• (GFD-2021-8617) Keliru, Klaim Ini Foto Pemudik yang Berenang ke Madura karena Jembatan Suramadu Tutup

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 07/05/2021

    Berita


    Dua foto yang memperlihatkan puluhan orang sedang berenang di lautan dengan pelampung berwarna oranye dan putih beredar di Facebook. Foto ini diklaim memperlihatkan warga yang mudik ke Madura dengan berenang menyeberangi lautan karena Jembatan Suramadu, jembatan yang menghubungkan Surabaya dengan Madura, ditutup di tengah larangan mudik Lebaran 2021.
    Akun ini membagikan foto beserta klaim tersebut pada 6 Mei 2021. Akun itu menulis, "Di karnakan jembatan dengan tujuan surabaya madura (SURAMADU) di tutup. Terpaksa PEMUDIK menggunakan jalur laut.. Nabeng aman ekoh..." Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah mendapatkan 65 reaksi dan 16 komentar serta dibagikan sebanyak 142 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait foto-foto yang diunggahnya. Foto-foto ini bukan foto warga yang mudik ke Madura dengan berenang menyeberangi lautan.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto-foto di atas denganreverse image toolGoogle dan Yandex. Hasilnya, ditemukan bahwa dua foto itu telah beredar di internet sejak 2016, dan tidak terkait dengan larangan mudik Lebaran 2021 ataupun pemudik yang hendak pulang kampung ke Madura.
    Foto pertama pernah dimuat oleh situs media Suarasurabaya.net dalam artikelnya pada 29 Maret 2016 yang berjudul "Pemanasan, 200 Prajurit Marinir Renang Seberangi Selat Madura". Foto yang bersumber dari Dinas Penerangan Korps Marinir (Dispenkormar) TNI Angkatan Laut ini diberi keterangan: "Sebanyak 200 prajurit Korps Marinir renangi Selat Madura".
    Foto yang dimuat oleh Suarasurabaya.net dalam artikelnya pada 29 Maret 2016 yang berjudul "Pemanasan, 200 Prajurit Marinir Renang Seberangi Selat Madura".
    Menurut artikel itu, sebanyak 200 prajurit Pasmar-1 Korps Marinir berenang menyeberangi Selat Madura di sisi timur Jembatan Suramadu pada 29 Maret 2016. Ini merupakan latihan parsial sekaligus persiapan renang massal. Latihan berikutnya akan digelar pada 13 April 2016 dengan melibatkan seluruh peserta renang massal, yakni 2.016 prajurit Pasmar-1 dan Taruna Akademi AL.
    Dalam latihan ini, seluruh prajurit marinir memakai pakaian dinas lapangan (PDL) dan pelampung. Mereka berenang dengan menempuh jarak 5,3 kilometer, dimulai dari sebelah timur Jembatan Suramadu sisi Surabaya dan berakhir di sebalh timur Jembatan Suramadu sisi Madura.
    Sama dengan foto pertama, foto kedua juga memperlihatkan latihan renang yang dilakukan oleh Korps Marinir di Selat Madura pada 29 Maret 2016. Foto ini pernah dimuat oleh situs media Tigapilarnews.com dalam artikelnya yang berjudul "Marinir Berenang Seberangi Selat Madura". Isi artikel itu serupa dengan isi artikel Suarasurabaya.net.
    Foto yang dimuat oleh Tigapilarnews.com dalam artikelnya pada 29 Maret 2019 yang berjudul "Marinir Berenang Seberangi Selat Madura".
