• (GFD-2025-30416) Cek Fakta: Tidak Benar Ini Link Pendaftaran Internet Rakyat Gratis 3 Bulan

    Sumber:
    Tanggal publish: 01/12/2025

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan klaim link pendaftaran Internet Rakyat gratis tiga bulan. Postingan tersebut beredar di salah satu akun Facebook pada 27 November 2025.
    Berikut isi unggahannya:
    "Program Internet Rakyat Resmi Dibuka — Gratis 3 Bulan!
    Bantu masyarakat tetap online dengan layanan internet gratis. Kuota besar, jaringan stabil, tanpa biaya pendaftaran"
    Postingan menyertakan poster yang berisi tulisan sebagai berikut:
    "PEMERINTAH LUNCURKAN INTERNET RAKYAT DENGAN KECEPATAN 100 MBPS
    Dapat Internet Gratis 3 Bulan Pertama"
    Postingan disertai menu pendaftaran, jika diklik akan muncul link berikut:
    "https://gratis.internet-rakyat.site/?fbclid=IwY2xjawOZ8a9leHRuA2FlbQIxMQBzcnRjBmFwcF9pZAwyNTYyODEwNDA1NTgAAR6tYFRkQt5gXgCxhZTdOUQUW_VuKjb3oEXtNj_kVJi92mt-GlQNHKTIgjXA2w_aem_tcPKRQ4H_AuAAk1sER_tog"
    Link tersebut mengarah pada halaman situs yang menampilkan formulir digital dan meminta identitas pribadi seperti nama dan nomor Telegram.
    Lalu benarkah klaim link pendaftaran Internet Rakyat gratis tiga bulan? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim link pendaftaran Internet Rakyat gratis tiga bulan. Penelusuran mengarah pada artikel Liputan6.com berjudul "Cara Daftar Internet Rakyat: Cek Link Pendaftaran dan Informasi Tarif Lengkap". Artikel ini tayang pada 22 November 2025.
    Dalam artikel ini dijelaskan mengenai cara mendaftar Internet Rakyat. Begini alurnya:
    1. Buka situs Internetrakyat.id atau mytelemedia.id
    2. Setelah itu, isi formulir data diri lengkap mulai dari nomor telepon hingga alamat
    3. Kirim pendaftaran dan tunggu notifikasi selanjutnya via email
    Adapun detail paket Internet Rakyat yang akan pengguna terima, termasuk gratis langganan bulan pertama hingga tidak dikenakan biaya saat pemasangan.
    Internet Rakyat adalah layanan internet inovatif yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan konektivitas masyarakat Indonesia. Dengan tarif flat sekitar Rp100.000 per bulan, pengguna dapat menikmati kecepatan hingga 100 Mbps tanpa batasan kuota data dan pemasangan gratis.

    Kesimpulan


    Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim link pendaftaran Internet Rakyat gratis tiga bulan, tidak benar.
  • (GFD-2025-30415) Cek Fakta: Tidak Benar Video Banjir Sibolga Diiringi Erupsi Gunung Api

    Sumber:
    Tanggal publish: 01/12/2025

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim video erupsi gunung di tengah banjir Sibolga, informasi tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 29 November 2025.
    Klaim video erupsi gunung di tengah banjir Sibolga menampilkan air berwarna coklat permukaannya hampir setara atap rumah. Kemudian dalam video terdapat gunung yang mengepulkan asap dan api dibagian puncaknya.
    Dalam video terdapat tulisan sebagai berikut.
    "Ya Allah lindungilah mereka yang terjebak banjir"
    Dalam video juga terdapat narasi sebagai berikut.
    "Yaallah lumpurnya makin tinggi, astaga itu mobilnya kebawa, pegang kuat kuat buk pegang. Lihat gunungnya meletus-meletus, semua naik naik ke atas."
    Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut.
    "Sibolga berduka"
    Benarkah klaim video erupsi gunung di tengah banjir Sibolga? Simak hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim video erupsi gunung di tengah banjir Sibolga, dengan menghubungi pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM.
    Kepala PVMBG Hadi Wijaya menjelaskan, Sibolga yang terletak di Sumatera Utara dan gunung api yang aktif di wilayah tersebut adalah Gunung Sinabung. Namun, saat ini Gunung Sinabung sedang tidak dalam periode erupsi.
    Dia pun menyebut klaim video erupsi gunung di tengah banjir Sibolga diragukan kebenarannya.
    "Sehingga kemungkinan video tsb diragukan kebenarannya," kata Hadi, saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (1/12/2025).
    Hadi melanjutkan, selain Gunung Sinabung di Sumatera Utara juga ada Gunung Sorik Marapi yang terletak di wilayah Tapanuli Selatan, tetapi saat ini juga tidak dalam kondisi erupsi.
    Penelusuran dilanjutkan dengan memeriksa unsur AI dalam video tersebut dengan menggunakan perangkat pendeteksi AI pada situs hivemoderation.com.
    Hasil pemeriksaan menunjukkan video tersebut 99% mengandung konten yang dihasilkan AI atau deepfake.
     

    Kesimpulan


    Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com klaim video erupsi gunung di tengah banjir Sibolga tidak benar.
    Bedasarkan data PVMBG, dua gunung api yang ada di Provinsi Sumatera Utara tidak sedang mengalami erupsi saat banjir Sibolga berlangsung.
    Perangkat pendeteksi AI pada situs hivemoderation.com menunjukan hasil penelusuran klaim video erupsi gunung di tengah banjir Sibolga 99% mengandung konten yang dihasilkan AI atau deepfake.
  • (GFD-2025-30414) Keliru: Video Warga Papua Usir Imigran Asal Jawa

    Sumber:
    Tanggal publish: 01/12/2025

    Berita

    VIDEO unjuk rasa dengan klaim masyarakat Papua mulai usir imigran asal Jawa, diunggah oleh Tiktok [arsip] dan Facebook pada 22 Oktober 2025. 

    Video sepanjang delapan detik tersebut memperlihatkan rombongan pendemo meneriakkan yel-yel berbunyi “usir pendatang sekarang juga”. Sementara pada bagian frame ditimpa dengan tulisan, “Masyarakat Papua mulai usir imigran dari Jawa gara-gara intoleransi terus terjadi”.



    Hingga tulisan ini diterbitkan, video tersebut sudah ditonton 279 ribu orang, serta mendapatkan 3.305 suka dan 230 komentar. Namun, benarkah video itu adalah demo masyarakat Papua untuk mengusir orang Jawa?

    Hasil Cek Fakta

    Tempo memverifikasi klaim itu dengan pencarian gambar terbalik dan mewawancarai organisasi HAM di Papua. Hasilnya, unjuk rasa tersebut bentuk protes masyarakat Papua atas maraknya rasisme pada 2019.  

    Menggunakan alat pencarian gambar terbalik Google Images, Tempo menemukan video dengan durasi lebih panjang diunggah oleh akun Tiktok Acel.bob. Pada detik ke-33, terdapat kesamaan pada pendemo berbaju biru muda dan berbaju putih garis hitam. Terdengar pula teriakan, “usir pendatang sekarang juga”.



    Pada detik ke-2, terlihat warga membawa poster bertuliskan: “Stop Intimidasi dan Intoleransi Rasis”, “Stop Intimidasi dan Rasis Terhadap Orang Asli Papua”.

    Dengan petunjuk tersebut, Tempo menggunakannya sebagai kata kunci pada mesin pencari Google. Hasil pencarian memunculkan beberapa foto dan video pendek lain yang identik diunggah oleh akun YouTube 90001 official dan Media Hukum Indonesia. Video tersebut dipublikasikan pada 19 Agustus 2019. 



    Foto yang identik lainnya berukuran lebih besar, dipublikasikan oleh situs media Voice of America pada artikel  “Koalisi Masyarakat Sipil Minta Agar Kekerasan Rasis Tak Terulang”. Peristiwa itu merupakan unjuk rasa warga Manokwari, Papua yang memprotes insiden kekerasan dan pengusiran mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya pada 16-17 Agustus 2019. 



    Protes Antirasisme di Papua 2019

    Dikutip dari buku Veronica Koman Gerakan West Papua Melawan (2019), unjuk rasa bernama Gerakan West Papua Melawan itu terjadi di 23 kota di Papua, 17 kota di Indonesia, dan 3 kota di luar negeri sejak 19 Agustus hingga 30 September 2019. 

    Tiga tuntutan utama Gerakan Melawan adalah mengutuk rasisme, mengadili pelaku insiden rasisme di Jawa, dan menuntut hak menentukan nasib sendiri melalui referendum kemerdekaan.

    Pemicu Gerakan Melawan adalah persekusi rasis terhadap mahasiswa Papua di beberapa kota di Indonesia. Secara berurutan persekusi itu terjadi di Malang pada 15 Agustus 2019, di Surabaya pada 16 dan 17 Agustus 2019, serta di Semarang pada 18 Agustus 2019. 

    Namun pemicu utamanya adalah insiden di Surabaya. Beberapa anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) berulang kali meneriakkan kata “monyet” kepada para mahasiswa. Kata “monyet” belakangan direbut kembali oleh gerakan dan menjadi simbol resistensi Gerakan Melawan, serta masih banyak digunakan hingga hari ini. 

