• (GFD-2021-8824) Menyesatkan, Video Gempa Bumi di Jambi pada 29 November 2021

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 01/12/2021

    Berita


    Sebuah video hasil rekaman CCTV yang memperlihatkan suasana kepanikan disebuah warung internet beredar di media sosial. Video tersebut dibagikan dengan narasi bahwa Jambi gempa dahsyat hari ini.
    Di Youtube video tersebut dibagikan kanal ini pada 29 November 2021 dengan judul, “ Sumatera Terbelah!! Jambi Gempa Dahsyat Hari Ini, Warga Berhamburan.”
    Berikut narasi lengkapnya:
    “Gempa Jambi Hari Ini. Gempa banyuasin. Gempa bumi dengan magnitudo 4.7 yang ikut dirasakan di Kota Jambi, terjadi Selasa (29/11/2021) pukul 16.07 WIB. Warga Kota Jambi yang merasakan getaran gempa ini banyak yang berhampuran ke luar dari rumah. Demikian juga pekerja di kantor, tidak sedikit yang keluar dari gedung untuk menghindari kemungkinan negatif.”
    Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah disaksikan lebih dari 25.500 kali dan mendapat 25 komentar. Apa benar ini rekaman video gempa di Jambi pada 29 November 2021?
    Tangkapan layar unggahan video yang diklaim sebagai Video Gempa Bumi di Jambi pada 29 November 2021

    Hasil Cek Fakta


    Video tersebut merupakan rekaman peristiwa gempa di Pidie Jaya, Aceh, pada 25 Februari 2017.
    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut dengan menggunakan tool InVid. Selanjutnya gambar-gambar hasil fragmentasi ditelusuri jejak digitalnya dengan menggunakan reverse image tools Google dan Yandex.
    Video yang identik dengan kualitas yang lebih baik pernah diunggah ke Youtube oleh kanal Khalikul Lc pada 25 Februari 2017 dengan judul, “ Gempa Bumi Pidie Jaya Aceh Terekam CCTV.
    Video identik lainnya juga pernah diunggah ke Youtube oleh kanal BUKIT Tuber pada 11 Januari 2018 dengan judul, “ Rekaman CCTV Gempa Di Indonesia 2017.”
    Dalam video rekaman CCTV tersebut terlihat dengan jelas catatan waktu peristiwa gempa yakni 2017-02-25.
    Dilansir dari  Detik.com, gempa berkekuatan 4,5 skala Richter mengguncang Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh pada 25 Februari 2017.
    Titik pusat gempa berada di 5,14 LU 96,22 BT dan berjarak 18 kilometer barat laut Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya. Belum ada informasi terkait kerusakan dan korban yang ditimbulkan gempa ini.
    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, pada Sabtu, (25/2/2017) gempa terjadi pukul 15.01 WIB. Pusat gempa berada pada kedalaman 10 kilometer.
    Dikutip dari  Serambinews.com, menyusul terjadinya gempa bumi, Sabtu (25/2) sekitar pukul 15.20 WIB, warga  Pidie Jaya (Pijay) kembali tersentak. Mereka yang berada dalam rumah, pertokoan atau sejenisnya berhamburan keluar untuk menghindari hal-hal yang tak diingini.
    Kendati guncangannya tidak seberapa dan berlangsung dalam waktu relatif singkat (hanya beberapa detik), namun cukup membuat warga terkejut.
    Terlebih lagi mereka yang saat kejadian kebetulan sedang dalam pertokoan atau rumah berkontruksi permanen serta bertingkat.
    Begitu merasakan guncangan, spontan terkejut dan berucap, “gempa, gempa,” ucap sejumlah warga sambil berlarian keluar.
    Setelah kondisinya terlihat aman, warga pun kembali beraktivitas, walau sebagian mereka kelihatan agak pucat dan trauma.
    Berdasarkan arsip berita Tempo, gempa dengan kekuatan 4,7 Magnitudo mengguncang timur laut Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan pada pukul 16.07 WIB.
    "Gempa yang terjadi di 54 kilometer Timur Laut Musi Banyuasin tersebut terjadi di kedalaman 10 kilometer," ujar Kepala Stasiun  BMKG  Jambi Ibnu Sulistyono, Senin, 29 November 2021.
    "Hingga saat ini belum ada laporan adanya kerusakan akibat gempa tersebut," tutur Ibnu Sulistyono.
    Dampak gempa yang terjadi di Timur Laut  Musi Banyuasin  tidak dirasakan di wilayah Provinsi Jambi. Meskipun jarak antara Timur Laut Musi Banyuasin tersebut lebih dekat ke Ibu Kota Provinsi Jambi dari pada ke Ibu Kota Provinsi Sumatera Selatan.
    Dikutip dari Merdeka.com, gempa yang terjadi tersebut merupakan  gempa dangkal. Tepatnya terjadi pada lokasi 2.28 Lintang Selatan dan 104.14 Bujur Timur. Gempa tersebut terjadi akibat aktivitas sesar lokal di Timur Laut Banyu Asin Provinsi Sumatera Selatan.
    Gempa dirasakan oleh masyarakat sekitar 2 mmi, di mana guncangan gempa seperti guncangan kendaraan dengan beban yang cukup berat saat melintas.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, video yang diklaim sebagai rekaman peristiwa gempa bumi di Jambi pada 25 November 2021 menyesatkan. Rekaman CCTV video tersebut merupakan peristiwa gempa bumi di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, pada 25 Februari 2017.
    Menurut Kepala Stasiun  BMKG  Jambi Ibnu Sulistyono, gempa bumi memang terjadi pada 29 November 2021 di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, pada pukul 16.07 WIB. Meskipun titik gempa lebih dekat dengan Jambi, namun dampak gempa tidak dirasakan warga Jambi.
    TIM CEK FAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2021-8823) Keliru, Dokter Asal Malaysia Dr. Chai Koh Meow Meninggal setelah Mendapat Vaksin Booster Pfizer

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 01/12/2021

    Berita


    Narasi tentang seorang dokter Malaysia Dr. Chai Koh Meow yang meninggal karena vaksin booster mRNA, beredar di Facebook, 23 November 2021. Narasi ini mengambil sumber dari situs berbahasa Mandarin, sinchew.com. 
    Unggahan itu menulis bahwa Chai Koh Meow meninggal setelah menerima vaksin booster Pfizer, untuk melengkapi vaksin pertamanya yang menggunakan Sinovac. 
    “Seorang dokter Malaysia berusia 58 tahun, Dr. Chai Koh Meow, deputi direktur Departemen Kesehatan Malaysia, menerima suntikan vaksin booster Covid buatan Pfizer hari Selasa yang lalu, sebagai tambahan ke atas vaksin Sinovac yang diterimanya terdahulu, meninggal dunia setelah mengalami gejala-gejala tubuh menjadi tidak nyaman seperti demam (colds) dan rasa sakit (soreness),” demikian isi narasi tersebut. 
    Tangkapan layar unggahan dengan klaim dokter Malaysia Dr. Chai Koh Meow meninggal setelah mendapat vaksin booster Pfizer

    Hasil Cek Fakta


    Otoritas Malaysia telah memberikan penjelasan atas meninggalnya senior Asisten Direktur Utama Kementerian Kesehatan, Dr. Chai Koh Meow. Menurut Direktur Umum Kesehatan Tan Sri, Noor Hisham Abdullah, Chai Koh menerima vaksin booster Covid-19 pada 9 November 2021. Setelah suntikan vaksin tersebut, tidak ada laporan dia mengalami efek samping serius. 
    “Dia tetap menjalankan tugas hingga 16 November 2021,” kata Noor Hisham, dikutip dari kantor berita Malaysia, Bernama, edisi 18 November 2021.
    Otoritas Kesehatan Malaysia kemudian melakukan post-mortem terhadap jenazah Chai Koh. Dikutip dari New Straits Times 26 November 2021, hasil post-mortem itu menunjukkan bahwa Dr. Chai meninggal karena gagal jantung, bukan efek vaksin Covid-19 seperti spekulasi yang beredar di media sosial.
    Post-mortem adalah data-data fisik yang diperoleh melalui identifikasi personal setelah korban meninggal. 
    “Berdasarkan laporan post-mortem, Dr Chai meninggal karena hemoperikardium karena penyakit arteri koroner dan infark miokard,” kata Noor Hisham. 
    Noor juga menyatakan, "Kami ingin menyampaikan belasungkawa kepada keluarga mendiang Dr Chai dan berterima kasih kepada saudaranya karena mengizinkan kami membagikan hasil post-mortem (dengan publik).
    Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin mengatakan dia berharap klarifikasi itu bisa mengakhiri spekulasi tentang kematian Dr Chai.
    Dia mengatakan tidak ada hubungan langsung antara vaksin Covid-19 dan kematian berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh kementerian. “Kami pasti akan membagikan temuan, jika ada kasus kematian terkait dengan vaksin,” katanya. 
    "Kami berharap dengan (penjelasan) ini, kami dapat menghentikan spekulasi apa pun dan mendesak masyarakat untuk menggunakan dosis booster (untuk meningkatkan cakupan kekebalan)," katanya, seraya menambahkan bahwa penelitian juga menemukan bahwa manfaat vaksin lebih besar daripada risikonya.

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, klaim yang menyebut seorang dokter Malaysia Dr. Chai Koh Meow yang meninggal karena vaksin booster mRNA, adalah keliru. Berdasarkan hasil post-mortem Kementerian Kesehatan Malaysia, diketahui bahwa Dr. Chai meninggal karena gagal jantung.
    Tim Cek Fakta Tempo
  • (GFD-2021-8822) Keliru, 2.620 Bayi Meninggal setelah Mendapatkan Vaksin Covid-19

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 29/11/2021

    Berita


    Informasi yang menyebut 2.620 bayi meninggal setelah mendapatkan vaksin Covid-19, menyebar di Twitter pada 26 November 2021. Salah satu akun membagikannya berupa tangkapan layar situs dengan artikel berbahasa Inggris dengan judul “2.620 babies dead after vaccination and reports of terrible side effects”. 
    Artikel itu memuat dua foto bayi, yang salah satunya terlihat mengalami ruam di sekujur tubuh. Pada bagian isi, terdapat penjelasan bahwa jumlah 2.620 tersebut adalah kasus keguguran yang dicatatkan dalam Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) atau  Sistem Pelaporan Kejadian Tidak Diinginkan Vaksin milik Pemerintah Amerika Serikat. 
    Artikel tersebut telah dibagikan 52 kali di saat munculnya tagar untuk setop paksaan vaksin Covid-19 di Twitter pada pekan lalu. 
    Tangkapan layar unggahan dengan klaim 2.620 Bayi Meninggal setelah Mendapatkan Vaksin Covid-19

    Hasil Cek Fakta


    Hasil pemeriksaan fakta Tempo menunjukkan, tidak ada bukti yang menyatakan bahwa vaksin Covid-19 telah menyebabkan 2.620 bayi meninggal di Amerika Serikat karena vaksin Covid-19.  
    Tempo menelusuri situs VAERS dan tidak menemukan keterangan terkait sebanyak 2.620 bayi meninggal setelah mendapatkan vaksin Covid-19. Data yang tertera di situs VAERS, menyebutkan bahwa 2.620 adalah akumulasi dari kasus keguguran (aborsi) dini, aborsi spontan, kematian janin, dan kematian bayi prematur.  
    Akan tetapi Pemerintah Amerika Serikat memberikan disclaimer bahwa laporan VAERS tidak dapat digunakan untuk menentukan apakah vaksin menyebabkan atau berkontribusi pada kejadian atau penyakit yang merugikan. Sebab, semua pihak --termasuk penyedia layanan kesehatan, produsen vaksin, dan masyarakat dapat mengirimkan laporan ke sistem. 
    Dengan sistem pelaporan yang terbuka, memberikan potensi adanya informasi yang tidak lengkap, tidak akurat, kebetulan, atau tidak dapat diverifikasi. Sebagian besar, laporan ke VAERS bersifat sukarela, yang berarti bahwa laporan tersebut bias. Ini menciptakan batasan khusus tentang bagaimana data dapat digunakan secara ilmiah.  
    Dikutip dari Associated Press, VAERS sering disalahartikan oleh para pendukung anti-vaksin, dan distribusi vaksin COVID-19 telah membawa lebih banyak perhatian ke sistem pengawasan. 
    Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat pada 11 Agustus 2021, telah menerbitkan laporan vaksin Covid-19 aman untuk perempuan hamil. 
    Menurut CDC, tim analis mereka tidak menemukan peningkatan risiko keguguran pada 2.500 wanita hamil (berusia sebelum 20 minggu kehamilan) yang menerima vaksin Covid-19 berbasis mRNA . Angka keguguran secara umum terjadi sekitar 11-16 persen kehamilan, tidak berbeda dengan tingkat keguguran setelah menerima vaksin Covid-19 sekitar 13 persen.  
     “CDC mendorong semua orang hamil atau orang yang berpikir untuk hamil dan mereka yang menyusui untuk mendapatkan vaksinasi untuk melindungi diri dari COVID-19,” kata Direktur CDC Dr. Rochelle Walensky. 
    “Vaksin aman dan efektif, dan tidak pernah lebih mendesak untuk meningkatkan vaksinasi karena kita menghadapi varian Delta yang sangat menular dan melihat tingkat keparahan yang terjadi di antara orang hamil yang tidak divaksinasi.” 

    Kesimpulan


    Dari hasil pemeriksaan fakta di atas, Tempo menyimpulkan klaim bahwa 2.620 bayi meninggal setelah mendapatkan vaksin Covid-19 adalah keliru. Sumber angka 2.620 ini berasal dari angka berbagai jenis keguguran dan kelahiran prematur yang dicatatkan dalam Sistem Pelaporan Kejadian Tidak Diinginkan Vaksin milik Pemerintah Amerika Serikat (VAERS). 
    Namun pemerintah Amerika Serikat sendiri memberikan disclaimer bahwa data VAERS tidak dapat digunakan untuk menentukan apakah vaksin menyebabkan atau berkontribusi pada kejadian atau penyakit tertentu. Sebab, semua pihak --termasuk penyedia layanan kesehatan, produsen vaksin, dan masyarakat dapat mengirimkan laporan ke sistem. 
    Dengan sistem pelaporan yang terbuka, memberikan potensi adanya informasi yang tidak lengkap, tidak akurat, kebetulan, atau tidak dapat diverifikasi. Sementara CDC telah merilis laporan bahwa vaksin Covid-19 aman digunakan untuk perempuan hamil. 
    Tim Cek Fakta Tempo
  • (GFD-2021-8821) Tidak Terbukti, Ini Wanita Tertua di Dunia Berusia 210 Tahun

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 24/11/2021

    Berita


    Foto seorang wanita dengan wajah dipenuhi keriput beredar di media sosial. Foto itu dibagikan dengan klaim bahwa wanita tersebut berasal dari Pakistan dan merupakan wanita tertua di dunia berusia 210 tahun.
    Di Facebook, foto tersebut dibagikan akun ini pada 5 Oktober 2021. Berikut narasi lengkapnya:
    “Wanita tertua di dunia berusia 210 tahun berulang tahun. Wanita ini berasal dari Pakistan dan diketahui publik dan langsung tersebar keseluruh dunia. Setelah diwawancara oleh wartawan setempat rahasianya cuma selalu berpikir positif tetap tenang,tdk mau ada perasaan Irih,dengki dan dendam,maka hadiahnya adalah umur panjang dari yg empunya kehidupan. Kita tidak bisa ber bicara banyak terkecuali terkejut jika demikian tahun berapa kah ia lahir ? Tahun 1811 bayang kan tahun itu Indonesia belum terbentuk. Didu nia baru ada negara seperti Jepang, Amerika, Inggris dan Eropa termasuk kekaisaran Rusia. Asia hanya di wakili oleh kerajaan Siam seka rang Thailand. Terus ibu ini berada dalam tiga abad, abad 18,19,20 Luar biasa dan msh hidup pula....Semoga hidup terus berlanjut ya bunda.”
    Hingga artikel ini dimuat, foto tersebut telah mendapat 17 komentar dan dibagikan sebanyak 53 kali. Apa benar ini foto wanita tertua di dunia berusia 210 tahun?
    Tangkapan layar unggahan dengan klaim ini wanita tertua di dunia berusia 210 tahun

    Hasil Cek Fakta


    Banyak spekulasi tentang usia wanita dalam dalam foto tersebut. Ada yang menyebutnya berusia 300 tahun, 210 tahun dan 140 tahun. Catatan Guinness World Records menyebutkan bahwa orang tertua di dunia adalah Kane Tanaka, wanita asal Fukuoka, Jepang, yang berusia 116 tahun pada Maret 2019.
    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto tersebut dengan menggunakan tool reverse image Google ddan Yandex.
    Wanita yang identik dengan wanita pada foto tersebut, videonya pernah diunggah ke Youtube oleh kanal kanal Vicky Morning Post pada 24 September 2021 dengan judul, “ 300 Year Old Woman Discovered in Pakistan according to local media.”
    Video identik lainnya juga pernah diunggah kanal PINOY VLOGS XD pada 1 Oktober 2021 dengan judul, “The Oldest Woman On Earth From  #Pakistan  Her 210 Years Old. Lets Celebrate And Wish Her Long Life.”
    Menurut kanal tersebut, "Dia Bukanlah Wanita Tertua Di Dunia Tapi Dia Wanita Tertua Di Pakistan.”
    Sementara video yang memperlihatkan wanita tersebut tengah minum dari sebuah gelas diunggah kanal Pak Viral Tube pada 14 Juni 2021 dengan judul “ 140 year old women in pakistan.
    Spekulasi tentang usia wanita dalam foto tersebut menyebar melalui media sosial. Di Nigeria klaim bahwa wanita itu berusia lebih dari 210 tahun menyebar setelah, Joe Igbokwe, seorang juru bicara partai di negara tersebut, mengunggah kembali foto wanita tersebut.
    Kane Tanaka dari Fukuoka, Jepang, telah resmi dikukuhkan sebagai orang tertua yang hidup di usia 116 tahun 66 hari per 9 Maret 2019.
    Dilansir dari  guinnessworldrecords.com, Tanaka dikukuhkan sebagai orang tertua yang hidup pada 30 Januari 2019 (ketika dia berusia 116 tahun 28 hari), dan diberikan sertifikat untuk rekor itu dan wanita tertua yang tinggal dalam sebuah upacara di rumahnya.
    Kane lahir prematur pada 2 Januari 1903 sebagai anak ketujuh dari Kumakichi dan Kuma Ota. Kane menikah dengan Hideo Tanaka pada 6 Januari 1922, empat hari setelah ulang tahunnya yang ke-19.
    Meskipun pernah menjalani beberapa operasi - termasuk satu untuk katarak dan satu lagi untuk kanker kolorektal - Kane sekarang menjalani kehidupan yang damai di rumah peristirahatan di Fukuoka.
    Dia biasanya bangun jam 6 pagi, dan di sore hari sering belajar mata pelajaran seperti matematika. Salah satu hiburan favorit Kane adalah permainan Othello dan dia menjadi ahli dalam permainan papan klasik, sering mengalahkan staf rumah peristirahatan.
    Kane yang berusia 116 tahun terpaut enam tahun dari rekor orang tertua yang pernah dipegang oleh Jeanne Louise Calment (Prancis) selama 22 tahun terakhir.
    Lahir pada 21 Februari 1875, Jeanne meninggal di sebuah panti jompo di Arles, Prancis selatan pada 4 Agustus 1997 dalam usia 122 tahun 164 hari.
    Gelar manusia tertua yang masih hidup saat ini sedang diselidiki setelah Masazo Nonaka (Jepang) meninggal dunia pada 20 Januari 2019 dalam usia 113 tahun 179 hari. Informasi lebih lanjut akan diumumkan setelah konfirmasi pemegang rekor baru.
    Pria tertua yang pernah ada adalah Jiroemon Kimura (Jepang), yang lahir pada 19 April 1897 dan meninggal dunia dalam usia 116 tahun 54 hari pada 12 Juni 2013.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, Foto wanita keriput yang diklaim sebagai wanita tertua di dunia dengan usia 210 tahun tidak terbukti. Banyak spekulasi tentang usia wanita di foto tersebut. Ada yang menyebutnya berusia 300 tahun, 210 tahun dan 140 tahun.
    Menurut catatan museum rekor dunia (Guinness World Records), rekor orang tertua di dunia masih dipegang Kane Tanaka dari Fukuoka, Jepang. Ia dikukuhkan sebagai orang tertua pada 30 Januari 2019 dengan usia 116 tahun.
    TIM CEK FAKTA TEMPO

    Rujukan