• (GFD-2020-5018) [SALAH] Pesan Whatsapp Ketua Komisi I DPRD Riau Tawarkan Lelang Mobil

    Sumber: whatsapp.com
    Tanggal publish: 18/09/2020

    Berita

    Beredar sebuah nomor Whatsapp mengatasnamakan Ketua Komisi I DPRD Riau Ade Agus Hartanto dengan narasi pesan ingin menawarkan sejumlah mobil yang tengah dilelang

    Hasil Cek Fakta

    Melansir dari medialaskar.com, Ade Agus menyatakan jika pesan tersebut tidak benar dan bukan berasal dari dirinya. Ade Agus mengaku jika namanya dicatut oleh oknum tak bertanggung jawab untuk menawarkan sejumlah pelelangan mobil.

    “Hal itu jelas tidak benar. Maka, diinformasi kepada semua sahabat, banyak modus penipuan. Termasuk, dengan memakai nama dan foto saya. Mohon untuk kita lebih berhati-hati lagi,” pungkasnya.

    Merujuk pada referensi yang ada, pesan Ketua Komisi I DPRD Riau Ade Agus menawarkan pelelangan mobil adalah palsu dan masuk ke dalam kategori fabricated content atau konten palsu.

    Kesimpulan

    Pesan palsu. Pihak terkait yakni Ketua Komisi I DPRD Riau menegaskan jika pesan tersebut bukan berasal dari dirinya. Masyarakat diimbau lebih waspada apabila menerima pesan serupa, dikarenakan adanya indikasi tindak penipuan.

    Rujukan

  • (GFD-2020-5017) [SALAH] “Ini ada ratusan nyawa dokter yang sudah menjadi korban, Pak Menkes bilang jangan dibesar-besarkan”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 18/09/2020

    Berita

    Akun Naflah (fb.com/ummu.naflah.9) mengunggah sebuah gambar dengan narasi sebagai berikut:

    “Satu nyawa dokter saja berat pertanggungjawabannya di hadapan Allah Swt. kelak.
    Ini ada ratusan nyawa dokter yang sudah menjadi korban
    Pak Menkes bilang jangan dibesar-besarkan?!!!
    Astaghfirrullahal’aziim
    Murah sekali harga nyawa di sistem rusak nggak manusiawi ini.
    Ya Allah, semoga segera Engkau angkat wabah ini dan Engkau ganti sistem jahat ini dengan tegaknya khilafah.
    Aamiin Allahumma aamiin.”

    Gambar tersebut berisi foto Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dengan kutipan “Kematian Dokter Jangan Dibesar-besarkan, masih banyak tenaga cadangan dokter capai 3 ribuan” dan “Selain tidak menunjukkan empati, ucapan sang menkes tersebut malah menunjukkan kegagalannya mengantisipasi krisis kesehatan di Indonesia sehingga banyak tenaga kesehatan yang gugur,”

    Hasil Cek Fakta

    Faktanya, tulisan tersebut adalah hasil editan atau suntingan. Di poster asli, teksnya berbunyi “Dokter Bukan Stok Gudang”, yang berasal dari kritikan anggota DPR dari Fraksi PKS, Nasir Djamil, terhadap pernyataan Terawan soal tenaga kesehatan cadangan di tengah pandemi Covid-19. Pada video konferensi pers pada 14 September 2020 soal tenaga kesehatan cadangan pun, Terawan tidak pernah menyatakan “kematian dokter jangan dibesar-besarkan”.

    Dilansir dari Tempo.co, poster asli yang memang dibuat oleh RMOL.id tersebut tidak memuat pernyataan itu. Poster tersebut diunggah oleh akun Twitter dan Instagram RMOL.id pada 15 September 2020.

    Teks yang berbunyi “Dokter Bukan Stok Gudang” dalam poster asli tersebut berasal dari pernyataan anggota DPR dari Fraksi PKS Nasir Djamil, yang juga dimuat oleh situs RMOL.id dalam artikelnya pada 15 September 2020. Artikel tersebut berjudul “Menkes Mengatakan Masih Ada 3.500 Dokter ‘Cadangan’, Anggota DPR: Tidak Berempati, Dokter Seolah Stok Gudang!”.

    Dikutip dari berita tersebut, Nasir mengatakan, “Komunikasi publik sejumlah menteri di kabinet Jokowi sangat buruk dan kurang berempati dengan korban, terutama para dokter. Pernyataan itu bisa diinterpretasi seolah-olah dokter itu barang yang ada di gudang.”

    Tempo pun menelusuri asal-usul pernyataan Menkes Terawan mengenai tenaga kesehatan cadangan itu. Lewat pencarian di mesin perambah Google dengan kata kunci “dokter magang atau internship yang jumlahnya mencapai 3.500 orang”, Tempo mendapatkan petunjuk bahwa pernyataan soal tenaga kesehatan cadangan tersebut disampaikan Terawan dalam konferensi pers yang disiarkan di YouTube milik Sekretariat Presiden pada 14 September 2020.

    Namun, dalam video berdurasi 9 menit 10 detik tersebut, tidak ditemukan pernyataan “kematian dokter jangan dibesar-besarkan, masih banyak tenaga cadangan dokter capai 3 ribuan” yang dilontarkan oleh Terawan. Dia hanya menyinggung soal dokter magang dan internship, yang jumlahnya sekitar 3.500 orang, pada menit 6:47. Pernyataan lengkap Terawan adalah sebagai berikut:

    “…… Seperti diketahui, jumlah relawan tenaga kesehatan Nusantara Sehat dan internship yang sudah ditempatkan adalah sebanyak 16.286 orang, tersebar di rumah sakit Covid-19 dan laboratorium untuk melayani terkait Covid-19. Dan masih ada 3.500 dokter internship, masih ada 800 tenaga Nusantara Sehat, di samping itu ada tenaga relawan 685 di sini, termasuk di dalamnya dokter spesialis paru, anestesi, penyakit dalam, dan juga tenaga kesehatan lain seperti perawat, dokter umum, dan sebagainya yang siap di-deploy-kan, siap untuk membantu apabila ada penambahan tenaga yang dibutuhkan.”

    Kesimpulan

    Tulisan editan / suntingan. Di poster asli, teksnya berbunyi “Dokter Bukan Stok Gudang”, yang berasal dari kritikan anggota DPR dari Fraksi PKS, Nasir Djamil, terhadap pernyataan Terawan soal tenaga kesehatan cadangan di tengah pandemi Covid-19. Pada video konferensi pers pada 14 September 2020 soal tenaga kesehatan cadangan pun, Terawan tidak pernah menyatakan “kematian dokter jangan dibesar-besarkan”.

    Rujukan

  • (GFD-2020-5016) [SALAH] “Jokowi: Tidak Perlu Dibesar besarkan, Penusukan Ustad Ali Jaber itu Kriminal Biasa. Ustad Juga Nda Sampai Mati”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 18/09/2020

    Berita

    Akun facebook Susi Amelia mengunggah gambar (16/08/2020) berupa hasil tangkapan layar twit Republika.co.id dengan narasi Presiden Jokowi memberikan komentar terkait kasus penusukan Syekh Ali Jaber yang menganggap hanya kriminal biasa.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, klaim komentar Jokowi terkait penusukan Syekh Ali Jaber adalah salah. Tidak terdapat berita Republika.co.id dengan judul seperti klaim tersebut. sedangkan, berita asli foto bergambar Jokowi itu tentang isolasi pasien covi-19, bukan tentang penusukan Syeikh Ali Jaber. Hal tersebut juga sudah dibantah oleh Elba Damhuri selaku Kepala Republika Online.

    Berita aslinya, kata Elba, berjudul “Jokowi Instruksikan Tempat Isolasi Pasien Covid-19 Ditambah”.

    Sebagai informasi tambahan, Menko Polhukam Mahfud MD mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memerintahkan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Badan Intelijen Negara (BIN), dan Polri untuk mengusut kasus penyerangan terhadap ulama yang terjadi sebelum kasus Syekh Ali Jaber.

    Dengan demikian, klaim gambar Jokowi memberikan komentar terkait dengan penusukan Syekh Ali Jaber termasuk dalam konten yang dimanipulasi, karena gambar telah melalui proses penyuntingan.

    Rujukan

  • (GFD-2020-5015) [SALAH] Anies Baswedan Terlibat Kontrak Politik dengan HTI

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 17/09/2020

    Berita

    Akun Facebook Idah Nurhayati mengunggah gambar yang menyatakan bahwa Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terlibat kontrak politik dengan HTI. Dalam gambar tersebut terdapat cuplikan kecil surat bertandatangan.

    Berikut kutipan narasinya:

    Narasi pada postingan:

    “WEDAN YAMAN KUMPULAN
    KADRUN JANGAN DI BIARKAN”

    Narasi pada gambar:

    “ANIES BASWEDAN TERLIBAT KONTRAK POLITIK DENGAN HTI”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, klaim tersebut salah dan merupakan isu yang pernah beredar pada Pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Isu tersebut sudah diperiksa faktanya pada artikel di turnbackhoax.id dengan judul “HOAX: Kontrak Politik Anies Baswedan Untuk Pimpin Jakarta Dengan Nilai Syariat Islam” yang tayang pada 30 Maret 2017.

    Selain itu, kala itu Anies Baswedan juga sudah pernah memberikan klarifikasinya. Anies menyatakan bahwa surat atau akad kontrak berjudul Akad Kontrak - Akad Al Ittifaq itu dipastikan tidak benar alias palsu.

    "Ini Fitnah lagi, setelah fitnah-fitnah sebelumnya. Tanda tangan saya tidak seperti itu," kata Anies kepada wartawan Minggu (19/3/2017).

    Kesimpulan

    Isu lama yang sudah terklarifikasi pada tahun 2017. Anies Baswedan pada tahun 2017 telah memberikan klarifikasi bahwa dirinya tidak pernah menandatangani surat kontrak dan tanda tangan dalam surat tersebut bukan tanda tangannya.

    Rujukan