• (GFD-2021-8606) Keliru, KRI Nanggala 402 Tenggelam karena Ranjau Bawah Laut Militer Cina

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 28/04/2021

    Berita


    Klaim bahwa ditemukan banyak ranjau bawah laut milik militer Cina di lokasi tenggelamnya kapal selam milik TNI Angkatan Laut, KRI Nanggala 402, beredar di media sosial. Klaim tersebut beredar setelah, pada 21 April 2021 lalu, KRI Nanggala 402 hilang kontak saat mengikuti latihan tempur di perairan Bali, lalu dinyatakan tenggelam ke dasar laut.
    Narasi itu terdapat dalam gambar tangkapan layar sebuah cuitan di Twitter pada 26 April 2021. "Saat ini, petinggi TNI digegerkan dengan temuan banyaknya ranjau bawah laut di sekitar lokasi tenggelamnya KRI Nanggala 402 | Hasil pantauan pesawat intai Poseidon P-8 Amerika simpulkan ranjau tersebut ditanam Angkatan Laut komunis Cina | Laut Indonesia sudah jebol | *infovalid," demikian narasi dalam cuitan tersebut.
    Di Facebook, akun ini membagikan gambar tangkapan layar itu pada tanggal yang sama. Akun tersebut menulis, "Ngurusin radikal radikul mulu sih." Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah mendapatkan 147 reaksi dan 23 komentar serta dibagikan sebanyak 161 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait tenggelamnya KRI Nanggala 402, kapal selam milik TNI Angkatan Laut, di perairan Bali pada 21 April 2021.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo menghubungi Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono. Dia membantah klaim dalam gambar tangkapan layar tersebut. Julis juga membantah KRI Nanggala tenggelam akibat bom, termasuk ranjau bawah laut. "Kalau (karena) bom, pasti ada lompatan air, pasti sonar menangkapnya," katanya pada 28 April 2021.
    Seperti dilansir dari Kontan.co.id, saat latihan tempur di perairan Bali berlangsung, TNI AL banyak mengerahkan kapal perang, termasuk yang memiliki sonar. Artinya, sonar tersebut seharusnya menangkap suara apabila KRI Nanggala 402 meledak. "Bahkan oleh telinga-mata pun bisa terlihat bahwa air itu akan naik ke atas sedikit," kata Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) TNI AL Laksamana Muda TNI Muhammad Ali pada 27 April 2021.
    Julius melanjutkan, saat mulai menyelam, semua lampu yang ada di KRI Nanggala masih menyala. Artinya, tidak terjadi blackout pada kapal selam tersebut. Jika terkena bom, menurut Julius, "Kapalnya pasti bubar, banyak serpihan saat itu juga. Kalau meledak karena ranjau, sea rider pun pasti terbalik," ujarnya.
    Dikutip dari Koran Tempo edisi 25 April 2021, KRI Nanggala 402 hilang kontak saat geladi resik latihan penembakan torpedo pada 21 April dini hari. Kapal selam berjenis U-209 bikinan Jerman Barat pada 1978 itu sudah berlayar di perairan utara Pulau Bali sejak 20 April lalu. Kapal tersebut bersiap menggelar latihan perang rutin yang akan dihelat dua hari berikutnya.
    Sesuai dengan rencana geladi resik latihan perang, KRI Nanggala 402 akan menembakkan torpedo berukuran 21 inci. Lalu, KRI Layang akan meluncurkan peluru kendali C802. Target keduanya sama, yaitu bekas KRI Karang Unarang. Geladi latihan itu dimulai pada 21 April pukul 03.00 Wita. Saat itu, KRI Nanggala meminta izin menyelam dengan kedalaman 13 meter dan bersiap menembakkan torpedo.
    Selama satu jam, para awak sea rider dan otoritas latihan menunggu lesatan torpedo, tapi tak juga muncul. Suasana semakin mencekam saat komunikasi radio dengan KRI Nanggala terputus. Padahal, kru KRI Nanggala seharusnya lebih dulu berkomunikasi di radio untuk meminta izin penembakan torpedo. "Dipanggil-panggil sudah tidak merespons. Jalur komunikasi utama dan jalur cadangan terputus," kata Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Yudo Margono.
    Dalam konferensi pers pada 24 April 2021, dikutip dari Liputan6.com, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto pun telah memastikan KRI Nanggala 402 tidak meledak. Dia menduga kapal selam itu mengalami keretakan dan tenggelam ke dasar laut. "Tidak meledak. Kalau meledak, pasti sudah buyar semua dan suara ledakannya terdeteksi. Kemungkinan mengalami keretakan," ujar Hadi.
    Hingga saat ini, penyebab tenggelamnya KRI Nanggala 402 masih diinvestigasi. Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Yudo Margono, dalam konferensi pers pada 25 April 2021, mengatakan bahwa investigasi baru bisa dilakukan setelah badan kapal berhasil diangkat ke permukaan. Namun, hal ini juga bukan hal yang mudah, karena lokasi tenggelamnya kapal berada di laut dalam.
    Meski begitu, Yudo masih meyakini tenggelamnya KRI Nanggala bukan dikarenakan kesalahan manusia atau human error. Ia menyebut, sesaat sebelum hilang kontak, seluruh peralatan kapal selam itu terpantau berfungsi dengan baik. Saat proses menyelam, kata Yudo, KRI Nanggala sudah melalui prosedur yang benar.
    Kru pun terpantau menjalankan perannya sesuai tugas masing-masing. Saat mulai menyelam pun diketahui semua lampu masih menyala, yang berarti tidak terjadi blackout. "Sudah kita evaluasi dari awal kejadian, tapi tentunya saya berkeyakinan ini bukan human error tapi lebih pada faktor alam," kata Yudo.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa kapal selam milik TNI AL, KRI Nanggala 402, tenggelam akibat ranjau bawah laut militer Cina, keliru. Kadispenal Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono telah membantah bahwa KRI Nanggala tenggelam akibat bom, termasuk ranjau bawah laut. Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto pun telah memastikan KRI Nanggala tidak meledak. Hingga artikel ini dimuat, penyebab tenggelamnya KRI Nanggala masih diinvestigasi.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8605) Keliru, Klaim Ini Video Proses Evakuasi Jenazah Awak KRI Nanggala 402

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 28/04/2021

    Berita


    Video berjudul "KRI Nanggala Hancur.! Detik Detik Proses Evakuasi jenazah Awak KRI Nanggala 402" beredar YouTube. Video ini beredar setelah, pada 21 April 2021 lalu, kapal selam KRI Nanggala 402 milik TNI Angkatan Laut hilang kontak saat mengikuti latihan tempur di perairan Bali, lalu dinyatakan tenggelam ke dasar laut.
    Dalamthumbnailvideo itu, terdapat teks yang berbunyi "Hancur Berkeping Keping Ya Allah Kondisi Kru Memprihatinkan". Kanal ini mengunggah video berdurasi 10 menit 5 detik tersebut pada 27 April 2021. Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah ditonton lebih dari 4,3 juta kali dan disukai lebih dari 37 ribu kali.
    Gambar tangkapan layar video yang beredar di YouTube yang berisi klaim keliru terkait evakuasi kapal selam KRI Nanggala 402 yang tenggelam di perairan Bali.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo mula-mula menonton video itu secara menyeluruh. Tempo juga memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengantool InVid, lalu gambar-gambar ini ditelusuri denganreverse image tool Google dan Yandex.
    Hasilnya, ditemukan bahwa tidak satu pun cuplikan dalam video tersebut yang memperlihatkan proses evakuasi jenazah awak KRI Nanggala 402. Video tersebut merupakan gabungan dari beberapa cuplikan yang berbeda.
    Di bagian awal, video itu memperlihatkan pernyataan Ade Supandi, Kepala Staf TNI AL pada periode 2014-2018, yang diwawancarai oleh CNN Indonesia. Di kanal YouTube-nya, CNN Indonesia mengunggah video itu pada 26 April 2021 dengan judul “Evakuasi Badan Kapal KRI Nanggala 402”.
    Cuplikan video berikutnya memuat pernyataan ahli hidrografi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Wiwin Windupranata, dan pengamat militer Universitas Indonesia (UI), Andi Widjajanto. Video ini diunggah oleh Kompas TV ke kanal YouTube-nya pada 26 April 2021 dengan judul, “Penjelasan Ahli Hidrografi Soal Kemungkinan Evakuasi Jenazah dan Pengangkatan Badan KRI Nanggala 402”.
    Selanjutnya, merupakan cuplikan yang memperlihatkan suasana konferensi pers terkait KRI Nanggala 402 yang dimuat oleh Kompas TV di kanal YouTube-nya pada 24 April 2021. Video itu berjudul “Ini Penampakan 6 Serpihan Barang yang Diduga Milik Kapal Selam KRI Nanggala 402”.
    Terkait narasi yang terdapat dalam video itu, yang dibacakan oleh narator, juga berasal dari beberapa artikel yang berbeda. Narasi pada bagian awal video identik dengan isi artikel Jpnn.com pada 25 April 2021 yang berjudul “TB Hasanuddin Ungkap Fakta Mengejutkan tentang KRI Nanggala 402”.
    Narasi berikutnya merupakan pernyataan duka cita dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang dimuat oleh Sindonews.com pada 25 April 2021 dalam artikelnya yang berjudul “53 Awak KRI Nanggala-402 Gugur, Kapolri: Ini Kesedihan dan Kehilangan Bagi Polri”.
