• (GFD-2021-8728) Tidak Terbukti, Jejak Awan Putih yang Ditinggalkan Pesawat Merupakan Chemtrails

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 16/08/2021

    Berita

    Sebuah video berdurasi 59 detik yang memperlihatkan cuplikan video pesawat yang meninggalkan jejak berupa awan putih yang membentuk garis lurus beredar di media sosial. Video tersebut dibagikan dengan narasi bahwa asap putih yang keluar dari pesawat itu merupakan chemtrails atau senjata biologis.
    Di Facebook, video tersebut dibagikan akun ini pada 11 Agustus 2021. Akun inipun menuliskan narasi, “Terungkap sekitar 2 minggu yg lalu terlihat jelas pesawat mengeluarkan asap putih yang memang kerap sering kali melintas di langit Lombok.”
    Dalam video tersebut juga terdapat seseorang yang mengaku sebagai teknisi pesawat memberikan pendapatnya atas kejadian dalam video tersebut. berikut penjelasannya:
    “Pernah nggak liat asap putih keluar? Saya asli teknisi pesawat. Pesawat lewat di bawah 10.000 km tidak ada asap putih keluar dari mesin pesawat. Liat asap putih keluar pesawat itu senjata biologis. Biasanya pakai bom. Yang soft, itu bikin symptom-symptom seperti influenza, pas hujan mata perih, kuping ada bunyi, batuk pilek, gangguan paru-paru, anak demam berapa hari nggak tahu kenapa. 100 negara lebih korban dari senjata itu. Saya ada dokumentasi di Jakarta rekaman dari saya sendiri dua tahun” ujarnya dalam video itu.
    Selanjutnya, muncul tulisan berisi narasi bahwa Chemtrails bagian dari agenda depopulasi.
    “Apa itu Chemtrails? (Chemical Trails atau jejak kimiawi) adalah bahan kimia biologis yang sengaja disebar menggunakan pesawat pada ketinggian tertentu. Disinyalir sejumlah pesawat asing kerap menyebarkan Ethylene dibromide dan Abu micro fiber. Untuk operasi Geoengineering dan Project Cloverleaf (control populasi). Jika asap pesawat Chemtrails berubah menjadi awan, gangguan kesehatan akan terus berlanjut sampai awan tersebut hilang. Kandungan material dari Chemtrails tidak hanya membuat gangguan kesehatan manusia, tapi juga membuat tanaman dan binatang terganggu kesehatannya. Penyemprotan Chemtrails atau jejak kimiawi juga terjadi di Jakarta sejak tahun 2009, mengarah pada sejumlah bukti awal beberapa hari setelah penyemprotan. Dampaknya pada Agustus sampai September 2010 jumlah pasien dengan keluhan infeksi pernafasan di Jakarta melonjak naik hingga 400 persen,” tulis keterangan dalam video.
    Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah disaksikan sebanyak 113 kali dan mendapat 10 komentar. Apa benar jejak awan putih yang ditinggalkan pesawat merupakan chemtrails?

    sebar racun chemrail dari pesawat terbang
    racun chemrail
    chemrail
    Cheimtrail
    pesawat sebar chemtrail
    chemtriiils
    Hoax chemtrail
    Chemtrail disebar diudara

    Hasil Cek Fakta

    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo melakukan penelusuran berita terkait melalui sejumlah media kredibel. TNI Angkatan Udara menegaskan kalau narasi itu merupakan hoaks.
    "Mereka menyebar hoax, apalagi dikaitkan dengan pandemi dan PPKM Darurat, seolah-olah ini adalah bahan kimia yang disebar agar penduduk suatu wilayah terjangkit penyakit semua," tulis akun @_TNIAU pada Senin 19 Juli 2021.
    Berdasarkan arsip berita Tempo pada 21 Juli 2021, TNI Angkatan Udara menjelaskan bahwa jejak asap yang dimaksud adalah 'jalan' yang digunakan sebagai rute penerbangan.
    Tentang chemical trail alias jejak kimia yang dinarasikan disebarkan melalui pesawat udara, TNI AU tak menampik pernah ada motif seperti itu saat peperangan tapi saat ini sudah dinyatakan terlarang. Alasannya, korban bisa sangat luas dan menyasar warga sipil.
    Sedang yang tersisa digunakan saat ini beragam di antara fungsi pemadaman kebakaran, modifikasi cuaca atau hujan buatan, penyemprotan hama tanaman, dan pertunjukkan aerobatik. "Dan hal ini dilakukan pada altitude yang rendah, bukan pada altitude yang tinggi karena efeknya akan hilang tersapu angin."
    Di akhir penjelasannya, TNI Angkatan Udara berharap masyarakat tidak mudah terbawa arus disinformasi yang kadangkala sengaja disebarkan untuk membuat kekacauan.
    Dilansir dari Kompas.com, Kepala Dinas Penerbangan TNI Angkatan Udara (Kadispen AU) Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah menyebutkan, yang terjadi dalam video itu adalah condensation trail atau contrail. Indan menjelaskan, asap putih seperti awan yang terlihat di langit setelah pesawat lewat adalah hal yang biasa.
    Menurut dia, itu adalah jejak yang biasa ditinggalkan pesawat. “Kalau saya lihat video sampai dengan menit 2.30 video tersebut adalah hal biasa, pesawat meninggalkan jejak seperti terlihat di video,” ujar Indan saat dihubungi Kompas.com, Selasa (13/7/2021).
    Lebih jauh, ia menyebutkan, fenomena jejak putih itu dikenal dengan jejak kondensasi pesawat terbang atau disebut dengan condensation trail yang disingkat Contrail.
    “Ini merupakan hasil dari pengembunan udara dengan kadar air tinggi yang bergesekan dengan mesin pesawat. Ada juga yang menyebutnya dengan vapor trails tapi jika bentuknya mulai berpendar atau melebar seperti awan biasa juga disebut dengan aviaticus cloud,” ujar Indan.
    Ia menjelaskan, misi penerbangan dengan membawa bahan kimia, hanya untuk keperluan seperti: Misi TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca) pesawat membawa NaCl yang disebar di area berawan untuk membuat terjadinya hujan Misi pemadaman kebakaran suatu area Penyebaran pupuk atau anti hama untuk area perkebunan.
    Dikutip dari The Guardian, para ilmuwan dengan tegas menolak teori chemtrails yang mulai mendapatkan pengikut pada pertengahan 1990-an. Mereka menjelaskan, jejak pesawat yang terlihat adalah jejak kondensasi yang tidak berbahaya atau contrails yang terbentuk ketika knalpot mesin yang lembab mencapai suhu beku di ketinggian tinggi.
    Untuk melawan teori konspirasi, pada awalnya Angkatan Udara AS menampilkan penafian di situs webnya, yang menyatakan bahwa "hoax 'chemtrail' telah diselidiki dan dibantah oleh banyak universitas, organisasi ilmiah, dan publikasi media besar yang mapan dan terakreditasi".
    EPA menerbitkan pemberitahuan serupa di samping lembar fakta tentang contrails. Tapi ini belum cukup untuk mempengaruhi orang percaya, yang cenderung menganggap skeptis sebagai "sheeple" atau shills.
    Dilansir dari smithsonianmag, dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Research Letters, para ilmuwan ditanya apakah mereka pernah menemukan bukti yang mungkin dari program chemtrail pemerintah dalam penelitian mereka. Dari 77 ilmuwan, 76 mengatakan tidak.
    Mereka juga diperlihatkan foto-foto yang diduga mengandung chemtrails, tulis Sara Emerson di Motherboard. Setelah diperiksa, tidak ada peneliti yang melihat bukti bahwa jejak di foto berbeda dari jejak biasa.
    Akhirnya, mereka disajikan dengan analisis sampel dari sedimen kolam, salju dan udara yang menurut para kolektor terkontaminasi dengan jejak barium, aluminium, tembaga dan strontium dari chemtrails. Para peneliti mengatakan bahwa 80 hingga 89 persen sampel dapat dijelaskan oleh fenomena yang jauh lebih sederhana daripada chemtrails.
    Kegilaan cerita chemtrails kemungkinan berasal dari laporan tahun 1996 dari Angkatan Udara yang disebut "Cuaca sebagai Pengganda Kekuatan. Laporan itu membuat spekulasi bagaimana militer dapat mengembangkan teknologi modifikasi cuaca pada tahun 2025, lapor Annalee Newitz dan Adam Steiner di i09.
    Sebuah paten yang diajukan pada tahun 1991 untuk teknik penyemaian atmosfer bagian atas dengan partikel yang dapat memantulkan sinar matahari dan memperlambat pemanasan global juga menarik minat para ahli teori. Dikombinasikan dengan kisah-kisah anekdot tentang tanaman yang mati dan orang-orang yang sakit setelah pesawat meninggalkan jejak di atas rumah mereka, teori konspirasi bergabung dan berkembang di internet pada akhir 1990-an.
    Jadi, jika bukan program pemerintah, mengapa banyak orang mengaku melihat contrails semakin banyak? Emerson mengatakan contrails pesawat kemungkinan bertahan lebih lama dari biasanya karena perubahan teknologi mesin jet.
    Selain itu, peningkatan perjalanan udara selama beberapa dekade terakhir juga dapat memicu kepercayaan pada chemtrails, kata Caldeira, dan perubahan atmosfer akibat pemanasan global dapat menyebabkan awan buatan bertahan lebih lama dari biasanya.

