• (GFD-2025-27932) Cek Fakta: Tidak Benar Ini Link Resmi untuk Cek Status Penerima BSU Rp 600 Ribu

    Sumber:
    Tanggal publish: 17/07/2025

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim link resmi untuk cek status penerima BSU Rp 600 ribu, informasi tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 15 Juli 2025.
    Unggahan klaim link resmi untuk cek status  BSU Rp 600 ribu berupa tulisan sebagai berikut.
    "Dukung Kesejahteraan Pekerja dengan BSU Rp600.000Program BSU kembali disalurkan untuk membantu meringankan beban ekonomi pekerja Indonesia.
    📌 Pastikan Anda termasuk penerima dengan cek status di:
    👉 https://cekstatus.bsudigital.my.id/
    đź”’ Terjamin resmi & aman karena terkoneksi langsung dengan sistem Kementerian Ketenagakerjaan RI."
    Unggahan klaim tersebut mengarahkan penerima informasi untuk mengakses link sebagai berikut.
    "https://cekstatus.bsudigital.my.id/?fbclid=IwY2xjawLlaORleHRuA2FlbQIxMABicmlkETFMVnk4NFR2QU9ObUk3YU5kAR4K2sL7GmD_G4totKgW2n-mceWafZWBGrMW25lsLk6GfuignIzcdZV6mkRMVA_aem_Qmc7MzLAltqFDEUXYFM_ag"
    Jika link tersebut diklik, mengarah pada halaman situs yang meminta sejumlah data pribadi seperti nomor Telegram.
    Benarkah klaim link resmi untuk cek status penerima BSU Rp 600 ribu? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.
     
     

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim link resmi untuk cek status penerima BSU Rp 600 ribu, penelusuran mengarah pada artikel berujudul "Cek Penerima BSU 2025 di Kemnaker.go.id: Panduan Lengkap dan Terbaru!" yang dimuat situs Liputan6.com, pada 8 Juli 2025.
    Artikel situs Liputan6.com menyebutkan, untuk mengecek status penerimaan BSU Kemnaker 2025 melalui situs web bsu.kemnaker.go.id, ikuti langkah-langkah berikut:
    Akses Situs Web: Buka situs resmi Kemnaker di bsu.kemnaker.go.id menggunakan peramban (browser) di komputer atau ponsel Anda. Pastikan koneksi internet Anda stabil.
    Login atau Daftar Akun: Jika Anda sudah memiliki akun, login menggunakan email dan kata sandi Anda. Jika belum memiliki akun, Anda perlu mendaftar terlebih dahulu dengan melengkapi data diri sesuai dengan KTP dan nomor BPJS Ketenagakerjaan Anda. Gunakan alamat email aktif untuk verifikasi.
    Lengkapi Profil (Jika Diperlukan): Setelah login, pastikan profil Anda lengkap. Ini termasuk informasi seperti status pekerjaan, lokasi tempat kerja, dan nomor rekening bank aktif. Data yang lengkap akan mempercepat proses verifikasi.
    Cek Status BSU: Setelah semua data terisi dan diverifikasi, cari menu 'Cek Status BSU' atau yang serupa di dasbor akun Anda. Klik menu tersebut.
    Setelah Anda mengklik "Cek Status", sistem akan menampilkan status BSU Anda. Kemungkinan status yang akan muncul antara lain:
    Anda memenuhi kriteria sebagai calon penerima BSU 2025: Ini berarti data Anda lolos verifikasi awal, tetapi masih menunggu proses selanjutnya. Periksa secara berkala untuk pembaruan status.
    Anda telah ditetapkan sebagai penerima BSU dan sedang menunggu penyaluran: Ini menunjukkan Anda telah dinyatakan sebagai penerima dan dana akan segera disalurkan.
    Anda berhak menerima BSU, namun ada kendala rekening: Ini berarti ada masalah dengan rekening bank Anda. Segera hubungi bank atau pihak terkait untuk menyelesaikan masalah ini.
    Dana BSU sudah tersalurkan ke rekening: Ini berarti BSU Anda sudah masuk ke rekening bank Anda.
    NIK Anda tidak memenuhi persyaratan penerima BSU: Ini berarti Anda tidak termasuk dalam daftar penerima BSU 2025 berdasarkan verifikasi data.
    Pengecekan status Bantuan Subsidi Upah (BSU) dapat dilakukan melalui berbagai kanal. Mulai dari website resmi BPJS Ketenagakerjaan dan Kementerian Ketenagakerjaan, aplikasi Pospay dan JMO.
    Dalam artikel berjudul "BPJS Ketenagakerjaan: Cek Penerima BSU 2025, Ini Cara Mudahnya!" yang dimuat situs Liputan6.com, pada 6 Juli 2025 menyebutkan sejumlah cara untuk mengecek penerima BSU, berikut caranya.
    Salah satu cara paling umum untuk melakukan pengecekan status BSU adalah melalui website resmi BPJS Ketenagakerjaan. Berikut adalah langkah-langkahnya:
    Buka situs web resmi BPJS Ketenagakerjaan di bsu.bpjsketenagakerjaan.go.id/.
    Cari bagian 'Cek Apakah Kamu Termasuk Calon Penerima BSU?'.
    Isi data yang diminta, termasuk NIK, nama lengkap, tanggal lahir, nama ibu kandung, dan alamat email.Klik 'Lanjutkan'.
    Sistem akan menampilkan status verifikasi Anda.
    Pastikan data yang Anda masukkan sesuai dengan data yang terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan untuk menghindari kesalahan verifikasi. Jika diminta, masukkan nomor rekening Bank Himbara (BRI, BNI, Mandiri, dan BTN) untuk mempercepat proses pencairan.
    Selain melalui website BPJS Ketenagakerjaan, Anda juga dapat melakukan pengecekan melalui:
    Website Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker): Kunjungi situs resmi Kemnaker di https://bsu.kemnaker.go.id/. Situs ini berfungsi sebagai tahap validasi setelah verifikasi BPJS Ketenagakerjaan.
    Aplikasi JMO (Jamsostek Mobile): Unduh aplikasi JMO di Google Play Store atau App Store. Lengkapi profil Anda dengan informasi yang benar dan akurat. Cari menu atau bagian yang berkaitan dengan BSU. Ikuti petunjuk yang diberikan untuk mengecek status penerimaan BSU Anda.

    Kesimpulan


    Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim link resmi untuk cek status penerima BSU Rp 600 ribu tersebut tidak benar.
    Untuk mengecek status penerimaan BSU Kemnaker 2025 melalui situs web bsu.kemnaker.go.id, situs web resmi BPJS Ketenagakerjaan di bsu.bpjsketenagakerjaan.go.id/ dan aplikasi JMO.
  • (GFD-2025-27931) Keliru: Ilmuwan Alumni UGM Asal Aceh Meninggal di Iran karena Serangan AS

    Sumber:
    Tanggal publish: 17/07/2025

    Berita

    SEJUMLAH unggahan di media sosial memuat klaim, salah satu ilmuwan nuklir Iran yang tewas adalah alumni Universitas Gadjah Mada. Ilmuwan yang disebut bernama Muhammad Faisal itu adalah warga Kecamatan Sigli, Kabupaten Pidie, Aceh. 

    Klaim itu beredar di TikTok [arsip], Facebook (akun satu dan dua), dan Threads. Konten itu memuat foto seorang pria yang diklaim sebagai Muhammad Faisal, ilmuwan nuklir yang tewas setelah Amerika menyerang tiga fasilitas nuklir Iran, salah satunya di Fordow. “Muhammad Faisal yaitu warga Indonesia berdarah Aceh mendapatkan kepercayaan pemerintah Iran untuk bergabung dengan para ilmuwan nuklir Iran di Fordow dan pada akhirnya dia tewas (syahid) oleh pengeboman Amerika Serikat,” demikian isi narasi yang beredar.



    Tempo akan memeriksa dua klaim. Pertama, benarkah ada ilmuwan nuklir Iran bernama Muhammad Faisal yang tewas dalam serangan Amerika Serikat di Fordow? Kedua, benarkah ilmuwan tersebut adalah alumni UGM asal Aceh?

    Hasil Cek Fakta

    Tempo memverifikasi narasi itu dengan beberapa upaya, yakni mewawancarai organisasi pemeriksa fakta di Iran, membandingkan dengan pemberitaan yang kredibel, mewawancarai Universitas Gadjah Mada, dan menganalisis konten dengan alat deteksi akal imitasi (AI). Hasilnya, tidak ada ilmuwan nuklir di Iran asal Indonesia yang tewas selama perang 12 hari antara Iran dan Israel.

    Menurut Factnameh, organisasi pemeriksa fakta independen di Iran, klaim itu keliru. “Tidak ada nama ilmuwan tersebut (Muhammad Faisal) yang meninggal dalam perang baru-baru ini,” kata Pemimpin Redaksi Factnameh, Farhad Souzanchi, melalui email kepada Tempo, Rabu 16 Juli waktu setempat.

    Humas UGM juga menyatakan, tidak ada alumni Fakultas Teknik, Program Studi S1 Teknik Nuklir UGM, asal Aceh bernama Muhammad Faisal.

    “Terdapat nama tersebut di Teknik Fisika, tetapi bukan dari Aceh,” ujar Humas UGM kepada Tempo saat dihubungi melalui WhatsApp, Kamis 10 Juli 2025.

    Direktur Pelindungan WNI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha juga mengatakan bahwa tak ada WNI yang menjadi korban konflik di Iran, sebagaimana dilaporkan Antara tanggal 18 Juni 2025. Iran diserang Israel dan AS dalam perang 12 hari, yang diawali serangan Israel tanggal 13 Juni 2025.

    Sejak pecahnya peperangan sampai akhir Juni 2025, Pemerintah RI telah mengevakuasi 96 WNI dan 1 warga negara Iran ke Indonesia. Sementara beberapa WNI lainnya memutuskan tetap tinggal di Iran.

    Dikutip dari Al Jazeera, terdapat enam ilmuwan Iran yang tewas dalam serangan hari pertama Israel pada 12 Juni waktu setempat. Dua yang menonjol yakni Mohammad Mehdi Tehranchi dan Fereydoun Abbasi. Tehranchi adalah seorang fisikawan teoretis yang pernah menjabat sebagai presiden Universitas Islam Azad Iran. Sedangkan Abbasi adalah mantan kepala Organisasi Energi Atom Iran dan mantan anggota parlemen Iran.

    Ilmuwan yang tewas berikutnya, Abdolhamid Minouchehr. Ia pernah menjabat sebagai dekan fakultas teknik nuklir di Universitas Shahid Beheshti. Ahmad Reza Zolfaghari, profesor teknik nuklir di Universitas Shahid Beheshti.

    Kemudian, ada nama Amir Hossein Faghihi, anggota fakultas teknik di Universitas Shahid Beheshti dan sebelumnya menjabat kepala Institut Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir. Terakhir, Motallebzadeh, seorang ilmuwan nuklir yang menjadi target dan dibunuh bersama istrinya.

    Tidak ada laporan ilmuwan Iran lain yang tewas dalam serangan Amerika Serikat ke tiga fasilitas nuklir Iran pada 23 Juni 2025.



    Pemindaian menggunakan aplikasi pendeteksi konten AI, Hive Moderation, menyimpulkan, video itu melibatkan kecerdasan buatan sekitar 82,7 persen. Sebelumnya, bagian video yang memperlihatkan wajah pria dalam konten itu dihapus atau dipotong untuk mengurangi akurasi deteksi alat akal imitasi.



    Sementara pemindaian menggunakan aplikasi besutan Zhuque AI Lab, yang dikembangkan perusahaan teknologi raksasa asal Cina, Tencent, menyatakan kemungkinan video yang beredar dibuat menggunakan AI adalah 49,47 persen.

    Kesimpulan

    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan video yang beredar memperlihatkan alumni S1 Teknik Nuklir UGM asal Aceh bernama Muhammad Faisal yang meninggal dunia di Iran akibat serangan AS adalah klaim keliru.

    Rujukan

  • (GFD-2025-27930) Keliru: Iran Kembali Serang Tel Aviv dengan Rudal Balistik 3 Juli 2025

    Sumber:
    Tanggal publish: 17/07/2025

    Berita

    SEBUAH video beredar di TikTok [arsip] dan Instagram yang diklaim sebagai peristiwa serangan rudal balistik Iran ke ibu kota Israel, Tel Aviv, pada 3 Juli 2025.

    Video itu memperlihatkan rudal-rudal yang meluncur di malam hari dan bercahaya seperti kembang api. Terdengar teriakan-teriakan dan sirine. “Iran kembali hujani Tel Aviv Israel dengan rudal balistik. Buat Netanyahu ketakutan setengah mati,” isi narasi yang beredar.



    Namun, benarkah video itu memperlihatkan Iran kembali menghujani Tel Aviv pada Juli 2025?

    Hasil Cek Fakta

    Tempo mengecek video tersebut menggunakan aplikasi verifikasi InVid dan pencarian gambar terbalik dari Google. Faktanya, tidak ada serangan baru Iran ke Israel setelah gencatan senjata tercapai pada 25 Juni 2025. 

    Tempo menemukan video tersebut telah beredar di kanal YouTube @AliAlMakhawi [arsip] pada Oktober 2024, jauh sebelum Israel menyerang Iran pada 12 Juni 2025 waktu setempat. Menurut pemilik akun, video itu direkam 25 Oktober 2024.



    Tempo telah menghubungi pemilik akun tersebut untuk meminta penjelasan mengenai video itu, namun belum mendapatkan jawaban. 

    Selama Oktober 2024, terdapat sejumlah peristiwa di Timur Tengah. Salah satunya, peristiwa Israel mengirimkan rudal ke Iran sebagai bentuk serangan balasan sebagaimana dilaporkan Al Jazeera dan CNN. Tempo juga memberitakan, di hari yang sama, Israel juga menyerang wilayah Lebanon yang menewaskan tiga jurnalis. 

    Kelompok Hizbullah dari Lebanon juga menyerang Israel dengan sekitar 250 roket hari itu, menurut laporan The Guardian.

    Pemimpin redaksi Factnameh–sebuah organisasi pemeriksa fakta independen di Iran, Farhad Souzanchi, mengatakan, tidak ada serangan baru pada 3 Juli setelah Israel dan Iran mencapai gencatan senjata pada 25 Juni 2025.

    Kesimpulan

    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan video yang beredar memperlihatkan serangan rudal Iran ke Tel Aviv, Israel pada 3 Juli 2025, adalah klaim keliru.

    Rujukan

  • (GFD-2025-27929) Cek Fakta: Malaysia Dibekukan FIFA gegara Langgar Aturan Naturalisasi

    Sumber:
    Tanggal publish: 17/07/2025

    Berita



    Murianews, Kudus – Beredar video yang menarasikan Federasi Sepak Bola Malaysia dibekukan FIFa gegara melanggar aturan naturalisasi. Setelah ditelusuri Tim Cek Fakta Murianews.com, video tersebut merupakan hoaks.



    Video dengan narasi Malaysia dibekukan FIFa gegera langgar aturan naturalisasi itu salah satunya diunggah akun TikTok bernama dunia_olahraga27, Selasa (1/7/2025) lalu.



    ”Langgar Aturan Naturalisasi, FIFA Hukum Malaysia hingga 2027 #malaysia #afc #fifa,” demikian keterangan unggahan tersebut.



    Dalam video itu, narator video menyebutkan Malaysia dibekukan dari sepak bola dunia sampai tahun 2027 gegara naturalisasi ilegal.



    Video  itu juga menyebutkan FIFA dan AFC resmi menjatuhkan sanksi super berat ke Malaysia. Yakni, Negeri Jiran itu dilarang tampil di semua kompetisi internasional mulai dari Kualifikasi Piala Dunia 2026, Piala Asia, hingga Piala AFF.



    ”Masalahnya Malaysia terbukti memakai pemain keturunan lewat jalur kilat, alias skema kewarganegaraan instan yang jelas-jelas melanggar aturan FIFA soal domisili dan garis keturunan,” kata narator video.



    Disebutkan juga semua pertandingan yang melibatkan pemain ilegal dibatalkan, dan Malaysia didenda Rp 30 miliar. Presiden FAM juga disebut dipecat dan Malaysia dilarang merekrut pemain keturunan.



    Penelusuran selengkapnya simak halaman berikut.

    Hasil Cek Fakta



    Tim Cek Fakta Murianews.com menelusuri narasi dalam video itu dengan memasukkan kata kunci ”Malaysia dibekukan FIFA” di mesin pencarian google.



    Hasilnya, penelusuran itu mengarah pada sejumlah artikel yang membantah klaim video tersebut.



    TurnBackHoax kemudian memasukkan kata kunci ”Malaysia Naturalisation” di kolom pencarian laman resmi FIFA. Hasilnya, tidak ditemukan artikel mengenai topik tersebut.



    Artikel terbaru mengenai Malaysia di laman FIFA berjudul ”Asaari: This is Malaysia’s best chance to qualify” yang tayang pada Rabu (19/3/2025).



    Melansir dari bola.net, Presiden FAM, Datuk Mohd Joehari Mohd Ayub menegaskan, seluruh pemain naturalisasi atau pemain warisan yang tampil membela Malaysia dalam laga FIFA Matchday Juni 2025 telah melalui proses legal sesuai prosedur dan mendapat persetujuan langsung dari FIFA.



    ”Semua pemain warisan itu sudah diperiksa oleh FIFA, dan FIFA adalah badan yang ketat dalam segala hal. Kami di FAM hanya mengikuti prosedur dan petunjuk yang ditetapkan FIFA,” tegas Joehari.



    Joehari menambahkan FAM tidak berkewajiban membuka seluruh latar belakang pemain kepada publik selama pemain tersebut sudah lolos verifikasi dari FIFA.



    ”Tidak ada masalah bagi kami untuk mengungkap atau tidak. Yang penting adalah FIFA sudah mengkaji, dan kami patuh terhadap keputusan FIFA,” lanjutnya.



    Kesimpulan...

    Kesimpulan



    Berdasarkan hasil penelusuran itu, video dengan narasi Malaysia dibekukan FIFa gegara langgar aturan naturalisasi” merupakan disinformasi jenis misleading content atau konten yang menyesatkan.



    Tim Cek Fakta Murianews.com tidak menemukan adanya klaim yang membenarkan terkait video itu. FAM juga membantah pemain naturalisasi miliknya melanggar aturan dan telah disahkan FIFA.