• (GFD-2020-4554) [SALAH] Foto “Jokowi: DIA SIAPA SIH? APAPUN YANG SAYA LAKUKAN PASTI SALAH DIMATA DIA”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 05/08/2020

    Berita

    Akun Facebook Vancen Angel membagikan foto Presiden Joko Widodo dan Politikus Fadli Zon dengan teks dialog di dalamnya bertuliskan “DIA SIAPA SIH? APAPUN YANG SAYA LAKUKAN PASTI SALAH DIMATA DIA.”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui bahwa foto tersebut suntingan dari dua foto. Foto Presiden Joko Widodo berasal dari hasil jepretan fotografer antaranews.com, Reno Esnir, yang tayang pada 14 Agustus 2014. Foto aslinya menampilkan Presiden Joko Widodo bersama Surya Paloh, Ketua Umum Partai NasDem.

    Lalu, foto Fadli Zon berasal dari akun Instagram Fadli Zon (@fadlizon) pada tanggal 17 Juli 2020. Pada narasi dalam akun Instagram tersebut disebutkan bahwa foto tersebut diambil saat Tim Kunjungan Kerja Komisi I DPR RI @DPR_RI ke Mako Korem 064/MY, di Jl. Maulana Yusuf No. 9 Serang, Banten, Jumat, 17 Juli 2020.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penjelasan itu, maka konten sumber masuk ke dalam kategori Manipulated Content atau Konten yang Dimanipulasi.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4553) [SALAH] Alat Pendeteksi Tsunami Merupakan Tanda Adanya Gunung Api di Bawah Laut

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 05/08/2020

    Berita

    Kita berada di kaki kaki Gunung Api Purba yang berada di dasar laut kab. Morowali. \

    Jadi pasti akan ada setiap tahun gempa yg berpusat di daerah kab. Morowali. Ini sudah diteliti sejak tahun 2013.

    Ini salah satu contoh alat untuk mengetahui letak Gempa dan potensi Tsunami.

    Dan ada juga yg diletakkan di dasar laut.

    Berarti jika ada yg melihat seperti ini di laut, berarti di sekitar bawah laut, ada Gunung Api yg aktif

    Hasil Cek Fakta

    Melalui media sosial Facebook , beredar sebuah unggahan oleh akun @AndiAfdal yang mengklaim jika alat pendeteksi tsunami juga merupakan pertanda akan keberadaan gunung api di bawah laut. Pasca ramai menjadi perbincangan, diketahui bahwa akun @AndiAfdal telah menghapus unggahannya tersebut.

    Namun pasca dilakukan penelusuran lebih lanjut, diketahui bahwa narasi terkait alat pendeteksi tsunami sebagai tanda akan keberadaan gunung api adalah tidak benar. Melansir dari merdeka.com, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Geologi Kementerian ESDM Ichy Sri Hidayati mengatakan, alat pendeteksi tsunami bukan sebagai tanda akan keberadaan gunung api di bawah laut.

    “Jadi dipasang alat itu, mungkin bukan karena ada gunung api di sana,” jelas Ichi.

    Senada dengan Ichi, pernyataan serupa juga dituturkan oleh Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi, dijelaskan bahwa alat tersebut berfungsi sebagai pendeteksi tsunami saja. Agung menuturkan bahwa hingga saat ini belum ada alat monitoring untuk mengetahui keberadaan gunung api di bawah laut.

    “Alat itu untuk mendeteksi tsunami saja, belum ada untuk memonitoring gunung api di bawah laut,” jelas Agung.

    Kesimpulan

    Informasi tersebut tidak sesuai fakta. Alat pendeteksi tsunami bukan sebagai tanda adanya keberadaan gunung api di bawah laut. Kementerian ESDM menjelaskan bahwa hingga saat ini belum ada alat untuk memonitoring keberadaan gunung api di bawah laut.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4552) [SALAH] “bentrok antar ormas Gerakan Jaga Indonesia dengan FPI, LPI dan HTI di Kota Bandung pada 27 Juli 2020”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 05/08/2020

    Berita

    Akun Herry Oej (fb.com/herry.oej) mengunggah sebuah gambar dengan narasi sebagai berikut:

    “Allah akbar….allah akbar…allah akbar..perang sudah dimulai”

    Terdapat logo KOMPAS.com dan narasi sebagai berikut:

    “27 juli 2020
    Aksi demo yang tanpa tujuan di depan Gedung DPR-MPR yang di lakukan 50 orang simpatisan PDI-P di komandoi oleh Boedi Djarot dkk, yang menginjak-injak, merobek, dan membakar Poster Habib Rizieq Syihab, ternyata berbuntut panjang. Di kota bandung terjadi Bentrok antara Ormas Gerakan Jaga Indonesia ( GJI-PDI-P ) dengan Ormas-ormas Islam FPI, HTI, LPI, pembela dan penjaga Pancasila, Nkri dan Ulama. Akibatnya 7 orang anggota ormasa Gerakan Jaga Indonesia & PDI-P mati kena sabetan pedang Lasykar FPI, dari pihak HTI 1 orang mengalami luka sabetan di bahu. Bukan itu saja Bentrokan pun meluas hingga terjadi Kebakaran beberapa pertokoan yang berdekatan dengan Markas PDI-P, karena lemparan Bom Molotov. Aparat Polisi pun tidak berani ke Tkp.”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, klaim adanya bentrokan antar ormas yaitu Gerakan Jaga Indonesia dengan FPI, LPI dan HTI serta ormas-ormas pembela dan penjaga Pancasila dan NKRI di Bandung pada 27 Juli 2020 adalah klaim yang salah.

    Faktanya, gambar artikel berita itu adalah gambar editan atau suntingan. Kompas.com tidak pernah memberitakan bentrokan antar ormas di Kota Bandung pada 27 Juli 2020. Foto kebakaran yang dipakai adalah foto terkait aksi protes warga Amerika Serikat (AS) atas meninggalnya George Floyd pada Mei 2020.

    Saat ditelusuri, sejak 27 Juli hingga 31 Juli 2020, tidak ada satu pun media arus utama yang memberitakan bentrokan ormas di Bandung.

    Kesimpulan

    Gambar editan / suntingan. Kompas.com tidak pernah memberitakan bentrokan antar ormas di Kota Bandung pada 27 Juli 2020. Foto kebakaran yang dipakai adalah foto terkait aksi protes warga Amerika Serikat (AS) atas meninggalnya George Floyd pada Mei 2020.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4548) [SALAH] Virus ini punya obat Hydroxychloroquine, Zinc dan Zithromax

    Sumber: Instagram.com
    Tanggal publish: 05/08/2020

    Berita

    Akun @teluuur mengunggah video konferensi pers dokter amerika mengenai COVID-19, dengan narasi “Dokter² Amerika Ini Buka Suara Melawan Wehao. Download sekarang sebelum di-takedown, nontonnya nanti aja!”

    Di video itu, salah satunya ada klaim dari dokter Stela Immanuel sebagai berikut;

    “This virus has a cure. It is called hydroxychloroquine, zinc and Zithromax. I know you people want to talk about a mask. Hello? You don’t need [a] mask. There is a cure. I know they don’t want to open schools. No, you don’t need people to be locked down. There is prevention and there is a cure.”
    Jika diterjemahkan: Virus ini punya obat, yaitu hydroxychloroquine, zinc dan zithromax. Saya tahu orang orang akan membicarakan tentang masker. Halo? Kalian tidak memerlukan masker. Sudah ada obatnya. Saya tahu mereka tidak ingin membuka sekolah. Tidak, kalian tidak perlu membatasi orang. Ada pencegahan dan ada obatnya.

    Hasil Cek Fakta

    Setelah ditelusuri https://leadstories.com/ ternyata telah membuat debunk atas video yang berdurasi 45 menit ini. Video yang sudah di takedown di beberapa platform, antara lain youtube, facebook dan twitter ini banyak mengandung klaim palsu dan menyesatkan. Salah satunya klaim dari dokter Stela Immanuel, tentang hydroxychloroquine, zinc dan zithromax obat COVID-19.

    Hal itu bertentangan dengan penjelasan ahli Global yang mengatakan bahwa tidak ada obat untuk Coronavirus. Mereka juga menekankan pentingnya memakai masker untuk mengurangi penyebaran virus ini.

    WHO mengatakan “tidak ada obat-obatan yang telah ditemukan untuk mencegah atau menyembuhkan penyakit ini. ” WHO juga tidak merekomendasikan pengobatan sendiri dalam upaya untuk mencegah atau menyembuhkan Coronavirus.

    Dalam konferensi Stela Immanuel mengutip penelitian pada tahun 2005, yang berjudul Chloroquine is a potent inhibitor of SARS coronavirus infection and spread. Chloroquine memang dapat mencegah penyebaran SARS Cov di kultur sel. namun COVID-19 ini berbeda dengan SARS Cov, Chloroquine juga berbeda dengan hydroxychloroquine serta kultur sel berbeda dengan manusia.

    National Institute of Health (NIH) pada 20 Juni lalu juga menghentikan uji klinis dari chloroquine, untuk mengevaluasi keamanan dan efektivitas hydroxychloroquine. Begitu pula FDA bulan Juli lalu juga memperingatkan terhadap penggunaan hydroxychloroquine untuk COVID-19 diluar uji klinis atau rumah sakit pengaturan , mengutip risiko masalah irama jantung. FDA juga mencabut otorisasi penggunaan darurat untuk hydroxychloroquine.

    Dengan begitu, berdasarkan kategori Misinformasi dan Disinformasi dari First Draft, unggahan akun @teluuur mengenai konferensi pers dokter amerika ini termasuk dalam kategori konten yang menyesatkan atau misleading content.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Riza Dwi M (Anggota Tim Kalimasada Solo)

    Informasi tersebut menyesatkan. WHO dan beberapa lembaga lain menangguhkan penggunaan hydroxychloroquine untuk mengobati COVID-19 karena belum teruji klinis.

    Rujukan