    Kesimpulan

    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, video dengan klaim bahwa Jejak Awan Putih yang Ditinggalkan Pesawat Chemtrails tidak terbukti. TNI Angkatan Udara menegaskan klaim itu merupakan hoaks. Fenomena jejak putih itu dikenal dengan jejak kondensasi pesawat terbang atau disebut dengan condensation trail yang disingkat Contrail yakni pengembunan udara dengan kadar air tinggi yang bergesekan dengan mesin pesawat. Teori Konspirasi tentang Chemtrails telah beredar sejak 1990an. Sejumlah ilmuwan dengan tegas telah menolak teori Chemtrails.
    TIM CEK FAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2021-8727) Sebagian Benar, Harga Vaksin AstraZeneca Paling Murah karena Sarah Gilbert Menyerahkan Seluruh Hak Paten

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 16/08/2021

    Berita


    Pesan berantai yang mengklaim harga vaksin Astrazeneca paling murah karena Sarah Gilbert menyerahkan seluruh hak paten, beredar di Whatsapp dalam beberapa pekan terakhir. Sarah Gilbert adalah perempuan yang mendesain vaksin Covid-19 Oxford-Astrazeneca.
    “Mengapa vaksin Astrazeneca adalah yang termurah? Karena Sarah Gilbert menyerahkan seluruh hak patennya supaya kita tidak membayar upeti kepadanya,” demikian bunyi bagian awal pesan berantai tersebut.
    Selain itu, pesan tersebut juga memuat beberapa klaim berikut ini:

    Hasil Cek Fakta


    Klaim 1: Harga vaksin AZ paling murah, 2-3 USD, karena Sarah Gilbert menyerahkan seluruh hak paten
    Fakta: Harga vaksin AZ memang lebih murah dibanding vaksin mRNA seperti Pfizer dan Moderna. Akan tetapi harga vaksin AZ di sejumlah negara berbeda, antara US 2 dollar hingga US 13 dollar. Dikutip dari Dasbor Pasar Vaksin Unicef, harga vaksin AZ paling rendah sekitar US 2 dollar antara lain di Eropa dan India, sedangkan yang tertinggi sebesar US 13,27 dollar di Bangladesh, khusus untuk penjualan pribadi. 
    Perbandingan harga satu dosis vaksin Astrazeneca di beberapa negara. Sumber: Unicef Perbandingan harga satu dosis vaksin Astrazeneca di beberapa negara. Sumber: Unicef
    Harga vaksin AZ paling murah, bukan karena Sarah Gilbert menyerahkan seluruh hak paten. Menurut Health Desk, platform inisiatif dari organisasi nirlaba Meedan yang dikelola oleh sejumlah ahli di seluruh dunia, ada beberapa faktor mengapa harga vaksin AZ lebih murah dibandingkan vaksin mRNA:
    Vaksin ini sekarang banyak digunakan di seluruh dunia. Meskipun tetap menjadi salah satu vaksin yang paling murah, para kritikus mengklaim bahwa harga akan lebih murah dan lebih dapat diakses secara luas jika hak atas vaksin tersedia secara bebas untuk produsen mana pun seperti yang semula dimaksudkan oleh tim Oxford.
      
    Berbeda dengan AZ, vaksin mRNA seperti Pfizer dan Moderna menuntut persyaratan penyimpanan dingin dengan bahan kimia kompleks, es kering dan biaya transportasi lainnya sehingga menambah biaya vaksin mRNA.
    Selain itu, Direktur Global Media Relations Astrazeneca, Fiona Cookson, menjelaskan,  vaksin tersebut dimiliki oleh Universitas Oxford. Sementara AstraZeneca memiliki lisensi eksklusif untuk mengembangkan dan memproduksi vaksin secara global. 
    Untuk memenuhi komitmen terhadap akses yang luas dan adil serta mempercepat produksi vaksin, Astrazeneca menjalin transfer teknologi dengan 25 mitra di 15 negara. “Kami telah memungkinkan transfer teknologi ke lebih dari 25 mitra pemasok yang berbeda dari 15 negara di seluruh dunia,” tulis Fiona dalam email ke Tempo, 9 Agustus 2021. 
     
    Klaim 2: Penonton pertandingan tenis Wimbledon memberikan tepuk tangan meriah kepada Sarah Gilbert
    Fakta: Klaim ini benar. Akun Twitter Wimbledon, pada 28 Juni 2021 memuat video pembukaan pertandingan tenis Wimbledon di London yang berbeda dari biasanya. Pembukaan itu disertai dengan memberikan ucapan terima kasih pada pihak-pihak yang telah berperan penting dalam penanggulangan Covid-19. “Ada beberapa tamu istimewa yang hadir. Orang-orang yang memainkan peran penting dalam respons Inggris terhadap pandemi virus corona - mulai dari pekerja transportasi hingga staf medis di Layanan Kesehatan Nasional Inggris - telah diundang untuk duduk di royal box.
    Tepuk tangan meriah dari penonton berkumandang dan kamera menyorot sejumlah penonton yang duduk di kursi VVIP, salah satunya adalah Sarah Gilbert yang berbaju merah.  
    Klaim 3: Semua publisitas buruk untuk vaksin AZ karena harganya sangat murah
    Laporan tentang beberapa negara yang menghentikan vaksinasi dengan Astrazeneca pada Maret lalu, tidak terkait dengan harganya yang murah. Media Prancis, France24, melaporkan, beberapa negara mengambil keputusan untuk menghentikan vaksin AZ karena munculnya sejumlah kecil kasus pembekuan darah pada penerima vaksin, beberapa di antaranya berakibat fatal, meskipun saat itu belum jelas apakah pembekuan darah terkait dengan vaksin atau tidak. 
    Akan tetapi, beberapa negara Eropa melanjutkan kembali penggunaan vaksin AZ setelah European Medicines Agency (EMA) memberikan lampu hijau. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 19 Maret 2021, juga memberikan dukungan kuat pada vaksin AstraZeneca dan mendesak negara-negara untuk mempertahankan pemakaian vaksin tersebut setelah meninjau laporan kasus pembekuan darah.
    Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menjelaskan tentang manfaat vaksin Astrazeneca setelah para ahli keamanan vaksin WHO tidak menemukan peningkatan kondisi pembekuan yang terkait dengan suntikan AstraZeneca.
    "Data yang tersedia tidak menunjukkan peningkatan keseluruhan dalam kondisi pembekuan setelah pemberian vaksin Covid-19 Oxford-AstraZeneca. Kami mendesak negara-negara untuk terus menggunakan vaksin penting ini,” kata Tedros dalam konferensi pers. 

    Kesimpulan


    Dari hasil pemeriksaan fakta di atas, Tempo menyimpulkan, pesan berantai dengan klaim harga vaksin Astrazeneca paling murah karena Sarah Gilbert menyerahkan seluruh hak paten, sebagian benar. Harga vaksin AZ lebih murah dibandingkan beberapa jenis vaksin lain. Akan tetapi, mengapa harga vaksin AZ lebih murah bukan karena Sarah Gilbert menyerahkan seluruh hak paten. Melainkan karena pertama, Astrazeneca menjalin transfer teknologi dengan 25 mitra di 15 negara. Hak atas vaksin tersebut belum tersedia secara bebas untuk produsen mana pun. 
    Kedua, distribusi vaksin melalui skema COVAX untuk membantu negara-negara miskin dan berkembang. Serta ketiga, Vaksin AZ dibuat dengan Adenovirus yang rantai pasokannya lebih dulu ada dan sudah mapan. 
    Tim Cek Fakta Tempo
  • (GFD-2021-8726) Keliru, Terapi Uap Minyak Kayu Putih dan Serai Bisa Menghilangkan Sesak Napas Karena Virus

