(GFD-2021-8503) Keliru, Klaim Pandemi Flu Spanyol Disebabkan Pneumonia Bakteri yang Berasal dari Masker
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 18/02/2021
Berita
Sebuah tulisan panjang terkait pandemi flu Spanyol dan pemakaian masker beredar di Facebook. Tulisan itu mengklaim panemi flu Spanyol bukan disebabkan oleh virus, melainkan oleh bakteri yang memicu pneumonia. Tulisan ini juga menyebut penggunaan masker yang berkepanjangan akan menimbulkan gejala keracunan CO2.
Menurut tulisan tersebut, pemakaian masker membuat tubuh kekurangan oksigen. "Efek lainnya selain sistem imun menjadi lemah, sel-sel tubuh yang kurang oksigen akan terjadi kelainan pertumbuhan karena lingkungan kimiawi biologis yang tidak sehat sehingga tumbuh menjadi tumor, kanker dst," demikian narasi dalam tulisan itu.
Tulisan tersebut diunggah oleh akun ini pada 1 Februari 2021. Akun itu melengkapi tulisan tersebut dengan gambar yang memuat teks "I see brainwashed people, they don't know they're brainwashed". Hingga artikel ini dimuat, unggahan akun itu telah mendapatkan 67 reaksi dan 15 komentar serta dibagikan 11 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait flu Spanyol dan pemakaian masker.
Hasil Cek Fakta
Klaim: Pandemi flu Spanyol bukan disebabkan oleh virus, tapi pneumonia bakteri yang berasal dari masker
Fakta:
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat ( CDC ), pandemi influenza 1918 atau yang kerap disebut pandemi flu Spanyol disebabkan oleh virus H1N1 dengan gen yang berasal dari unggas. Meskipun tidak ada konsensus universal mengenai dari mana virus itu berasal, virus tersebut menyebar ke seluruh dunia selama 1918-1919.
CDC menjelaskan, ketika pandemi flu Spanyol terjadi, memang banyak ahli kesehatan yang mengira penyakit itu disebabkan oleh bakteri yang disebut "Pfeiffer's bacillus", yang sekarang dikenal sebagai Haemophilus influenzae. Namun, hal tersebut dikarenakan tidak adanya tes diagnostik ketika itu yang bisa menguji infeksi influenza. Dokter tidak mengetahui adanya virus influenza.
Dilansir dari AFP, sejarawan Universitas Sydney yang memiliki spesialisasi dalam kedokteran dan teknologi, Peter Hobbins, mengatakan otopsi yang dilakukan pada pasien yang meninggal karena flu Spanyol menunjukkan penyebab utama kematian adalah terisinya paru-paru oleh cairan, baik karena penyakit atau respons imun tubuh yang terlalu aktif terhadap infeksi.
Menurut Hobbins, penyebab sebenarnya pandemi flu Spanyol pada 1918 adalah strain baru virus Influenza A (H1N1). Dia menambahkan upaya di seluruh dunia telah dilakukan untuk membuat vaksin. Namun, ketika itu, tidak ditemukan secara jelas apa "agen penyebabnya, karena mikroskop yang digunakan tidak cukup bagus untuk melihat virus".
Dikutip dari Reuters, pada Oktober 2020, beredar klaim palsu bahwa, selama pandemi flu Spanyol, orang meninggal akibat pneumonia bakteri dari masker. Klaim itu juga menyebut bahwa direktur Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Menular Amerika Serikat, Anthony Fauci, mengetahui hal itu dan menuliskannya dalam sebuah penelitian pada 2008.
Menurut Reuters, klaim tersebut keliru. Pada 2008, Fauci memang menerbitkan riset terkait pandemi flu Spanyol. Namun, pneumonia bakteri yang ia maksud dalam riset itu didahului oleh virus influenza. "Bukti yang kami teliti mendukung skenario di mana kerusakan akibat virus diikuti oleh pneumonia bakteri yang menyebabkan sebagian besar kematian." Penelitian ini pun tidak menyinggung soal masker.
Klaim: Pemakaian masker membuat tubuh kekurangan oksigen yang akhirnya memicu kanker
Fakta:
Berdasarkan arsip berita Tempo, spesialis pengobatan kritis dari Hospital and Clinic University of Iowa, Gregory A. Schmidt, menuturkan bahwa menggunakan masker tidak akan mengganggu sirkulasi udara, baik kadar oksigen maupun kadar CO2, dalam tubuh.
Schmidt membuktikannya dengan mengukur tingkat saturasi oksigen dan CO2 di dalam tubuh Danica, seorang terapis pernapasan, ketika memakai masker dengan pulse oxymeter. Sebagai informasi, tingkat normal saturasi oksigen dalam darah berada pada level 95-100 persen, sementara CO2 pada level 35-45 persen.
Hasilnya, saat masker dan pelindung wajah (face shield) digunakan selama dua jam, tingkat saturasi oksigen Danica berada pada level 98 persen dan CO2 pada rentang 33-35 persen. Demikian pula ketika durasi pemakaian masker diperpanjang menjadi 4 jam, tingkat saturasi oksigen Danica mencapai 98 persen dan CO2 berada pada level 34 persen. Pada durasi penggunaan masker 6 jam, tingkat saturasi oksigen mencapai 99 persen dan CO2 sebesar 32 persen.
Menurut Gregory, oksigen dan CO2 berukuran sangat kecil sehingga mudah melewati celah-celah masker. Sedangkan droplet, atau cipratan air liur (yang menjadi medium penularan virus Corona Covid-19), berukuran lebih besar dibandingkan oksigen dan CO2 sehingga tidak mudah menerobos masker.
Terkait klaim bahwa sel tubuh yang kekurangan oksigen akan mengalami kelainan sehingga tumbuh menjadi tumor atau kanker, tidak ditemukan bukti yang mendukung klaim tersebut. Dikutip dari situs resmi Cleveland Clinic, jika kadar oksigen dalam darah terlalu rendah, tubuh memang tidak akan bekerja dengan baik. Darah membawa oksigen ke sel-sel di seluruh tubuh untuk menjaganya tetap sehat.
Namun, terlalu rendahnya kadar oksigen dalam darah, yang kerap disebut hipoksemia, itu biasanya menyebabkan masalah ringan seperti sakit kepala dan sesak napas. Dijumpai pula kasus-kasus yang parah, namun efeknya adalah dapat mengganggu fungsi jantung dan otak.
Berbagai kondisi bisa mengganggu kemampuan tubuh untuk mengirimkan oksigen ke darah dalam kadar yang normal. Beberapa penyebab paling umum dari hipoksemia adalah kondisi jantung (termasuk kelainan jantung), kondisi paru-paru (asma, emfisema, dan bronkitis), lokasi dataran tinggi (kadar oksigen di udara lebih rendah), obat nyeri yang kuat atau masalah lain yang memperlambat pernapasan, apnea atau gangguan pernapasan saat tidur, dan peradangan atau jaringan parut pada paru-paru (seperti pada fibrosis paru).
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa pandemi flu Spanyol disebabkan oleh pneumonia bakteri yang berasal dari masker dan memakai masker membuat tubuh kekurangan oksigen yang akhirnya memicu kanker, keliru. Menurut sejumlah ahli, pandemi influenza 1918 atau flu Spanyol disebabkan oleh virus H1N1. Terkait masker, penggunaannya tidak akan menyebabkan kekurangan oksigen, karena masker tidak mengganggu sirkulasi udara dalam tubuh.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/pneumonia
- https://www.tempo.co/tag/masker
- https://archive.vn/j0gni
- https://www.cdc.gov/flu/pandemic-resources/1918-pandemic-h1n1.html#:~:text=The%201918%20influenza%20pandemic%20was,spread%20worldwide%20during%201918-1919.
- https://www.cdc.gov/flu/pandemic-resources/reconstruction-1918-virus.html#:~:text=Many%20health%20experts%20at%20the,was%20not%20discovered%20until%201928.
- https://www.tempo.co/tag/bakteri
- https://factcheck.afp.com/facebook-posts-falsely-claim-bacterial-meningitis-vaccine-not-h1n1-virus-caused-1918-spanish-flu
- https://www.reuters.com/article/uk-factcheck-fauci-mask-pneumonia-1918-idUSKBN277200
- https://www.tempo.co/tag/influenza
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/1210/keliru-pakai-masker-membuat-co2-menumpuk-dan-keasaman-tubuh-naik-sehingga-rentan-virus
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17727-hypoxemia
- https://www.tempo.co/tag/kanker
(GFD-2021-8502) Keliru, Kisah Mantan PM Jepang Yoshiro Mori yang Salah Ucap Bahasa Inggris saat Bertemu Obama
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 17/02/2021
Berita
Gambar yang berisi kisah tentang mantan Perdana Menteri Jepang Yoshiro Mori saat bertemu mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama beredar di Facebook. Kisah berjudul "English is difficult language for some" itu menyebut bahwa Mori melakukan kesalahan pengucapan dalam bahasa Inggris saat bercakap-cakap dengan Obama ketika bertemu di Washington DC, AS.
Menurut kisah tersebut, sebelum bertemu Obama, Mori diberi pelatihan dasar percakapan dalam bahasa Inggris. Instruktur menyarankan Mori untuk bertanya "how are you?" atau "apa kabar?" ketika bersalaman dengan Obama. Dia bakal menjawab "I am fine, and you?" atau "saya baik-baik saja, dan kamu?". Mori pun diminta untuk mengatakan "me too" atau "saya juga".
Namun, dalam pertemuannya dengan Obama, Mori melakukan kesalahan dengan melontarkan pertanyaan "who are you?" atau "siapa kamu?". Obama pun terkejut, tapi kemudian meresponsnya dengan gurauan, "Well, I'm Michelle's husband(Saya suami Michelle), ha-ha." Mori tetap menjawab "me too". Seketika, ruang pertemuan hening.
Gambar itu dilengkapi dengan dua foto Mori, yang diambil pada 2008 dan pada 2018. Terdapat pula satu foto yang memperlihatkan seorang pria sedang bersalaman dengan Obama. Salah satu akun membagikan gambar tersebut pada 11 Februari 2021, di tengah kecaman publik terhadap Mori, Ketua Olimpiade Tokyo 2020, yang baru saja mengundurkan diri dari jabatannya ini.
Gambar yang berisi klaim keliru terkait percakapan antara mantan Perdana Menteri Jepang Yoshiro Mori dan mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo melakukan penelusuran ke mesin pencari Google dengan menggunakan kata kunci “English is a difficult language for some”. Hasilnya, ditemukan informasi bahwa percakapan antara Mori dan Obama dalam gambar tersebut bukanlah kisah nyata, melainkan humor politik atau anekdot. Anekdot ini pun merupakan hasil daur ulang.
Dilansir dari organisasi cek fakta AS Snopes, terdapat kejanggalan dalam kisah itu, bahwa Yoshiro Mori melakukan perjalanan ke Washington DC untuk bertemu dengan Barack Obama. Masa jabatan Mori sebagai PM Jepang berakhir pada April 2001, hampir delapan tahun sebelum Obama menjadi Presiden AS. Ini menjadi petunjuk bahwa kisah di atas adalah hasil daur ulang.
Menurut Snopes, kisah itu adalah daur ulang dari kisah yang pernah beredar pada pertengahan 2000, selama tahun terakhir Bill Clinton menjabat sebagai Presiden AS. Anekdot tersebut beredar dengan judul yang berbeda, yakni “This is a true story from the Japanese Embassy in US”. Anekdot ini menceritakan percakapan yang melibatkan Mori dan Clinton.
Pada pertengahan 2009, ketika Obama menjabat sebagai Presiden AS, tokoh Clinton dalam kisah itu diubah menjadi Obama. Anekdot itu pun kembali beredar baru-baru ini, ketika Mori yang merupakan Ketua Olimpiade Tokyo 2020 menjadi pembicaraan publik setelah melontarkan pernyataan seksis dalam sebuah pertemuan komite Olimpiade bahwa wanita terlalu banyak bicara.
Menurut Snopes, pada 2009, lelucon yang sama juga muncul di AS, namun dikaitkan dengan Kim Young-sam, yang menjabat sebagai Presiden Korea Selatan selama lima tahun pada 1993-1998. Kisah apokrif yang sama juga telah menyasar sejumlah politikus dari berbagai negara yang dalam tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utamanya.
Situs cek fakta Hoax or Fact juga telah menyatakan bahwa kisah itu tipuan. Pesan tersebut beredar setelah Yoshiro Mori bertemu dengan Bill Clinton pada 2000. Pada 2009, kisah itu kembali beredar, di era pemerintahan Barack Obama. "Kedengarannya lucu, tapi kejadian seperti itu tidak terjadi. Cerita tersebut adalah tipuan," demikian penjelasan Hoax or Fact.
Menurut Hoax or Fact, Mori menjabat sebagai PM Jepang pada 2000-2001, sementara Obama menjabat sebagai Presiden AS sejak 2009. "Jadi, tidak ada kemungkinan bagi mereka untuk bertemu secara resmi, dan mengarah pada pembicaraan semacam itu."
Clinton menjabat sebagai Presiden AS pada 1993-2001, dan Mori bertemu dengannya pada 5 Mei 2000, selama kunjungannya ke negara-negara G8. Pertemuan dan percakapan mereka didokumentasikan di situs American Presidency Project. Namun, di situ, tidak disebutkan kejadian semacam itu.
Ketika ditanya apakah Mori bisa berbicara dalam bahasa Inggris, jawabannya adalah: "Perdana Menteri tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik." Jadi, percakapan dilakukan melalui penerjemah. "Karena itu, hal ini menunjukkan bahwa percakapan lucu antara Clinton (atau Obama) dan Mori tidak pernah benar-benar terjadi," demikian penjelasan Hoax or Fact.
Terkait foto seorang pria yang sedang bersalaman dengan Obama, pria tersebut bukanlah Yoshiro Mori. Foto itu pernah dimuat dalam sebuah laporan yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Jepang pada 2008. Foto ini memperlihatkan momen ketika Wakil PM Jepang Taro Aso bertemu dengan Presiden AS Barack Obama pada 24 Februari 2009 di Washington DC.
Tempo kemudian mencari berita maupun foto tentang pertemuan antara Yoshiro Mori dan Barack Obama. Namun, tidak ditemukan berita bahwa Mori dan Obama pernah bertemu atau pun foto yang memperlihatkan keduanya dalam satuframedi sebuah pertemuan.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, kisah mantan PM Jepang Yoshiro Mori yang salah ucap bahasa Inggris saat bertemu mantan Presiden AS Barack Obama itu, keliru. Kisah tersebut hanyalah humor politik atau anekdot, yang merupakan hasil daur ulang dari kisah serupa yang beredar pada 2000. Ketika itu, tokoh dalam kisah tersebut adalah Mori dan mantan Presiden AS lainnya, Bill Clinton. Namun, dalam dokumentasi yang ada, tidak pernah disebutkan bahwa terjadi percakapan semacam itu antara Mori dan Clinton.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/yoshiro-mori
- https://www.tempo.co/tag/obama
- https://archive.vn/ubZ96
- https://www.tempo.co/tag/jepang
- https://www.snopes.com/fact-check/who-are-you/
- https://www.tempo.co/tag/olimpiade-tokyo
- http://www.hoaxorfact.com/politics/japanese-prime-minister-mori-and-barack-obama-humor-facts.html
- https://www.tempo.co/tag/pm-jepang
- https://www.mofa.go.jp/policy/other/bluebook/2009/html/h1/h1_01.html
- https://www.tempo.co/tag/barack-obama
(GFD-2021-8501) Sebagian Benar, Judul Artikel bahwa SBY Ingin Bantu Ekonomi tapi Partainya Tidak di Dalam Pemerintahan
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 17/02/2021
Berita
Gambar tangkapan layar artikel dari situs Bizlaw yang mengutip pernyataan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY beredar di Facebook. Artikel itu berjudul “Ancaman Krisis Ekonomi, SBY: Saya Ingin Membantu, Tapi Partai Saya Tidak Ada dalam Pemerintahan”. Artikel ini dimuat pada 12 Agustus 2020.
Dalam gambar tangkapan layar tersebut, terdapat foto SBY yang mengenakan jaket berwarna biru. Salah satu akun membagikan gambar itu pada 13 Februari 2021. Akun tersebut menulis narasi, "Apa maksud UCAPANNYA yach? Apa ingin anaknya dipanggil untuk dijadikan MENbaperan?" Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah mendapatkan 64 reaksi dan 111 komentar.
Gambar tangkapan layar sebuah unggahan di Facebook yang memuat artikel terkait pernyataan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono.
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo memeriksa artikel Bizlaw yang berjudul “Ancaman Krisis Ekonomi, SBY: Saya Ingin Membantu, Tapi Partai Saya Tidak Ada dalam Pemerintahan” tersebut. Hasilnya, ditemukan bahwa Bizlaw memang pernah memuat artikel dengan judul yang tersebut pada 12 Desember 2020.
Pernyataan yang terdapat dalam judul ditemukan pada akhir artikel. Pernyataan itu berbunyi: "Bola di tangan pemerintah, istilahnyawe have given everything to this government, tinggal tolong ini semua digunakan dengan baik, rakyat membantu, saya pribadi ingin membantu meskipun tidak secara tidak langsung karena partai yang dulu saya pimpin tidak di pemerintahan," ujar SBY.
Kutipan tersebut memang sedikit berbeda dengan yang digunakan dalam judul artikel. Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu menyebut “karena partai yang dulu saya pimpin tidak di pemerintahan”. Sementara dalam judul, pernyataan tersebut diubah menjadi “tapi partai saya tidak ada dalam pemerintahan”. Perubahan “karena” menjadi “tapi” menimbulkan persepsi yang berbeda.
Tempo pun membandingkan isi artikel itu dengan pemberitaan yang dimuat oleh media lain. Pernyataan SBY tersebut pernah dimuat oleh beberapa media. Pernyataan itu dilontarkan dalam peluncuran buku "Monograf" di Cikeas, Bogor, pada 11 Agustus 2020.
Kompas.com misalnya, mempublikasikan pernyataan SBY tersebut dalam beritanya yang berjudul "Ancaman Krisis Ekonomi, SBY: Jangan Salahkan Presiden Jokowi". Dalam berita ini, terdapat pernyataan SBY yang berbunyi sebagai berikut:
"Bola di tangan pemerintah, istilahnyawe have given everything to this government, tinggal tolong ini semua digunakan dengan baik, rakyat membantu. Saya pribadi ingin membantu meskipun tidak secara tidak langsung karena partai yang dulu saya pimpin tidak di pemerintahan," ujar SBY.
Kontan juga pernah memuat berita serupa dalam artikelnya yang berjudul "Ada ancaman krisis ekonomi, SBY: Jangan salahkan Presiden Jokowi". Dalam artikel tersebut, terdapat pula pernyataan SBY di bagian akhir berita, yang sama dengan yang dimuat oleh Kompas.com.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, judul artikel “Ancaman Krisis Ekonomi, SBY: Saya Ingin Membantu, Tapi Partai Saya Tidak Ada dalam Pemerintahan” sebagian benar. Judul ini memang berasal dari pernyataan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY. Namun, terdapat sedikit perbedaan dengan pernyataan asli SBY yang dilontarkan pada 11 Agustus 2020 itu, yakni "Saya pribadi ingin membantu meskipun tidak secara tidak langsung karena partai yang dulu saya pimpin tidak di pemerintahan”. Perubahan “karena” menjadi “tapi” menimbulkan kesalahan persepsi.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/sby
- https://archive.is/lyASr
- https://www.tempo.co/tag/krisis-ekonomi
- https://archive.is/NoRAa
- https://www.tempo.co/tag/partai-demokrat
- https://nasional.kompas.com/read/2020/08/11/20025811/ancaman-krisis-ekonomi-sby-jangan-salahkan-presiden-jokowi
- https://nasional.kontan.co.id/news/ada-ancaman-krisis-ekonomi-sby-jangan-salahkan-presiden-jokowi
- https://www.tempo.co/tag/ekonomi
- https://www.tempo.co/tag/susilo-bambang-yudhoyono-sby
(GFD-2021-8500) Keliru, Tulisan yang Diklaim dari Anies tentang Beli Penghargaan dan Jabatan
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 17/02/2021
Berita
Pesan berantai dengan judul "Ungkapan Hati Anies Baswedan" beredar di media sosial. Pesan itu diklaim ditulis sendiri oleh Gubernur DKI Jakarta tersebut. "Saya tidak pernah meminta apalagi membeli penghargaan, tapi mereka tau tentang kerja, tanggung jawab, dan ke ikhlasan saya, mereka yang memberikan penghargaan tersebut adalah orang jujur dalam menilai," demikian bunyi paragraf pertama pesan itu.
Tulisan ini juga menyinggung soal Anies yang tidak pernah meminta atau mengharapkan sebuah jabatan. "Hutang kepada Allah adalah Ridho Nya untuk saya memangku jabatan, mereka yang nyinyir dan menilai negatif, syukuri aja anggap lah mereka saudara yang selalu mengingat kan kita."
Pesan tersebut dilengkapi dengan foto Anies yang mengenakan jas yang tengah berbicara dalam sebuah forum. Di Facebook, pesan berantai itu dibagikan salah satunya oleh akun ini pada 12 Februari 2021. Di bagian akhir pesan tersebut, terdapat keterangan tambahan, "Copasss." Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah mendapatkan seribu reaksi dan 230 komentar serta dibagikan 207 kali.
Gambar tangkapan layar pesan berantai yang diklaim berasal dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. TGUPP Provinsi DKI Jakarta telah menyatakan pesan itu hoaks.
Hasil Cek Fakta
Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) Provinsi DKI Jakarta telah membantah pesan berantai tersebut. Di situs Jala Hoaks (Jakarta Lawan Hoaks) milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, pada 15 Februari 2021, TGUPP menyatakan pesan berantai itu tidak benar.
"Setelah dikonfirmasi, TGUPP Provinsi DKI Jakarta juga menyampaikan bahwa tulisan tersebut bukanlah tulisan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Anies Baswedan, dan mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati terhadap pesan hoaks yang semakin marak saat ini," demikian penjelasan di situs Jala Hoaks.
Situs media Liputan6.com pun pernah memuat berita terkait pesan berantai yang diklaim berasal dari Anies Baswedan tersebut pada 16 Februari 2021. Menurut laporannya, Anies tidak pernah membuat tulisan semacam itu. "Tulisan tersebut dibuat oleh oknum yang tidak bertanggung jawab."
Terkait foto yang digunakan untuk melengkapi pesan berantai itu, yakni foto Anies yang mengenakan jas yang tengah berbicara di sebuah forum, pernah dimuat oleh akun Facebook resmi Pemprov DKI Jakarta pada 30 Januari 2021. Foto itu diambil ketika Anies mengikuti Mayor's Forum.
Menurut penjelasan Pemprov DKI Jakarta, forum yang digelar pada 25-26 Januari 2021 tersebut adalah bagian dari Climate Adaptation Summit 2021 (KTT Adaptasi Iklim) yang diselenggarakan oleh Belanda dan diikuti oleh lebih dari 50 negara.
Anies bergabung dalam program 1000 Cities Adapt Now bersama para pemimpin dunia lainnya untuk berkolaborasi dalam percepatan adaptasi dampak perubahan iklim. Pemprov DKI Jakarta berupaya untuk menyeimbangkan pembangunan ekonomi dan ekologi di tingkat lokal.
Penghargaan yang diterima Anies
Dalam beberapa bulan terakhir, memang kerap diberitakan bahwa Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Pemprov DKI Jakarta menerima penghargaan. Yang terbaru, Anies masuk dalam jajaran "21 Heroes 2021" pilihan lembaga Transformative Urban Mobility Initiative (TUMI). TUMI merupakan lembaga nirlaba asal Jerman yang mendorong inisiatif kebijakan transportasi urban berkelanjutan di seluruh dunia.
Dilansir dari CNN Indonesia, penghargaan "21 Heroes 2021" adalah hasil kajian TUMI untuk menghargai mereka yang berhasil melakukan terobosan terkait transportasi selama 2020, terutama di tengah pandemi Covid-19. Tak hanya Anies, deretan menteri transportasi di negara lain hingga pendiri Space X dan Tesla, Elon Musk, juga masuk dalam daftar 21 orang yang diberi penghargaan tersebut.
Anies masuk deretan "21 Heroes 2021" TUMI karena keberhasilannya memperbaiki transportasi Jakarta di tengah pandemi Covid-19. Menurut TUMI, sejumlah pencapaian Anies adalah membuat jalur sepeda sepanjang 63 kilometer, meluncurkan bus listrik sebagai salah satu upaya mengurangi polusi udara, serta merenovasi stasiun KRL dan MRT untuk diintegrasikan dengan moda transportasi lain.
Sebelumnya, pada awal 2021, seperti dilansir dari Kompas.com, Pemprov DKI Jakarta menerima Harmony Award 2020. Penghargaan itu diberikan oleh Kementerian Agama kepada mereka yang dianggap berhasil melakukan harmonisasi kehidupan beragama. Pada akhir 2020 pun, seperti dikutip dari Liputan6.com, Pemprov DKI Jakarta dan Anies meraih penghargaan Top Digital Awards.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, pesan berantai tentang membeli penghargaan dan jabatan yang diklaim ditulis oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan itu keliru. TGUPP Provinsi DKI Jakarta telah menyatakan bahwa pesan berantai tersebut hoaks. Tulisan itu bukan tulisan Anies, melainkan orang yang tidak bertanggung jawab.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/anies
- https://archive.vn/9dGZ0
- https://data.jakarta.go.id/jalahoaks/detail/HOAKS-Pesan-Berantai-Yang-Mengatasnamakan-Anies-Baswedan
- https://www.tempo.co/tag/tgupp
- https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4484956/deretan-hoaks-yang-catut-nama-gubernur-dki-jakarta-anies-baswedan
- https://www.facebook.com/DKIJakarta/posts/10158977931090502
- https://www.tempo.co/tag/pemprov-dki-jakarta
- https://www.tempo.co/tag/anies-baswedan
- https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210206075025-20-603011/penghargaan-21-heroes-untuk-anies-dan-cibiran-tata-kota-dki
- https://megapolitan.kompas.com/read/2021/01/06/19382401/pemprov-dki-raih-penghargaan-dari-kemenag-anies-kami-serius-walau-tak
- https://www.liputan6.com/news/read/4440443/pemprov-dki-dan-anies-baswedan-sabet-penghargaan-top-digital-award-2020
- https://www.tempo.co/tag/gubernur-dki-jakarta
Halaman: 4565/6107