    Pada 28 April 2016 pun, seperti dikutip dari Republika.co.id, prajurit Korps Marinir TNI AL kembali berenang melintasi Selat Madura. Sebanyak 2.016 prajurit melintasi selat yang jaraknya berkisar 5,3 kilometer tersebut dalam puncak peringatan HUT ke-15 Pasmar-1 sekaligus untuk memecahkan rekor MURI perenang terbanyak.
    Dalam artikel ini, terdapat beberapa foto yang memperlihatkan ribuan prajurit Korps Marinir menyeberangi Selat Madura dengan berenang. Foto-foto serupa, yang menunjukkan ribuat prajurit Korps Marinir berenang menyeberangi Selat Madura di sebelah Jembatan Suramadu, juga pernah dimuat oleh Merdeka.com pada tanggal yang sama.
    Jembatan Suramadu ditutup
    Dilansir dari CNN Indonesia, Jembatan Suramadu akan disekat pada 6-17 Mei 2021. Kebijakan ini ditempuh demi menekan mobilitas masyarakat saat penerapan larangan mudik Lebaran 2021 di tengah pandemi Covid-19. "Pada tanggal 6 Mei, sudah tidak bisa melintas," ujar Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Ajun Komisaris Besar Ganis Setyaningrum pada 2 Mei 2021.
    Menurut Ganis, petugas gabungan mendirikan pos-pos titik penyekatan di dua arah, baik dari arah Surabaya maupun dari arah Madura. Nantinya, pengemudi akan diberhentikan di titik tersebut untuk pemeriksaan, mulai dari keperluan melintas hingga kelengkapan syarat perjalanan. "Jika ditemukan ada pemudik Lebaran, mereka diminta putar balik ke daerah keberangkatan," ujarnya.
    Ganis pun mengatakan pengendara yang boleh melintas adalah mereka yang berkegiatan dinas atau memiliki kepentingan pekerjaan dan keperluan distribusi sembako dan logistik, serta ambulans. "Yang berkepentingan, ambulans, pemadam, sembako, tangki-tangki, boleh melintas, termasuk yang bekerja, tapi harus ada surat keterangan dari instansi," katanya.
    Dikutip dari Sindonews.com, petugas gabungan mulai menyekat Jembatan Surabaya pada 6 Mei 2021 pukul 00.00 WIB. Hingga pukul 08.00 WIB, tercatat sebanyak 730 kendaraan yang berisi warga yang hendak mudik ke Madura diminta putar balik. Jumlah ini terdiri dari 250 motor, 350 mobil penumpang, 20 bus, 100 mobil barang, dan 10 kendaraan khusus.
    Mereka diminta putar balik lantaran tidak mengantongi izin perjalanan. Ada pula yang tidak membawa surat bebas Covid-19. "Kemudian tidak membawa surat tugas dari perusahaan atau instansi. Tujuan mereka melintas di Jembatan Suramadu juga tidak jelas," kata Kepala Unit Turjawali Satuan Lalu Lintas Polres Pelabuhan Tanjung Perak, Inspektur Satu Sunarto.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa dua foto tersebut menunjukkan warga yang mudik ke Madura dengan berenang menyeberangi lautan karena Jembatan Suramadu ditutup di tengah larangan mudik Lebaran 2021, keliru. Foto itu adalah foto para prajurit Pasmar-1 Korps Marinir TNI AL yang sedang latihan renang dengan menyeberangi Selat Madura di sisi timur Jembatan Suramadu pada 29 Maret 2016.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8616) Keliru, Klaim Ini Foto Penumpang Lion Air dari Cina yang Diturunkan Tanpa Lewat Jalur Imigrasi

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 06/05/2021

    Berita


    Klaim bahwa maskapai penerbangan Lion Air menurunkan penumpang dari Cina tanpa lewat jalur imigrasi beredar di Facebook. Klaim itu dilengkapi dengan foto yang memperlihatkan sekelompok orang berseragam krem, beberapa di antaranya membawa koper, di dalam gedung sebuah bandara.
    Akun ini membagikan klaim beserta foto tersebut pada 4 Mei 2021. Akun itu pun menulis, "Yg seperti ini kita mau percaya sama pemerintah!!! Tinggal nunggu hancur tanpa nama Republik Indonesia, di dukung Rusdi Kirana, Lion Wings Air, pesawat yg berani mnurunkn penumpang dari Cina, tanpa lewat jalur imigrasi, tp lewat penumpang dlm negeri."
    Narasi itu beredar di tengah kabar kemunculan maskapai baru Super Air Jet. Super Air Jet santer diisukan terafiliasi dengan Rusdi Kirana, bos maskapai Lion Air Group atau pendiri PT Lion Mentari Airlines. Saat ini, manajemen  sedang mengurus sertifikat operasi angkutan udara atauair operation certificate(AOC) di Kementerian Perhubungan.
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait foto yang diunggahnya.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, foto tersebut pernah beredar sebelumnya, yakni pada Oktober 2020, dengan narasi yang berbeda. Dengan demikian, konteks foto tersebut tidak terkait dengan peristiwa yang terjadi baru-baru ini.
    Lewat pencarian denganreverse image tool Google, Tempo menemukan bahwa foto tersebut pernah viral di Twitter setelah diunggah oleh akun @BerisikEmak pada 1 Oktober 2020. Ketika itu, foto ini dilengkapi dengan narasi bahwa ada tentara berseragam yang datang ke Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta.
    Dikutip dari Detik.com, Manager Branch Communication Bandara Soekarno-Hatta, Haerul Anwar, mengatakan sekelompok pria berseragam krem itu adalah penumpang yang hendak terbang ke luar negeri, bukan baru tiba di Indonesia. Haerul mengkonfirmasi para penumpang itu adalah warga negara Cina. "Itu penumpang biasa yang mau berangkat ke luar," ujar Haerul.
    Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Bandara Soetta Ajun Komisaris Alexander Yurikho juga menyatakan lokasi dalam foto itu bukan terminal kedatangan internasional, melainkan terminal keberangkatan internasional, tepatnya Terminal 3 Bandara Soetta. Dia juga memastikan bahwa seragam yang digunakan oleh para pria itu bukan seragam tentara, melainkan seragam pekerja tambang atau personel lapangan.
    Berita yang sama juga pernah dimuat oleh Liputan6.com pada 3 Oktober 2020. Alexander Yurikho mengatakan area yang terlihat dalam foto tersebut bukan area kedatangan melainkan keberangkatan internasional. Kemudian, seragam yang dikenakan para pria dalam foto itu bukan seragam tentara, melainkan seragam pekerja lapangan.
    Menurut arsip berita Tempo, Kepala Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta Romi Yudianto pun telah memastikan puluhan warga negara Cina dalam foto tersebut adalah para pekerja tambang. "Bukan tentara," ujar Romi saat dihubungi Tempo pada 3 Oktober 2020.
    Romi menjelaskan foto tersebut merupakan foto saat keberangkatan, bukan kedatangan. Meskipun begitu, dia tidak menjelaskan secara detail di mana puluhan warga negara Cina itu berasal. Dia juga tidak menyebut jadwal keberangkatan mereka di Bandara Soetta.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto di atas menunjukkan penumpang Lion Air dari Cina yang diturunkan tanpa lewat jalur imigrasi, keliru. Foto ini pernah beredar pada Oktober 2020 dengan narasi yang berbeda. Ketika itu, pihak Imigrasi telah mengkonfirmasi bahwa foto itu adalah foto saat keberangkatan, bukan kedatangan.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8615) Keliru, Klaim Ini Foto Puing-puing KRI Nanggala yang Berhasil Dievakuasi

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 06/05/2021

    Berita


    Foto yang memperlihatkan bangkai sebuah kapal selam yang baru diangkat ke permukaan beredar di internet. Pada bangkai kapal selam ini, terlihat di bagian atas kapal tulisan “402”, yang dilingkari merah. Foto tersebut dibagikan dengan narasi bahwa puing-puing KRI Nanggala 402 yang tenggelam di perairan Bali pada 21 April 2021 lalu telah berhasil dievakuasi.
    Selain memperlihatkan bangkai kapal selam, foto itu juga menunjukkan sejumlah wanita, yang salah satunya menangis. Ada pula dua wanita yang sedang berpelukan. Blog ini memuat foto itu dalam artikelnya pada 1 Mei 2021 yang berjudul “Tangisan Keluarga Korban Pecah, Tim Evakuasi Berhasil Angkat Puing Puing KRI Nanggala 402 Kepermukaan”.
    Gambar tangkapan layar artikel terkait KRI Nanggala 402 di sebuah blog yang memuat foto hasil suntingan dari foto kapal selam milik Rusia, Kursk, yang hancur dalam sebuah ledakan besar pada 2000.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto itu dengan reverse image toolSource, Yandex, dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa foto tersebut adalah hasil suntingan dari foto bangkai kapal selam milik Rusia, K-141 Kursk, yang hancur dalam sebuah ledakan besar pada 12 Agustus 2000.
    Foto yang dimuat oleh blog di atas merupakan thumbnail dari video yang pernah diunggah ke YouTube oleh kanal Suara Hati Sang Istri pada 1 Mei 2021. Video ini berjudul “Tangisan Keluarga Korban Pecah, Tim Evakuasi Berhasil Angkat Puing Puing Nanggala 402 Kepermukaan”.
    Dalam keterangan videonya, disebutkan bahwa tim evakuasi gabungan KRI Nanggala 402 telah berhasil menggangkat hidrofon milik kapal selam tersebut dengan Remotely Operated Vehicle (ROV) milik kapal penyelamat Singapura, MV Swift Rescue. Pemerintah pun memastikan akan terus melakukan evakuasi serpihan-serpihan dari KRI Nanggala.
    Tempo kemudian menelusuri foto-foto dalam thumbnail video tersebut. Foto kapal selam yang terlihat dalam thumbnail video tersebut identik dengan foto yang pernah dimuat oleh situs berbahasa Rusia, Oir Mobi, dalam artikelnya pada 18 Februari 2020 yang berjudul "Kapal Selam Kursk". Namun, dalam foto ini, tidak terlihat tulisan “402” di bagian atas kapal.
    Foto yang sama juga pernah dimuat oleh Tempo pada 24 April 2021 dalam artikelnya yang berjudul “6 Kecelakaan Kapal Selam Terburuk dalam Sejarah”. Berdasarkan arsip berita Tempo, kecelakaan Kursk dianggap sebagai salah satu bencana kapal selam terburuk yang dialami oleh Rusia. K-141 Kursk, kapal selam rudal bertenaga nuklir Project 949A Antey-class (Oscar II) dan berbobot 16 ribu ton, hancur dalam ledakan besar pada 12 Agustus 2000.
    Ledakan itu menewaskan 118 awak kapal selam tersebut. Kapal selam Kursk tenggelam dalam gelaran latihan Angkatan Laut Armada Utara di Laut Barents. Dikutip dari Moscow Times, investigasi resmi menyimpulkan bahwa kegagalan salah satu torpedo berbahan bakar hidrogen peroksida Kursk yang memicu ledakan tersebut. Bencana kapal selam Kursk ini memicu berbagai kritik publik terhadap pemerintah Rusia dan Angkatan Laut.
    Sementara foto yang memperlihatkan dua perempuan yang sedang berpelukan dalam thumbnail video tersebut merupakan foto saat Menteri Sosial Tri Rismaharini menemui keluarga awak KRI Nanggala 402 di Koarmada II Surabaya, Jawa Timur. Video yang menunjukkan momen tersebut pernah diunggah ke YouTube oleh kanal milik stasiun televisi Kompas TV pada 25 April 2021 dengan judul “Penuh Haru, Mensos Risma dan Menko PMK Temui Keluarga Awak KRI Nanggala 402”.
    Barang yang ditemukan dari KRI Nanggala
    Berdasarkan arsip berita Tempo pada 24 April 2021, sejumlah barang telah ditemukan dari KRI Nanggala 402. Menyusul penemuan itu, kapal selam TNI Angkatan Laut tersebut dinyatakan berstatus subsunk atau tenggelam. “Barang-barang ini tidak dimiliki oleh umum dan dalam radius 10 mil tidak ada kapal lain yang melintas,” kata Kepala Staf TNI AL Laksamana Yudo Margono.
    Menurut Yudo, sejumlah barang yang ditemukan di sekitar lokasi terakhir kapal selam itu terlihat adalah pelurus tabung torpedo, bagian pembungkus pipa pendingin, dan pelumas untuk periskop. Tim pencari gabungan juga menemukan alas yang biasa digunakan oleh awak kapal untuk melaksanakan salat atau sajadah dan spons untuk meredam panas di kapal selam.
    Yudo mengatakan benda-benda tersebut bisa keluar dari dalam kapal selam, karena diduga terjadi keretakan pada kapal tersebut. "Ini tidak akan terangkat keluar kapal apabila tidak ada tekanan dari luar atau terjadi keretakan di peluncur torpedo,” ujar Yudo.
    Dilansir dari Kompas TV, pada 27 April 2021, tim evakuasi KRI Nanggala 402 juga berhasil menggangkat hidrofon menggunakan Remotely Operated Vehicle (ROV) milik kapal penyelamat Singapura, MV Swift Rescue. Hidrofon atau alat perekam suara bawah air merupakan bagian penting dari sistem sonar. Hidrofon milik KRI Nanggala ini berfungsi untuk mendeteksi kapal selam atau kapal di permukaan.
    Asisten Perencanaan dan Anggaran TNI AL Laksamana Muda Muhammad Ali menjelaskan, selain hidrofon, tim evakuasi juga telah menemukan lokasi torpedo KRI Nanggala. Menurut Ali, tim masih melakukan pengangkatan serpihan kecil dari KRI Nanggala menggunakan ROV. Sedangkan untuk bagian yang besar akan dikoordinasikan lebih lanjut, sebab daya angkut ROV hanya 150 kilogram.
    Menurut arsip berita Tempo pada 4 Mei 2021, Ali menyatakan belum bisa memastikan sampai kapan proses evakuasi KRI Nanggala 402 akan berlangsung. Pasalnya, terdapat sejumlah kendala di lapangan, salah satunya terkait kondisi alam di sekitar karamnya kapal selam tersebut.
    "Masalah batas waktu itu tidak bisa tentukan karena tergantung medan, situasi. Di mana di Laut Bali kita ketahui juga ada internal wave yang disampaikan beberapa waktu lalu kita sudah sampaikan," ujar Ali saat jumpa pers di RS TNI AL Dr. Mintohardjo, Jakarta, pada 4 Mei 2021.
    Dia menambahkan, dalam melakukan evakuasi, tim juga sangat berhati-hati, apalagi diketahui masih ada torpedo aktif yang ikut tenggelam bersama kapal. "Jadi, kita harus benar-benar hati-hati dan harus sabar. Saya minta ke rekan-rekan media mohon sabar untuk bisa tunggu rekan-rekan kita. Kita juga siapkan KRI kita, ada KRI Rigel dan beberapa kapal lagi untuk pengamanan," tuturnya.
    Saat ini, tim baru berhasil mengangkat bagian kecil dari KRI Nanggala-402. Menurut dia, untuk pengangkatan badan kapal memerlukan pengait untuk diikatkan ke KRI Nanggala yang tenggelam di dasar laut. "Untuk mengangkat memang agak susah mungkin, karena untuk menempelkan pengait dengan barang yang akan diangkat itu butuh tangan (untuk mengaitkan)," katanya.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto tersebut adalah foto puing-puing KRI Nanggala 402 yang telah berhasil dievakuasi, keliru. Foto itu merupakan hasil suntingan dari foto bangkai kapal selam K-141 Kursk milik Rusia yang hancur dalam sebuah ledakan besar pada 12 Agustus 2000. Sejauh ini, tim evakuasi KRI Nanggala baru menemukan serpihan-serpihan dari kapal selam milik TNI AL tersebut, seperti pelurus tabung torpedo, bagian pembungkus pipa pendingin, pelumas untuk periskop, alas salat, spons peredam panas, serta hidrofon.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8614) Keliru, Klaim Ini Bukan Video Kremasi Jenazah Covid-19 di India Tapi Korban Kebocoran Gas