    Adapun narasi yang terdapat di akhir video identik dengan isi artikel yang dimuat oleh Rmol.id pada 26 April 2021. Artikel ini berjudul “Tenggelamnya KRI Nanggala-402 Dinilai Bertolak Belakang Dengan Anggaran Besar Kemenhan, GMNI: Presiden Harus Evaluasi Prabowo”.
    Terkaitthumbnail video tersebut, yang memuat sebuah foto yang memperlihatkan sebuah proses evakuasi di bawah laut, foto itu telah beredar di internet setidaknya sejak 2016 silam, jauh sebelum peristiwa tenggelamnya KRI Nanggala 402 pada 21 April 2021 lalu.
    Foto itu pernah diunggah di situs Imgur.com pada 23 Oktober 2016. Foto tersebut diberi keterangan "Extracting corpse from underwater airplane wreck, training exercise".
    Evakuasi KRI Nanggala 402
    Hingga artikel ini dimuat, TNI AL dan tim evakuasi belum melaporkan temuan jenazah awak kapal selam KRI Nanggala. Pada 25 April 2021, Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Yudo Margono menyatakan bakal mengupayakan pengangkatan badan KRI Nanggala. "Kami akan koordinasikan dengan pihak terkait, khususnya International Submarine Escape and Rescue Liaison Office (Ismerlo), apa yang bisa dilakukan dengan kondisi seperti ini," ujarnya.
    Kerja sama dengan Ismerlo disebut sangat diperlukan karena lokasi tenggelamnya kapal selam itu berada di kedalaman 838 meter. Butuh upaya dan fasilitas yang jauh lebih maju untuk mengangkat kapal dari laut dalam seperti itu. Yudo berkomitmen untuk mengangkat kapal ini. Secara lebih spesifik, keinginan mengangkat badan kapal selam itu juga muncul dari keluarga besar Korps Hiu Kencana, satuan kapal selam di TNI AL.
    Tawaran bantuan dari negara-negara yang tergabung dalam Ismerlo sebenarnya juga telah ada. Namu,n Yudo mengatakan pengajuan bantuan merupakan keputusan pemerintah dan harus mendapat persetujuan dari petinggi negara. "Saya akan mengajukan kepada Panglima TNI dan nanti akan berjenjang ke atas dan tentunya sudah ada keputusan kita akan angkat kapal itu," kata Yudo.
    Terkait jenazah awak kapal KRI Nanggala, seperti dikutip dari Kontan.co.id, akan dievakuasi ke Surabaya, Jawa Timur. Menurut Yudo, proses evakuasi juga akan dikoordinasikan dengan para pihak terkait. "Evakuasi nanti kita ke Surabaya, atau sesuai permintaan keluarga karena di Banyuwangi ini ada tiga orang juga," tuturnya.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video tersebut merupakan video proses evakuasi jenazah awak KRI Nanggala 402, keliru. Tidak satu pun cuplikan dalam video tersebut yang memperlihatkan proses evakuasi jenazah awak kapal selam KRI Nanggala. Hingga artikel ini dimuat pun, TNI AL dan tim evakuasi belum melaporkan temuan jenazah awak kapal selam KRI Nanggala.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8604) Keliru, Klaim Microsoft Masukkan Chip ke Vaksin Pfizer

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 27/04/2021

    Berita


    Klaim bahwa raksasa teknologi milik Bill Gates, Microsoft, memasukkan chip ke dalam vaksin Covid-19 buatan Pfizer beredar dalam dua pekan terakhir. Klaim ini disertai dengan artikel berbahasa Inggris yang dimuat oleh situs Valuewalk.com pada 9 April 2021 dengan judul "Pfizer Announces Covid-19 Vaccine Upgrade, Now Includes Microsoft Chip For Reduced Symptoms".
    Akun ini membagikan klaim beserta gambar tangkapan layar artikel tersebut pada 14 April 2021. Akun itu pun menulis, "Akhirnya Pfizer mengakui menempatkan chip/teknologi nano Microsoft ( Bill Gates ) dalam vaksinnya, dengan melimpahkan bukti yang luar biasa dan sebelum seseorang mengambil vaksin ke laboratorium dan menghancurkannya."
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait vaksin Covid-19 Pfizer dan chip buatan Microsoft.

    Hasil Cek Fakta


    Hasil verifikasi Tim CekFakta Tempo menunjukkan bahwa artikel berjudul "Pfizer Announces Covid-19 Vaccine Upgrade, Now Includes Microsoft Chip For Reduced Symptoms" itu sebenarnya adalah artikel satire. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, satire adalah sindiran atau ejekan. Dengan demikian, artikel tersebut tidak berdasarkan fakta atau peristiwa yang benar-benar terjadi.
    Sebelum dimuat di situs Valuewalk.com, Tempo menemukan bahwa artikel tersebut dimuat pertama kali di situs The Stonk Market pada 8 April 2021. Situs ini memberikan keterangan bahwa mereka adalah situs satire keuangan. Konten-konten yang mereka buat ditujukan untuk memberikan humor harian dan membuat stonk naik. Stonk adalah plesetan yang merupakan gabungan dari kata stock (saham) dan zonk (kosong).
    Situs itu mempublikasikan artikel satire berisi tiga paragraf yang menyatakan Pfizer menandatangani kesepakatan dengan Microsoft untuk mengintegrasikan chip prosesor pluton dalam vaksinnya untuk mengurangi efek. Artikel ini pun menyebut Apple juga dikabarkan berencana menandatangani kesepakatan serupa dengan Moderna, namun belum terkonfirmasi.
    Tempo kemudian menelusuri informasi tentang chip prosesor pluton. Chip ini tidak mungkin ditanamkan ke dalam vaksin, termasuk vaksin Covid-19, karena ukurannya lebih besar. Prosesor pluton diluncurkan oleh Microsoft pada 17 November 2020 dan digunakan untuk keamanan komputer dengan sistem operasi Windows.
    Dikutip dari laman resmi Microsoft, berikut penjelasan tentang chip prosesor pluton:
    "Hari ini, Microsoft bersama mitra silikon terbesar kami mengumumkan visi baru keamanan Windows untuk membantu memastikan pelanggan kami terlindungi saat ini dan di masa depan. Bekerja sama dengan mitra silikon terkemuka AMD, Intel, dan Qualcomm Technologies Inc, kami mengumumkan prosesor keamanan Microsoft Pluton. Teknologi keamanan chip-ke-cloud ini, yang dipelopori di Xbox dan Azure Sphere, akan membawa lebih banyak lagi kemajuan keamanan ke PC Windows masa depan dan menandakan dimulainya perjalanan dengan ekosistem dan mitra OEM."

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa perusahaan teknologi milik Bill Gates, Microsoft, memasukkan chip ke dalam vaksin Pfizer, keliru. Klaim itu bersumber dari artikel yang dipublikasikan oleh situs yang khusus menyajikan konten-konten satire dan humor tentang keuangan.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8603) Benar, Klaim Ini Video Tumpukan Jenazah Covid-19 yang Penuhi RS di India

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 27/04/2021

    Berita


    Video yang memperlihatkan kantong-kantong jenazah yang memenuhi sebuah rumah sakit beredar di media sosial. Dalam video itu, terlihat beberapa petugas dengan alat pelindung diri (APD) lengkap. Video ini diklaim menunjukkan tumpukan jenazah korban Covid-19 di India. Video itu beredar di tengah "tsunami Covid" di India karena melonjaknya kasus infeksi virus Corona di sana.
    Di Instagram, video berdurasi 38 detik tersebut dibagikan oleh akun ini pada 23 April 2021. Akun itu pun menulis, "India baru saja memecahkan rekor harian covid19 sebanyak 300K lebih jiwa yg terpapar dalam satu hari. Bahkan 2.000 nyawa meninggal dalam sehari. Sehingga ibukota New Delhi, India mengalami krisis Oksigen beberapa hari belakangan."
    Gambar tangkapan layar unggahan di Instagram yang berisi video yang memperlihatkan tumpukan jenazah Covid-19 di sebuah rumah sakit di India.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengan tool InVID. Lalu, gambar-gambar itu ditelusuri denganreverse image toolGoogle. Hasilnya, ditemukan bahwa video tersebut direkam di Dr. Bhim Rao Ambedkar Memorial Hospital, Raipur, Chhattisgarh, India. Rumah sakit ini kewalahan karena lonjakan jumlah kematian akibat infeksi virus Corona per hari sehingga kehabisan ruang untuk menyimpan jenazah.
    Video tersebut pernah diunggah ke Twitter oleh akun @VickyKedia pada 13 April 2021. Akun ini menulis, "Dr Bhim Rao Ambedkar Memorial Hospital di Raipur, Chhattisgarh, telah kehabisan ruang untuk menyimpan mayat. Mayat ditumpuk di luar gedung rumah sakit. #StaySafe #MaskUpIndia."
    Video yang sama juga pernah diunggah oleh akun @brajeshabpnews, akun  Twitter milik jurnalis media India ABP News, Brajesh Rajput, pada tanggal yang sama. Dia menulis, "Video di rumah sakit Raipur ini akan membuat merinding. Tempat penyimpanan jenazah yang meninggal karena #Corona sangat sedikit di rumah sakit. Siapa yang bertanggung jawab atas kengerian ini, para pemimpin kami diam."
    Gambar-gambar tangkapan layar video itu pun pernah dimuat oleh situs media India, India.com, dalam artikelnya pada 13 April 2021. Artikel ini berjudul "Kematian Virus Corona Chhattisgarh: Sebuah pemandangan kematian, gambar-gambar dari rumah sakit terbesar di Chhattisgarh ini menyesakkan".
    Menurut laporan India.com, gambar-gambar tersebut diambil di rumah sakit milik pemerintah terbesar di Raipur, ibukota Chhattisgarh, Dr. Bhim Rao Ambedkar Memorial Hospital. Dalam gambar-gambar itu, terlihat tumpukan jenazah Covid-19 di setiap sisi rumah sakit, dari yang berada di atas tandu hingga yang diletakkan di lantai, akibat kurangnya ruang penyimpanan.
    Dilansir dari situs media India lainnya, NDTV, pihak Dr. Bhim Rao Ambedkar Memorial Hospital mengaku tidak berdaya dengan kondisi ini. Menurut mereka, jenazah pasien Covid-19 menumpuk di kamar mayat lebih cepat daripada yang bisa mereka kremasi. Unit perawatan intensif rumah sakit dan tempat tidur yang dilengkapi oksigen hampir penuh 100 persen selama seminggu terakhir.
    "Tidak ada yang bisa menduga akan ada begitu banyak kematian sekaligus. Kami memiliki ruang pendingin yang cukup untuk jumlah kematian normal. Tapi kami tidak dapat memahami bagaimana tempat yang hanya cukup untuk 1-2 kematian kemudian melaporkan 10-20 kematian. Jika kita bersiap untuk 10-20 kematian, ada 50-60 orang yang meninggal. Bagaimana kita bisa mengatur ruang pendingin untuk begitu banyak orang sekaligus? Bahkan krematorium kewalahan," kata Kepala Petugas Medis dan Kesehatan Raipur, Meera Baghel.
    Menurut sumber resmi, setiap harinya, rata-rata sebanyak 55 jenazah dikremasi di Raipur, dan kebanyakan dari mereka adalah pasien Covid-19. Sementara Chhatisgarh merupakan satu di antara 10 negara bagian yang paling terpukul oleh gelombang kedua Covid-19 di di India. Pada 25 April 2021, Chhatisgarh melaporkan sebanyak 10.521 kasus Covid-19 baru dan 122 kematian.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video itu adalah video tumpukan jenazah  Covid-19 yang memenuhi rumah sakit di India, benar. Video tersebut direkam di Dr. Bhim Rao Ambedkar Memorial Hospital, Raipur, Chhattisgarh, India. Sejak gelombang kedua Covid-19 melanda India, rumah sakit tersebut kewalahan karena lonjakan jumlah kematian per hari sehingga kehabisan ruang untuk menyimpan jenazah.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan