• (GFD-2020-8256) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Mata Bocah Ini Harus Dioperasi Akibat Kecanduan Gadget?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 02/09/2020

    Berita


    Kisah tentang seorang bocah Thailand berusia 4 tahun yang menderita mata malas sehingga harus dioperasi akibat kecanduan gadget beredar di internet dalam beberapa hari terakhir. Kisah ini dilengkapi dengan sebuah foto bocah perempuan yang matanya tengah mendapatkan perawatan.
    Bocah itu disebut sebagai putri dari warga Bangkok pemilik akun Facebook Dachar Nuysticker Chuayduang. Dalam unggahannya di Facebook, Dachar bercerita bahwa ia telah mengenalkan gadget, terutama ponsel dan iPad, kepada putrinya sejak usianya masih 2 tahun.
    Menurut Dachar, pola asuh ini membuat putrinya kecanduan gadget. Jika tidak diizinkan bermain gadget, sang putri akan kesal, marah, hingga menjerit-jerit. Karena tidak tahan dan agar tidak mengganggu aktivitasnya, Dachar pun akhirnya memberikan gadget kepada putrinya.
    Namun kini, kondisi putrinya membuat Dachar menyesal. Sang putri divonis dokter menderita mata malas dengan satu mata miring atau juling, salah satu komplikasi paling serius dari miopi dan astigmatisme. Akibatnya, di usia yang masih begitu muda, mata putri Dachar harus dioperasi.
    Bagaimana kebenaran kisah yang menimpa bocah Thailand tersebut?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi kisah di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto yang menyertai kisah tersebut denganreverse image toolSource dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa foto tersebut memang diunggah pertama kali oleh akun Facebook Dachar Nuysticker Chuayduang, tepatnya pada 2 November 2018. Dachar bercerita bahwa putrinya mengalami gangguan penglihatan hingga harus dioperasi akibat kecanduan gadget.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Dachar Nuysticker Chuayduang.
    Kisah ini pun dikutip oleh banyak media, baik media lokal Thailand maupun media luar. Situs media Thailand Chiang Mai News misalnya, pernah memuat kisah itu dalam artikelnya pada 4 November 2018. Terdapat pula foto-foto yang diunggah oleh Dachar dalam artikel yang berjudul "Seorang ayah mengunggah pengingat, biarkan anak berusia 4 tahun memainkan ponsel dalam waktu yang lama hingga membutuhkan operasi mata" tersebut.
    Situsparenting The Asian Parent juga pernah memuat kisah tersebut dalam artikelnya yang berjudul "Gadis Kecil Menderita Masalah Penglihatan Setelah Penggunaan Ponsel dalam Waktu Lama". The Asian Parent pun mewawancarai profesor pediatri Rawat Sichangsirikarn untuk mendapatkan penjelasan terkait gangguan penglihatan yang dialami putri Dachar.
    Menurut Sichangsirikarn, merupakan hal yang sangat serius ketika orang tua mengizinkan anak mereka yang masih kecil menggunakan teknologi seperti ponsel pintar dan tablet dalam jangka waktu yang lama. Paparan layar gadget yang berlebihan dapat berdampak serius terhadap kesehatan fisik dan mental anak. Menggunakan aplikasi yang tidak dikenal dan memiliki kebebasan tanpa batas ke internet juga bisa membahayakan anak.
    Dilansir dari World of Buzz, dokter mengatakan bahwa putri Dachar mengalami kehilangan penglihatan atau mata malas, di mana mata tidak bisa bekerja secara bersamaan karena satu mata bekerja lebih efektif dibandingkan dengan yang lain. Akibatnya, dia tidak hanya memiliki gangguan penglihatan tapi juga mata yang juling.
    Setelah operasi yang berlangsung pada 31 Oktober 2018, putri Dachar akhirnya bisa menggunakan kedua matanya secara bersamaan. Namun, bocah itu tidak diperbolehkan menggunakan ponsel, iPad, dan komputer, bahkan menonton televisi. Cahaya yang dipancarkan dari alat-alat tersebut merupakan penyebab utama putri Dachar kehilangan penglihatannya.
    Dilansir dari Kompas.com, salah satu dampak buruk dari kecanduan gadget pada anak adalah mata menjadi juling. Menurut hasil penelitian di Korea Selatan, anak-anak yang sering menggunakan ponsel pintar atau tablet berisiko besar mengalami mata juling sementara.
    Dalam penelitian itu, dilibatkan 12 anak berusia 7-16 tahun yang menggunakan gawainya sekitar 4-8 jam setiap hari. Anak-anak itu juga memegang gawainya dengan jarak 20-30 cm dari wajahnya. Selain durasi pemakaian yang terlalu sering, jarak yang terlalu dekat dengan mata kemungkinan menjadi penyebab juling atau mata yang tidak searah.
    Terapi medis memang bisa memperbaiki gangguan mata pada sembilan anak, namun setelah mereka tidak lagi menggunakan ponsel pintar selama dua bulan. Mereka juga disarankan membatasi memakai gadget setiap 30 menit sekali dan mengatur jarak penglihatan.
    Berdasarkan arsip berita Tempo pada 15 Agustus 2018, penelitian dari Universitas Toledo Amerika Serikat mengungkapkan cahaya biru dari ponsel dapat menyebabkan kebutaan. Studi tersebut menemukan bahwa cahaya biru menimbulkan reaksi racun dalam molekul retina yang merasakan cahaya dan sinyal otak.
    Akibatnya, reaksi kimia beracun itu membunuh fotoreseptor mata dan tidak dapat dipulihkan sampai mati. Untuk menghindari masalah yang serius, sebaiknya segera selamatkan mata dari cahaya ponsel dengan beberapa cara mudah berikut:

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa mata bocah 4 tahun di Thailand tersebut harus dioperasi akibat kecanduan gadget, benar. Dokter mengatakan bahwa bocah itu mengalami mata malas, di mana mata tidak bisa bekerja secara bersamaan karena satu mata bekerja lebih efektif dibandingkan dengan yang lain. Akibatnya, dia tidak hanya memiliki gangguan penglihatan tapi juga mata yang juling. Setelah operasi pada 31 Oktober 2018, bocah itu akhirnya bisa menggunakan kedua matanya secara bersamaan. Selain itu, menurut hasil penelitian di Korea Selatan, anak-anak yang sering menggunakan ponsel pintar atau tablet berisiko besar mengalami mata juling sementara.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8255) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Wali Kota Surabaya Risma Dibaptis di Gereja Demi Melenggang ke DKI?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 02/09/2020

    Berita


    Video yang memperlihatkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tengah berada di dalam sebuah ruangan dan didoakan oleh sejumlah orang beredar di media sosial. Video itu diklaim sebagai video ketika Risma dibaptis di sebuah gereja agar bisa memimpin di DKI Jakarta.
    Di YouTube, video tersebut diunggah salah satunya oleh kanal Aktual News pada 30 Agustus 2020. Video itu diberi judul "Berita Terkini ~ Ritual Walkot Risma Untuk Melenggang Ke DKI ? | Berita Terbaru Hari Ini". Hingga artikel ini dimuat, video itu telah ditonton lebih dari 1.000 kali.
    Dalam video berdurasi 9 menit 50 detik itu, terdapat potongan video Risma saat dikelilingi oleh puluhan orang di sebuah ruangan. Risma duduk di sebuah kursi dengan sarung berwarna putih. Risma hanya menunduk saat orang-orang dalam ruangan itu mendoakannya.
    Gambar tangkapan layar unggahan kanal YouTube Aktual News.
    Apa benar Risma dibaptis demi melenggang ke DKI?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula mendengarkan secara utuh potongan video yang memperlihatkan Risma sedang didoakan tersebut. Doa itu berisi permintaan agar Risma dan Kota Surabaya selalu diberkati serta ucapan syukur karena telah diberi pemimpin seperti Risma. Berikut narasi lengkap doa tersebut:
    “Dalam nama Tuhan, hari-hari ke depan kita berdoa buat Ibu Risma tetap ditempatkan oleh Tuhan nantinya bukan hanya untuk Surabaya, tetapi kita berdoa agar Indonesia. (Video terpotong) ...Tuhan kerjakan lewat pribadi beliau. Kita tundukan kepala, kita arahkan tangan kita ke arah Ibu Risma bersama. Di hadapan hadiratmu kami bawa Ibu Wali Kota kami Surabaya. Tuhanlah yang mengangkat dan menetapkan dia menjadi Wali Kota Surabaya. Dan kepada-Mu pula kami serahkan ya Tuhan, kalau pada suatu saat di mana tanggung jawab yang dia pegang untuk Surabaya berakhir, tetapi Surabaya akan tetap diberkati oleh Tuhan sehingga lewat Ibu Risma Tuhan akan berkhidmat untuk menunjuk siapa yang menjadi pelanjutnya, untuk membina kota ini, masyarakat Surabaya, sehingga kami terus dalam satu kesatuan, tidak membedakan satu dengan yang lain, karena kami percaya dalam satu kesatuan ada sebuah kekuatan yang dahsyat yang akan terjadi atas kota ini, sehingga kota ini sungguh menjadi teladan kepada kota-kota yang lain. Bapa, terimakasih karena Engkau telah berikan Ibu Risma untuk membuka dan meneladani kami semua sehingga kami tinggal melanjutkannya. Karena itu Tuhan, wali kota selanjutnya kami juga serahkan kepada Tuhan, sesuai petunjuk beliau kami akan taat sehingga kami percaya Surabaya akan tetap terpelihara dengan baik. Terpujilah Engkau, Bapa, kekal selama-lamanya. Maka, sekarang kami bersatu memberkati Ibu Risma, saat ini di dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yaitu di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. berkat Allah turun atas-Nya.”
    Dalam acara tersebut, tidak ada prosesi pembaptisan dengan air seperti yang biasa dilakukan gereja. Dilansir dari situs TuhanYesus.org, pembaptisan tidak bisa dilakukan ke semua orang. Calon baptisan harus terlebih dahulu meneguhkan imannya dan mengenal Yesus. Beberapa gereja mewajibkan calon baptisan mengikuti kelas untuk pengenalan. Beberapa gereja juga mengadakan semacam wawancara untuk memastikan calon baptisan tidak main-main. Hal ini penting terutama bagi mereka yang pindah dari agama lain.
    Setelah yakin dengan iman calon baptisan, gereja akan melaksanakan pembaptisan. Biasanya, gereja memiliki waktu-waktu tertentu untuk menggelar pembaptisan. Secara garis besar, terdapat dua cara pembaptisan. Pertama, baptis selam, di mana pendeta atau pastor bersama calon baptisan masuk ke air bersama-sama, bisa di kolam atau danau. Kedua, baptis percik, di mana pendeta atau pastor memercikkan atau menumpahkan air ke atas kepala calon baptisan sembari mengucapkan berkat.
    Dikutip dari situs RubrikKristen.com, sesuai Alkitab, calon baptisan harus dibaptis dengan sarana air. Istilah baptis berasal dari katabaptizodalam bahasa Yunani yang artinya dicelupkan atau ditenggelamkan. Dengan demikian, baptisan harus menggunakan air.
    Dilansir dari situs media Jawapos.com, Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Surabaya Febri Adhitya Prajatara pun menjelaskan, video itu merupakan video saat Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menghadiri undangan silaturahmi dengan para rohaniwan se-Kota Surabaya. Risma berkesempatan menyampaikan sikap dan komitmen. Kemudian, Risma didoakan agar selalu sehat dan dalam lindungan Tuhan. "Enggak ada acara lain. Apalagi itu (dibaptis), enggak benar itu,” katanya.
    Febri juga meluruskan bahwa lokasi pertemuan antara Risma dan para rohaniwan tersebut bukan di gereja, melainkan sebuah gedung di Surabaya Barat, tepatnya di kawasan Club House Graha Family. Soal waktu pelaksanaan pertemuan itu, Febri menyatakan tidak tahu secara detail, yang pasti Agustus tahun ini.
    Selain itu, Febri menunjukkan keterangan tertulis yang memuat penjelasan Ketua Panitia Silaturahmi Wali Kota Surabaya dengan Para Rohaniwan Se-Kota Surabaya Yohanita Bega. Dalam keterangannya, Yohanita mengatakan bahwa acara itu hanyalah silaturahmi dan untuk mendoakan Risma, baik saat menjabat sebagai wali kota maupun setelah tidak menjabat nanti. "Itulah inti doa kami. Dan itulah inti acara itu. Kami ingin mendoakan Ibu Wali Kota yang telah memajukan Surabaya,” ujarnya.
    Penjelasan juga diberikan oleh Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Surabaya Muhammad Fikser. Dikutip dari CNN Indonesia, Fikser menjelaskan bahwa, dalam video itu, Wali Kota Surabaya  Tri Rismaharini  hanya sekedar didoakan oleh rohaniwan, tidak dibaptis. "Jadi, bukan suatu pembaptisan, itu hoaks. Ibu [Risma] sebagai wali kota diundang oleh warganya. Kebetulan yang mengundang adalah perkumpulan rohaniwan," kata Fikser.
    Menurut Fikser, kegiatan dalam video itu digelar pada 25 Agustus 2020. Kegiatan juga tidak dihelat di gereja. "Tanggal 25 Agustus kalau enggak salah. Jadi, diundang bukan di gereja, tapi seperti di tempat pertemuan, gedung gitu. Kehadiran beliau juga karena panitia menjaminphysical distancing," ujarnya.
    Dalam pertemuan itu, kata Fikser, Risma berpesan agar para tokoh agama menjaga keutuhan dan kerukunan antar umat di Surabaya. Pesan itu sama dengan yang pernah disampaikan kepada umat agama lainnya. Mengenai sikap Risma yang menduduk saat didoakan oleh rohaniwan, Fikser membantah bahwa itu adalah proses pembaptisan.
    Menurut Fikser, para rohaniwan sekadar mendoakan Risma agar diberi kesehatan. "Secara spontanitas, mereka berdiri lalu mendoakan Ibu, dengan cara agama mereka, dengan ritual mereka, untuk kesehatan Ibu supaya Ibu juga memimpin Surabaya kuat sampai akhir masa jabatan beliau. Dan ini dilakukan secara spontan, kalau Ibu langsung menghindar kan enggak mungkin," ujarnya.
    Fikser pun meminta publik tidak mengaitkan video itu dengan tuduhan yang berkaitan dengan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Ia menyebut Risma mengayomi seluruh warganya. "Yang jelas, bahwa kehadiran beliau itu sebagai seorang wali kota ke warganya, dan kebetulan warganya itu bermacam-macam suku dan agama. Janganlah ambil kesimpulan sendiri," katanya.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dibaptis di gereja demi melenggang ke DKI, keliru. Dalam video yang digunakan untuk menyebarkan klaim itu, Risma hanya didoakan oleh para rohaniwan dalam sebuah acara silaturahmi dan doa bersama, bukan dibaptis. Acara itu pun digelar di sebuah gedung pertemuan, bukan di gereja.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8254) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto Sekolah di Indonesia dengan Murid Berpakaian Compang-camping?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 02/09/2020

    Berita


    Sebuah foto yang memperlihatkan sejumlah siswa tengah belajar di ruang sekolah yang beralaskan tanah dan tanpa dinding beredar di media sosial. Dalam foto itu, terlihat pula seorang murid yang mengenakan pakaian compang-camping. Foto ini diklaim sebagai foto kondisi sekolah di Indonesia.
    Foto itu diunggah oleh akun Twitter @8R1774NS pada 26 Agustus 2020. Akun ini pun menuliskan narasi: "Hari kemerdekaan telah berlalu. Ada yg merayakan dng suka cita. Begitu jg pemerintah pusat meski hany seremonial tahunan biar di anggap Indonesia msh merdeka. Selogan Indonesia maju brsama dzancuk hrus terus dipoles. Kebobrokan hrus di tutupi. Yg vokal bungkam. Pada kenyataannya?"
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Twitter @8RI774NS.
    Apa benar foto tersebut adalah foto sekolah di Indonesia?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto itu dengan reverse image tool Source, Google, Yandex, dan TinEye. Hasilnya, ditemukan bahwa foto itu telah beredar di internet sejak 2015. Foto itu pun bukanlah foto yang memperlihatkan kondisi sekolah di Indonesia, melainkan di Kamboja.
    Salah satu situs yang paling awal memuat foto itu, dan dengan kualitas yang lebih tinggi, adalah situs media Kamboja Postkhmer.com. Foto tersebut dimuat dalam dua artikel. Artikel pertama, terbit pada 26 Maret 2015, berjudul "Anak-anak kita, anak-anak mereka". Adapun artikel kedua, terbit pada 3 April 2015, berjudul "Pemerintah memberikan beasiswa kepada siswa miskin dari kelas 1 sampai 12".
    Dalam keterangan foto di kedua artikel itu, foto tersebut diambil dari Facebook. Foto itu memperlihatkan kondisi sebuah sekolah di pedesaan Kamboja. Adapun artikel pertama merupakan artikel opini tentang sistem pendidikan Kamboja dan artikel kedua berisi berita tentang pemberian beasiswa kepada siswa miskin di sekolah umum dari kelas 1 hingga kelas 12 oleh pemerintah Kamboja.
    Selain situs Postkhmer.com, situs yang paling awal memuat foto tersebut adalah situs Migrant.today, yakni pada 18 Agustus 2015. Selain foto tersebut, situs ini pun memuat foto yang memotret bocah-bocah yang sama namun dengan angle yang berbeda. Ada pula foto ketika bocah-bocah tersebut berkumpul di tengah ruangan kelas untuk berpose bersama.
    Foto-foto itu terdapat dalam artikel yang berjudul "Sekolah Kamboja: kemiskinan bukanlah alasan untuk tidak belajar". Menurut artikel ini, di Kamboja, banyak warga yang hidup di bawah garis kemiskinan. Kamboja adalah negara yang sangat muda dengan banyak penduduk yang tidak bisa membaca dan menulis. Menurut data pada 2004, angka melek huruf penduduk adalah 73,6 persen (84,7 persen laki-laki dan 64,1 persen perempuan).
    Saat ini, di Kamboja, terdapat berbagai organisasi internasional yang membantu anak-anak agar mereka bisa belajar. Banyak keluarga di Kamboja yang memiliki pemikiran bahwa, berkat sekolah, anak-anak mereka akan dapat menghasilkan lebih banyak uang di masa depan dan tidak lagi menunggangi kerbau, tapi Lexus atau Toyota.
    Terkadang, selebriti lokal datang ke sekolah-sekolah untuk memanjakan para murid dengan makan siang. Selain itu, anak-anak sering diberi berbagai perlengkapan sekolah, karena di negara yang miskin, orang tua tidak selalu bisa memiliki uang untuk membeli pulpen, pensil, dan buku.
    Di daerah termiskin di Kamboja, anak-anak belajar dalam kondisi seperti itu (merujuk pada foto tadi). "Tapi saya dapat meyakinkan Anda bahwa situasinya semakin baik setiap tahun. Kenalan saya dari Kazakhstan, ketika datang ke Kamboja, selalu membawa berbagai perlengkapan sekolah untuk anak-anak. Saya berharap situasi pendidikan di Kamboja membaik dan anak-anak yang luar biasa ini akan menerima pendidikan yang layak. Bagaimanapun, kemiskinan tidak bisa menjadi penghalang bagi pengetahuan dan masa depan yang cerah di Kamboja," demikian isi artikel tersebut.
    Foto ini pun telah diverifikasi oleh sejumlah organisasi pemeriksa fakta, salah satunya Mafindo. Di situsnya, Turnbackhoax.id, Mafindo menyatakan bahwa narasi yang menyertai foto itu, bahwa foto tersebut memperlihatkan sebuah sekolah di Indonesia, keliru. Foto itu merupakan foto kegiatan belajar-mengajar di sebuah desa di Kamboja.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto di atas merupakan foto sekolah di Indonesia keliru. Foto tersebut bukanlah foto sekolah di Indonesia, melainkan foto kegiatan belajar-mengajar di sebuah desa di Kamboja. Foto ini beredar di internet sejak 2015 lalu.
    IBRAHIM ARSYAD
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8253) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Nama Indonesia Berasal dari Akronim Inisial Wali Songo?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 01/09/2020

    Berita


    Tulisan panjang yang berisi klaim bahwa nama Indonesia berasal dari akronim inisial para Wali Songo kembali ramai dibagikan di media sosial. Klaim itu diunggah salah satunya oleh akun Facebook Postmaster Gusbud pada 18 Agustus 2019. Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah dikomentari lebih dari 4 ribu kali dan dibagikan lebih dari 31 ribu kali.
    Berikut sebagian isi tulisan panjang yang berisi klaim tersebut:
    Benarkah nama negara kita"I N D O N E S I A"diberi nama sesuai dgn.Akronim Para"WALI SONGO "?1. I Ibrahim Malik (Sunan Gresik)2. N Nawai Macdhum (Sunan Bonang)3. D Dorojatun R Khosim (Sunan Drajat)4. O Oesman R Djafar Sodiq (Sunan Kudus)5. N Ngampel R Rahmat (Sunan Ampel)6. E Eka Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)7. S Syaid Umar (Sunan Muria)8. I Isyhaq Ainul Yaqin (Sunan Giri)9. A Aburahman R Syahid (Sunan Kalijaga)Jumlah huruf INDONESIA = 9sesuai dgn. jumlah Wali/Alim Ulama dikala itu = WaliSongo= 9 Wali
    Apa benar nama Indonesia berasal dari akronim inisial para Wali Songo?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo menelusuri pemberitaan terkait tulisan di atas. Selain itu, Tempo menghubungi sejarawan asal Inggris yang fokus pada sejarah modern Indonesia, Peter Carey, serta sejarawan Indonesia, Didi Kwartanada.
    Dilansir dari Okezone.com, Ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi), Agus Sunyoto, nama Indonesia tidak ada kaitannya sama sekali dengan Wali Songo. Menurut dia, nama Indonesia sejatinya berasal dari bahasa Yunani Kuno, "Indo" dan "Nesos", yang berarti "Hindia" dan "Kepulauan".
    "Saya rasa itu hanya akal-akalan sejumlah oknum saja. Sudah jelas kok nama negara kita diambil dari bahasa Yunani Kuno. Jadi akronim-akronim itu tidak ada benarnya," tutur Agus pada 17 Agustus 2018.
    Saat dihubungi, Peter Carey menjelaskan bahwa istilah "Indonesia" ditemukan pada pertengahan abad ke-19, sekitar 1850-an, oleh pengacara Inggris yang berbasis di Pinang, James Richardson Logan (1819-1869), dan koleganya yang ahli geografi, George Windsor Earl (1813-1865).
    Mereka kemudian mempopulerkan nama tersebut dalam Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia yang diterbitkan di Singapura pada 1847-1863. Istilah itu juga dipopulerkan di Asia sebagai istilah akademik oleh etnografer Jerman, Adolf Philipp Wilhelm Bastian (1826-1905).
    Dikutip dari artikel berjudul Earl, Logan, and "Indonesia" karya Russell Jones, kaum nasionalis Indonesia menolak nama resmi "Nederlandsch-Indie" (Hindia Belanda). "Dapat dimengerti jika mereka menolak nama 'Hindia' (Indie atau Indische). 'Indonesia' menjadi sebuah pilihan yang wajar, tidak ambigu dan tidak memiliki asosiasi kolonialis," ujar Jones.
    Pada saat yang sama, terdapat gerakan menuju adopsi kata "Indonesia" untuk menggambarkan penduduk non-Belanda di Hindia Belanda. Mereka tidak ingin disebut "Belanda". Mereka pun tidak ingin dikenal dengan nama etnis mereka, seperti Jawa, Sunda, Minangkabau, dan sebagainya. Kata dalam bahasa Belanda, "inlander" (pribumi), pun dihindari karena memiliki arti yang merendahkan.
    Kemudian, muncul gagasan dari Earl tentang nama "Indus-nesia". "Indus" berarti Hindia, dan "nesia" berarti nusa yang berasal dari kata "nesos", bahasa Yunani, yang berarti kepulauan. Menurut Jones, baik Earl maupun Logan menjadi yang terdepan dalam mempopulerkan penggunaan istilah "Indonesia" ketimbang "Hindia Belanda" atau "Nusantara".
    Menurut Peter, nama Indonesia pertama kali digunakan secara politik pada 1920-an. Pada 23 Mei 1920, Indische Sociaal Democratische Vereeeniging (ISDV) atau Perhimpunan Demokratis Sosial Hindia mengubah namanya menjadi Perserikatan Komunis Indonesia Hindia, kemudian menjadi Partai Komunis Indonesia pada akhir 1920.
    Pada 1922, organisasi pelajar Indonesia di Belanda yang berdiri pada 1908, Indische Vereeniging, juga berganti nama menjadi Perhimpoenan Indonesia. Menurut Jones, Mohammad Hatta pernah menulis pada 1929, "Dengan semangat yang tak kenal lelah, sejak 1918, kami telah menjalankan propaganda untuk 'Indonesia' sebagai nama tanah air kami."
    Peter menuturkan, sebelum populernya nama Indonesia, perairan di sekitar kepulauan dan Pulau Jawa dikenal oleh para navigator Cina, India, dan Arab sebagai "Nan-hai", atau pulau-pulau di laut selatan; Dwipantara, atau pulau luar; dan Jazair al-Jawi, atau Pulau Jawa. Sebelum abad ke-15, dikenal istilah Suvarnabhumi, atau pulau emas dalam bahasa Sansekerta, untuk menggambarkan Semenanjung Melayu dan Sumatera.
    Penjelasan serupa dilontarkan oleh Didi Kwartanda. Menurut Didi, nama Indonesia baru digagas baru pada abad ke-19. "Kemudian, founding father kita membaca buku dan jurnal yang memuat tulisan-tulisan Earl dan Bastian. Jadi, di masa Wali Songo, belum ada nama Indonesia," ujar Didi.
    Seperti diketahui, menurut berbagai sumber, Wali Songo hidup pada abad ke-15 hingga ke-16. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) wafat pada 1419. Sunan Ampel (Raden Rahmat) wafat pada 1481. Sunan Bonang (Raden Maulana Makdum Ibrahim) wafat pada 1525. Sunan Drajat (Raden Qasim) wafat sekitar 1522.
    Kemudian, Sunan Kudus (Sayyid Ja'far Shadiq Azmatkhan) wafat pada 1550-an. Sunan Giri (Raden Paku) wafat pada abad ke-16. Sunan Kalijaga (Raden Said) wafat pada abad ke-15. Sunan Muria (Raden Umar Said) wafat pada 1551. Adapun Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) wafat pada 1570-an.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa nama Indonesia berasal dari akronim inisial para Wali Songo keliru. Menurut para sejarawan, istilah Indonesia baru muncul pada abad ke-19. Nama yang berasal dari kata "Indus" (Hindia) dan "nesia" (kepulauan) ini merupakan gagasan pengacara Inggris James Richardson Logan dan koleganya yang ahli geografi, George Windsor Earl. Istilah Indonesia dipopulerkan di Asia sebagai istilah akademik oleh etnografer Jerman, Adolf Philipp Wilhelm Bastian (1826-1905). Nama Indonesia pertama kali digunakan secara politik pada 1920-an. Adapun para Wali Songo hidup pada abad ke-15 hingga ke-16, di mana nama Indonesia belum dikenal.
    ANGELINA ANJAR SAWITRI | IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan