• (GFD-2025-30460) Keliru: Tsunami Setelah Banjir Bandang di Pesisir Pidie Jaya

    Sumber:
    Tanggal publish: 02/12/2025

    Berita

    SEBUAH video dengan klaim terjadi tsunami di Kabupaten Pidie Jaya di tengah banjir bandang, beredar di TikTok [arsip] pada 1 Desember 2025. 

    Video itu memperlihatkan sejumlah warga di Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, mengungsi ke perbukitan dengan truk dan kendaraan roda dua. Mereka mengungsi setelah mendengar informasi akan terjadi tsunami. Pidie Jaya menjadi salah satu daerah terdampak bencana banjir bandang dan tanah longsor sejak 25 November 2025.



    Namun, benarkah setelah banjir bandang itu air laut di Pidie Jaya juga naik?

    Hasil Cek Fakta

    Tempo memverifikasi narasi tersebut dengan menggunakan pemberitaan yang kredibel. Hasilnya, tak ada  gempa bumi yang berpotensi tsunami di Kabupaten Pidie Jaya di tengah bencana banjir dan longsor. 

    Dikutip dari media lokal di Aceh, Pintoe.co dan Kumparan.com, masyarakat menerima informasi bohong mengenai akan terjadinya tsunami pada Senin dini hari, 1 Desember 2025. Kabar itu membuat panik warga dan mereka sempat mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.

    Situs CNN Indonesia memberitakan, seorang lansia berusia 73 tahun yang meninggal dunia usai terjatuh saat berlari menyelamatkan diri.  

    Bupati Pidie Jaya, Sibral Malasyi menyatakan informasi mengenai tsunami tersebut tidak akurat. Berbekal informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setempat, kata dia, naiknya permukaan laut di Kabupaten Pidie Jaya adalah peristiwa banjir rob. 

    Banjir rob adalah banjir di tepi pantai karena permukaan air laut yang lebih tinggi daripada pesisir pantai.

    Laman BMKG juga tidak merekam adanya peristiwa gempa yang berpotensi tsunami di Indonesia pada 1 Desember 2025. BMKG hanya mencatat gempa bumi yang berasal dari kedalaman laut arah barat laut Aceh pada 27 November 2025. Namun, gempa berkekuatan M 6,3 itu tidak berpotensi tsunami.

    BMKG hanya memberikan peringatan akan potensi banjir rob sebagai dampak bumi memasuki fase perigee atau jarak terdekat dengan bulan. Puncaknya diprediksi terjadi saat bulan purnama pada 4 Desember 2025.

    Dilansir Beritasatu, Polres Pidie Jaya telah menangkap lima orang terduga pelaku penyebaran ancaman tsunami di daerah tersebut di hari yang sama. Mereka adalah warga Pidie Jaya yang berinisial DH (38), MN (23), NZ (22), RA (19), dan MR (50).

    Kabid Humas Polda Aceh Kombes Joko Krisdiyanto mengatakan pihaknya menganggap penangkapan itu perlu dilakukan untuk mencegah membesarnya kepanikan masyarakat.

    Bencana Banjir di Sumatera

    Berdasarkan berita Tempo, Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah atau BNPB mengumumkan korban meninggal dari bencana tersebut mencapai 604 orang pada tanggal 1 Desember 2025. Sebanyak 151 berada di Aceh, 165 ditemukan di Sumatera Barat, dan 283 di Sumatera Utara.

    Di sisi lain, 464 orang masih hilang dan 2.600 orang terluka. Secara umum 1,5 juta jiwa terdampak, di mana di antaranya terdapat 570.700 warga harus mengungsi dari rumah mereka. Sejumlah pihak mendorong Presiden Prabowo Subianto menetapkan status darurat nasional atas bencana tersebut, namun belum disetujui.

    Cuaca ekstrim berupa hujan dengan curah tinggi yang menyebabkan banjir dan putusnya aliran listrik di beberapa kawasan di Provinsi Aceh, terjadi sejak tanggal 18 November 2025.

    Kemudian di bulan yang sama, Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara, sebagian wilayahnya sama-sama dilanda banjir bandang dan tanah longsor yang menewaskan ratusan warga. Sejumlah pihak menganggap bencana itu disebabkan musim hujan, siklon tropis Senyar, dan menurunnya kualitas alam sekitar karena kehilangan tutupan hutan.

    Kesimpulan

    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan adanya tsunami di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, setelah peristiwa banjir bandang Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat, adalah klaim keliru.

    Rujukan

  • (GFD-2025-30459) Keliru: Medan Dilanda Puting Beliung 9.000 km/jam pada 29 November 2025

    Sumber:
    Tanggal publish: 02/12/2025

    Berita

    SEBUAH video yang memperlihatkan puting beliung menimpa pemukiman warga, diunggah di media sosial X [arsip] pada 30 November 2025. Angin puting beliung itu disebut terjadi di Medan dengan kecepatan 9.000 km/jam pada 29 November 2025. 

    Video tersebut memperlihatkan angin yang berputar di atas langit. Pengunggah menimpa video dengan teks: “Medan Sumatera dilanda puting beliung awal pagi tadi, bergerak ke arah Sibolga, dengan kelajuan 9000 Km sejam. Hujan mulai lebat dan tiupan angin semakin kuat”



    Namun, benarkah video itu adalah peristiwa angin puting beliung dengan kecepatan 9.000 km/jam di Medan?

    Hasil Cek Fakta

    Tempo memverifikasi klaim itu dengan pencarian gambar terbalik, sumber data terbuka, dan pemberitaan media kredibel. Hasilnya, tidak ada peristiwa angin puting beliung berkecepatan angin 9.000 km/jam di Medan.



    Video yang diklaim sebagai badai di Medan tersebut identik dengan unggahan akun TikTok @ibushanum14 pada 16 November 2025. Dalam video aslinya, pengunggah memberikan keterangan bahwa peristiwa angin puting beliung itu terjadi di Langensari, Kota Banjar, Jawa Barat.

    Selain itu, berdasarkan data di Portal Informasi Kejadian Cuaca Ekstrem BMKG juga tidak merekam adanya puting beliung pada di Sumatera Utara pada November 2025. Peristiwa puting beliung, dua angin kencang, dan empat hujan lebat seluruhnya tercatat terjadi di Jawa Barat.



    Siklon Tropis Senyar yang melanda Aceh dan Sumatera Utara

    Narasi mengenai puting beliung tersebut beredar di saat wilayah Sumatera Utara menghadapi cuaca ekstrem akibat Siklon Tropis Senyar. Sebagaimana diberitakan Tempo, badai ini bermula dari bibit siklon 95B di perairan timur Aceh atau Selat Malaka yang kemudian berevolusi menjadi siklon tropis pada 26 November 2025. 

    Pusaran anginnya menyebabkan hujan berintensitas sangat lebat atau ekstrem. Juga menyebabkan angin kencang di wilayah Aceh dan Sumatera Utara. 

    Namun, data meteorologi mencatat kekuatan angin badai ini jauh di bawah 9 ribu km/jam. Kecepatan maksimum Siklon Senyar mencapai 43 knot setara dengan 80 kilometer per jam dengan tekanan udara minimum 998 hPa. 

    Fenomena ini disebut langka karena terbentuk di dekat garis khatulistiwa. Kondisi tersebut diperburuk dengan deforestasi.

    Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG, Teuku Faisal Fathani mengatakan siklon tropis Senyar yang menyebabkan bencana banjir di Sumatera disebabkan oleh anomali cuaca. Indonesia, kata dia, sebetulnya bukan daerah rawan bahaya siklon. Umumnya siklon terjadi di utara atau perairan Pasifik sebelah barat. 

    “Tapi ternyata terjadi anomali karena anomali atmosfer. Sehingga terbentuklah yang kita kenal dengan Siklon Senyar di Selat Malaka,” kata Teuku saat rapat koordinasi lintas kementerian di Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Senin, 1 Desember 2025.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelusuran Tempo, klaim bahwa ada angin puting beliung dengan kecepatan 9.000 km/jam di Medan pada 29 November 2025 adalah keliru.

    Video tersebut merupakan rekaman peristiwa di Kota Banjar, Jawa Barat pada pertengahan November 2025. Adapun kondisi cuaca ekstrem di Medan sebenarnya disebabkan oleh Siklon Tropis Senyar dengan kecepatan angin maksimum 80 km/jam, bukan 9.000 km/jam.

    Rujukan

  • (GFD-2025-30458) Keliru: Gunung Berapi di Sumatera Utara Erupsi Bersamaan dengan Bencana Banjir

    Sumber:
    Tanggal publish: 02/12/2025

    Berita

    SEBUAH video dengan klaim banjir bandang bersamaan dengan gunung meletus terjadi di Sibolga, beredar di akun TikTok [arsip], 28 November 2025.

    Video itu memperlihatkan aliran deras air berwarna coklat menyapu bangunan rumah, pohon dan jembatan. Bersamaan dengan banjir, tampak sebuah gunung api yang erupsi. 



    Lalu, benarkah gunung api di Sibolga meletus bersamaan dengan banjir bandang?

    Hasil Cek Fakta

    Tempo memverifikasi konten itu lewat wawancara otoritas terkait, pencarian gambar terbalik Google, membandingkannya dengan sumber pemberitaan kredibel, dan alat deteksi akal imitasi. Faktanya, tidak ada erupsi gunung berapi di Sumatera Utara saat banjir bandang menerjang di wilayah tersebut.

    Empat kabupaten di Sumatera Utara yang awalnya dilanda bencana banjir dan longsor yakni Sibolga, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan. Namun, Kepolisian Daerah Sumatera Utara mencatat perluasan wilayah terdampak bencana banjir dan longsor yakni Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Tanah Karo, Kota Tebing Tinggi, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Asahan, Kota Binjai, dan Kota Pematangsiantar.

    Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Utara, Tuahta Ramajaya Saragih, tidak ada gunung berapi yang meletus di wilayah terdampak bencana banjir. 

    Kabupaten Sibolga, misalnya, tidak memiliki gunung berapi. Gunung berapi yang aktif berada di Kabupaten Karo yaitu gunung Sinabung. Jaraknya lebih kurang 250 km dari Kota Sibolga.

    “Klaim terjadi letusan gunung bersamaan dengan banjir bandang, itu tidak benar,” kata Tuahta melalui sambungan telepon kepada Tempo, Senin, 1 Desember 2025.



    Potongan video yang memperlihatkan banjir dan letusan gunung di Sibolga telah  beredar sebelum bencana banjir menerjang tiga provinsi di Sumatera. Dua akun di Facebok dan TikTok mengunggah video tersebut pada 16 Oktober 2025.

    Meski video tersebut telah beredar sebelum bencana Sumatera, Tempo mengidentifikasi bahwa konten tersebut dibuat dengan akal imitasi (AI). Analisis dengan Hive Moderatio mendeteksi kemungkinan 99,9 persen video tersebut melibatkan AI.



    Bencana Banjir Sumatera

    Selain Sumatera Utara, dua provinsi yang terdampak bencana banjir yakni Aceh dan Sumatera Barat. BNPB mencatat jumlah korban meninggal saat ini sebanyak 442 orang dari ketiga provinsi terdampak. Sementara jumlah orang hilang saat ini dicatat sebanyak 402 jiwa.

    Korban paling banyak berada di Sumatera Utara dengan 217 orang tewas dan 209 hilang. Sementara di Sumatera Barat, setidaknya 129 orang dilaporkan tewas sementara 118 lainnya masih dalam pencarian. Adapun di Aceh, BNPB mencatat jumlah korban tewas hingga 96 orang dan 75 lainnya hilang.

    Peneliti Bidang Hukum Lembaga The Indonesian Institute Center for Public Policy Research, Christina Clarissa Intania, mengatakan penyebab banjir bandang di berbagai wilayah di Pulau Sumatera itu bukan hanya curah hujan tinggi dan siklon tropis. Penyebab lainnya ialah area resapan yang kurang akibat perusakan hutan sehingga tidak optimal membantu menahan air hujan yang turun.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa klaim gunung api di Sibolga meletus bersamaan dengan banjir bandang adalah keliru.

    Rujukan

  • (GFD-2025-30457) Keliru: Video Penyelamatan Kucing Saat Banjir Sumatera

    Sumber:
    Tanggal publish: 02/12/2025

    Berita

    SEBUAH video dengan klaim evakuasi dua ekor kucing saat banjir Sumatera, diunggah akun Instagram [arsip] dan Facebook (akun 1, akun 2) pada 28 November 2025.

    Video berdurasi 24 detik itu menampilkan seekor induk kucing yang menggendong anaknya hinggap di pohon untuk menghindari banjir. Kucing yang basah kuyup tersebut kemudian diselamatkan dan dinaikkan ke sebuah perahu karet.



    Video tersebut viral disaksikan ribuan kali.  Lalu, benarkah ini video penyelamatan kucing viral saat banjir Sumatera?

    Hasil Cek Fakta

    Tempo memverifikasi konten itu melalui analisis visual, alat deteksi akal imitasi, dan pemberitaan kredibel. Hasilnya, meskipun bencana banjir dan longsor melanda tiga wilayah di Sumatera, namun video tersebut tidak memperlihatkan peristiwa nyata. Konten itu dibuat menggunakan akal imitasi (AI).



    Dalam penelusuran visual, Tempo menemukan sejumlah kejanggalan. Salah satunya muncul pada detik 0:11 hingga 0:13, tangan seseorang yang menyelamatkan kucing, terlihat tidak menyentuh atau menggenggam tubuh kucing tersebut. Kaki kucing juga tampak anomali, tidak proporsional dengan ukuran kaki lainnya.



    Kemudian, pada detik 0:13, jari tangan orang menyelamatkan kucing berjumlah enam. Hal yang tidak lazim juga terlihat dari perahu karet yang tidak bergoyang meskipun arus air terlihat sangat kencang. Kecacatan visual semacam ini lazim ditemukan pada video hasil rekayasa kecerdasan buatan.

    Tempo lalu menggunakan alat analisis Hive Moderation untuk menganalisis video tersebut. Hasilnya, kemungkinan 99,9 persen video tersebut dibuat melibatkan kecerdasan buatan atau AI.

    ?

    Selain itu, alat deteksi kedua, WasitAi juga menyimpulkan bahwa video tersebut teridentifikasi sebagai buatan AI.



    Banjir dan Longsor di Sumatera

    Tempo menulis bahwa cuaca ekstrem mengakibatkan banjir dan tanah longsor di sejumlah kota dan kabupaten di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh, akhir pekan lalu. BMKG mencatat dua siklon tropis yang berpengaruh langsung pada cuaca ekstrem di Indonesia, yaitu Siklon Tropis Koto di Laut Filipina Barat dan Siklon Tropis Senyar yang berasal dari bibit siklon 95B. 

    Keduanya memicu peningkatan curah hujan, angin kencang, dan gelombang tinggi di wilayah barat Indonesia—termasuk Selat Malaka yang menjadi jalur masuk badai ke pesisir Aceh dan Sumatera Utara.

    Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara menyebut tujuh perusahaan berkontribusi dalam memperparah bencana, terutama di kawasan Tapanuli. Sejak badai dari Selat Malaka memasuki wilayah daratan dan menyeberang Aceh-Sumut, kerusakan lahan dan perubahan bentang alam membuat banjir bandang semakin besar.

    Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB Letnan Jenderal Suharyanto menyebut Sumatera Utara adalah daerah terdampak paling parah. BNPB mencatat jumlah korban meninggal saat ini sebanyak 442 orang dari ketiga provinsi terdampak. Sementara jumlah orang hilang saat ini dicatat sebanyak 402 jiwa.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa klaim video penyelamatan kucing viral saat banjir Sumatera adalah keliru.

    Rujukan