(GFD-2020-8197) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Wanita Bercadar Ini Warga Palestina yang Ikut Perang?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 23/07/2020
Berita
Sebuah foto yang memperlihatkan beberapa wanita bercadar hitam yang mengangkat senjata beredar di media sosial. Para wanita itu juga mengenakan rompi loreng. Para wanita dalam foto tersebut diklaim warga Palestina yang ikut berperang.
Di Facebook, foto itu diunggah salah satunya oleh akun Fhiraa, yakni pada 19 Juli 2020. Akun ini menuliskan narasi, "Wanita bercadar di palestina sibuk berperang sedangkan wanita bercadar di indonesia sibuk selfie dengan caption Istiqomah tanpa batas. Astaghfirullah.”
Hingga artikel ini dimuat, foto tersebut telah dibagikan lebih dari 4.400 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Fhiraa.
Apa benar wanita bercadar dalam foto tersebut merupakan wanita Palestina yang ikut berperang?
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto unggahan akun Fhiraa denganreverse image tool Source. Hasilnya, ditemukan bahwa foto tersebut pernah dimuat situs Mosnad.com pada 14 Oktober 2015 dengan judul "Taiz merayakan revolusi 14 Oktober".
Situs Yemennewsgate.net juga pernah memuat foto itu pada tanggal yang sama, yakni 14 Oktober 2015, dalam artikelnya yang berjudul “Parade khidmat Perlawanan Rakyat Taiz pada peringatan ulang tahun Oktober”.
Artikel itu menceritakan parade militer yang digelar oleh Perlawanan Rakyat Taiz di Yaman dalam rangka peringatan Revolusi 14 Oktober. Sejumlah Brigade Al-Jaid dan Perlawanan berpartisipasi dalam parade militer itu, termasuk batalion pasukan khusus wanita yang lulus minggu lalu.
Upacara tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh, termasuk Sheikh Hammoud al-Mikhlafi, pemimpin Perlawanan Rakyat Taiz.Parade militer ini mengejutkan semua orang yang menyaksikannya dalam hal mobilisasi dan organisasi, terlepas dari pengepungan yang dilakukan terhadap Taiz oleh milisi Houthi dan Saleh pada 14 Oktober 2015.
Parade militer ini juga diberitakan oleh Sky News Arabia. Sky News Arabia menulis, terlepas dari pengepungan oleh milisi Houthi, Perlawanan Rakyat dan Dewan Militer Taiz menyelenggarakan parade militer yang meriah pada hari peringatan Revolusi 14 Oktober melawan pendudukan Inggris di Yaman Selatan.
Ratusan warga menghadiri parade militer yang digelar di Jalan Jamal di Taiz itu. Dalam pidatonya di parade tersebut, Kepala Dewan Militer Taiz, Brigadir Jenderal Sadiq Ali Sarhan, mengatakan bahwa "kepemimpinan politik bertekad menghancurkan pengepungan, membebaskan Taiz dan semua provinsi dari milisi kudeta pemberontak, dan mencapai impian negara yang beradab."
Dilansir dari Anydayguide.com, 14 Oktober merupakan hari libur nasional yang penting di Yaman yang disebut Hari Pembebasan. Pada hari tersebut, warga Yaman memperingati pemberontakan melawan Inggris di Yaman selatan yang akhirnya mengarah pada kemerdekaan Yaman Selatan.
Yaman Selatan menjadi protektorat Inggris pada 1869. Hal ini dikenal sebagai Protektorat Aden. Sementara Yaman Utara, saat itu, adalah bagian dari Kekaisaran Ottoman. Setelah Perang Dunia I, Yaman Utara memperoleh kemerdekaan, sedangkan Yaman Selatan tetap di bawah kendali Inggris.
Bangkitnya nasionalisme Arab pada 1960-an mendorong kelompok nasionalis Yaman Selatan untuk memperjuangkan kemerdekaannya. Pada 14 Oktober 1963, Front Pembebasan Nasional dan Front Pembebasan Pendudukan Yaman Selatan memulai perjuangan bersenjata melawan kontrol Inggris atas wilayahnya. Hal ini dikenal sebagai Aden Emergency. Pemberontakan ini berlangsung selama 4 tahun.
Pada 30 November 1967, Yaman Selatan akhirnya mendapatkan kemerdekaan dari Inggris. Ketika Yaman Utara dan Yaman Selatan dipersatukan menjadi satu negara, Republik Yaman, 14 Oktober ditetapkan sebagai hari libur nasional. Hari Pembebasan ini biasanya dirayakan dengan pidato resmi, unjuk rasa, dan parade di seluruh negeri.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa wanita bercadar yang mengangkat senjata dalam foto di atas merupakan warga Palestina yang ikut berperang, keliru. Wanita bercadar dalam foto tersebut adalah prajurit batalion pasukan khusus wanita Yaman dalam parade militer yang memperingati Revolusi 14 Oktober di Taiz, Yaman, pada 2015.
ZAINAL ISHAQ
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- http://archive.ph/pwWt4
- https://bit.ly/3hvyB5n
- https://bit.ly/30v53xK
- https://www.skynewsarabia.com/middle-east/782861-%D8%AA%D8%B9%D8%B2-%D8%AA%D8%AD%D8%AA%D9%81%D9%84-%D8%A8%D8%AB%D9%88%D8%B1%D8%A9-%D8%A7%D9%94%D9%83%D8%AA%D9%88%D8%A8%D8%B1-%D9%88%D8%AA%D8%B3%D8%AA%D8%B9%D8%AF-%D9%84%D9%84%D8%AD%D8%B3%D9%85
- https://anydayguide.com/calendar/2595
(GFD-2020-8196) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Warung di Bali Ini Berlabel Halal Tapi Menjual Babi Guling?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 22/07/2020
Berita
Sebuah foto yang memperlihatkan papan nama sebuah warung makan yang berlabel halal tapi menjual babi guling beredar di media sosial. Di Facebook, foto tersebut diunggah salah satunya oleh akun Nian Antono, yakni pada 21 Juli 2020.
Di papan nama warung makan yang berwarna hijau itu, tercantum tulisan "Warung Makan Banyuwangi Babi Guling H. Roni". Di bawah tulisan "Banyuwangi", tertera label halal. Di papan nama itu, tertulis pula alamat warung tersebut, yakni Jalan Tangkuban Perahu Nomor 171 Padang Sambian Kelod.
Akun Nian Antono kemudian menuliskan narasi, “Warung makan Banyuwangi lokasi di Denpasar. Ada logo halal tapi jualan babi guling. Yg jual pak Haji. Klo Di Jawa bisa didemo bersilit silit.” Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah direspons lebih dari 180 kali dan dibagikan sebanyak 88 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Nian Antono.
Apa benar warung makan di Bali tersebut berlabel halal tapi menjual babi guling?
Hasil Cek Fakta
Untuk memeriksa klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo menelusuri alamat yang tertera di papan nama warung itu, yakni Jalan Tangkuban Perahu Nomor 171, dengan Google Maps. Hasilnya, ditemukan bahwa benar Warung Makan Banyuwangi H. Roni tersebut terletak di alamat itu, yang berada di Denpasar, Bali.
Namun, menurut dokumentasi Google Street View pada September 2018, tidak terdapat teks “Babi Guling” pada papan nama warung tersebut. Dalam bidang segi lima berwarna hijau muda di bagian tengah papan nama itu, hanya terdapat teks "H. Roni" yang diapit oleh gambar sendok dan garpu.
Dokumentasi Warung Makan Banyuwangi H. Roni di Denpasar, Bali, di Google Street View pada September 2018. Tidak terdapat teks “Babi Guling” dalam papan nama warung makan tersebut.
Untuk mendapatkan dokumentasi terbaru, Tempo memeriksa halaman Facebook Warung Makan Banyuwangi H. Roni. Sebuah foto yang memperlihatkan bagian depan warung itu pernah diunggah oleh akun Abdul Basit pada 27 Januari 2020. Terlihat bahwa tidak ada perubahan pada papan nama antara dokumen Google Street View pada September 2018 dengan foto unggahan akun Abdul Basit pada Januari 2020. Papan nama Warung Makan Banyuwangi H. Roni dalam foto unggahan akun Abdul Basit tidak memuat teks “Babi Guling”.
Gambar tangkapan layar foto unggahan akun Facebook Abdul Basit pada 27 Januari 2020. Lewat pembesaran maksimum pada bagian papan nama warung, terlihat bahwa tidak tertera teks “Babi Guling” di papan nama itu.
Dalam daftar menu Warung Makan Banyuwangi H. Roni yang diunggah oleh seorang warganet di situs Tripadvisor.com pun, tidak tertera menu babi guling. Warung tersebut hanya menyediakan masakan olahan ayam, ikan, rawon sapi, dan soto ayam.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa Warung Makan Banyuwangi H. Roni berlabel halal tapi menjual babi guling keliru. Papan nama warung tersebut yang diunggah oleh akun Facebook Nian Antono adalah hasil suntingan. Papan nama Warung Makan Banyuwangi H. Roni yang asli tidak memuat teks “Babi Guling”. Demikian juga yang terlihat pada daftar menu warung ini, tidak tercantum menu babi guling, hanya menu olahan ayam, ikan, rawon sapi, dan soto ayam.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
(GFD-2020-8195) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Presiden Israel Janji Bikin Indonesia Seperti Palestina Jika Terus Ikut Campur?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 22/07/2020
Berita
Gambar tangkapan layar artikel di situs Tirastimes yang berisi pernyataan bernada mengancam dari Presiden Israel terhadap Indonesia beredar di media sosial. Artikel tersebut berjudul "Presiden Israel: Bila Terus Ikut Campur, Kami Berjanji Akan Buat Indonesia Seperti Palestina".
Di Facebook, gambar tangkapan layar itu diunggah salah satunya oleh akun Muhammad Rehvall, yakni pada 19 Juli 2020. Akun ini memberikan narasi, "Ngelawak gan!" Hingga artikel ini dimuat, gambar tangkapan layar itu telah dikomentari sebanyak 133 kali dan dibagikan sebanyak 119 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Muhammad Rehvall.
Apa benar Presiden Israel janji bikin Indonesia seperti Palestina jika terus ikut campur?
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, artikel di situs Tirastimes yang memuat pernyataan Presiden Israel Reuven Rivlin itu dimuat tiga tahun yang lalu, yakni pada 20 Desember 2017. Artikel ini menyebutkan bahwa ancaman Rivlin itu dilontarkan karena situs-situs mereka dibombardir oleh para peretas yang mayoritas berasal dari Indonesia.
Karena masalah itu, Rivlin meminta warga Indonesia tidak mencampuri urusan Israel, khususnya para hacker Tanah Air untuk tidak menyerang situs-situs Israel. Jika permintaan itu tidak diindahkan, Israel bakal menyerang Indonesia, sama seperti Palestina.
“Israel bisa saja menghentikan aksi jika Indonesia tidak ikut campur masalah Israel, kecuali itu perintah atau gabungnya Indonesia dengan PBB. Kalau hanya relawan maupun sekelompok orang yang kami anggap ilegal, kami tidak akan segan-segan membuat nasibnya sama dengan Palestina,” ujar Rivlin seperti yang ditulis oleh situs Tirastimes.
Untuk memverifikasi klaim dalam artikel di situs Tirastimes itu, bahwa Rivlin mengancam Indonesia, Tempo menelusuri pemberitaan media arus utama dengan memasukkan kata kunci "Presiden Israel ancam Indonesia" di mesin perambah Google. Hasilnya, tidak ditemukan berita terkait ancaman dari Rivlin itu di media arus utama.
Narasi serupa justru ditemukan dalam video di kanal YouTube Gangpro Gaming pada 19 Juli 2020 yang berjudul “Presiden Israel: Bila Hacker Indonesia Terus Ikut campur, Kami Buat Indonesia Seperti Palestina!”. Narasi yang dibacakan dalam video berdurasi 2 menit 12 detik tersebut identik dengan narasi di artikel Tirastimes.
Namun, kanal Gangpro Gaming mencantumkan tautan artikel dari situs Merdeka.com sebagai sumber informasinya. “Bilang ini Hoax ? wait Bro Ada Artikel nya untuk memastikan liat sendiri ok,” demikian keterangan yang ditulis oleh kanal Gangpro Gaming pada videonya.
Sumber informasi yang dimaksud oleh kanal Gangpro Gaming adalah berita di situs Merdeka.com yang berjudul “Diserang hacker Indonesia, Israel ancam lakukan balasan”. Berita yang dimuat pada 22 November 2012 ini menceritakan perang di dunia maya sebagai imbas invasi Israel di wilayah Jalur Gaza, Palestina, ketika itu.
Didorong sentimen solidaritas sebagai sesama negara muslim, beberapa hacker Indonesia menyerang sejumlah server dan situs Israel. Tak lama kemudian, otoritas keamanan internet Indonesia (Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure/IDSIRTI) mengabarkan adanya pemberitahuan dari otoritas internet Israel bahwa mereka bakal melakukan serangan balasan terhadap DNS server Indonesia yang menyasar domain-domain berakhiran .id.
Ketua Umum Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (Pandi) Andy Budimansyah mengatakan sudah mendengar informasi tersebut. Namun, dari hasil pemeriksaan sementara, belum ada serangan yang dilancarkan hacker Israel ke domain Indonesia. "Sejauh ini belum ada serangan, tapi kemarin memang ada notifikasi dari First Org. Itu lembaga semacam IDSIRTI-nya Israel," ujarnya pada 23 November 2012.
Sumber yang digunakan ini juga tidak relevan dengan klaim "Presiden Israel Reuven Rivlin janji bikin Indonesia seperti Palestina jika terus ikut campur". Pasalnya, berita di situs Merdeka.com itu dimuat pada 22 November 2012. Sementara Rivlin baru terpilih sebagai Presiden Israel pada Juni 2014.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa Presiden Israel Reuven Rivlin janji bikin Indonesia seperti Palestina jika terus ikut campur adalah klaim yang keliru. Tidak ditemukan informasi dari otoritas resmi maupun pemberitaan media arus utama yang menyebutkan adanya ancaman dari Rivlin bahwa Indonesia akan dibuat seperti Palestina jika terus ikut campur.
ZAINAL ISHAQ
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
(GFD-2020-8194) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Thermo Gun Bisa Rusak Struktur Otak Manusia?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 21/07/2020
Berita
Video pendek yang berisi potongan wawancara Helmy Yahya dengan ahli ekonomi Ichsanuddin Noorsy tentang klaim bahwa termometer tembak atau thermo gun bisa merusak struktur otak manusia beredar di YouTube. Video tersebut diunggah salah satunya oleh kanal KlikLembaran, yakni pada 19 Juli 2020.
Dalam video berdurasi satu menit itu, Ichsanudin menyatakan penolakannya terhadap pemakaian thermo gun untuk pemeriksaan suhu tubuh. Ia mengklaim bahwa thermo gun seharusnya dipakai untuk memeriksa kabel panas, bukan untuk mengecek suhu tubuh seseorang.
“Lasernya dipakai untuk memeriksa kabel panas, bukan untuk memeriksa temperatur manusia. Dan kita menerima. Dan mereka menjual alat dengan mahal. Kita dibodohi, kepala kita ditembak laser, kita tidak tahu dampak kerusakan pada struktur otak. Kalau saya tidak mau,” katanya.
Selama pandemi Covid-19, thermogan memang digunakan secara luas untuk mengetahui suhu tubuh seseorang tanpa terjadinya kontak fisik.
Gambar tangkapan layar video unggahan kanal YouTube KlikLembaran.
Namun, benarkah thermo gun bisa merusak struktur otak manusia?
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, thermo gun untuk mengecek suhu tubuh bekerja dengan menerima pancaran inframerah dari suatu benda, bukan mengeluarkan radiasi apalagi laser sebagaimana yang diklaim oleh Ichsanuddin Noorsy. Selama ini, thermo gun dengan laser hanya digunakan untuk keperluan pengukuran temperatur pada industri, bukan medis.
“Thermo gun tidak mengeluarkan radiasi apapun. Fungsinyareceiveratau detektor radiasi, bukantransmitter atau pemancar radiasi,” ujar Ketua Departemen Fisika Kedokteran Klaster Medical Technology IMERI Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prasandhya Astagiri Yusuf, saat dihubungi pada 21 Juli 2020.
Thermo gun untuk penapis suhu tubuh, kata Prasandya, memiliki mekanisme dan fungsi kerja yang berbeda dengan termometer untuk memeriksa kabel panas industri. Untuk industri, digunakan spektrum temperatur yang lebih lebar, misalnya -50 sampai 300 derajat Celcius, sehingga resolusinya biasanya sebesar 0,5 derajat celsius. Adapun temperatur medis menggunakan resolusi yang lebih kecil, yakni 0,1 derajat Celsius.
Departemen Fisika Kedokteran Klaster Medical Technology IMERI secara khusus menerbitkan penjelasan ilmiah soal thermo gun di situs resminya pada 21 Juli 2020.
Secara teknis, cara kerja thermo gun suhu tubuh pun berbeda dengan cara kerja termometer raksa atau digital yang menggunakan prinsip rambatan panas secara konduksi. Termometer tembak menggunakan prinsip rambatan panas melalui radiasi. Dalam prinsip ilmu fisika kedokteran, setiap benda dengan temperatur lebih besar dari 0 Kelvin akan memancarkan radiasi elektromagnetik atau sering disebut radiasi benda hitam (Hukum Wien).
Kelvin (K) adalah satuan baku untuk temperatur dengan konversi 0 derajat Celcius setara dengan 273 K. Kisaran suhu tubuh manusia normal, yakni 36-37,5 derajat Celcius, berada di dalam pancaran spektrum inframerah jika dilihat dari jangkauan radiasi elektromagnetik. Energi radiasi dari permukaan tubuh ditangkap, kemudian diubah menjadi energi listrik dan ditampilkan dalam angka digital temperatur derajat Celcius pada thermogun.
Prinsip teknologi serupa juga digunakan di kamera termal untuk pengecekan temperatur di bandara sertathermal gogglesdi dunia militer untuk mendeteksi keberadaan seseorang di kondisi yang gelap.
Termometer inframerah yang tersedia di pasaran umumnya bekerja untuk mendeteksi temperatur gendang telinga (termometer telinga) atau temperatur dahi (termometer dahi). Penggunaan dahi untuk pengukuran temperatur, kata Prasandya, memang paling optimal dan reliabel untuk menggambarkan suhu tubuh sebenarnya. Termometer dahi juga lebih cocok untuk skrining gejala demam Covid-19 karena hanya perlu “ditembak” ke arah dahi tanpa perlu bersentuhan secara langsung dengan kulit.
Ini berbeda dengan termometer telinga. Meskipun hasilnya lebih akurat, pengukuran temperatur dengan termometer ini mensyaratkan kontak langsung dengan kulit seseorang sehingga kurang cocok untuk skrining gejala demam Covid-19.
“Sama saja seperti termometer air raksa yang penggunaannya perlu dipasang di ketiak, mulut, atau rektum. Apakah bisa jika diukur di tempat lainnya atau misal digenggam di tangan? Jawabannya bisa saja, namun tidak menggambarkan temperatur tubuh yang sesungguhnya,” kata Prasandya.
Termometer tembak mendeteksi temperatur arteri temporal pada dahi untuk mengestimasi suhu tubuh seseorang. Yang perlu diperhatikan, akurasi pengukuran temperatur bergantung pada jarak dan sudut thermo gun terhadap objek yang diukur sehingga terkadang mempengaruhi hasil pengukuran yang bisa berubah-ubah.
Sementara laser (light amplification by stimulated emission of radiationatau amplifikasi cahaya melalui pancaran terstimulasi) biasanya ditemui pada pointer untuk presentasi, pembaca atau penulis CD dan DVD, serta pemotong jaringan pada prosedur pembedahan. Energinya disesuaikan dengan fungsi, semakin besar akan semakin destruktif.
Beberapa thermo gun industri mungkin saja dilengkapi dengan laser berenergi rendah, tapi fungsinya sebagai penunjuk (pointer) untuk ketepatan arah sehingga tidak ada kaitan langsung dengan fungsi pengukuran temperatur. Apakah laser tersebut berbahaya untuk otak manusia? Sama halnya dengan laser pointer, laser ini tidak memiliki efek bahaya bagi otak. Tapi hindari menembakkannya ke arah mata secara langsung karena dapat merusak retina.
Dinyatakan aman oleh FDA Amerika Serikat
Penggunaan termometer tembak sebagai pengukuran suhu tubuh di tengah pandemi Covid-19 telah dinyatakan aman oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA). Penggunaan termometer tembak tanpa kontak fisik dapat membantu penapisan sebagai upaya mengurangi risiko penyebaran Covid-19. Selain itu, termometer tembak mudah digunakan, dibersihkan, dan didisinfeksi serta dapat mengukur suhu tubuh dengan cepat.
Meski begitu, ditekankan bahwa orang yang menggunakan termometer ini harus secara ketat mengikuti pedoman cara penggunaan maupun rekomendasi dari pabrik, seperti jarak pengukuran yang benar.
Sementara menurut Ketua Departemen Fisika Kedokteran Klaster Medical Technology IMERI Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prasandhya Astagiri Yusuf, setiap thermo gun idealnya harus divalidasi dan dikalibrasi oleh perusahan tersertifikasi. Hal ini untuk mencegah merek palsu yang beredar serta menjaga kualitas akurasi hasilnya. “Tapi paling mudahnya bisacross-checkdengan hasil termometer raksa atau digital konduktif, apakah ada perbedaan signifikan dari pembacaan hasil. Harus diuji juga berkali-kali untuk melihat reliabilitasnya,” kata Prasandhya.
Menurut Prasandya, pengukuran temperatur tubuh dengan thermo gun tidak bisa dijadikan acuan utama terkait apakah seseorang menderita Covid-19 atau tidak, karena pasien Covid-19 bisa saja tidak memiliki gejala demam. “Kami berharap penggunaan thermo gun secara luas di tempat-tempat publik, seperti pusat perbelanjaan, perkantoran, dan layanan transportasi publik, disertai dengan SOP yang jelas," ujarnya.
Klaim serupa pernah beredar di Afrika Timur hingga Argentina
Klaim yang dilontarkan oleh Ichsanuddin Noorsy tersebut pernah beredar sebelumnya di sejumlah negara di Afrika Timur serta Argentina. Organisasi pemeriksa fakta setempat, PesaCheck, mendokumentasikan sebuah cuitan di Twitter pada 13 Juli 2020 yang berisi klaim bahwa thermo gun membunuh sel neuron dan dapat menyebabkan kerusakan otak. Cuitan itu pun menuliskan peringatan agar termometer tidak langsung ditembakkan ke kepala, tapi ke bagian tubuh lain seperti tangan atau jari.
Ngumbau Kitheka, dokter dari Rumah Sakit Kenyatta, menjelaskan bahwa termometer tembak tidak memancarkan energi atau radiasi. Sebaliknya, tubuh manusialah yang memancarkan radiasi inframerah yang kemudian diserap oleh termometer tembak. Alat ini kemudian menginterpretasikan suhu tubuh seseorang. “Manusia memancarkan panas dalam bentuk radiasi termal asalkan suhu lingkungan di atas nol mutlak,” katanya.
Hal itu juga ditegaskan oleh Leonard Mabele, dosen di Universitas Strathmore. Menurut dia, termometer inframerah non-kontak bekerja dengan sensor inframerah pasif yang mengukur emisi inframerah suatu objek. Sensor pada thermo gun kemudian mengartikan emisi inframerah dari tubuh sebagai suhu, dan mencerminkan ini sebagai nilai numerik. “Sinar yang dipancarkan oleh thermo gun digunakan untuk membantu pengukuran secara akurat titik-titik pada suatu objek,” katanya.
International Fact-Checking Network ( IFCN ) pun telah mendokumentasikan sejumlah klaim keliru tentang bahaya termometer tembak tersebut yang beredar di Amerika Latin, seperti di Lithuania, Meksiko, da
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa termometer tembak atau thermo gun mengeluarkan laser yang dapat merusak struktur otak manusia adalah klaim yang keliru. Thermo gun untuk mengecek suhu tubuh bekerja dengan menerima pancaran inframerah dari suatu benda, bukan mengeluarkan radiasi apalagi laser. Selama ini, thermo gun dengan laser hanya digunakan untuk keperluan pengukuran temperatur pada industri, bukan medis.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- http://archive.ph/ngYas
- https://fk.ui.ac.id/berita/penjelasan-ilmiah-fkui-terkait-keamanan-penggunaan-termometer-tembak-thermogun-inframerah-pada-masa-adaptasi-kebiasaan-baru-pandemi-covid-19.html
- https://pesacheck.org/false-infrared-thermometers-are-not-harmful-to-brain-cells-ef846913354f
- https://www.poynter.org/fact-checking/2020/infrared-thermometers-wont-blind-you-damage-your-neurons-nor-affect-your-meditation/
Halaman: 4434/5900