(GFD-2021-8667) Keliru, Pesan Berantai yang Sebut Ivermectin Dapat Obati dan Cegah Covid-19
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 16/06/2021
Berita
Pesan berantai yang berisi klaim bahwa obat yang bernama Ivermectin dapat menyembuhkan sekaligus mencegah Covid-19 beredar di grup-grup percakapan WhatsApp. Klaim ini dibagikan bersama tautan sebuah artikel berita yang menyebut bahwa obat tersebut akan dibagikan di Kudus, Jawa Tengah. Beberapa pekan terakhir, kasus Covid-19 di Kudus tengah melonjak, di mana varian Delta menjadi varian virus Corona yang mendominasi penularan di sana.
"Utk warga Jkt, skrg Ivermectin 12 mg utk Covid sdh tersedia bebas di Apotik Jkt. Jadi utk warga Jkt, andai ada saudara/teman yg Positif Covid, disarankan utk segera minum Ivermectin 12 mg, produksi PT. Harsen Farma Indonesia," demikian narasi dalam pesan berantai itu. "Beberapa studi menunjukkan aktifitas pencegahan covid. Dosis pencegahan/profilaksis tanggal 1 dan tanggal 3 satu tablet 12 mg tiap bulan."
Gambar tangkapan layar pesan berantai di WhatsApp yang berisi klaim keliru terkait Ivermectin.
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo menelusuri informasi dari berbagai otoritas kesehatan terkait efektivitas obat Ivermectin terhadap Covid-19. Dilansir dari rilis Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada 10 Juni 2021, penggunaan Invermectin untuk pengobatan dan pencegahan Covid-19 masih membutuhkan penelitian yang lebih menyakinkan.
Menurut BPOM, penelitian untuk pencegahan maupun pengobatan Covid-19 yang sudah dipublikasikan memang menyatakan bahwa Ivermectin memiliki potensi antiviral pada uji secara in-vitro di laboratorium. "Akan tetapi, masih diperlukan bukti ilmiah yang lebih meyakinkan terkait keamanan, khasiat, dan efektivitasnya sebagai obat Covid-19 melalui uji klinik lebih lanjut."
BPOM menjelaskan Ivermectin kaplet 12 mg terdaftar di Indonesia untuk indikasi infeksi kecacingan. Ivermectin diberikan dalam dosis tunggal 150-200 mcg/kg berat badan dengan pemakaian satu tahun sekali. Ivermectin merupakan obat keras yang pembeliannya harus dengan resep dokter dan penggunaannya di bawah pengawasan dokter.
"BPOM meminta kepada masyarakat agar tidak membeli obat Ivermectin secara bebas tanpa resep dokter, termasuk membeli melalui platform online. Untuk penjualan obat Ivermectin termasuk melalui online tanpa ada resep dokter dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku," demikian pernyataan BPOM.
Badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat, FDA, juga menyatakan bahwa masyarakat tidak diperkenankan mengkonsumsi obat Ivermectin untuk mencegah atau mengobati Covid-19. "Ivermectin tidak disetujui untuk pencegahan atau pengobatan Covid-19. Anda tidak boleh minum obat apa pun untuk mengobati atau mencegah Covid-19 kecuali telah diresepkan oleh penyedia layanan kesehatan Anda dan diperoleh dari sumber yang sah."
Menurut FDA, terdapat artikel riset yang dirilis baru-baru ini yang menggambarkan efek Ivermectin terhadap SARS-CoV-2, virus Corona penyebab Covid-19, di laboratorium. Namun, jenis penelitian itu biasanya digunakan pada tahap awal pengembangan obat. Pengujian tambahan diperlukan untuk menentukan apakah Ivermectin mungkin tepat untuk mencegah atau mengobati Covid-19.
Saat ini, tablet Ivermectin hanya disetujui untuk digunakan pada manusia dalam pengobatan beberapa penyakit akibat cacing parasit, itu pun dalam dosis yang sangat spesifik. Sementara formulasi topikal Invermectin disetujui untuk digunakan pada manusia dengan resep hanya dalam pengobatan parasit eksternal, seperti kutu rambut, dan untuk kondisi kulit seperti rosacea.
Menurut FDA, akhir-akhir ini, terdapat peningkatan minat terhadap Ivermectin untuk mengobati seseorang yang terinfeksi Covid-19. Di AS, Ivermectin kerap digunakan untuk mengobati atau mencegah parasit pada hewan. FDA pun telah menerima banyak laporan tentang pasien yang membutuhkan pertolongan medis dan dirawat di rumah sakit setelah pengobatan mandiri dengan Ivermectin yang ditujukan untuk kuda.
Dilansir dari situs resmi Institut Kesehatan Nasional ( NIH ) AS, tidak ada data yang cukup bagi Panel Pedoman Perawatan Covid-19 untuk merekomendasikan atau menentang penggunaan Ivermectin dalam pengobatan Covid-19. Hasil dari uji klinis yang kuat dan dirancang dengan baik diperlukan untuk memberikan panduan berbasis bukti yang lebih spesifik tentang peran Ivermectin dalam pengobatan Covid-19.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) menyatakan bahwa bukti saat ini tentang penggunaan Ivermectin dalam pengobatan pasien Covid-19 tidak dapat disimpulkan. Hingga lebih banyak data tersedia, WHO merekomendasikan bahwa obat tersebut hanya digunakan dalam uji klinis. "Rekomendasi ini, yang berlaku untuk pasien Covid-19 dengan tingkat keparahan apa pun, sekarang menjadi bagian dari pedoman WHO tentang perawatan Covid-19."
Menurut WHO, sebuah kelompok pengembangan pedoman dibentuk sebagai tanggapan atas meningkatnya perhatian internasional terhadap Ivermectin sebagai pengobatan potensial untuk Covid-19. Kelompok ini meninjau data dari 16 uji coba terkontrol secara acak, termasuk pasien rawat inap dan pasien rawat jalan dengan Covid-19.
"Mereka menentukan bahwa bukti apakah Ivermectin mengurangi kematian, kebutuhan ventilasi mekanis, kebutuhan masuk rumah sakit, dan waktu untuk perbaikan klinis pada pasien Covid-19, adalah 'kepastian yang sangat rendah', karena ukuran kecil dan keterbatasan metodologis dari data percobaan yang tersedia. Panel tidak melihat penggunaan Ivermectin untuk mencegah Covid-19," demikian penjelasan WHO.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, pesan berantai yang berisi klaim bahwa Ivermectin dapat mengobati dan mencegah Covid-19, keliru. Hingga artikel ini dimuat pada 16 Juni 2021, berbagai otoritas kesehatan menyatakan bahwa Ivermectin belum terbukti dalam mengobati maupun mencegah Covid-19. Terdapat riset yang dirilis baru-baru ini yang menggambarkan efek Ivermectin terhadap SARS-CoV-2, virus Corona penyebab Covid-19, di laboratorium. Namun, jenis penelitian itu biasanya digunakan pada tahap awal pengembangan obat. Pengujian tambahan diperlukan untuk menentukan apakah Ivermectin mungkin tepat untuk mencegah atau mengobati Covid-19.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/ivermectin
- https://www.tempo.co/tag/covid-19
- https://www.pom.go.id/new/view/more/klarifikasi/135/PENJELASAN-BADAN-POM-RI-TENTANG-INFORMASI-PENGGUNAAN-OBAT-IVERMECTIN.html
- https://www.tempo.co/tag/bpom
- https://www.fda.gov/animal-veterinary/product-safety-information/faq-covid-19-and-ivermectin-intended-animals
- https://www.tempo.co/tag/sars-cov-2
- https://www.fda.gov/consumers/consumer-updates/why-you-should-not-use-ivermectin-treat-or-prevent-covid-19
- https://www.covid19treatmentguidelines.nih.gov/therapies/antiviral-therapy/ivermectin/
- https://www.who.int/news-room/feature-stories/detail/who-advises-that-ivermectin-only-be-used-to-treat-covid-19-within-clinical-trials
- https://www.tempo.co/tag/virus-corona
(GFD-2021-8666) Keliru, Klaim Ini Video Anggota DPR Turki yang Awali Rapat dengan Baca Alquran
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 15/06/2021
Hasil Cek Fakta
(GFD-2021-8665) Sesat, Klaim Foto Ini Tunjukkan Peluncuran Roket SpaceX Palsu
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 15/06/2021
Berita
Foto yang menunjukkan peluncuran roket SpaceX, perusahaan antariksa milik Elon Musk, beredar di Twitter. Dalam foto itu, terdapat bagian yang dilingkari merah, yang menunjukkan sosok seperti manusia yang berada di luar roket yang sedang meluncur ke luar angkasa tersebut.
Akun ini membagikan foto itu pada 5 Juni 2021. Akun tersebut menulis dalam bahasa Inggris yang jika diterjemahkan berarti: "Ingat saat itu FakeX lupa untuk mem-Photoshop orang yang duduk di silo gandum mereka yang mereka coba dan luncurkan sebagai 'kapal luar angkasa'."
Gambar tangkapan layar unggahan di Twitter yang berisi klaim menyesatkan terkait foto roket SpaceX yang diunggahnya.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, foto tersebut tidak menunjukkan peluncuran roket SpaceX palsu. Foto itu memperlihatkan uji coba roket SpaceX pada 2013. Sosok seperti manusia yang terpasang di luar roket tersebut pun adalah manekin. Menurut CEO SpaceX Elon Musk, manekin berbentuk koboi 6 kaki itu dipasang untuk memberikan perspektif tentang ukuran SpaceX Grasshopper.