    Pada tahun 2020, banyak orang Papua memperingati 17 Agustus, Hari Kemerdekaan Indonesia sebagai Hari Anti-Rasisme Nasional.

    Protes damai tersebut kemudian berubah menjadi kerusuhan di sejumlah titik. Menurut Direktur Amnesty International Indonesia, Usman Hamid pada 1 September 2019, masalah tersebut membesar karena pemerintah terlambat menangani insiden di Surabaya dan Malang. Padahal kejahatan itu terjadi di hadapan aparat hukum.  

    Apalagi, Usman mengatakan permasalahan Papua tak hanya menyoal isu rasisme dan diskriminasi. Tanah Papua memiliki sejarah panjang dalam urusan konflik dengan pemerintah. Berbagai pelanggaran HAM hingga ketidakkonsistenan pemerintah dalam menjalankan otonomi khusus di sana, membuat permasalahan di Papua semakin rumit.

    Peneliti Tim Kajian Papua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Aisah Putri Budiarti, mengatakan peristiwa yang terjadi di Papua tersebut tidak berdiri sendiri. Berdasarkan riset LIPI pada 2009, ada empat akar masalah di Papua yang seharusnya diselesaikan pemerintah. Empat masalah itu adalah stigmatisasi dan diskriminasi, pelanggaran hak asasi manusia, kegagalan pembangunan, dan status serta sejarah politik Papua.  

    Narasi Usir Pendatang

    Kalimat “usir pendatang sekarang juga” memang diteriakkan oleh pendemo tolak rasisme pada 19 Agustus 2019. Namun, Koordinator KontraS Papua, Sam Awom mengatakan, narasi tersebut bertujuan mengalihkan perhatian masyarakat dari situasi pelanggaran HAM yang marak terjadi di Papua. 

    Selama ini, masyarakat Papua menghadapi perampasan hutan adat, kekerasan akibat investasi Proyek Strategis Nasional (PSN) di Merauke dan Intan Jaya, konflik agraria di Yahukimo, hingga operasi besar-besaran yang melibatkan pasukan TNI. 

    Dampaknya, 103 ribu masyarakat adat terpaksa mengungsi dari tanahnya. Konten-konten yang memecah belah itu, dapat melemahkan fokus advokasi terkait isu lingkungan. “Potongan video tersebut mengakibatkan masalah utama di Tanah Papua menjadi bias,” ujar Sam kepada Tempo, Jumat, 28 November 2025.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelusuran Tempo, klaim bahwa masyarakat Papua berdemo untuk mengusir pendatang termasuk orang Jawa adalah keliru. Video tersebut berasal dari protes damai warga Papua yang menolak rasisme sepanjang 2019.

    Rujukan

  • (GFD-2025-30413) [SALAH] Bobby Nasution: Hanya Iblis yang Tak Bisa Dipanggil Penegak Hukum

    Sumber: TikTok
    Tanggal publish: 30/11/2025

    Berita

    Akun TikTok “belibis6699” pada Sabtu (15/11/2025) membagikan video [arsip], isinya memperlihatkan Bobby Nasution sedang menuturkan narasi sebagai berikut:


    “Hanya Iblis yang tak bisa dipanggil penegak hukum”.


    Hasil Cek Fakta

    Tim Pemeriksa Fakta Mafindo (TurnBackHoax) mengamati terdapat ikon pemberitaan "inilah.com" dalam video tersebut. TurnBackHoax kemudian menelusuri akun Instagram “inilah_com” dan menemukan salah satu unggahan yang menampilkan foto Bobby Nasution dengan desain grafis identik.


    Dalam unggahan tersebut, inilah.com memuat opini Abdul Ficar Hadjar, pakar hukum pidana dari Universitas Trisakti, yang menanggapi dugaan kasus suap proyek jalan di Sumatra Utara. Ia menegaskan bahwa dalam hukum, semua orang memiliki kedudukan yang sama dan dapat dipanggil secara paksa jika diperlukan, termasuk Bobby Nasution yang dapat dihadirkan sebagai saksi. Bukan pernyataan Bobby.


    "Hanya iblis saja yang tidak bisa dipanggil oleh penegak hukum, termasuk KPK", ujar Abdul Ficar Hadjar seperti yang diwartakan inilah.com pada Sabtu (8/11/2025).


    Kesimpulan

    Faktanya, pernyataan tersebut disampaikan Abdul Ficar Hadjar (pakar hukum pidana dari Universitas Trisakti) saat menanggapi dugaan kasus suap proyek jalan di Sumatra Utara. Jadi, unggahan video berisi klaim “Bobby Nasution mengatakan ‘hanya iblis yang tak bisa dipanggil penegak hukum’” itu merupakan konten yang menyesatkan (misleading content).

    Rujukan