• (GFD-2021-8720) Keliru, Pesan Berantai Soal Bukti Ilmiah Penularan Virus Corona dari dokter Erlina Burhan

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 10/08/2021

    Berita


    Sebuah pesan berantai yang diklaim dari Dr. dr Erlina Burhan SpP (K) Ketua PDPI Jaya SIE Ilmiah PDPI Pusat beredar di WhatsApp. Pesan ini berisi petunjuk dari pusat pengendalian penyakit Amerika Serikat (CDC USA) tentang bukti ilmiah terkini perihal penularan virus corona. 
    Pesan ini juga menjabarkan tingkat risiko penularan Covid yang ditentukan berdasarkan golongan darah dan lokasi penularannya.
    "Orang bergolongan darah A akan mengalami gejala yang berat karena struktur Covid19 mirip dengan antigen B. Orang bergolongan darah AB bisa selamat bila terpapar jumlah virus yang tidak terlalu banyak, bila virulensi virus tinggi dikuatirkan tidak bisa selamat karena AB tidak memiliki antibodi. Orang bergolongan darah B dan O akan aman-aman saja, pemilik darah B cenderung menjadi OTG dan pemilik darah O pasti selamat karena memiliki antibodi yang paling kuat dari semua golongan darah," demikian sebagian narasi yang terdapat dalam pesan berantai tersebut. 
    Tangkapan layar pesan berantai yang diklaim sebagai jurnal ilmiah dari dr Erlina Burhan.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo mula-mula mengidentifikasi beberapa informasi terkait klaim yang dibagikan pada pesan berantai. Pertama jenis ruang menentukan resiko penyebaran dan kedua jenis golongan darah menentukan rentan penyebaran covid 19.
    Namun, sebelumnya, dikutip dari laporan cekfakta kompas, dr Erlina Burhan yang dicatut namanya dalam pesan berantai membantah telah menulis pesan tersebut. Ia menegaskan tidak pernah menulis apapun yang dinarasikan dalam unggahan tersebut.
    Klaim 1: Resiko Penyebaran Berdasarkan Ruang
    Dikutip dari situs Badan Kesehatan Dunia ( WHO ) , model penyebaran Covid-19 atau virus SARS-CoV-2 diketahui memiliki beberapa cara berbeda. Virus umumnya dapat menyebar dari mulut atau hidung orang yang terinfeksi dalam partikel cairan kecil ketika mereka batuk, bersin, berbicara, bernyanyi, atau bernapas. Partikel-partikel ini berkisar dari tetesan pernapasan yang lebih besar hingga aerosol yang lebih kecil.
    Bukti saat ini menunjukkan bahwa virus menyebar terutama di antara orang-orang yang melakukan kontak dekat satu sama lain, biasanya dalam jarak 1 meter (jarak pendek). Seseorang dapat terinfeksi ketika aerosol atau tetesan yang mengandung virus terhirup atau bersentuhan langsung dengan mata, hidung, atau mulut. 
    Virus ini juga dapat menyebar di lingkungan dalam ruangan yang berventilasi buruk dan/atau ramai, di mana orang cenderung menghabiskan waktu lebih lama. Ini karena aerosol tetap melayang di udara atau bergerak lebih jauh dari 1 meter (jarak jauh). Orang juga dapat terinfeksi dengan menyentuh permukaan yang telah terkontaminasi virus saat menyentuh mata, hidung, atau mulut tanpa membersihkan tangan.
    Sekretaris Jenderal Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Dr dr Eka Ginanjar, SpPD mengatakan, pada prinsipnya, droplet yang mengandung virus akan ada di permukaan, sebagai contoh di permukaan meja. Klaim risiko penularan sangat rendah saat melakukan aktivitas di luar rumah, dikatakan Eka ada benarnya.
    Namun, tetap saja harus memperhatikan protokol kesehatan. Hal itu dikarenakan ruangan terbuka memiliki sirkulasi udara yang bagus dan pancaran sinar matahari yang bagus. Sementara di ruang tertutup seperti kantor, tempat ibadah, aula bioskop, gym atau teater beresiko tinggi lantaran jika tidak memenuhi beberapa aspek seperti sirkulasi tidak lancar, kurang sinar matahari, kepadatan dalam ruangan, kebersihannya, dan lain sebagainya. 
    Dilansir dari Suara.com, William Schaffner, seorang profesor penyakit menular di Vanderbilt University mengatakan virus corona lebih mudah ditransmisikan ketika berada di area tertutup, di mana hanya ada sedikit ventilasi atau ruang untuk aliran udara. Ini terutama berlaku untuk ruang kecil, seperti lift. Dalam ruang tertutup yang begitu rapat tanpa aliran udara yang kuat untuk waktu singkat, sangat mungkin akan terpapar.
    Laporan TEMPO yang melansir dari Healthline juga mencatat ada beberapa tempat berisiko tinggi penularan Covid-19 yaitu seperti angkutan umum, salon, bar, kolam renang umum dan pantai, ruang konser, gereja, teater dan tempat kerja.
    Klaim 2 : Jenis Golongan Darah Menentukan Kerentanan Penyebaran Covid 19
    Dikutip dari laporan Harvard Medical School, golongan darah tidak terkait dengan perburukan gejala yang parah pada orang yang dites positif COVID-19. Laporan peneliti Harvard Medical School yang berbasis di Rumah Sakit Umum Massachusetts ini telah diterbitkan dalam Annals of Hematology. Laporan ini menghilangkan klaim laporan sebelumnya yang menunjukkan korelasi antara golongan darah tertentu dan COVID-19.
    Peneliti HMS di Mass General meluncurkan penyelidikan mereka sendiri dengan menggambar pada database besar dari Registry Data Pasien Penelitian sistem Mass General Brigham Health. Populasi penelitian dari 1.289 pasien dewasa bergejala, yang dites positif COVID-19 dan golongan darahnya didokumentasikan, diambil dari lebih dari 7.600 pasien bergejala di lima rumah sakit di wilayah Boston, termasuk Mass General dan Brigham and Women's Hospital, yang dirawat mulai Maret. 6& hingga 16 April tahun ini.
    Hasilnya tidak ada koneksi jenis golongan darah menentukan rentan penyebaran. Tidak ada hubungan yang signifikan antara golongan darah dan memburuknya penyakit, antara golongan darah dan kebutuhan rawat inap, persyaratan posisi untuk pasien selama intubasi, atau penanda inflamasi.
    Sekretaris Jenderal Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Dr dr Eka Ginanjar, SpPD mengatakan, siapa saja bisa terpapar covid 19. Klaim yang menyatakan penularan Covid-19 dilihat dari golongan darah adalah tidak benar. Berkaitan dengan golongan darah itu tidak benar, semua golongan darah memiliki potensi sama.
    Dr. Sakthivel Vaiyapuri, seorang profesor di University of Reading di Inggris mengatakan lebih baik mengabaikan artikel apa pun yang belum diteliti dengan benar oleh peer review dan diterbitkan dalam jurnal ilmiah yang ketat. Fakta bahwa penelitian terkait jenis golongan darah menentukan resiko tertular tampaknya belum mempertimbangkan beberapa parameter lain yang mungkin bisa mengubah kesimpulan sepenuhnya. Selain itu, mereka tidak melihat efek apa pun di satu rumah sakit yang mereka analisis. Jadi penelitian ini terlalu spekulatif, dan data tidak kuat untuk membuat kesimpulan yang tegas. Orang-orang tidak perlu panik berdasarkan hasil penelitian ini.
    Dilansir dari laporan penelitian Christopher A. Latz dkk yang diterbitkan US National Library of Medicine National Institutes of Health, diketahui jika tidak ada hubungan jenis golongan darah dengan tingkat kerentanan terhadap covid-19. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara golongan darah ABO dengan tingkat keparahan COVID-19 ini mendapatkan temuan bahwa golongan darah ABO tidak memiliki korelasi dengan tes positif. 

    Kesimpulan


    Berdasarkan hasil pemeriksaan cekfakta TEMPO, klaim pesan berantai yang menyebutkan petunjuk dari pusat pengendalian penyakit Amerika Serikat (CDC USA) tentang bukti ilmiah terkini perihal penularan virus corona berdasarkan ruang dan jenis golongan darah, keliru. dr Erlina Burhan yang dicatut namanya dalam pesan berantai pun telah membantah pesan tersebut hasil tulisannya. 
    Klaim terkait risiko penularan berdasarkan tempat tertentu pun keliru, William Schaffner, seorang profesor penyakit menular di Vanderbilt University mengatakan virus corona lebih mudah ditransmisikan ketika berada di area tertutup, di mana hanya ada sedikit ventilasi atau ruang untuk aliran udara. Dalam ruang tertutup yang begitu rapat tanpa aliran udara yang kuat untuk waktu singkat, sangat mungkin akan terpapar.
    Termasuk klaim risiko penularan berdasarkan golongan darah. Sebab, Laporan Harvard Medical School menyebuktan, golongan darah tidak terkait dengan perburukan gejala yang parah pada orang yang dites positif COVID-19. Laporan

    Rujukan

  • (GFD-2021-8719) Keliru, Klaim Garam yang Dimasak Bisa Berubah Jadi Racun

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 09/08/2021

    Berita


    Sebuah pesan berantai tentang cara mengkonsumsi garam yang benar beredar di Whatsapp, Senin 9 Agustus 2021. Pesan tersebut berisi klaim bahwa garam yang dimasak bersama makanan akan mengubah garam menjadi racun/toksin.
    “Kesalahan kita (kebanyakan orang Indonesia) ialah kita memasak garam yaitu memasukkan garam kedalam masakan ketika masakan sedang MENDIDIH /  PANAS. Hal tersebut akan menyebabkan garam menjadi racun/ toksik. Jika garam dimasak dengan cara di atas, garam akan menyebabkannya ber-asid dan membahayakan kesehatan serta mengundang berbagai penyakit, selain itu kandungan yodium pada garam juga akan hilang dengan percuma. Ingat yodium sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh kita,” demikian sebagian isi dari pesan tersebut. 
    Selain itu, pesan berantai tersebut juga mengklaim bahwa garam mentah dapat mengobati asam lambung.  

    Hasil Cek Fakta


    Hasil penelusuran Tim Cek Fakta Tempo menunjukkan, bahwa pesan berantai yang mengklaim garam yang dimasak bersama makanan akan menyebabkan garam menjadi racun/toksin beredar sejak 2017. Sejumlah ahli menyebut bahwa klaim ini tidak berdasarkan fakta. Termasuk klaim soal garam bisa menyembuhkan penyakit asam lambung. 
    Tempo menemukan beberapa pemberitaan sejak 2017 yang membantah klaim tersebut. Situs Viva salah satunya, menerbitkan artikel berjudul Garam Dimasak Jadi Racun, Hoax atau Bukan? pada 4 Januari 2017. Isi artikel itu memuat wawancara dokter ahli gizi dr. Inge Permadhi yang menyatakan bahwa memasak garam tidak akan mengubahnya menjadi racun. 
    Pesan yang sama juga beredar di tahun 2018, seperti yang pernah dimuat oleh situs cekfakta.com berjudul [HOAKS] Garam Tidak Boleh Dimasak Karena Menjadi Racun edisi 7 Mei 2018.  
    Garam yang dimasak tidak menjadi racunDikutip dari situs kesehatan Hello Sehat, memasak garam tidak akan mengubah mineral ini menjadi racun karena kandungan garam terdiri dari beragam mineral. Mineral dalam makanan yang biasanya tidak dipengaruhi oleh proses memasak yakni kalsium, natrium, yodium, zat besi, zinc (seng), mangan, dan kromium.
    Beragam mineral tersebut tidak berubah menjadi racun atau zat berbahaya selama komposisi garam merupakan bahan yang aman alias tidak diberikan campuran tertentu oleh produsennya.
    Meski garam tidak berubah menjadi racun saat dimasak, akan tetapi para ahli kesehatan mengingatkan bahaya apabila mengkonsumsi garam secara berlebihan. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat atau FDA membatasi konsumsi garam atau natrium maksimal 2.300 miligram setiap hari.
    Konsumsi garam memang perlu dibatasi karena bisa berdampak pada kesehatan. Kebanyakan orang tahu bahwa efek kebanyakan garam adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi, tapi tak banyak yang menyadari bahwa ini juga bisa mempengaruhi kesehatan reproduksi.
    Garam tidak bisa mengobati asam lambungDekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr. Ari Fahrial Syam pernah menjelaskan bahwa mengonsumsi garam justru dapat menyebabkan pasien sakit maag akan kambuh. "Sudah banyak pasien korban yang tidak jelas dengan info ini," kata Ari Fahrial dalam artikel Tempo berjudul Jangan Percaya Isu Makan Garam Mentah Baik untuk Kesehatan, Ini Faktanya, edisi 26 Agustus 2020. 

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, klaim yang menyebut bahwa garam yang dimasak dapat menjadi racun adalah keliru. Demikian juga dengan klaim bahwa garam mentah dapat mengobati asam lambung. Menurut para ahli, garam yang dimasak bersama makanan tidak akan mengubah kandungan mineral yang dikandungnya. Meski demikian, mereka mengingatkan agar konsumsi garam tidak boleh berlebihan karena dapat mengganggu kesehatan. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat atau FDA membatasi konsumsi garam atau natrium maksimal 2.300 miligram setiap hari.
    Tim Cek Fakta Tempo

    Rujukan

  • (GFD-2021-8718) Keliru Klaim Video SBY Dalangi Aksi Mahasiswa Menolak Kebijakan PPKM

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 09/08/2021

    Berita


    Sebuah video berdurasi 10.05 menit memperlihatkan aksi mahasiswa diklaim sebagai aksi penolakan kebijakan PPKM yang didalangi mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono beredar di facebook. Video tersebut dibagikan dengan narasi bahwa mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi otak dibalik aksi mahasiswa yang menolak kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). SBY dianggap ikut mendanai aksi itu hingga Rp 190 triliun. 
    Di Facebook video tersebut dibagikan akun ini pada 27 Juli 2021 dengan menambahkan narasi “Berita Terkini ~ Ini Akan Terjadi,SBY Dalam Masalah B3sar,G4ra² D3m0 G4gal Dana 190 Triliun M3layang”.
    Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah disaksikan lebih dari 160 ribu kali tayangan online dan mendapat lebih dari 1600 komentar serta 5 ribu reaksi.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut dengan menggunakan tool InVid. Selanjutnya penelusuran dilakukan dengan menggunakan reverse image tools Google dan Yandex. Hasilnya, video di atas merupakan kumpulan sejumlah cuplikan video yang berbeda. Hasil penelusuran, beberapa bagian video aksi mahasiswa ini identik dengan video aksi mahasiswa pada Senin, 28 Oktober 2019. Saat itu aksi mahasiswa tersebut menuntut Presiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang (Perppu) sebagai langkah hukum membatalkan perubahan Undang Undang KPK yang sudah disahkan DPR.
    Aksi mahasiswa ini dilaporkan BBC Indonesia pada 29 Oktober 2019. Ada pula beberapa bagian video yang identik dengan aksi dalam rangka memperingati hari buruh pada 1 Mei 2019 yang dilakukan konfederasi serikat buruh seluruh indonesia.
    Dikutip dari liputan6.com, aksi penolakan PPKM yang dilakukan mahasiswa sepenuhnya adalah hoaks yang tidak sepenuhnya benar.  Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan masyarakat diminta untuk tidak mempercayai terkait aksi penolakan PPKM. Saat ini Polda Metro Jaya tengah memburu otak di balik penyebaran informasi di media sosial tentang seruan aksi nasional bertajuk 'Jokowi End Game'. Aksi demo yang dijadwalkan pada 24 Juli 2021 itu salah satunya untuk menolak kebijakan (PPKM).  
    Dilansir dari Suara.com, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Argo Yuwono mengatakan pihaknya tidak pernah memberikan izin untuk aksi apapun selama pandemi. Polisi akan menindak tegas pihak-pihak yang tetap melaksanakan aksi unjuk rasa. Khususnya jika aksi tersebut telah dianggap mengganggu ketertiban umum. 
    Menkopolhukam, Mahfud MD dalam satu siaran televisi nasional mengatakan aksi penolakan kebijakan PPKM merupakan aksi iseng yang dilakukan kelompok yang tidak murni. Kelompok ini tidak memiliki pengikut dan cenderung tidak ada yang menggerakan.  Pemerintah memilih tak akan mengambil langkah hukum untuk aksi ini. 
    Laporan Republika menyebutkan, salah satu akun yang menyebarluaskan informasi aksi serentak berhari-hari menolak kebijakan PPKM adalah @blokpolitikpelajar. Dalam unggahan akun tersebut, aksi diklaim berlangsung di wilayah Jakarta, Tangerang, Semarang, Bogor, Brebes, Sukoharjo, Bekasi, Kediri, Indramayu, Medan, Kudus, Padang, Surabaya, Samarinda, Banjarmasin, Pontianak dan Solo.
    SBY sendiri membantah tuduhan tersebut dan memilih diam. Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat, Andi Arief mengatakan diam dan tidak akan merespon tuduhan tersebut. SBY lebih memilih melakukan hal positif di tengah pandemi. 
     Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra juga ikut membantah keterlibatannya SBY dalam aksi mahasiswa menolak kebijakan PPKM. Pihaknya tidak akan mengambil pusing atas tuduhan tersebut. Demokrat memilih tak ambil pusing dengan fitnah yang dilancarkan para pendengung pendukung pemerintah. 

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, video dengan klaim aksi mahasiswa menolak kebijakan PPKM didalangi mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono, keliru. Menkopolhukam, Mahfud MD dalam satu siaran televisi nasional mengatakan, aksi penolakan kebijakan PPKM merupakan aksi iseng yang dilakukan kelompok yang tidak murni. Aksi ini tidak ada tokoh yang menggerakan dan mendanai. Polisi bahkan tidak pernah memberikan izin untuk aksi apapun selama pandemi. 
    TIM CEKFAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2021-8717) Keliru, Klaim Video Prabowo Resmi Gantikan Ma'ruf Amin Sebagai Wakil Presiden

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 05/08/2021

    Berita


    Sebuah video dengan thumbnail yang memperlihatkan Wakil Presiden Ma’ruf Amin bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan sejumlah pejabat negara di depan Istana Merdeka, beredar di media sosial. Video tersebut dibagikan dengan narasi bahwa Prabowo resmi gantikan Ma’ruf Amin jadi Wapres Jokowi.
    Di Facebook, video tersebut dibagikan akun ini pada 1 Agustus 2021. Akun ini pun menuliskan narasi, “AKHIRNYA TERJADI!! PRABOWO RESMI DUDUKI ISTANA, PRABOWO RESMI GANTIKAN MA'RUF AMIN JADI WAPRES JKW.”
    Pada Thumbnail video tersebut Wapres Ma’ruf Amin ditandai dengan lingkaran berwarna merah dan sebuah petunjuk berupa anak panah. Terlihat pula beberapa karangan bunga. Thumbnail tersebut disertai narasi, “ Prabowo Duduki Istana!!! Akhirnya Terjadi!! Prabowo Resmi Duduki Istana, Prabowo Resmi Gantikan Ma’ruf Amin Jadi Wapres JKW?”
    Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah disaksikan lebih dari 2.200 kali serta mendapat lebih dari 1.300 komentar. Apa benar ini video Prabowo resmi menggantikan Ma’ruf Amin sebagai Wakil Presiden?
    Tangkapan layar video dengan klaim Prabowo resmi gantikan Wakil Presiden ma'ruf Amin.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim video di atas, Tim Cek Fakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menggunakan tool InVid. Selanjutnya, gambar-gambar hasil fragmentasi ditelusuri jejak digitalnya dengan menggunakan reverse image tools Google dan Yandex.
    Hasilnya, dalam video berdurasi 8 menit 50 detik tersebut sama sekali tidak memperlihatkan adanya peristiwa saat Prabowo menggantikan Ma’ruf Amin sebagai Wakil Presiden.
    Video di atas hanya menampilkan cuplikan beberapa pidato Prabowo. sementara narasi yang dibacakan pengisi suara hanya mengutip pernyataan beberapa pengamat politik terkait isu Ma’ruf Amin akan mundur dari jabatannya sebagai Wapres.
    Video tersebut pernah diunggah ke Youtube oleh kanal Rahasia Politik pada 1 Agustus 2021 dengan judul, “AKHIRNYA TERJADI!! PRABOWO RESMI DUDUKI ISTANA, PRABOWO RESMI GANTIKAN MA'RUF AMIN JADI WAPRES JKW?”.
    Pada bagian awal video tersebut memperlihatkan cuplikan video Prabowo yang pernah diunggah ke Youtube oleh kanal chaly kriting pada 15 Mei 2019 dengan judul, “#Prabowosubianto #Pemilu2019 Prabowo Subianto bikin surat wasiat di keterangan”.
    Menurut kanal tersebut, Capres Prabowo Subianto berencana mengundang sejumlah ahli hukum ke kediamannya di Kertanegara, Jakarta Selatan malam ini. Dia menyebut akan membuat surat wasiat.
    Hal itu disampaikan Prabowo dalam simposium nasional tentang klaim kecurangan Pemilu 2019 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa, 14 Mei 2019. Ia tidak memerinci isi surat wasiat yang akan dibuatnya.
    "Saudara-saudara sekalian, setelah ini sore ini saya ke Kertanegara, akan saya kumpulkan ahli hukum. Saya akan buat surat wasiat saya," kata Prabowo.
    Video berikutnya menampilkan cuplikan pidato Menhan Prabowo saat meresmikan Patung Jendral Soedirman di Sleman Yogyakarta. Video yang identik pernah dimuat kanal Resmi CNN Indonesia pada 11 November 2019.
    Cuplikan video pidato Prabowo selanjutnya juga pernah dimuat ke Youtube oleh kanal Catatan Politik pada 25 Februari 2019 dengan judul, “Pidato Terbaru Prabowo Di Sumatera Utara, PESIMIS LAGI !!”.
    “Pidato Kontroversial Terbaru Prabowo Di Sumut : SAYA MELIHAT BANGSA INDONESIA DI UJUNG PUNAH,” bunyi keterangan kanal tersebut.
    Pada bagian berikutnya dari video di atas, pengisi suara membacakan narasi yang bersumber dari artikel yang dimuat situs Gelora.co pada 8 Juli 2021 dengan judul, “Ramai Isu Ma'ruf Amin Mundur dari Wapres RI, Prabowo Disebut Paling Tepat jadi Pengganti”.
    Pengisi suara membacakan kutipan dari pernyataan Direktur Rumah Politik Indonesia atau RPI, Fernando Emas yang mengatakan jika Ma'ruf tidak menunjukkan kesungguhannya dalam bekerja selama dua tahun menjabat sebagai wapres. Akibatnya, Presiden Joko Widodo terkesan menjalankan roda pemerintahan seorang diri.
    Catur mengatakan memang ada kemungkinan Ma'ruf Amin mundur sebelum masa jabatannya berakhir. Menurutnya, sosok yang paling tepat untuk menggantikan posisi Ma'ruf adalah Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto.
    Narasi berikutnya bersumber dari artikel yang dimuat situs wartaekonomi.co.id pada 7 Juli 2021 dengan judul, “Jika Ma'ruf Amin Lengser, Nama Prabowo Subianto Disebut-sebut…”
    Pengisi suara membacakan kutipan pernyataan dari peneliti Indonesia Political Opinion (IPO) Catur Nugroho yang menyebut jika Prabowo menjadi Wapres, akan cukup terasa kinerjanya.
    Catur lebih lanjut menjelaskan bahwa Prabowo memiliki jaringan luas yang menjadi salah satu keunggulannya. Dengan jaringan tersebut, kata dia, Prabowo akan sangat mungkin berpengaruh dalam menangani pandemi Covid-19.
    Kendati demikian, Catur mengaku bahwa kesempatan tersebut memang masih jauh, lantaran pengunduran diri Wapres tidak bisa segera dilakukan.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, video dengan klaim bahwa Menhan Prabowo Subianto resmi menggantikan Ma’ruf Amin sebagai Wakil Presiden RI, keliru. Video tersebut sama sekali tidak menampilkan maupun memuat pernyataan resmi pemerintah yang menyebutkan bahwa Prabowo menggantikan Ma’ruf Amin sebagai Wakil Presiden. Video tersebut hanya berisi cuplikan beberapa pidato Prabowo dan pernyataan beberapa pengamat politik terkait kinerja Ma’ruf Amin sebagai Wakil Presiden.
    TIM CEK FAKTA TEMPO

    Rujukan