(GFD-2020-8169) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ribuan Santri Tak Sadarkan Diri Usai Ikut Rapid Test Covid-19 dari RS Cina?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 06/07/2020
Berita
Sebuah gambar dengan logo CNN Indonesia yang berisi klaim bahwa ada ribuan santri di Kudus, Jawa Tengah, yang tak sadarkan diri usai ikut rapid test Covid-19 dari rumah sakit Cina beredar di media sosial. Gambar itu memuat sebuah tulisan pendek yang berjudul "Sehari Setelah Dilakukan Rapid Test Covid-19 Kepada Para Santri di Kudus, 1.000 Santri Tak Sadarkan Diri".
Gambar tersebut bertanggal 24 Juni 2020. Adapun tulisan pendek itu berbunyi: "Lebih dari 1.000 Para Santriawan & Santriawati di Kudus dalam keadaan lemah, sebagian tak sadarkan diri, setelah di lakukan Rapid Test Covid-19 oleh Tim Dokter gabungan dari Rs. Indonesia dan RS. Swasta dari China. Tim Dokter dari China di ketuai oleh Lie Kong Nyen, dan dari Indonesia oleh Ringgo Silalahi. Kini ke-2 Tim Dokter tersebut sedang di mintai keterangan oleh Menteri Kesehatan terkait kejadian tersebut."
Untuk mendukung narasi tersebut, dimuat juga empat foto dalam gambar itu. Dua di antaranya memperlihatkan sebuah prosedur rapid test. Sementara foto lainnya menampakkan tim medis yang sedang membawa pasien dan seorang polisi yang berada di antara sejumlah santri yang terlihat dalam kondisi lemah.
Di Facebook, gambar tersebut dibagikan salah satunya oleh akun Nhickey Mhedhiola, yakni pada 3 Juli 2020. Akun itu pun menulis, "Rezim ini mau menghabisi Islam." Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah dibagikan lebih dari 100 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Nhickey Mhedhiola.
Artikel ini akan berisi pemeriksaan terhadap dua hal, yakni:
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi keempat foto di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digitalnya denganreverse image toolGoogle. Berikut ini hasilnya:
Fakta:
Foto ini tidak terkait dengan rapid test para santri di Kudus. Dalam artikelnya, kantor berita Antara menulis keterangan bahwa foto ini adalah foto saat tim medis Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten Magetan menggelar rapid test Covid-19 untuk para santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Fatah di Desa Temboro, Kecamatan Karas, Magetan, pada 21 April 2020.
Sumber: Antara
Fakta:
Sama halnya dengan foto pertama, foto ini adalah foto saat Dinas Kesehatan Jawa Timur dan Magetan melakukan rapid test Covid-19 terhadap 305 santri Ponpes Al-Fatah Magetan pada 21 April 2020. Sebanyak 31 santri dinyatakan reaktif dari rapid test tersebut.
Sumber: Antara
Fakta:
Foto ini adalah foto kegiatan simulasi penanganan pasien Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Loekmono Hadi, Kudus, Jawa Tengah, pada 1 Februari 2020. Dalam simulasi ini, tim medis mengevakuasi seorang pasien ke ruang isolasi khusus. Foto ini adalah foto jepretan forografer Antara, Yusuf Nugroho, yang dimuat di situs Suara.com.
Sumber: Suara.com
Fakta:
Foto ini bukan foto santri di Kudus yang tak sadarkan diri setelah rapid test, melainkan foto puluhan santri Ponpes Syafaatul Quran di Dukuh Rimbu Lor, Desa Rejosari, Kecamatan Karangawen, Demak, yang mendadak mual dan pusing diduga akibat keracunan makanan pada 25 Januari 2018.
Sumber: Okezone.com
Terkait klaim ribuan santri Kudus tak sadarkan diri
Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo memasukkan kata kunci “rapid test santri Kudus” di kolom pencarian situs CNN Indonesia. Lewat cara ini, ditemukan bahwa CNN Indonesia tidak pernah menerbitkan berita dengan judul sebagaimana yang tercantum dalam gambar berlogo CNN Indonesia di atas. Demikian juga di media lain, tidak terdapat pemberitaan soal ribuan santri di Kudus yang tak sadarkan diri karena ikut rapid test Covid-19.
Pada Juni-Juli 2020, Pemerintah Kabupaten Kudus memang memfasilitasi rapid test Covid-19 bagi para santri yang akan kembali ke ponpesnya masing-masing. Hasil non-reaktif rapid test menjadi syarat bagi para santri untuk bisa kembali ke ponpes. Dikutip dari Radio Suara Kudus, hasil rapid test terhadap ratusan santri Kudus ini semuanya non-reaktif.
Bahkan, untuk tes kesehatan secara keseluruhan, kondisi para santri cukup bagus. Setelah menjalani rapid test, para santri itu pun difasilitasi untuk kembali ke ponpes. Pada gelombang pertama, sekitar 300 santri diberangkatkan ke Ponpes Tegalrejo Magelang. Kemudian, pada 4 Juli, diberangkatkan 100 santri ke ponpes di Kediri, Jatim.
Rapid test Covid-19 terhadap para santri Kudus tersebut tidak melibatkan rumah sakit dari Cina. Pengurus Cabang Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama ( RMINU ) Kudus menjelaskan rapid test di Pendopo Kabupaten Kudus itu adalah hasil kerja sama himpunan alumni-alumni pesantren, RMINU, dan Pemkab Kudus untuk memastikan santri bisa kembali ke ponpes dalam kondisi baik.
Sejauh ini, tidak pernah ada laporan bahwa seseorang tak sadarkan diri karena rapid test Covid-19, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Rapid test bekerja dengan cara mengambil sampel darah dari ujung jari atau pembuluh darah vena. Kemudian, sampel darah diteteskan ke alat tes atau bisa juga ditetesi serum terlebih dulu. Setelah itu, antibodi akan mengeluarkan respons yang bisa memberikan informasi tentang kontaminasi virus Corona. Kendati demikian, hasil tes terbagi dalam tiga kategori.
Hasil tes masuk dalam kategori reaktif saat terdapat garis yang muncul pada alat tes, yakni pada kolom kontrol dan kolom antibodi. Bila terdapat garis pada dua kolom ini, pasien direkomendasikan untuk melakukan konsultasi untuk tes dengan metode lain, sepertipolymerase chain reaction(PCR). Tes ini dilakukan agar pasien mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Sementara hasil tes masuk dalam kategori non-reaktif bila hanya muncul garis pada kolom kontrol. Kondisi ini terjadi karena antibodi belum terbentuk kendati virus telah terdeteksi. Pada kondisi ini, pihak rumah sakit menyarankan agar pasien berkonsultasi dengan dokter dan melakukan isolasi mandiri selama sepekan hingga dua pekan. Terakhir, bila hasil tak menunjukkan apapun pada kolom kontrol dan antibodi, berarti tidak sahih.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa ada ribuan santri di Kudus yang tak sadarkan diri usai ikut rapid test Covid-19 dari rumah sakit Cina, sebagaimana yang tercantum dalam gambar berlogo CNN Indonesia di atas, keliru. Pertama, CNN Indonesia tidak pernah menayangkan berita itu. Kedua, empat foto yang ada dalam gambar di atas sama sekali tidak terkait dengan rapid test para santri Kudus. Ketiga, tidak terdapat seribu santri Kudus yang pingsan setelah menjalani rapid test. Rapid test yang diikuti oleh pada santri Kudus pun tidak berasal dari rumah sakit Cina.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://web.archive.org/save/
- https://www.facebook.com/photo.php?fbid=106133277832968&set=a.104117524701210&type=3&theater
- https://jateng.antaranews.com/nasional/berita/1435136/santri-ponpes-temboro-magetan-jatim-jalani-rapid-test-covid-19?utm_source=antaranews&utm_medium=nasional&utm_campaign=antaranews
- https://www.antaranews.com/berita/1437476/31-santri-temboro-magetan-reaktif-sesuai-hasil-rapid-test
- https://www.suara.com/foto/2020/02/01/155128/simulasi-penanganan-pasien-virus-corona-di-kudus
- https://news.okezone.com/read/2018/01/26/512/1850891/puluhan-santri-pondok-pesantren-di-demak-keracunan-massal
- https://www.radiosuarakudus.com/setelah-dilakukan-cek-kesehatan-dan-rapid-test-100-santri-asal-kudus-kembali-di-ponpes-kediri/
- https://www.nu.or.id/post/read/121285/rminu-kudus--hoaks--berita-ribuan-santri-pingsan-usai-rapid-test
- https://gaya.tempo.co/read/1333062/memahami-cara-kerja-rapid-test-virus-corona/full&view=ok
(GFD-2020-8168) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Bocah Ini Mengambil Batu untuk Balas Tentara India yang Tembak Kakeknya?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 06/07/2020
Berita
Empat foto yang diklaim sebagai foto-foto seorang bocah yang mengambil batu untuk membalas tentara India yang menembak kakeknya beredar di media sosial. Dalam sebuah foto, memang terlihat bocah tersebut mendekati seorang tentara yang membawa senjata api.