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 05/05/2021

    Berita


    Narasi yang meragukan parahnya gelombang kedua Covid-19 di India beredar di media sosial. Salah satu akun di Facebook mengklaim bahwa video yang beredar di internet, yang diambil dari udara dan disebut memperlihatkan situasi di area kremasi jenazah Covid-19 di India, sebenarnya menunjukkan proses kremasi para korban kebocoran gas.
    Video itu berjudul "Asap Kremasi Tutupi Langit India, Kematian Covid-19 Membludak!". Video tersebut juga memuat logo stasiun televisi Metro TV. Akun ini membagikan klaim beserta video tersebut pada 27 April 2021. Selain mengunggah video itu, akun ini menyertakan empat video lain yang diklaim sebagai bukti bahwa kondisi India normal, karena menggelar acara musik.
    Akun itu pun menulis, "Slide 1 Pembodohan kopid! Korban yang di kremasi adalah korban kebocoran gas, Slide 2 korban yang berjatuhan akibat pipa kebocoran gas, Slide 3 adalah komentar orang cerdas, Slide 4 sampai terakhir adalah kondisi india saat ini, dangdutan saweran, Selamat jadi manusia yang berakal." Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah dibagikan lebih dari 100 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait video yang diunggahnya. Video itu memang menunjukkan situasi di area kremasi jenazah pasien Covid-19 di India.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan hasil penelusuran Tim CekFakta Tempo, video yang memuat logo Metro TV dan berjudul “Asap Kremasi Tutupi Langit India, Kematian Covid-19 Membludak!” itu memang memperlihatkan situasi di area kremasi massal jenazah Covid-19 di India, di tengah meningkatnya jumlah kematian akibat infeksi virus Corona di negara tersebut.
    Mula-mula, Tempo memfragmentasi video itu menjadi beberapa gambar dengantoolInVID. Lalu, gambar-gambar tersebut ditelusuri jejak digitalnya denganreverse image tool Google. Selain itu, Tempo juga menelusuri pemberitaan terkait dengan kata kunci “mass cremation in India” di mesin perambah Google.
    Hasilnya, ditemukan bahwa beberapa cuplikan dalam video tersebut sama dengan video yang dipublikasikan oleh media Korea Selatan, SBS, pada 26 April 2021. Video itu berjudul “Jenazah pasien Covid-19 berserakan di trotoar, 'Kekurangan oksigen'". Kesamaan terdapat pada cuplikan dari udara yang menunjukkan area kremasi serta cuplikan beberapa petugas berpakaian hazmat yang sedang menggotong jenazah.
    Dua cuplikan yang sama-sama terlihat dalam video yang beredar di Facebook maupun yang diunggah oleh media Korea Selatan SBS pada 26 April 2021.
    Tempo pun membandingkan video itu dengan video yang dipublikasikan oleh media kredibel lainnya. Salah satunya adalah media Inggris, The Guardian, yang mengunggah video kremasi yang identik yang diambil dari udara. Video yang dipublikasikan di YouTube pada 26 April 2021 tersebut diberi judul "India: drone footage shows makeshift mass crematorium in Delhi".
    Dalam penjelasannya, The Guardian menulis bahwa kremasi massal telah dilakukan di ibukota India, New Delhi, di fasilitas darurat yang disiapkan untuk mengatasi peningkatan kematian akibat virus Corona yang besar. Per 26 April, India mencatat 352.991 kasus Covid-19 baru, hari kelima dari rekor tertinggi, dan 2.812 kematian baru, angka kematian harian tertinggi sejauh ini.
    Menurut arsip berita Tempo pada 19 April, India mengalami kekurangan tempat tidur dan oksigen untuk pasien Covid-19 ketika kasus infeksi virus Corona di sana semakin melonjak. Ibukota India, New Delhi, mencatat 25.500 kasus Covid-19 baru dalam periode 24 jam. Namun, kurang dari 100 tempat tidur untuk perawatan kritis tersedia di kota itu. Sementara jumlah kasus di seluruh India pada hari itu mencapai sekitar 233 ribu.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas bukan video kremasi jenazah Covid-19 di India, tapi kremasi korban kebocoran gas, keliru. Video tersebut memang memperlihatkan situasi kremasi massal jenazah pasien Covid-19 di India. Sejak pertengahan April 2021, India mencatatkan kenaikan drastis terkait jumlah kasus Covid-19, dan juga peningkatan angka kematian.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan