(GFD-2020-8252) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Tak Ada Lagi Warga yang Minta Salaman dan Selfie ke Jokowi Karena Muak dan Jijik?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 01/09/2020
Berita
Klaim bahwa tidak ada lagi warga yang meminta bersalaman dan selfie dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat berkunjung ke Yogyakarta beredar di Facebook. Menurut klaim itu, hal ini terjadi karena rakyat muak dan jijik dengan Jokowi.
Klaim itu terdapat dalam gambar tangkapan layar sebuah artikel di situs Tempo.co yang berjudul "Presiden Joko Widodo ke Yogyakarta, Tak Ada Lagi yang Minta Salaman dan Selfie". Dalam gambar tangkapan layar itu, diketahui bahwa artikel tersebut dimuat pada 28 Agustus 2020.
Akun yang membagikan gambar tangkapan layar itu adalah akun Hasyim Alfatih, yakni pada 30 Agustus 2020. Akun ini pun memberikan narasi, "Ketika Rakyat muak dan jiji dengan Pencitraan Raja kodok yang sok merakyat.."
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Hasyim Alfatih.
Apa benar tidak ada lagi warga yang meminta bersalaman dan selfie dengan Presiden Jokowi saat berkunjung ke Yogyakarta karena muak dan jijik?
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo mula-mula mencari artikel di Tempo.co yang berjudul "Presiden Joko Widodo ke Yogyakarta, Tak Ada Lagi yang Minta Salaman dan Selfie". Hasilnya, ditemukan bahwa Tempo.co memang pernah memuat artikel dengan judul tersebut pada 28 Agustus 2020.
Menurut artikel itu, Presiden Joko Widodo berkunjung ke Yogyakarta pada 28 Agustus 2020. Di sana, Jokowi memenuhi sejumlah agenda, di antaranya meresmikan Bandara Yogyakarta International Airport atau YIA serta acara di Istana Gedung Agung Yogyakarta.
Jokowi meresmikan Bandara YIA di Kulon Progo, Yogyakarta, pada pukul 09.15 WIB. Setelah itu, rombongan bertolak ke Gedung Agung. Di sana, Presiden Jokowi menyerahkan Bantuan Presiden atau Banpres Produktif Usaha Mikro ke perwakilan masyarakat.
Suasana kunjungan Jokowi di Gedung Agung yang berada di kawasan wisata Malioboro ini terasa berbeda dibanding sebelumnya, terutama sebelum pandemi Covid-19. Jika masyarakat selalu menyemut di seputaran Gedung Agung untuk menyambut, sekadar melihat, atau berusaha mendekat untuk bersalaman hingga selfie bersama Presiden Jokowi, kali ini suasana kawasan itu benar-benar lengang.
Kunjungan Jokowi ini tak sampai membuat jalan di depan Gedung Agung ditutup. Penjagaan juga tak terlalu ketat. Namun, hampir tidak ada orang yang mendekati Gedung Agung. Belum ada informasi apakah di sela kunjungan kali ini Presiden Jokowi akan berjalan-jalan di seputaran Malioboro seperti sebelumnya.
Dalam kunjungan Presiden Joko Widodo kali ini, lalu lintas di Malioboro cukup lengang. Padahal, sepanjang Agustus 2020 ini, wisatawan sudah mulai memadati kawasan Malioboro pada siang maupun malam. Para pedagang di Pasar Beringharjo tetap beraktivitas seperti biasa.
Obyek wisata, seperti Benteng Vredeburg di seberang Gedung Agung, pun dikunjungi wisatawan, meski jumlahnya masih sedikit. "Museum tetap buka seperti biasa, hanya libur pada Sabtu, Minggu, dan Senin," ujar Anggoro, seorang penjaga Benteng Vredeburg.
Saat Presiden Jokowi berkunjung hari ini, para jurnalis yang bertugas meliput kegiatan tersebut sempat tak diizinkan masuk Gedung Agung meski sudah mengikuti sejumlah persyaratan protokoler seperti menjalani rapid test Covid-19 dan ketentuan administratif lainnya.
Pada akhirnya, pihak protokoler kepresidenan membolehkan para jurnalis yang sudah terdaftar masuk ke Gedung Agung dengan catatan hanya sampai ke ruang pers dengan fasilitas layar televisi yang menyiarkan kegiatan Presiden Jokowi secara langsung.
Dalam artikel ini, sama sekali tidak ditemukan informasi bahwa tidak ada lagi warga yang meminta bersalaman dan selfie dengan Presiden Jokowi saat berkunjung ke Yogyakarta karena muak dan jijik. Tidak adanya warga yang meminta bersalaman dan selfie dengan Jokowi di depan Gedung Agung lebih kepada suasana pandemi Covid-19.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa tidak ada lagi warga yang meminta bersalaman dan selfie dengan Presiden Jokowi saat berkunjung ke Yogyakarta karena muak dan jijik, menyesatkan. Suasana kunjungan Jokowi di Istana Gedung Agung Yogyakarta yang berada di kawasan wisata Malioboro pada 28 Agustus 2020 lalu memang terasa berbeda dibanding sebelumnya karena pandemi Covid-19.
ANGELINA ANJAR SAWITRI
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
(GFD-2020-8251) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Mike Pence Minta Muslim yang Tuntut Hukum Syariah Tinggalkan Amerika?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 31/08/2020
Berita
Sebuah tulisan panjang yang berisi klaim bahwa Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence meminta umat Islam yang menuntut hukum syariah meninggalkan Amerika kembali ramai dibagikan di media sosial. Menurut tulisan yang telah beredar sejak 2019 itu, Pence juga menyebut semua muslim di Amerika harus beradaptasi dengan situasi dan kondisi negaranya.
Berikut ini sebagian isi dari tulisan sepanjang 11 paragraf tersebut:
"Pernyataan Wapres Amerika ini benar dan sebagai contoh buat Indonesia jangan pernah paksa kan budaya Arab dan mendirikan kan negara Islam karena kita negara Pancasila dengan beberapa suku dan agama kalau mau dipaksakan silahkan minggat dari Indonesia.
Pidato Wapres Amerika Mike Pence, semua orang muslim yang bercita-cita menuntut hukum syariah untuk meninggalkan Amerika pada hari Rabu ini!! Amerika tidak butuh muslim fanatik, jika mereka datang ke Amerika mereka harus menghormati budaya kami dan beradaptasi dengan kami, bukan kami beradaptasi dengan mereka!!
Dia mengatakan:.."Orang muslim yang menuntut hukum Syariah diminta untuk meninggalkan Amerika pada hari Rabu, karena Amerika melihat muslim fanatik sebagai teroris. Di setiap masjid akan dicari (orang-orang fanatik ini) dan muslim akan bekerja sama dengan kami dalam proses ini."
Tulisan itu diunggah salah satunya oleh grup Facebook Kesaksian Misi pada 21 Mei 2019. Hingga artikel ini dimuat, tulisan sepanjang 11 paragraf ini telah dikomentari lebih dari 6.900 kali dan dibagikan lebih 8.200 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan grup Facebook Kesaksian Misi.
Apa benar Mike Pence meminta muslim yang menuntut hukum syariah meninggalkan Amerika?
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, pidato yang diklaim berasal dari Wapres Amerika Serikat Mike Pence, seperti yang dibagikan oleh grup Facebook Kesaksian Misi, itu palsu alias hoaks. Pence tidak pernah melontarkan pernyataan tersebut dalam pidatonya. Hoaks soal pidato Pence ini pernah beredar di media sosial Indonesia pada 2017.
Tempo mendapatkan dokumentasi penyebaran pidato palsu itu dari situs Detik.com. Pada 25 Januari 2017, Detik menurunkan artikel berjudul “Pidato Wapres AS Hoax, Jangan Disebarkan!". Artikel tersebut memuat pernyataan analis keamanan siber Alfons Tanujaya bahwa pidato tersebut adalah terjemahan dari hoaks berbahasa Inggris. Sebelumnya, hoaks tersebut menyerang mantan Perdana Menteri Australia Julia Gillard dengan beberapa teks yang telah dimodifikasi.
Organisasi pemeriksa fakta Amerika, Snopes, mencatat hoaks pidato Gillard tersebut telah beredar sejak 2011. Tiga paragraf pertama pidato palsu yang beredar dalam bahasa Inggris berbunyi:
"Prime Minister Julia Gillard – Australia
Muslims who want to live under Islamic Sharia law were told on Wednesday to get out of Australia, as the government targeted radicals in a bid to head off potential terror attacks.
Separately, Gillard angered some Australian Muslims on Wednesday by saying she supported spy agencies monitoring the nation’s mosques."
Faktanya, menurut Snopes, Gillard tidak pernah membuat pernyataan sebagaimana yang termuat dalam pidato tersebut. Beberapa paragraf pertama yang mengklaim "muslim yang ingin hidup di bawah hukum Syariah Islam diminta untuk keluar dari Australia" sebenarnya merujuk pada isi debat politik terkait masalah terorisme domestik di Australia setelah pengeboman London Tube, Inggris, pada Juli 2005. Perdebatan itu terjadi ketika yang menjabat sebagai PM Australia adalah John Howard, bukan Julia Gillard.
Pada 2020, informasi palsu yang mencatut nama Gillard tersebut kembali beredar, seperti yang didokumentasikan oleh Reuters dalam artikel cek faktanya yang berjudul "Fact check: Anti-immigration remarks wrongly attributed to former Australian PM Julia Gillard".
Setelah Gillard, hoaks serupa juga menimpa Wapres Amerika Mike Pence sejak 2017. Hoaks itu menyebar setelah warganet Amerika membagikan ulang cuitan Pence di Twittwe pada 8 Desember 2015 saat ia masih menjabat sebagai Gubernur Indiana. Cuitan tersebut berisi ketidaksetujuan Pence atas pelarangan warga Muslim ke Amerika.
"Calls to ban Muslims from entering the U.S. are offensive and unconstitutional. — Governor Mike Pence (@GovPenceIN) December 8, 2015"
Dilansir dari Snopes, cuitan Pence ini beredar setelah Presiden Amerika Donald Trump menandatangani perintah eksekutif berjudul "Perlindungan Bangsa dari Masuknya Teroris Asing ke Amerika Serikat". Perintah tersebut melarang semua orang dari negara-negara tertentu yang rawan teror memasuki Amerika selama 90 hari dan menangguhkan Program Penerimaan Pengungsi Amerika selama 120 hari sampai program tersebut dipulihkan.
Negara-negara yang terkena dampak dari kebijakan itu adalah Iran, Irak, Suriah, Sudan, Libya, Yaman dan Somalia, menurut seorang pejabat Gedung Putih. Saat Trump menandatangani perintah tersebut, Pence berdiri di belakangnya dan bertepuk tangan.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa Wapres Amerika Mike Pence meminta muslim yang menuntut hukum syariah meninggalkan Amerika, keliru. Hoaks ini adalah modifikasi dari hoaks serupa yang pernah menimpa mantan Perdana Menteri Australia, Julia Gillard, pada 2011. Baik Pence dan Gillard tidak pernah melontarkan pernyataan seperti narasi yang beredar tersebut.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/mike-pence
- https://web.archive.org/web/20200831074530if_/
- https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=528107051053339&id=250427832154597&_rdc=1&_rdr
- https://www.tempo.co/tag/amerika
- https://inet.detik.com/cyberlife/d-3404870/pidato-wapres-as-hoax-jangan-disebarkan
- https://www.snopes.com/fact-check/like-it-or-leave-it/
- https://www.reuters.com/article/uk-factcheck-gillard/fact-check-anti-immigration-remarks-wrongly-attributed-to-former-australian-pm-julia-gillard-idUSKBN24830D
- https://www.snopes.com/fact-check/mike-pence-muslim-ban-offensive/
- https://www.tempo.co/tag/donald-trump
- https://www.tempo.co/tag/syariah
(GFD-2020-8250) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto-foto Warga Wuhan yang Bergelimpangan Karena Covid-19?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 31/08/2020
Berita
Gambar yang berisi empat foto yang memperlihatkan orang-orang yang bergelimpangan di jalanan beredar di media sosial. Dalam dua foto, terlihat sejumlah orang yang mengenakan alat pelindung diri (APD). Foto-foto itu diklaim sebagai foto warga Wuhan, Cina, yang bergelimpangan karena terkena Covid-19.
Dalam gambar itu, terdapat pula narasi yang berbunyi: "Masih ingat kejadian ini di Wuhan di mana orang dikabarkan jatuh bergelimpangan karena Covid. Ingat mereka semua juga memakai masker. Lucunya lagi, sampai sekarang, tidak pernah ada kejadian seperti ini lagi di mana orang-orang jatuh bergelimpangan karena Covid. Lebih anehnya lagi, sulit menemukan video-video ini di internet."
Di Facebook, gambar beserta narasi itu dibagikan salah satunya oleh akun Gede Bella Dharma Satya, yakni pada 27 Agustus 2020. Akun ini pun menuliskan narasi, "Kalian masih yakin ini siklus alam." Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah dibagikan lebih dari 150 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Gede Bella Dharma Satya.
Artikel ini akan berisi pemeriksaan terhadap dua hal:
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, empat foto tersebut diambil di berbagai wilayah di Cina pada Januari 2020 ketika virus Corona baru penyebab Covid-19 merebak di sana. Namun, tidak diketahui secara pasti penyebab orang-orang itu tergeletak di jalan. Dengan demikian, klaim-klaim yang mengaitkan peristiwa tersebut dengan Covid-19 tidak memiliki bukti. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para ahli epidemiologi menyatakan Covid-19 tidak menyebabkan kematian mendadak.
Meskipun begitu, beberapa kemungkinan bisa terjadi mengingat Covid-19 adalah hal yang baru. Hal ini berpengaruh terhadap terlambatnya pendeteksian yang menyebabkan gejala Covid-19 tidak disadari oleh warga. Kemungkinan lain, jumlah rumah sakit di Wuhan kurang sehingga tidak mampu menampung lonjakan pasien.
Untuk memeriksa klaim dalam unggahan Gede Bella Dharma Satya, Tempo mula-mula memeriksa empat foto dalam unggahan itu. Hasilnya, ditemukan bahwa foto-foto tersebut beredar di media sosial dan dimuat di media kredibel pada akhir Januari 2020. Namun, mereka tidak memberikan informasi yang jelas terkait penyebab tergeletaknya orang-orang dalam foto tersebut. Berikut ini penjelasan terkait foto-foto itu:
Foto ini diambil oleh fotografer kantor berita Prancis Agence France-Presse (AFP) dan pernah dimuat oleh media Inggris, The Guardian, pada 31 Januari 2020. Menurut The Guardian, foto itu memperlihatkan tenaga medis dengan APD yang tengah memeriksa tubuh seorang pria yang pingsan dan meninggal di jalanan di Wuhan pada 30 Januari 2020. Jurnalis AFP melihat jenazah yang tergeletak di depan toko itu sebelum dibawa oleh ambulans dan petugas. AFP tidak dapat memastikan bagaimana pria yang berusia sekitar 60-an tahun itu meninggal. AFP sudah menghubungi polisi dan pejabat kesehatan setempat, namun tidak mendapatkan rincian kasusnya.
Sumber: The Guardian
***
Foto orang yang tergeletak di sebuah pusat perbelanjaan ini beredar di media sosial pada 28 Januari 2020. Salah satu akun Twitter yang mengunggah foto itu menyebut peristiwa ini terjadi Mal Dongdaruifa di Yangzhou, Jiangsu, Cina. Namun, situs IB Times Singapura menyebut peristiwa dalam foto itu terjadi di Wuhan. Tidak ada penjelasan lebih lanjut mengapa orang tersebut tergeletak di lantai.
Sumber: Twitter dan IB Times
***
Foto yang identik pernah dipublikasikan oleh situs IB Times Singapura pada 26 Januari 2020, bersama foto dan video lain yang menunjukkan orang-orang yang menggunakan masker tiba-tiba jatuh ke lantai. IB Times menulis bahwa tidak jelas kapan dan di mana video itu direkam. Keasliannya tidak dapat diverifikasi secara independen. Namun, pengguna media sosial mengklaim bahwa video tersebut memang diambil di Wuhan dan beberapa di antaranya direkam pada hari-hari awal wabah virus Corona baru penyebab Covid-19.
Sumber: IB Times
***
Media Inggris, The Sun, pernah mempublikasikan foto ini pada 31 Januari 2020. The Sun memberikan penjelasan bahwa pria dalam foto tersebut adalah seorang korban yang tewas di jalan setelah jatuh dan kepalanya pecah. Tidak ada penjelasan apakah kematian pria dalam foto ini akibat Covid-19 atau penyebab lain seperti kecelakaan.
Sumber: The Sun
***
Ahli epidemiologi dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Masdalina Pane, menjelaskan belum ada informasi yang akurat untuk menjelaskan penyebab dari peristiwa dalam foto-foto tersebut. Pasalnya, di banyak negara, kondisi tersebut tidak terjadi. Menurut dia, Covid-19 tidak mungkin menyebabkan kematian mendadak. “Menurut saya, mungkin kondisi mereka sangat lemah sehingga membutuhkan berbaring, bukan meninggal,” kata kata Masdalina saat dihubungi pada 28 Agustus 2020.
Menurut Masdalina, kemungkinan lainnya adalah terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Wuhan yang menyebabkan rumah sakit setempat tidak bisa menampung pasien. Perlu diketahui, dilansir dari Detik.com, Cina baru membangun rumah sakit darurat untuk menampung pasien Covid-19 pada 23 Januari 2020 dan baru menerima pasien yang terkena virus Corona baru tersebut pada 3 Februari 2020. Rumah sakit itu berkapasitas 1.000 ranjang.
Ahli epidemiologi sekaligus kandidat doktor di Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, mengatakan kasus kematian seperti dalam foto-foto tersebut bisa saja terjadi karena adanya keterlambatan deteksi. Apalagi, saat itu, respons terhadap wabah Covid-19 belum sebaik saat ini. “Sangat wajar terjadi karena saat itu, baik pemerintah dan masyarakat Wuhan, masih belum tahu pasti penyakit apa yang mewabah. Respons belum sebaik sekarang,” kata Dicky saat dihubungi pada 28 Agustus 2020. Selain itu, bisa saja ada faktor pemberat seperti usia atau penyakit penyerta, seperti penyakit jantung dan paru-paru.
Organisasi pemeriksa fakta Amerika Serikat, Snopes, pun pernah menyatakan klaim bahwa tergeletaknya orang-orang itu terkait Covid-19 belum terbukti. Snopes mewawancarai WHO yang menyatakan bahwa seseorang yang jatuh secara tiba-tiba merupakan fenomena tidak biasa pada mereka yang terinfeksi Covid-19.
“WHO menjelaskan, virus Corona adalah penyakit pernapasan dengan gejala seperti demam, batuk, dan sesak napas. Seorang pejabat WHO juga memberi tahu kami bahwa ambruk mendadak menjadi hal yang tidak biasa dalam kasus ini. Meskipun kami belum bisa secara pasti menentukan apa yang ditampilkan oleh video-video ini, tampaknya tidak mungkin orang-orang itu pingsan di jalan karena virus Corona,” demikian penjelasan Snopes dalam artikelnya pada 30 Januari 2020.
Meskipun tidak ada informasi yang jelas mengenai adanya orang-orang yang berjatuhan karena Covid-19 di negara-negara selain Cina, bukan berarti Covid-19 hanya omong kosong. Dikutip dari World0meters per 28 Agustus 2020, Covid-19 telah menginfeksi 24.680.988 orang di seluruh dunia dengan 836.744 kasus meninggal. Sementara kasus Covid-19 di Indonesia telah mencapai 165.887 kasus dengan 7.169 kasus meninggal.
Klaim foto-foto itu tidak ada di internet keliru
Video-video yang merekam tergeletaknya sejumlah orang di jalanan Cina masih bisa ditemui dengan mudah di internet. Video-video itu berupa kiriman dari warganet atau rekaman CCTV. Ada pula kolase foto dari para fotografer media. Video dan foto orang-orang yang terjatuh yang diklaim diambil di Wuhan ketika wabah Covid-19 bermula bisa dilihat di berbagai situs media di bawah ini:
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa orang-orang dalam empat foto di atas adalah warga Wuhan yang bergelimpangan karena terkena Covid-19, tidak terbukti. Tidak ada penjelasan yang akurat mengenai penyebab ambruknya orang-orang itu di jalanan. WHO dan ahli epidemiologi menyebut ambruknya seseorang secara tiba-tiba merupakan fenomena yang tidak biasa terjadi dalam kasus Covid-19. Hingga saat ini, Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 24 juta orang di dunia dengan jumlah kematian mencapai lebih dari 836 ribu orang. Tingginya jumlah kasus dan kematian ini menunjukkan bahwa Covid-19 bukan omong kosong. Covid-19 merupakan persoalan kesehatan global pada tahun ini.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.google.com/aclk?sa=L&ai=DChcSEwiF5_3m0sTrAhXTCisKHT3aDTkYABAAGgJzZg&ae=2&sig=AOD64_31WFVHogk3S7NaN_r3BikpJw68jQ&q&adurl&ved=2ahUKEwiSiO_m0sTrAhXOe30KHfGaDWgQ0Qx6BAgKEAE
- https://archive.ph/qC5kd
- https://www.tempo.co/tag/cina
- https://www.tempo.co/tag/wuhan
- https://www.theguardian.com/world/2020/jan/31/a-man-lies-dead-in-the-street-the-image-that-captures-the-wuhan-coronavirus-crisis
- https://twitter.com/jenniferatntd/status/1222132059533127680/photo/2
- https://www.ibtimes.sg/china-virusnew-videos-wuhan-show-coronavirus-infected-people-dying-streets-supermarkets-trains-38543
- https://www.ibtimes.sg/china-virus-chilling-videos-wuhan-show-coronavirus-infected-men-women-collapsing-streets-38246
- https://www.thesun.co.uk/news/10860656/coronavirus-horror-dead-man-street/
- https://news.detik.com/berita/d-4897466/cerita-lengkap-china-bisa-bangun-rumah-sakit-hanya-dalam-10-hari
- https://www.snopes.com/fact-check/people-collapsing-coronavirus/
- https://www.tempo.co/tag/virus-corona
- https://www.worldometers.info/coronavirus/
- https://www.tempo.co/tag/kasus-covid-19
(GFD-2020-8249) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Sosok Malaikat di Antara Jemaah Masjid Nabawi?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 28/08/2020
Berita
Foto yang memperlihatkan sejumlah pria Arab yang duduk bergerombol di suatu tempat beredar di media sosial. Di tengah belasan pria itu, ada seseorang yang tampak memancarkan cahaya dan dilingkari hijau. Foto tersebut diklaim menunjukkan penampakan malaikat di antara para jemaah Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.
"Subehanallah penampakan malaikat di antara orang2 sholat di masjid nabawi,masya allah. semoga yg bagikan ini berikan reseki, umur panjang,dan terhindar dari segala musibah.. amin. komen jika kalian baik hati," demikian narasi yang terdapat di bagian atas dan bawah foto itu.
Di Facebook, foto tersebut dibagikan salah satunya oleh akun Virus Corona, yakni pada 26 Agustus 2020. Hingga artikel ini dimuat, foto tersebut telah dibagikan lebih dari 350 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Virus Corona.
Apa benar foto tersebut menunjukkan penampakan malaikat di antara jemaah Masjid Nabawi, Arab Saudi?
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto tersebut denganreverse image toolSource, Google, dan Yandex. Hasilnya, ditemukan bahwa foto itu telah beredar di internet sejak 2012. Foto tersebut merupakan gambar tangkapan layar video siaran langsung salat berjamaah yang digelar di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, pada 2012. Namun, seseorang yang terlihat bercahaya dalam video itu bukanlah penampakan malaikat.
Di YoTube, video salat berjamaah di Masjid Nabawi tersebut pernah diunggah oleh kanal Agbny Arab pada 10 Desember 2012 dengan judul dalam bahasa Arab yang jika diterjemahkan berbunyi “Seseorang bersinar terang di Masjid Nabawi dan administrasi Haram mengkonfirmasi kebenarannya”. Dalam keterangannya, disebutkan bahwa seseorang yang bercahaya itu terekam pada menit 14:30.
Namun, dilansir dari situs media Uni Emirat Arab, Al Bayan, Kepresidenan Masjid Nabawi menyatakan bahwa apa yang beredar di media sosial, yang memperlihatkan pantauan kamera Masjid Nabawi saat mendokumentasikan salat Jumat dan merekam seseorang yang bersinar, hanyalah montase.
Direktur Humas Kepresidenan Masjid Nabawi Syekh Abdul Wahid Al-Hattab mengatakan, “Kami tidak melihat apa-apa, tapi kami mendengar apa yang beredar di media sosial dan YouTube tentang apa yang dikatakan terjadi saat salat Jumat kemarin. Apa yang terjadi hanya permainan montase, tidak kurang atau lebih."
Direktur Madinah TV Center, Saad Al-Awfi, juga menyatakan bahwa yang terlihat dalam rekaman tersebut hanyalah cahaya yang terpantul dari orang itu, kemudian tertangkap kamera Masjid Nabawi. Adapun Syekh Ghazi Al-Mutairi, profesor dari Universitas Islam Madinah, mengingatkan agar publik tidak terburu-buru mengeluarkan opini yang abstrak tentang insiden fotografi ini.
Situs Rzma.com pun menunjukkan gambar tangkapan layar video yang memperlihatkan pria yang sama dengan yang diklaim sebagai "malaikat". Situs ini menemukan, sekitar 10 menit sebelum rekaman menampakkan seseorang yang bersinar itu, kamera menyorot tempat yang sama. Ketika itu, pria tersebut tidak terkena cahaya matahari. Kondisi di luar Masjid Nabawi saat itu memang sangat cerah.
Gambar tangkapan layar cuplikan yang memperlihatkan pria yang sama dengan pria yang diklaim bercahaya (kiri) dan gambar tangkapan layar cuplikan yang merekam pria lain dengan tangan yang terlihat bercahaya (kanan). Sumber: Rzma.com
Situs ini juga memperlihatkan cuplikan lain dari cahaya matahari yang menyinari bagian tertentu dari seorang pria lain. Dalam gambar tangkapan layar cuplikan itu, terlihat bahwa bagian tangan seorang pria berbaju biru bersinar karena terkena cahaya matahari yang menerobos celah di antara payung raksasa Masjid Nabawi.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto di atas menunjukkan penampakan malaikat di antara jemaah Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, keliru. Seseorang yang terlihat bercahaya dalam foto itu merupakan salah satu jemaah yang tubuhnya terkena sinar matahari ketika terekam kamera Masjid Nabawi.
ZAINAL ISHAQ
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/masjid-nabawi
- https://archive.ph/n9OEN
- https://www.tempo.co/tag/madinah
- https://bit.ly/3jmwkKr
- https://bit.ly/3jlLqzP
- https://www.rzma.com/2012/12/12/%D8%B4%D8%A7%D9%87%D8%AF-%D8%AA%D9%81%D8%A7%D8%B6%D9%8A%D9%84-%D8%A7%D9%84%D8%B5%D9%88%D8%B1%D8%A9-%D8%A7%D9%84%D8%AA%D9%8A-%D8%A7%D9%86%D8%AA%D8%B4%D8%B1%D8%AA-%D9%84%D9%80-%D8%B1%D8%AC%D9%84-%D9%81/
- https://www.tempo.co/tag/arab-saudi
Halaman: 4424/5903