melawan rudal balistik dan David's Sling untuk kemampuan pertahanan menengah. Namun, Iron Dome, dianggap paling penting untuk menghadapi serangan dari Hamas.
    Sistem pencegat dan penghancur rudal jarak pendek Iron Dome dikembangkan oleh Rafael Advanced Defense Systems Israel—perusahaan pertahanan milik negara bersama dengan Industri Dirgantara Israel. Pembangunannya sebagian didanai Amerika Serikat, yang total menyumbang $5 miliar untuk proyek tersebut.
    Iron Dome pertama kali digunakan 10 tahun lalu untuk mencegat proyektil yang ditembakkan oleh Hamas dari Gaza. Perkembangannya dipercepat setelah perang selama sebulan dengan Hizbullah, gerakan Lebanon yang didukung oleh Iran, pada 2016 dan konflik dengan Hamas tiga tahun kemudian.
    Justin Bronk, seorang peneliti di Royal United Services Institute for Defense and Security Studies menjelaskan sebagian besar dari kesuksesan Iron Dome adalah karena sistem radar canggihnya. Iron Dome mampu menentukan dengan cepat roket mana yang akan datang menyerang dan mendarat tanpa bahaya di tanah terbuka. Militer Israel mengatakan itu 90 persen efektif.
    Karena dirancang untuk melawan roket jarak pendek dan bergerak lebih lambat, rudal yang digunakannya relatif kecil dan murah dibandingkan dengan yang digunakan di pertahanan udara lainnya. “Berbeda dari sistem rudal Patriot Amerika, dengan pencegat berharga antara $40-100 ribu,” kata Bronk, seperti dikutip dari Irish Times.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas adalah video sistem persenjataan Israel saat mencegat serangan Hamas, keliru. Video tersebut merupakan gabungan dari beberapa simulai video game perang Arma 3 yang dikembangkan oleh Bohemia Interactive. Pasukan pertahanan Israel (IDF) sendiri mengandalkan teknologi sistem pertahanan Iron Dome untuk memblok serangan udara Hamas.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan