• (GFD-2020-3982) [SALAH] Rapid Test Di Bandara Soekarno-Hatta Bayar Rp550 Ribu

    Sumber: twitter.com
    Tanggal publish: 19/05/2020

    Berita

    Beredar informasi berupa video yang menyebutkan, jika rapid test virus Corona di Bandara Soekarno-Hatta dibandrol dengan harga Rp.550 ribu.

    Berikut kutipan narasinya:

    “Sebelum chek in bayar rapid tes dl Rp 550.000, tanpa terkecuali... Waoo bisnis baru di bandara.. Halo @kemenhub151 Benarkah ini?”

    harga pcr
    Pcr pesawat

    Hasil Cek Fakta

    Setelah melakukan penelusuran, hal tersebut dibantah oleh Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Soekarno-Hatta Anas Ma'ruf. Anas menegaskan rapid test virus Corona dan pelayanan pemeriksaan kesehatan di Soekarno-Hatta tidak dikenakan biaya alias gratis.

    Anas juga menjelaskan, jika test tersebut dikhususkan bagi WNI yang telah melakukan perjalanan dari luar negeri atau repatriasi. Sedangkan untuk penerbangan domestik, penumpang harus melakukan test terlebih dahulu di luar bandara, artinya di rumah sakit.

    "Adapun penumpang yang domestik mereka harus tes di luar bandara, artinya dari rumah sakit," kata Anas, mengutip dari Kompas.com

    Senior Manager Branch Communications & Legal Bandara Soekarno-Hatta Febri Toga juga menegaskan jika pihak bandara tidak menyediakan rapid test terkait keberangkatan.

    "Kami tidak [menyediakan] pemeriksaan rapid test terkait keberangkatan." Ujar Febri, dikutip dari Tirto.id
    Febri juga menjelaskan bahwa Bandara Soekarno-Hatta hanya menerima 3 syarat bagi penumpang keberangkatan: tiket pesawat, surat tugas yang menyatakan boleh bepergian, serta surat hasil tes yang membuktikan yang bersangkutan negatif COVID-19. Berkas yang disebut terakhir dapat berupa berkas hasil swab test, rapid test, maupun PCR.

    Selain itu Febri menegaskan jika video tersebut tidak terjadi di Bandara Soekarno-Hatta.

    "Tidak terjadi di Bandara Soekarno Hatta, itu juga tidak terjadi di Bandara AP II." Ujar Febri.

    Kesimpulan

    Berdasaran penjelasan di atas, klaim yang menyebutkan jika rapid test di Bandara Soekarno-Hatta dibandrol dengan harga Rp550 ribu adalah salah, maka informasi tersebut masuk ke dalam Konten Yang Menyesatkan

    Rujukan

  • (GFD-2020-3981) [SALAH] Peringatan Badai Panas Equinox

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 19/05/2020

    Berita

    Beredar informasi yang menyatakan bahwa akan terjadi fenomena badai panas Equinox di Indonesia yang dimulai sejak 17 Mei 2020. Dalam narasi disebutkan beberapa imbauan untuk mempersiapkan diri menghadapi badai Equinox tersebut dan dikaitkan dengan harapan untuk dapat membunuh virus Corona atau Covid-19.

    Berikut kutipan narasinya:

    “COVID 19
    INDONESIA
    BADAI PANAS EQUINOX...

    PERINGATAN BADAI PANAS EQUINOX.....
    Mulai hari ini 17/05/2020... ke depan Suhu rata2 di seluruh kota di Indonesia akan sampai ke 41 derajat celcius dikarenakan matahari akan tepat melintasi garis Equator...
    Masyarakat seluruh Indonesia diminta tetap tinggal di rumah saja karena jika berada dan beraktivitas di luar rumah tanpa sadar akan mudah terserang dehidrasi yg luar biasa...
    Terutama di antara jam 9 pagi sd dgn jam 13.00...
    Disarankan masyarakat umum untuk sesering mungkin membasahi tubuh dgn air agar terhindar dari dehidrasi...
    Disarankan 5 hari ke depan banyak minum air putih di waktu buka dan sahur serta makan buah dan sayur sayuran...
    Semoga bermanfaat untuk membunuh virus corona... ????????????????”

    Gelombang panas indonesia

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui bahwa klaim tersebut tidak benar. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG memastikan informasi tersebut adalah hoaks.

    Menurut penjelasan BMKG, fenomena Equinox memang benar terjadi di Indonesia, tapi tidak ada hubungannya dengan badai panas.

    "Fenomena Equinox merupakan salah satu fenomena astronomi, dimana posisi semu matahari berada tepat di atas garis khatulistiwa," ujar PLT Deputi Bidang Meteorologi BMKG Herizal dalam keterangan tertulisnya, Senin, 18 Mei 2020.

    Herizal menjelaskan fenomena Equinox kerap terjadi di daerah lintang menengah dan tinggi seperti di India, Jepang, Korea, Amerika dan Eropa. Fenomena ini dapat terjadi dua kali dalam satu tahun, yaitu sekitar 21 Maret dan 23 September. Saat fenomena ini berlangsung, kondisi suhu rata-rata di wilayah Indonesia berada di kisaran 32-36°C atau masih berada di ambang batas aman untuk manusia.

    Sedangkan gelombang panas merupakan fenomena suhu udara lebih panas dari 5°C dari ambang batas suhu normal suatu wilayah. Hal ini biasanya disebabkan munculnya anomali sistem cuaca tekanan tinggi yang terjadi dalam beberapa hari atau minggu.

    "Fenomena Equinox bukanlah fenomena badai panas atau gelombang panas atau heat wave," ujar Herizal.

    Selain itu, isu serupa pernah beredar pada bulan Maret 2016 dan sudah dilakukan pemeriksaan faktanya. Pembahasan mengenai isu tersebut ada dalam artikel berjudul “[HOAX] Fenomena Equinox Bikin Suhu Jadi 40 Derajat Celcius di Indonesia.”

    Kesimpulan

    Berdasarkan penjelasan tersebut, maka klaim informasi yang beredar tidak benar. Oleh sebab itu, konten tersebut masuk ke dalam kategori Fabricated Content atau Konten Palsu.

    Rujukan

  • (GFD-2020-3979) [SALAH] Pasien Covid-19 Meninggal di Rumah Sakit Manaf Kota Jambi

    Sumber: whatsapp.com
    Tanggal publish: 18/05/2020

    Berita

    Beredar pesan berantai melalui Whatsapp yang menyebutkan bahwa seorang pasien Covid-19 meninggal di Rumah Sakit Manaf kota Jambi, jenazah sedang dalam proses kremasi dan akan segera melakukan pemakaman di Pall 10.

    Berikut kutipan narasinya:

    “ Ada pasien covid 19 di rs manap meninggal.. skrng persiapan pemakaman
    A1 bg... lg persiapan orng dipmakaman pall 10, mayat lg dlam proses kremasi “

    Ada pasien covid 19 di rs manap meninggal.. skrng persiapan pemakaman A1 bg... lg persiapan orng dipmakaman pall 10, mayat lg dlam proses kremasi

    Beredar pesan berantai melalui Whatsapp yang menyebutkan bahwa seorang pasien Covid-19 meninggal di Rumah Sakit Manaf kota Jambi, jenazah sedang dalam proses kremasi dan akan segera melakukan pemakaman di Pall 10. Berikut kutipan narasinya: “ Ada pasien covid 19 di rs manap meninggal.. skrng persiapan pemakaman A1 bg... lg persiapan orng dipmakaman pall 10, mayat lg dlam proses kremasi “

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, faktanya klaim tersebut salah. Dikutip dari laman beritajambi.com Juru Bicara Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 yang juga Jubir Pemerintah Kota Jambi, Abu Bakar mengatakan berdasarkan data dari RS Abdul Manaf pasien tersebut bukan meninggal karena Corona, tetapi berdasarkan hasil diagnosa pasien mengidap DBD (demam berdarah), DM, diabetes meliteus (kencing manis) serta TB (Tuberkolosis).

    Kata Abu Bakar, pasien belum masuk Pasien Dalam Pengawasan (PDP), yang bersangkutan masuk RS Abdul Manaf tanggal 13 Mei jam 08.34 dan meninggal tanggal 14 jam 11.05. "Pasien masuk dengan keluhan demam sejak 1 minggu naik turun, dan batuk 3 hari terakhir," kata Abu Bakar via seluler, Kamis sore (14/5/2020)

    Lanjut Abu Bakar, Pasien tidak memiliki perjalanan keluar kota maupun ke wilayah rawan Covid-19 serta tidak ada kontak baik dengan ODP maupun PDP. Pasien tidak keluar rumah sejak tanggal 19 Maret 2020, saat dalam perawatan, pasien sempat dilakukan Rapid test sebanyak 3 kali dengan hasil negatif (-).

    Soal penyelenggaraan jenazah dilakukan dengan protokol kesehatan Covid-19, itu atas permintaan keluarga almarhum. "Atas permintaan keluarga, penyelenggaraan jenazah dilakukan dengan protokol kesehatan Covid-19 dan dikebumikan di pemakaman Pusara Agung (milik Pemkot Jambi), hal tersebut dilakukan mungkin untuk kehati-hatian, mengingat TB termasuk penyakit menular," pungkas Abu Bakar

    Kesimpulan

    Berdasarkan penjelasan tersebut maka konten yang beredar di Whatsapp dapat masuk ke dalam kategori False Context atau Konten yang Salah.

    Rujukan

  • (GFD-2020-3978) [SALAH] “15 Hari Sembuh, Menhub Budi Karya Kembali Dinyatakan Positif Covid-19”

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 18/05/2020

    Berita

    Menhub Budi Karya sudah dinyatakan sembuh pada 27 April 2020. Berita di Suara.com telah mengalami perubahan. Redaksi Suara.com sudah meminta maaf dan mengganti judul artikel berita mereka.

    Beredar artikel berjudul “15 Hari Sembuh, Menhub Budi Karya Kembali Dinyatakan Positif Covid-19” yang tayang di situs siraman[dot]info pada 16 Mei 2020.

    Berikut kutipan artikel yang menyalin artikel dari Suara.com tersebut:

    “Ada anggapan saat seseorang sembuh dari infeksi Covid-19, ia akan memiliki antibodi tertentu yang membuatnya kebal dari virus corona penyebab sakit Covid-19.
    Namun anggapan tersebut dibantah oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang kembali dinyatakan positif terinfeksi virus corona Covid-19 setelah dua kali pemeriksaan sebelumnya dinyatakan negatif.
    Ia bercerita, usai dinyatakan sembuh dengan bukti dua kali pemeriksaan hasilnya negatif Covid-19 dan dibolehkan pulang,
    Menhub Budi Karya kembali diperiksa dan dinyatakan positif Covid-19. Padahal ia sudah 15 hari berada di rumah.
    “Masak saya di rumah saya sempat positif lagi, 15 hari setelah di rumah. Setelah itu dites lagi 2 kali negatif,” ujar Menhub Budi Karya dalam diskusi di Instagram Live @tempodotco, Sabtu (16/5/2020).”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, klaim bahwa Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi kembali dinyatakan positif Covid-19 adalah klaim yang menyesatkan.

    Menhub Budi Karya sudah dinyatakan sembuh pada 27 April 2020. Berita di Suara.com telah mengalami perubahan. Redaksi Suara.com sudah meminta maaf dan mengganti judul artikel berita mereka.

    Judul tersebut memunculkan tafsir bahwa Budi saat ini masih dalam kondisi terinfeksi virus Corona Covid-19.

    Padahal, pernyataan Budi itu diambil dari pengalamannya saat menjalani perawatan Covid-19 dan tes PCR. Tes pertama hasilnya negatif dan tes kedua, yang dijalani 15 hari setelah tes pertama, hasilnya positif.

    Namun, sesuai protokol kesehatan Covid-19, pasien baru dinyatakan bebas Covid-19 setelah menjalani dua kali tes PCR yang hasilnya berturut-turut negatif. Dengan demikian, ketika itu, Budi belum dinyatakan sembuh dari Covid-19 dan masih dalam perawatan.

    Menurut juru bicara Kementerian Perhubungan, Adita Irawati, sesuai protokol kesehatan Covid-19, pasien baru dinyatakan bebas Covid-19 setelah menjalani dua kali tes polymerase chain reaction (PCR) yang hasilnya berturut-turut negatif, bukan satu kali.

    “Menhub dinyatakan positif kembali ketika masih dalam perawatan dokter RSPAD,” katanya seperti dikutip dari Kompas.com.

    Adita pun menyatakan bahwa pemberitaan yang menyebut Menhub Budi Karya kembali positif Covid-19 menyesatkan. Menurut Adita, dilansir dari Liputan6.com, Budi saat ini dalam kondisi sehat dan telah aktif kembali sebagai Menhub sejak 27 April 2020. RSPAD menyatakan hasil dua tes PCR terakhir Budi membuktikan bahwa ia telah bebas Covid-19.

    Dalam keterangannya, Adita juga menceritakan kronologi sejak Budi terkonfirmasi positif Covid-19 hingga dinyatakan sembuh. Pada 14 Maret 2020, Budi dinyatakan positif Covid-19 dan menjalani perawatan di RSPAD. Setelah dirawat beberapa hari, Budi menjalani tes PCR pertama dan hasilnya negatif.

    Lima belas hari kemudian, Budi menjalani tes PCR kedua. Namun, hasilnya kembali positif. Karena itu, Budi masih harus menjalani perawatan karena dua kali tes PCR berturut-turut menunjukkan hasil negatif dan positif. Menurut Adita, Budi baru dinyatakan bebas Covid-19 pada 27 April 2020.

    Tempo kemudian memeriksa berita di Suara.com yang dikutip oleh situs Siraman.info. Isi artikel Siraman.info memang serupa dengan isi berita Suara.com. Namun, berita di Suara.com telah mengalami perubahan. Hal ini diketahui dari catatan redaksi pada bagian bawah berita.

    Dalam catatan redaksi itu, tertulis: “Artikel ini sebelumnya dimuat dengan judul ’15 Hari Sembuh, Menhub Budi Karya Kembali Dinyatakan Positif Covid-19′. Artikel mengalami perubahan judul menjadi ‘Saat Ini Sehat Bugar, Menhub BKS Sempat Dua Kali Dinyatakan Positif Covid-19’ karena judul pertama bisa salah tafsir. Menhub Budi Karya Sumadi saat ini sudah dalam kondisi sehat. Penjelasan ini sekaligus sebagai bentuk tanggung jawab kami sesuai dengan Pedoman Pemberitaan Media Siber. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Terima kasih.”

    Rujukan