Dalam foto itu, terlihat pula seorang pria paruh baya yang tergeletak di tanah dengan baju putih bernoda merah. Ada pula foto saat bocah itu duduk di atas dada pria tersebut, foto saat bocah itu berada di dalam sebuah mobil, serta foto pria yang sama yang tergeletak di dekat tiga tentara.
Akun yang membagikan foto-foto dan klaim tersebut adalah akun Facebook Yed Felistinesia. Dalam unggahannya pada 1 Juli 2020 tersebut, akun itu menulis, "Tentara India membunuh kakeknya dan bocah laki-laki ini mengambil batu untuk membunuh pembunuh kakeknya. Sekarang tanyakan kepada dunia jika bocah ini mengambil senjata setelah dia besar untuk membunuh pembunuh kakeknya, akankah dunia memanggilnya teroris??? #Save_Kashmir R.Ul Islam."
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Yed Felistinesia.
Apa benar bocah dalam foto-foto itu mengambil batu untuk membalas tentara India yang menembak kakeknya?
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto-foto di atas denganreverse image toolSource. Hasilnya, ditemukan bahwa peristiwa dalam foto-foto itu memang ramai diberitakan oleh media-media India baru-baru ini.
Situs News18.com misalnya, memuat foto-foto yang identik pada 1 Juli 2020 dalam artikelnya yang berjudul "Jammu dan Kashmir: Pasukan keamanan yang menyelamatkan seorang anak berusia 3 tahun masih terus menembak teroris". Artikel ini membahas tentang serangan gerilyawan pemberontak di Sopore, distrik Baramulla, negara bagian Jammu dan Kashmir, India, yang menewaskan seorang tentara dan seorang warga sipil.
Beberapa foto unggahan akun Yed Felistinesia juga pernah dimuat dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh situs Asianetnews.com pada 2 Juli 2020. Artikel ini juga menceritakan tentang serangan teroris di Sopore yang menewaskan seorang warga sipil yang sedang bepergian bersama cucu laki-lakinya.
Dilansir dari HW News, foto saat bocah itu duduk di atas dada kakeknya dan mendekati seorang tentara yang membawa senjata api merupakan foto momen-momen ketika bocah berusia 3 tahun tersebut diselamatkan oleh seorang polisi Jammu dan Kashmir dari lokasi baku tembak di Sopore.
Sebelumnya, Ayad diketahui menangis tersedu-sedu dan berusaha membangunkan kakeknya yang bersimbah darah. Seorang polisi pun mendekatinya, mengambil Ayad dari lokasi baku tembak itu, lalu menggendongnya untuk diantarkan kepada orang tuanya.
Dalam laporannya, HM News juga memuat foto ketika Ayad digendong oleh polisi yang menyelamatkannya. Foto tersebut berasal dari unggahan akun Twitter resmi Polisi Zona Kashmir, @KashmirPolice, yang diberi keterangan, "JKP (Jammu and Kashmir Police) menyelamatkan seorang bocah laki-laki berusia 3 tahun dalam serangan teroris di Sopore."
Gambar tangkapan layar unggahan akun Twitter @KashmirPolice.
Menurut laporan HM News, anak itu sedang bepergian bersama kakeknya dengan mobil dari Srinagar ke Handwara. Mereka terjebak dalam baku tembak ketika melintasi Sopore, kota yang berada di distrik Baramulla, sekitar 50 kilometer dari Srinagar.
Penjelasan yang sama juga dimuat oleh Outlook India, bahwa foto yang viral itu merupakan foto saat bocah laki-laki tersebut dijemput oleh anggota tentara dan polisi dari lokasi baku tembak di Sopore pada 1 Juli 2020 yang menewaskan kakek bocah itu.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa bocah dalam foto-foto di atas mengambil batu untuk membalas tentara India yang menembak kakeknya menyesatkan. Foto-foto tersebut memperlihatkan momen-momen saat bocah laki-laki berusia tiga tahun tersebut diselamatkan oleh polisi India dari lokasi baku tembak antara polisi India dengan gerilyawan Jammu dan Kashmir di Sopore. Dalam peristiwa itu, kakek bocah tersebut tewas tertembak.
ZAINAL ISHAQ
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
(GFD-2020-8167) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Presiden Jokowi Akui Gagal Pimpin Negara?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 03/07/2020
Berita
Narasi bahwa Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengakui gagal memimpin negara beredar di media sosial. Narasi itu terdapat dalam sebuah artikel yang berjudul "Jokowi Akui Gagal Pimpin Negara" yang dimuat oleh situs Wartarakyat.co pada 30 Juni 2020.
Di Facebook, tautan artikel itu dibagikan salah satunya oleh akun Berita Piyungan. Hingga artikel ini dimuat, unggahan akun Berita Piyungan telah direspons lebih dari 650 kali, dikomentari lebih dari 150 kali, dan dibagikan lebih dari 112 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Berita Piyungan.
Apa benar Presiden Jokowi mengakui gagal memimpin negara?
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula membaca secara lengkap artikel yang dimuat oleh situs Wartarakyat.co tersebut. Hasilnya, dalam artikel itu, tidak ditemukan pernyataan langsung dari Presiden Jokowi bahwa dirinya gagal memimpin negara.
Pernyataan tersebut merupakan opini dari analis politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago. Opini itu merupakan respons atas kemarahan Presiden Jokowi kepada para menterinya yang tidak responsif dalam menangani pandemi Covid-19.
"Yang dipertontonkan di ruang publik ibarat ‘menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri’. Ini adalah dagelan politik yang sedikit agak memalukan, pada saat yang sama sebetulnya presiden mengkonfirmasi/membuat pengakuan atas kegagalannya dalam memerintah/memimpin lewat kinerja menterinya yang inkompeten," ujar Pangi pada 30 Juni 2020.
Dalam artikel itu, situs Wartarakyat.co menulis bahwa mereka menyadur dari artikel yang dimuat oleh situs Gelora.co. Namun, judul asli artikel Gelora.co telah diubah oleh situs Wartarakyat.co. Judul asli artikel tersebut adalah "Voxpol: Jokowi Akui Gagal Pimpin Negara".
Kritikan Pangi ini juga pernah dimuat oleh sejumlah media arus utama. Tempo misalnya, memuat pernyataan Pangi tersebut pada 1 Juli 2020 dalam berita yang berjudul "Pengamat Menilai Kemarahan Jokowi ke Menteri sebagai Cuci Tangan".
Analis politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, menilai kemarahan Presiden Jokowi dalam rapat kabinet sengaja ditunjukkan untuk menutupi kekurangannya sebagai kepala pemerintahan dalam menghadapi pandemi. "Boleh jadi ini dagelan politik, mencari kambing hitam demi menutupi kelemahannya sebagai presiden dalam menjalankan roda pemerintahan," ujar Pangi.
Video kemarahan Jokowi terhadap menterinya diunggah pada 28 Juni lalu di YouTube resmi Sekretariat Presiden atau 10 hari setelah pidato itu disampaikan pada 18 Juni 2020. Dalam video tersebut, Jokowi menegur keras para menterinya yang ia sebut tak memilikisense of crisisyang sama akibat Covid-19. Menurut Jokowi, tidak ada progres signifikan yang dibuat para menterinya dalam menanggulangi pandemi ini. Bahkan, Jokowi mengancam akan membubarkan lembaga atau me-reshufflekabinetnya jika diperlukan.
Menurut Pangi, Jokowi sengaja ingin “cuci tangan" dan menyalahkan para menteri yang tidak becus bekerja, bukan dirinya sebagai presiden. Jokowi, kata Pangi, berupaya menempatkan diri sebagai pahlawan yang memperjuangkan kepentingan 267 juta rakyat Indonesia, dengan menunjukkan kemarahan pada menterinya di hadapan publik.
Padahal, kata Pangi, presiden dan menteri harusnya merupakan satu kesatuan dalam mengerakkan roda pemerintahan, sehingga tidak masuk akal jika kesalahan tertumpu pada satu aktor saja. "Bagaimana mungkin kita bisa mahfum bahwa kegagalan pemerintahan tertumpu pada kelemahan pembantu presiden saja?" ujarnya.
Pangi menilai kemarahan Jokowi kepada para menteri justru mengonfirmasi kegagalannya dalam memimpin kabinet. "Yang dipertontonkan di ruang publik ibarat menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri. Ini adalah dagelan politik yang sedikit agak memalukan," ujar Pangi.
Bukan media kredibel
Situs Wartarakyat.co bukanlah situs media kredibel karena hanya mengambil konten dari situs media lain. Selain itu, situs tersebut tidak mencantumkan susunan redaksi, penanggung jawab, serta alamat perusahaan. Padahal, ketentuan terkait ini diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
Pasal 12 UU Pers tersebut berbunyi: "Perusahaan pers wajib mengumumkan nama, alamat, dan penanggung jawab secara terbuka melalui media yang bersangkutan; khusus untuk penerbitan pers ditambah nama dan alamat percetakan."
Selain itu, dalam situs Wartarakyat.co, tidak ditemukan Pedoman Pemberitaan Media Siber. Padahal, kewajiban untuk mencantumkan Pedoman Pemberitaan Media Siber bagi perusahaan media ini juga diatur dalam UU Pers, khususnya dalam Pasal 8.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, judul artikel situs Wartarakyat.co, "Jokowi Akui Gagal Pimpin Negara", menyesatkan. Dalam artikel itu, tidak ditemukan pernyataan langsung dari Presiden Jokowi bahwa dirinya gagal memimpin negara. Pernyataan tersebut merupakan opini dari analis politik Pangi Syarwi Chaniago. Opini itu merupakan respons atas kemarahan Jokowi kepada para menterinya yang tidak responsif dalam menangani pandemi Covid-19.
IBRAHIM ARSYAD
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://wartarakyat.co/jokowi-akui-gagal-pimpin-negara/?fbclid=IwAR2H4nbdxIE5g5R_nfqtmwsCMQFy1CY4k_KTxSycBkxwHMt3zqxlt6V_iKM
- http://archive.ph/2KZxV
- https://www.gelora.co/2020/06/voxpol-jokowi-akui-gagal-pimpin-negara.html
- https://nasional.tempo.co/read/1360061/pengamat-menilai-kemarahan-jokowi-ke-menteri-sebagai-cuci-tangan/full&view=ok
(GFD-2020-8166) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Keluarga di India Ini Tewas Karena Daun Pisang yang Terkena Virus Kelelawar?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 03/07/2020
Berita
Foto yang memperlihatkan lima orang dalam keadaan mata tertutup dan terbaring di lantai beredar di media sosial. Lima orang itu diklaim sebagai sebuah keluarga di India yang tewas akibat makan beralaskan daun pisang yang terkena virus kelelawar.
Di atas foto tersebut, terdapat narasi yang berbunyi, "Hati2 makan pakai daun pisang, sejeluarga d india meningal,Daun pisang tempat mereka makan terimpeksi pirus k lalawar..bagi2kan brita terbaru ini." Terdapat pula foto kelelawar yang hinggap di batang pisang di bawah foto itu.
Di Facebook, salah satu akun yang mengunggah foto tersebut adalah akun Abddie Negara, yakni pada 1 Juli 2020. Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah dibagikan sebanyak 194 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Abddie Negara.
Apa benar keluarga di India dalam foto di atas tewas karena makan beralaskan daun pisang yang terkena virus kelelawar?
Hasil Cek Fakta
Untuk memeriksa klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri foto di atas denganreverse image toolSource. Lewat cara ini, ditemukan petunjuk dari situs cek fakta berbahasa Tamil yang berbasis di India, YouTurn, yang pernah memverifikasi klaim tersebut pada 2018.
Menurut YouTurn, klaim bahwa enam keluarga dalam foto tersebut tewas karena terinfeksi virus kelelawar dari daun pisang adalah klaim yang keliru. Keluarga yang berasal dari Desa Mamilakatta dekat Suryapet, negara bagian Telangana, itu bunuh diri dengan menenggak racun. Peristiwa ini terjadi pada September 2017.
Fakta tersebut berasal dari investigasi polisi setempat. Menurut polisi, keluarga itu memutuskan untuk bunuh diri bersama-sama karena memiliki hutang dalam jumlah yang cukup besar. Kepala keluarga ini hanya bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan.
Berbekal petunjuk tersebut, Tempo menelusuri pemberitaan lokal dengan memasukkan kata kunci “a family in Suryapet, India, committed suicide” ke mesin pencari Google. Hasilnya, ditemukan banyak berita terkait peristiwa itu oleh media lokal pada 2017.
Telangana Today misalnya, menulis bahwa keluarga yang tinggal di Mamillagadda, Suryapet, tersebut melakukan bunuh diri dengan mengkonsumsi pestisida karena masalah keuangan. Para korban diidentifikasi sebagai Kasthuri Janardhan, Chandrakala, Ashok, Prabhatha, Sriri, dan Ruthwika.
Kejadian ini berawal ketika Kasthuri Suresh, putra Kasthuri Janardhan, meminjam uang kepada seseorang untuk membangun bisnis jasa perangkat keras komputer. Namun, usaha ini gulung tikar, dan Kasthuri Suresh melarikan diri.
Setelah kepergian Kasthuri Suresh, pemberi pinjaman mulai mendatangi keluarga Kasthuri Janardhan untuk menagih dan menekan mereka agar membayar uang tersebut. Tak lama kemudian, mereka dilaporkan bunuh diri dengan mengkonsumsi pestisida diduga karena merasa tertekan dan malu.
Televisi lokal HMTV juga pernah melaporkan berita tersebut dengan menyertakan video para korban yang wajahnya telah diburamkan. Video itu diunggah di kanal YouTube mereka pada 17 September 2017. Dalam video itu, terlihat enam jenazah korban dengan pakaian yang sama dengan yang terlihat dalam foto yang beredar di Facebook.
HMTV juga menyebut bahwa mereka tewas setelah menenggak racun karena masalah keuangan. "In a tragic incident, a family of six persons including two women, two children and two men have committed by consuming pesticide in a suicide pact at Kasturi Bazar in Suryapet. The reason is known that they committed suicide due to financial problems."
Klaim keliru beredar sejak 2018
Klaim yang salah mengenai meninggalnya keluarga tersebut telah menyebar sejak 2018, sebagaimana yang ditulis oleh YouTurn. Klaim yang beredar saat itu,sama dengan klaim yang beredar saat ini, bahwa mereka meninggal karena terinfeksi virus nipah, virus yang berasal dari kelelawar yang menempel di daun pisang.
Pada 13 Juni 2018, muncul klaim lain terkait foto itu, bahwa keluarga tersebut tewas karena minum Coca-Cola. Bahkan, di Twitter, informasi tersebut dilengkapi dengan foto sejumlah botol Coca-Cola.
Klaim keliru kembali beredar pada 2019, di mana keluarga itu diklaim meninggal setelah mengkonsumsi kue. Klaim ini menyebar bersama dengan foto keluarga lain yang sedang memamerkan sebuah kue. Klaim itu telah dibantah oleh situs cek fakta India lainnya, Bhaskar Hindi.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa keluarga di India dalam foto di atas tewas karena makan beralaskan daun pisang yang terkena virus kelelawar keliru. Keluarga tersebut meninggal karena menenggak pestisida. Mereka bunuh dini akibat masalah ekonomi yang membelitnya. Berbagai klaim yang salah mengenai foto ini juga telah beredar sejak 2018.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://youturn.in/factcheck/banana-leaf-nipah-virus-dead.html
- https://telanganatoday.com/member-family-commit-suicide-suryapet
- https://www.youtube.com/watch?v=eQcNCGdRRIw
- https://twitter.com/mparvej81/status/1006647355180044289
- https://www.bhaskarhindi.com/fake-news/news/death-of-six-family-member-by-eating-cake-fact-check-fake-news-74021
Halaman: 4441/5900