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 16/08/2021

    Berita


    Narasi yang mengklaim terapi pertolongan pertama sesak nafas karena virus beredar di Facebook. Klaim tersebut diunggah akun ini pada 23 Juli 2021 dengan menuliskan narasi : 
    “Terapi pertolongan pertama sesak nafas karena virus nganu....Siapkan panci kecil, air, serai dapur dan minyak kayu putih....Rebus serai dan tuangkan sedikit minyak kayu putih, hirup dalam dalam uap airnya yang beraroma serai dan minyak kayu putih.... lakukan berkali-kali, sampai sesak nafasnya terasa mulai plong....
    Lakukan terapi ini beberapa kali sehari....Terapi ini akan menghilangkan serangan sesak nafas karena nganu....
    Molekul air akan menambah kadar oksigenMolekul atsiri serai dan minyak kayu putih akan membunuh virus2 di permukaan dalam paru2 secara langsung... dan membantu atasi peradangan paru...Teknik ini untuk menambah oksigen dari molekul H2O dan memasukkan obat (atsiri serai dan minyak kayu putih)...
    Teknik memasukkan obat melalui uap air ke paru2 ini bisa juga dilakukan pada penderita asma yang sedang kumat....
    Insyaallah, tidak akan memerlukan ventilator asal rutin dan rajin terapi uapnya.... Sesak nafas akan cepat mereda.... Virus di paru2 akan mati....
    Demikian, boleh saudara sekalian share sebanyak-banyaknya dan lakukan sebagai pertolongan pertama bila mengalami kedaruratan sesak nafas karena nganu.... Semoga banyak yang tertolong.....Rakyat Indonesia kuat dan mampu mengatasi masalahnya sendiri…”
    Hingga artikel ini ditulis, telah mendapatkan 35 ribu kali respon, 963 komentar dan 4,2 ribu dibagikan.Lantas benarkan merebus sereh dan minyak kayu putih dan menghirupnya bisa menghilangkan sesak nafas karena virus?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memeriksa klaim diatas, Cek fakta Tempo mula-mula menelusuri informasi terkait sistem kerja virus pada tubuh manusia dan kandungan minyak kayu putih dan serai. Dikutip dari alodokter, Virus agen infeksi berukuran kecil yang hidup dan berkembang biak dengan cara menempel pada sel inang. Ketika virus masuk ke dalam tubuh manusia, mereka akan menyerang sel-sel di tubuh dan berusaha menguasai sel-sel tersebut serta berkembang biak di dalam sel. Virus bisa merusak, membunuh, dan mengubah sel dalam tubuh. Virus juga dapat memicu terjadinya suatu penyakit.
    Untuk virus corona, dikutip dari Halodoc, ketika masuk ke dalam tubuh manusia akan menempel pada dinding sel-sel saluran pernapasan dan paru-paru, lalu masuk ke dalamnya untuk berkembang biak di sana.  Proses tersebut akan terdeteksi oleh sistem kekebalan tubuh. Setelah itu, sistem kekebalan tubuh atau sistem imun akan bereaksi dengan cara mengirim sel darah putih dan membentuk antibodi untuk melawan dan membunuh virus tersebut. Ketika terjadi reaksi perlawanan tubuh terhadap virus Corona, akan muncul beberapa gejala, misalnya demam. Gejala ini biasanya akan muncul dalam waktu 2–14 hari setelah terpapar virus Corona. Pada sebagian orang yang terinfeksi virus Corona, reaksi sistem imun tubuh akan berhasil melawan virus tersebut, sehingga gejalanya mereda dan orang tersebut sembuh dengan sendirinya.
    Sementara minyak kayu putih merupakan tanaman yang berasal dari Australia. Dalam bahasa latin tanaman ini dikenal dengan nama eucalyptus atau kayu putih. Berdasarkan arsip pemberitaan Tempo pada 14 Mei 2020, tanaman ini memiliki senyawa eucalyptol atau 1,8-cineole yang menjadi komponen kunci dari potensi antivirus Corona yang dimiliki ekaliptus (Eucalyptus sp.). 
    Senyawa tersebut telah diuji di laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian dan menunjukkan kemampuan membunuh sekitar 80 persen virus, termasuk virus Corona. Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry, menerangkan bahwa proses uji diawali dengan mencari kecocokan antara bahan aktif dan potensi membunuh virus dari sekian banyak minyak atsiri yang ada.
    Proses uji ini dilakukan dengan cara penambatan molekul atau molecular docking melalui metode komputasi. "Dari sekian banyak minyak atsiri, salah satunya adalah minyak atsiri Eucalyptus yang di dunia ada 700 spesies," katanya seperti dikutip dari Tempo pada 11 Mei 2020.
    Proses uji mencari kecocokan melalui molecular docking itu dilanjutkan dengan uji in vitro di laboratorium Biosafety Level 3 (BSL-3). Senyawa aktif Eucalyptus bisa membunuh sekitar 80 persen virus seperti yang sudah diumumkannya beberapa hari sebelumnya.
    Pada 5 Mei 2020, Kepala Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) Kementerian Pertanian, Evi Safitri, memang menyatakan, "Hasil uji in vitro, 60-80 persen virusnya mati. Tapi memang virusnya bukan (penyebab) Covid-19, kami coba ke virus Corona lain." Evi menerangkan, molecular docking adalah metode komputasi yang bertujuan meniru peristiwa interaksi suatu molekul ligan dengan protein yang menjadi targetnya pada uji in vitro.
    Dikutip dari Kompas, meski memiliki zat aktif yang bersifat anti bakteri, anti virus, dan anti jamur, namun minyak kayu putih belum sepenuhnya terbukti untuk membunuh virus corona. Inggrid Tania, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), mengatakan eucalyptus memang memiliki sejumlah zat aktif yang bersifat anti bakteri, anti virus, dan anti jamur. "Memang pernah ada penelitian eucalyptus efektif untuk membunuh virus betacorona, tetapi bukan virusnya Covid-19, SARS-CoV-2," kata dr Inggrid. 
    Ada penelitian bioinformatika tentang zat aktif eucalyptus terhadap virus SARS-CoV-2. Kendati demikian, penelitian ini hanya berupa molekular docking atau simulasi di komputer. Simulasi tersebut dilakukan dengan menyamakan molekul zat aktif pada eucalyptus dengan molekul protein virus SARS-CoV-2. "Memang kalau dari penelitian bioinformatika itu ada kecocokan dan bisa dijadikan kandidat (obat antivirus). Tetapi kalau disebut sebagai obat antivirus Covid-19, belum bisa," ujar Inggrid. 
    Dalam laman resmi Universitas Gadjah Mada, Dosen Fakultas Kehutanan UGM, Rini Pujiarti., mengungkapkan klaim bahwa eucalyptus dapat membunuh virus Corona tidak bisa sepenuhnya dipercaya.Dikutip dari Jurnal-elektronik Universitas Atmajaya Jogjakarta, tanaman serai atau Cymbopogon citratus DC sendiri merupakan tumbuhan yang masuk ke dalam famili rumput-rumputan atau Poaceae. Tanaman ini dikenal dengan istilah Lemongrass karena memiliki bau yang kuat seperti lemon, sering ditemukan tumbuh alami di negara-negara tropis.
    Tanaman serai mampu tumbuh sampai 1-1,5 m panjang daunnya mencapai 70-80 cm dan lebarnya 2-5 cm, berwarna hijau muda, kasar, dan mempunyai aroma yang kuat. Tanaman serai dengan genus Cymbopogon meliputi hampir 80 spesies, tetapi hanya beberapa jenis yang menghasilkan minyak atsiri. 
    Kandungan kimia yang terdapat di dalam tanaman serai antara lain pada daun serai dapur mengandung 0,4 persen minyak atsiri. Senyawa utama penyusun minyak serai adalah sitronelal, sitronelol, dan geraniol. Gabungan ketiga komponen utama minyak serai dikenal sebagai total senyawa yang dapat deasetilasi. Ketiga komponen ini menentukan intensitas bau harum, nilai, dan harga minyak serai. 
     Dilansir Kompas, Meski kandungan vitamin dalam serai relatif kecil namun serai mengandung berbagai mineral yang membantu dalam pengobatan medis. Serai umumnya dimanfaatkan dengan cara diolah menjadi minyak untuk mengobati sakit kepala dan nyeri muskuloskeletal. Ekstrak minyak sereh dimanfaatkan sebagai aromaterapi untuk mengobati nyeri otot, infeksi, pilek, atau gejala flu. Selain itu, daun serai juga bisa digunakan untuk mengobati penyakit berikut: hipertensi epilepsi sakit perut rematik kelelahan antiseptik batuk rematik demam diabetes
    Sementara berdasarkan arsip berita Tempo pada 29 Maret 2020, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Eka Ginanjar, membantah bahwa menghirup uap air panas bisa mematikan virus Corona Covid-19.Eka pun menilai tindakan tersebut tidak bermanfaat. "Karena virus ini ada di dalam sel tubuh walau masuknya memang secara droplet lewat sistem pernafasan," ujar Eka saat dihubungi Tempo pada Minggu, 29 Maret 2020.
    Menurut dokter spesialis penyakit dalam atau internis ini, belum ada penelitian kesehatan yang resmi yang bisa membuktikan apakah menghirup uap air panas dapat membunuh virus Corona. Sampai saat ini pun, belum ada metode yang resmi untuk melakukan penelitian tersebut.
    Eka justru khawatir masyarakat salah paham, mengira tips yang beredar di media sosial tersebut efektif. Hal itu menyebabkan masyarakat tidak lagi melakukan hal yang penting untuk mencegah penularan virus Corona, yaitu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau dengan hand sanitizer.
    Artikel cek fakta AFP yang berisi verifikasi atas klaim bahwa uap air panas bisa membunuh virus Corona Covid-19 pun memaparkan hal serupa. Para ahli yang diwawancarai AFP mengatakan bahwa hal

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim terapi uap minyak kayu putih dan serai bisa menghilangkan sesak nafas karena virus, keliru. Sekretaris Jenderal Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Eka Ginanjar, membantah bahwa menghirup uap air panas bisa mematikan virus.
    Organisasi Kesehatan Dunia bahkan menegaskan cara yang paling efektif untuk melindungi diri dari Covid-19 adalah rajin membersihkan tangan dengan sabun dan air atau pembersih berbasis alkohol, menjaga jarak setidaknya 1 meter dari orang yang batuk atau bersin, tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut, menutup mulut saat batuk dengan siku yang terlipat atau tisu, serta mengisolasi diri jika merasa tidak sehat.
    Bagi mereka yang terinfeksi hanya perlu mendapatkan perawatan untuk meredakan gejala. Sementara mereka yang memiliki gejala lebih serius harus dibawa ke rumah sakit.
    TIM CEKFAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2021-8725) Keliru, Klaim Megawati Mundur dari PDIP dan Menunjuk Jokowi Jadi Ketua Umum

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 13/08/2021

    Berita


    Sebuah video disertai klaim bahwa Megawati Soekarnoputri mundur dari PDIP beredar di media sosial. Video tersebut dibagikan dengan narasi bahwa Megawati Mundur dari PDIP dan menunjuk Jokowi sebagai ketua umum.
    Di Facebook, video tersebut dibagikan akun ini pada 7 Agustus 2021. Akun inipun menuliskan narasi, “Mundur Dari PDIP ! Megawati Tunjuk Jokowi Gantikan Jadi Ketua Umum PDIP.”
    Hingga artikel ini dimuat, video berdurasi 10 menit tersebut telah mendapat 172 komentar dan dibagikan sebanyak 190 ribu kali.
    Apa benar ini video Megawati mundur dari PDIP dan menunjuk Jokowi sebagai ketua umum?
    Tangkapan layar video yang diklaim sebagai video Megawati mundur dari PDIP

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim Cek Fakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut dengan menggunkan tool InVid. Selanjutnya, gambar-gambar ditelusuri jejak digitalnya dengan menggunakan reverse image Google dan Yandex. Hasilnya, video di atas hanya berisi cuplikan beberapa pernyataan Megawati dalam sejumlah forum. Tidak ada sama sekali pernyataan Megawati yang menyebut dirinya mundur dari PDIP.
    Video yang identik pernah diunggah ke Youtube oleh kanal POLITIK NUSANTARA pada 6 Agustus 2021 dengan judul, “Berita Terkini ~ Mundur Dari PDIP ! Megawati Tunjuk Jokowi Gantikan Jadi Ketua Umum PDIP.”
    Video di atas dimulai dengan gambar tangkapan layar Megawati pada Pelatihan Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami sekaligus peluncuran Bagunan PDI Perjuangan. Videonya pernah diunggah ke Youtube oleh kanal PDI Perjuangan pada 4 Agustus 2021 dengan judul, “PELATIHAN MITIGASI BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI - BAGUNA DPP PDI PERJUANGAN RABU, 4 AGUSTUS 2021.”
    Video selanjutnya merupakan cuplikan dari pidato Megawati saat peringatan HUT ke-44 PDI Perjuangan. Video yang identik pernah diunggah ke Youtube oleh kanal BeritaSatu pada 10 Januari 2017 dengan judul, “Sambutan Megawati di HUT ke-44 PDI Perjuangan.”
    Cuplikan selanjutnya identik dengan video yang pernah diunggah ke Youtube oleh kanal PDI Perjuangan pada 30 Mei 2021 dengan judul, “Peresmian Kantor PDI Perjuangan, Tingkat DPD, DPC dan PAC.”
    Terdapat pula cuplikan video pidato Presiden Jokowi pada Global Healt Summit 2021. Video yang identik pernah diunggah ke Youtube oleh kanal Sekretriat Presiden pada 21 Mei 2021 dengan judul, “Pidato Presiden Jokowi untuk Global Health Summit, 21 Mei 2021.”
    Video di atas juga disertai narasi yang dibacakan pengisi suara. Narasi tersebut bersumber dari tiga situs berbeda.
    Pada bagian awal naskah video yang dibacakan pengisi suara bersumber dari situs seword.com yang diunggah pada 4 Agustus 2021 dengan judul, ”Lelah, Megawati Siap Mundur, Pengganti: Prananda, Puan atau Jokowi?”
    Selanjutnya, pengisi suara juga mengutip artikel yang dimuat situs beritasatu.com yang dimuat pada 25 Februari 2021 dengan judul, “Pengamat: Berkat Jokowi Effect, Elektabilitas PDIP Makin Naik.”
    Berikut Kutipannya:
    "Membaca hasil survei dan melihat elektabilitas PDIP cenderung naik, membuat saya terkejut. Pasalnya, serangan ke partai ini datang bertubi-tubi akhir-akhir ini. Sang banteng dijadikan target," ujar pengamat politik dan pegiat media sosial, Kajitow Elkayeni.
    Menurut pengamatannya dari sisi intensitas serangan yang bermain di kubangan ini bukan main-main. Framing yang biasanya disasarkan ke Joko Widodo, kali ini merembet ke partai moncong putih.
    Dia pun mengungkapkan, serangan tersebut dalam upaya membusukkan PDIP dengan menyeret para pentolan seperti Herman Hery dan istilah ‘Madam' dalam kasus bansos adalah upaya sistematis untuk menghancurkan kredibilitas PDIP.
    "Namun yang mengejutkan, upaya untuk meredupkan pamor PDIP melalui kasus korupsi bansos, ternyata sia-sia. PDIP menjadi satu-satunya partai yang justru mengalami kenaikan elektabilitasnya," jelasnya.
    Diketahui, hasil survei Parameter menunjukkan bahwa PDIP memiliki elektabilitas tertinggi dibanding partai politik lainnya yaitu 25,1 persen. Sementara Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan elektabilitas PDIP sebagai partai teratas dengan 20,1 persen. Bahkan jika dilakukan semi terbuka, PDIP masih diposisi pertama 24,5 persen. Survei LSI juga menunjukkan PDIP paling dekat dengan rakyat sebesar 35,4 persen.
    Kemudian pada bagian akhir, naskah yang dibacakan pengisi suara mengutip artikel yang bersumber dari situs pikiranrakyat.com yang dimuat pada 19 Maret 2021 dengan judul, “Jokowi Disebut Pantas Jadi Ketum PDIP, Bang Arief: Apa Megawati Rela Dipimpin di Luar Trah Soekarno?”
    Berikut kutipannya:
    Seiring dengan isu tersebut, kini muncul isu yang menyebut jika Presiden Jokowi yang nantinya sudah tidak menjabat menjadi Presiden, akan menjadi Ketua Umum PDIP.
    “Muncul lagi satu isu tentang kemungkinan Pak Jokowi menggantikan MegawatiSoekarnoputri sebagai Ketua Umum PDIP” ujar Bang Arief.
    “Ini yang menarik namun kita lihat nanti apakah Ibu Mega (Megawati) rela kepemimpinan partai merah ini di luar trah Soekarno,” lanjut Bang Arief.
    Pernyataan Bang Arief tersebut menanggapi sebuah pemberitaan mengenai pernyataan Pengamat Politik Wempy Hadir.
    Pengamat Politik Wempy Hadir menuturkan bahwa Jokowi sangat cocok menggantikan posisi Megawati menjadi Ketua Umum PDIP.
    Terlebih, jika Presiden Jokowi sudah tidak menjabat menjadi Presiden kembali, Bang Arief menuturkan bahwa tidak mungkin Jokowi kembali membuka meubel kembali di Solo.
    Meskipun begitu, Bang Arief melihat keadaan saat ini di mana Presiden Jokowi tidak selalu beriringan dan satu pendapat dengan Megawati.
    Menurutnya, hal itu mungkin saja Megawati akan menyerahkan partainya kepada trah Soekarno kembali, yaitu anak-anaknya.

    Kesimpulan


    Berdasarkan penelusuran fakta Tempo, video disertai narasi bahwa Megawati mundur dari PDIP dan menunjuk Jokowi sebagai ketua umum keliru. Tak ada sama sekali pernyataan Megawati yang menyebut dirinya mundur dari PDIP dan menunjuk Jokowi sebagai ketua umum. Video di atas hanya berisi cuplikan beberapa kegiatan Megawati dan Jokowi disertai opini dan pernyataan sejumlah pengamat politik.
    TIM CEK FAKTA TEMPO

    Rujukan