Untuk mendapatkan fakta tersebut, Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto itu dengan reverse image tool Google dan Yandex. Hasilnya, ditemukan bahwa foto ini pernah diunggah ke media sosial Pinterest oleh akun DanSpace77. Dalam keterangannya, akun itu menulis, "SpaceX Grasshopper. Bisakah kamu menemukan dummy (boneka tiruan) sepanjang 6 kaki di pesawat itu?"
Foto serupa juga pernah dimuat oleh Space.com dalam artikelnya pada 23 April 2013 yang berjudul "SpaceX Grasshopper, Roket Luar Biasa yang Dapat Digunakan Kembali (Foto)". Foto itu diberi keterangan sebagai berikut:
"Pada 7 Maret 2013, SpaceX Grasshopper menggandakan lompatan tertingginya hingga saat ini untuk naik 262,8 kaki (80,1 meter), melayang selama sekitar 34 detik dan mendarat dengan aman menggunakan vektor dorong loop tertutup dan kontrol throttle."
Foto itu pun pernah dimuat oleh Phys.org dalam artikelnya pada 12 Maret 2013 yang berjudul "SpaceX Grasshopper melompat ke 'cincin api'". Dalam keterangannya, tertulis bahwa foto itu menunjukkan uji coba terbang SpaceX Grasshopper pada 7 Maret 2013.
Berdasarkan petunjuk-petunjuk itu, Tempo menelusuri pemberitaan tentang dummy yang terpasang pada roket SpaceX Grasshopper yang melakukan uji coba peluncuran pada 7 Maret 2013 tersebut. Dilansir dari kantor berita Reuters, sosok seperti manusia yang terpasang di luar roket tersebut adalah manekin, yang ditempatkan untuk menyediakan skala.
Pada 24 Desember 2012, Elon Musk, CEO SpaceX yang juga merupakan CEO Tesla, mengunggah cuitan di akun Twitter pribadinya yang berisi penjelasan tentang manekin itu. "Untuk memberikan sedikit perspektif tentang ukuran Grasshopper, kami menambahkan koboi 6 kaki ke roket," ujar Musk.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto itu menunjukkan peluncuran roket SpaceX palsu, menyesatkan. Foto itu memperlihatkan uji coba roket SpaceX pada 2013. Sosok seperti manusia yang terpasang di luar roket tersebut pun adalah manekin. Menurut CEO SpaceX Elon Musk, manekin berbentuk koboi 6 kaki itu dipasang untuk memberikan perspektif tentang ukuran SpaceX Grasshopper.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/spacex
- https://archive.ph/Mmc6S
- https://www.tempo.co/tag/elon-musk
- https://www.pinterest.se/pin/464081936573616965/
- https://www.space.com/20782-spacex-grasshopper-rocket-photos/2.html
- https://phys.org/news/2013-03-spacex-grasshopper.html
- https://www.reuters.com/article/factcheck-spacex-mannequin-idUSL2N2NS27A
- https://www.tempo.co/tag/tesla
- https://twitter.com/elonmusk/status/283032287602413568?s=20
- https://www.tempo.co/tag/roket
(GFD-2021-8664) Keliru, Ribuan Email Anthony Fauci Bocor dan Ungkap Keterlibatannya dalam Pembuatan Covid-19 di Wuhan
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 14/06/2021
Berita
Video berdurasi 9 menit yang berisi pernyataan dari aktor Russell Brand beredar di Instagram. Menurut klaim yang menyertai video ini, Brand mengomentari tentang bocornya ribuan email milik Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Amerika Serikat Anthony Fauci.
Menurut klaim itu, Brand menyatakan bahwa, dalam ribuan email Fauci, ditemukan indikasi bahwa mantan kepala penasihat medis Gedung Putih itu terlibat dalam pembiayaan terciptanya Covid-19 di Laboratorium Wuhan, Cina. Brand juga menyinggung komunikasi intens antara Fauci dan Mark Zuckerbeg, pendiri Facebook. Dalam komunikasi itu, dibahas tentang konten apa saja yang harus disensor di Facebook, Instagram, dan YouTube.
Akun ini mengunggah video beserta klaim tersebut pada 7 Juni 2021. Di akhir keterangannya, akun itu menulis, "Siapa yang sebenarnya yang waras atau tak waras dalam menyikapi plandemi? Mereka yang selalu disensor namun akhirnya terbukti benar?" Hingga kini, video tersebut telah ditonton 2.283 kali.
Gambar tangkapan layar video milik aktor Russel Brand yang berisi klaim keliru terkait email Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Amerika Serikat Anthony Fauci.
Hasil Cek Fakta
Fakta:
Email Anthony Fauci tidak bocor. Email Fauci dirilis atas permintaan beberapa media di bahwa Freedom of Information Act (FOIA). Undang-undang ini memberikan hak kepada publik untuk meminta akses ke catatan dari agen federal AS. Agen federal pun wajib mengungkapkan informasi yang relevan dengan beberapa pengecualian.
Dokumen yang tunduk pada FOIA termasuk korespondensi dari pegawai pemerintah. Fauci menjabat sebagai Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS. Karena itu, emailnya dapat dibuka ke publik.
Lewat gugatan tersebut, BuzzFeed News mendapatkan lebih dari 3.200 halaman yang berisi salinan dari isi email Fauci. Email-email ini mencakup email-email pada Januari-Juni 2020. Selain BuzzFeed News, The Washington Post juga menerima lebih dari 800 halaman email.
Sumber: BuzzFeed News dan USA Today Klaim 2: Anthony Fauci terlibat dalam pembiayaan terciptanya Covid-19 di Laboratorium Wuhan, Cina
Fakta:
Dalam ribuan email Anthony Fauci yang diterima oleh BuzzFeed News, tidak terdapat informasi bahwa Fauci membiayai terciptanya Covid-19 di Laboratorium Wuhan. Email Fauci justru memberikan gambaran langka tentang bagaimana ia melakukan pekerjaannya selama krisis kesehatan akibat Covid-19, dan membuatnya berhadapan langsung dengan masyarakat, pejabat kesehatan, wartawan, bahkan selebriti.
Salah satu balasan emailnya terhadap Gregg Gonsalves, ahli epidemiologi dari Yale School of Public Health, menunjukkan bagaimana komitmennya terhadap sains dalam menyelesaikan pandemi. Gregg mengirimkan email yang menuduh tim kesehatan yang dibentuk Fauci dipengaruhi oleh nilai-nilai politik pemerintahan Trump.
"Gregg: Saya terkejut Anda memasukkan saya ke dalam catatan Anda," tulisnya. "Saya tidak tunduk kepada siapa pun kecuali sains dan selalu, selalu mengutarakan pikiran saya tentang kesehatan masyarakat. Saya telah secara konsisten mengoreksi kesalahan oleh orang lain dan akan terus melakukannya.”
Sumber: PolitiFact dan BuzzFeed News Klaim 3: Anthony Fauci berkomunikasi dengan Mark Zuckerberg terkait konten yang harus disensor di Facebook, Instagram, dan YouTube
Fakta:
Zuckerberg mengirim email kepada Fauci pada 15 Maret 2020 untuk memberitahu rencana Facebook menyediakan "pusat informasi"virus Corona. Zuckerberg juga bertanya apakah perusahaan media sosial itu dapat menyediakan sumber daya untuk mempercepat penelitian vaksin.
Peluncuran pusat informasi Covid-19 di Facebook ini diberitakan oleh beberapa media. Dikutip dari CNBC, Pusat informasi Covid-19 akan muncul di bagian atas umpan berita setiap pengguna dan mendorong mereka untuk menjaga jarak sosial. Selain itu, YouTube tidak berada di bawah Facebook, melainkan Google.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa ribuan email Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Anthony Fauci bocor dan mengungkap keterlibatannya dalam pembuatan Covid-19 di Laboratorium Wuhan, Cina, keliru. Pertama, email Fauci tidak bocor, melainkan dirilis ke publik berdasarkan Freedom of Information Act. Kedua, dalam email itu, tidak terdapat informasi bahwa Fauci membiayai terciptanya Covid-19 di Laboratorium Wuhan.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/anthony-fauci
- https://www.tempo.co/tag/mark-zuckerberg
- https://www.instagram.com/tv/CP0ww5rnW1w/
- https://www.buzzfeednews.com/article/nataliebettendorf/fauci-emails-covid-response
- https://www.usatoday.com/story/news/factcheck/2021/06/03/fact-check-false-fauci-email-leak-claims-misrepresent-fioa-release/7526636002/
- https://www.tempo.co/tag/covid-19
- https://www.politifact.com/factchecks/2021/jun/04/facebook-posts/faucis-emails-didnt-leak-they-were-obtained-under-/
- https://www.buzzfeednews.com/article/nataliebettendorf/fauci-emails-covid-response
- https://www.tempo.co/tag/virus-corona
- https://www.cnbc.com/2020/03/18/coronavirus-facebook-launches-information-center-at-top-of-news-feed.html
- https://www.tempo.co/tag/wuhan
Halaman: 4533/6116