• (GFD-2025-30140) Cek Fakta: Tidak Benar Ini Link Situs Resmi Kemensos Cek Status Penerima BLT Periode Oktober-Desember

    Sumber:
    Tanggal publish: 18/11/2025

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim link situs resmi Kemensos cek status penerima BLT periode Oktober-Desember, informasi tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 18 2025.
    Klaim link situs resmi Kemensos cek status penerima BLT periode Oktober-Desember berupa tulisan sebagai berikut.
    "Pemerintah kembali menyalurkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) Rp 900 ribu 2025 untuk periode Oktober–Desember sebagai bentuk dukungan bagi masyarakat.
    Penerima BLT dapat melakukan cek BLT Rp 900 ribu 2025 secara online melalui situs resmi Kemensos di bawah ini."
    Unggahan tersebut disertai menu daftar, jika diklik muncul link sebagai berikut.
    "https://bansosdigital7.resmi-ri.com/?fbclid=IwY2xjawOJC6hleHRuA2FlbQIxMQBicmlkETFDVWppdWhVNkcwcFpseDN4c3J0YwZhcHBfaWQQMjIyMDM5MTc4ODIwMDg5MgABHv0EbthV39jtQF7Aifw1I5UM7e5ZHeGnATLnE3Sori3DZgxgQJjsGpls7VVR_aem_lJC7s5M7X71k7QKS8a2ZPg"
    Lewat link situs resmi Kemensos menampilkan halaman situs berupa formulir digital yang meminta sejumlah data pribadi seperti nama sesuai E-KTP dan nomor Telegram.
    Benarkah klaim link  situs resmi Kemensos cek status penerima BLT periode Oktober-Desember? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.
     

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim link situs resmi Kemensos cek status penerima BLT periode Oktober-Desember, penelusuran mengarah pada pengumuman berjudul "Waspada Hoaks terkait Bantuan Sosial" yang dimuat dalam situs resmi Kementerian Sosial, Kemensos.go.id.
    Berikut pengumumannya:
    "Akhir-akhir ini banyak beredar pesan berantau berisi link/tautan yang di dalanya terdapat berita bohong (hoaks) terkait pencairan dan/atau pendaftaran bantuan sosial.
    Kementerian Sosial tidak pernah membuat situs ataupun tautan terkait pendaftaran maupun pencairan bantuan sosial. Adapun penerima bantuan sosial Program Kartu Sembako/ BPNT dan PKH adalah masyarakat yang telah terdaftar ke dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), jika masyarakat layak menerima namun belum terdaftar dalam DTKS, bisa diusulkan Pemerintah Daerah atau mengajukan melalui Aplikasi Cek Bansos di menu Usul-Sanggah."
    Masyarakat diimbau agar selalu mengecek ulang kebenaran berita dan tidak ikut menyebarkannya.
    Mari saling ingatkan dan lebih kritis terhadap informasi yang tidak dikeluarkan secara resmi oleh Kementerian Sosial RI agar kita terhindar dari hoaks maupun modus penipuan lainnya katanya menambahkan."
    Penelusuran juga mengarah pada artikel berjudul "BLT Kesra Rp 900 Ribu Cair Hari Ini 20 Oktober 2025, Cek Status Penerima di Sini" yang dimuat Liputan6.com, pada 20 Oktober 2025.
    Artikel Liputan6.com menyebutkan, masyarakat dapat dengan mudah memeriksa status penerimaan BLT Kesra melalui dua metode resmi yang disediakan Kementerian Sosial. Kedua metode ini dirancang untuk memberikan kemudahan akses informasi bagi calon penerima bansos.
    Pemerintah mengimbau masyarakat untuk selalu memantau informasi resmi dari Kementerian Sosial atau pemerintah daerah. Hal ini penting untuk mendapatkan pembaruan terkait jadwal dan mekanisme pencairan BLT Rp 900.000 di masing-masing wilayah.

    Kesimpulan


    Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim link situs resmi Kemensos cek status penerima BLT periode Oktober-Desember tidak benar.
    Masyarakat dapat memeriksa status penerimaan BLT lewat situs resmi Kementerian Sosial di cekbansos.kemensos.go.id.

    Rujukan

  • (GFD-2025-30139) Cek Fakta: Hoaks Menteri Kebudayaan Fadli Zon Sebut PKI Berasal dari Yaman

    Sumber:
    Tanggal publish: 18/11/2025

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyebut PKI berasal dari Yaman. Postingan itu beredar sejak pekan lalu.
    Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 12 November 2025.
    Dalam postingannya terdapat tangkapan layar postingan TV One News dengan foto Fadli Zon dengan narasi sebagai berikut:
    "Fadlizon: Tidak Ada PKI DI NKRI kalu Tidak Ada Pendatang Dari Yaman. PKI Itu Habib Pendatang Dari Hadromut Yaman Dibawa Oleh Belanda"
    Akun itu menambahkan narasi:
    "Ternyata Asal Usul PKI Itu Dari Yaman, Kata Fadli Zon"
    Lalu benarkah postingan Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyebut PKI berasal dari Yaman? 

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dan menemukan gambar yang identik dengan postingan. Gambar itu diunggah akun TV One News dalam akun Facebooknya pada 11 November 2025.
    Namun dalam gambar asli bukan bernarasi seperti dalam postingan. Gambar asli mempunyai narasi:
    "Fadli Zon Tegaskan Soeharto Tidak Terlibat Korupsi dan Pelanggaran HAM"
    Postingan itu juga disertai narasi sebagai berikut:
    "Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengklaim berbagai dugaan korupsi dan pelanggaran HAM yang melibatkan mantan presiden Soeharto tidak pernah terbukti.
    Fadli Zon mengatakan berbagai kasus yang diduga melibatkan Soeharto sudah melalui proses hukum. Proses hukum itu, kata dia, sudah tuntas dan tidak berkaitan dengan Soeharto.
    "Misalnya apa yang dituduhkan? Semua ada proses hukumnya, dan proses hukum itu sudah tuntas dan itu tidak terkait dengan Presiden Soeharto," ujar dia."
    Postingan sama sekali tidak membahas pernyataan Fadli Zon yang menyebut PKI berasal dari Yaman.
    Postingan Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyebut PKI berasal dari Yaman adalah hoaks.

    Rujukan

  • (GFD-2025-30138) Cek Fakta: Tidak Benar Link Pendaftaran Undian Bank Jateng

    Sumber:
    Tanggal publish: 18/11/2025

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan klaim link pendaftaran undian Bank Jateng. Postingan tersebut beredar di salah satu akun Facebook pada 13 November 2025.
    Berikut isi unggahannya:
    "KHUSUS Nasabah Bank BPD Jateng yang sudah Terdaftar Aplikasi ( Bima Mobile.)
    Ayo buruan daftar undian gebyar Bank BPD Jateng bisa langsung menang bawa pulang Hadiah Menarik Di Bawah ini...!!!
    60 Tiket Umroh Gratis
    10 Mobile Honda BRIO
    1 Mobile Pajero Sport
    1 Mobile Fortuner
    30 Motor Honda Vario
    25 TV Led 31in
    10 Hp Iphone 15 promax
    40 Kulkas Dua Pintu
    20 Emas & Logam Mulia
    Masih Banyak Hadiah Lainnya
    Untuk melanjut kan pendaftaran kupon undian Bank Jateng.� Klik daftar"
    Unggahan menyertakan poster yang berisi narasi sebagai berikut:
    "Gebyar undian 2025 Bank Jateng
    Tabungan Bima"
    Unggahan tersebut disertai menu pendaftaran, jika diklik akan muncul link berikut:
    https://tan-aardvark-721746.hostingersite.com/?fbclid=IwY2xjawOI1DdleHRuA2FlbQIxMQBicmlkETE4T29MN3R6Z2hLc0V3eHd5c3J0YwZhcHBfaWQQMjIyMDM5MTc4ODIwMDg5MghjYWxsc2l0ZQIzMAABHkwTCC1LTfoS674jMlVT4xcpfu_FgoA9J1YCIETcCLM9L38ww3g9r5_ZWnUg_aem_x4NmXzlovBkVrRcMjankOQ
    Lalu benarkah klaim link pendaftaran undian Bank Jateng? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim link pendaftaran undian Bank Jateng. Penelusuran mengarah pada pernyataan Bank Jateng melalui akun Instagram resminya yakni @bankjateng.
    Berikut unggahan Bank Jateng:
    "Banyak modus penipuan bermunculan di Facebook, salah satunya phishing yang mengatasnamakan Bank Jateng. Ingat, Bank Jateng tidak pernah meminta data rahasia seperti PIN, OTP, Saldo Terakhir atau password melalui Facebook maupun link tertentu.
    Kalau terima pesan mencurigakan, abaikan, blokir, dan laporkan. Jangan beri kesempatan penipu untuk “memancing” datamu. Waspada selalu, demi keamanan finansial kamu.
    #BankJateng #Phishing #WaspadaPenipuan
    Informasi terkait event hanya diberikan melalui akun resmi Bank Jateng sebagai berikut:
    Instagram: @bankjateng
    Facebook Page: Bank Jateng
    Thread: @bankjateng
    X: @bank_jateng"
     

    Kesimpulan


    Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim link pendaftaran undian Bank Jateng, tidak benar.
  • (GFD-2025-30137) Menyesatkan: Vaksin PCV Meningkatkan Risiko Penularan Pneumonia dan Kematian

    Sumber:
    Tanggal publish: 18/11/2025

    Berita

    SEBUAH konten diunggah di Instagram [arsip] dengan narasi bahwa vaksin pneumonia atau Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) tidak efektif. 

    Pengunggah mengutip studi kohort berjudul Real world effectiveness of anti pneumococcal vaccination against pneumonia in adults a population-based cohort study yang dilakukan di Catalonia, Spanyol, pada 2019. Ia menafsirkan hasil penelitian terhadap dua juta orang dewasa itu sebagai bukti bahwa vaksin PCV meningkatkan risiko pneumonia dan kematian, lalu mempertanyakan efektivitas vaksin PCV pada anak.



    Hingga tulisan ini dibuat, unggahan itu mendapatkan lebih dari 25 ribu suka. Namun, benarkah vaksin PCV justru meningkatkan risiko tertular pneumonia dan kematian, termasuk anak-anak?

    Hasil Cek Fakta

    Tempo memverifikasi klaim ini dengan mewawancarai dokter dan menelusuri jurnal kredibel. Hasil pemeriksaan menunjukkan penelitian di Catalonia, Spanyol, memiliki kelemahan metodologi sehingga temuannya bias dan tidak bisa diterapkan pada anak.

    Pneumonia merupakan peradangan yang menyerang alveolus, kantung udara tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Penyebabnya beragam mulai dari bakteri, virus, jamur sampai parasit.

    Penelitian yang dikutip konten tersebut menggunakan studi cohort retrospektif yakni jenis studi observasional di mana sekelompok individu yang memiliki karakteristik tertentu (kohort) diikuti selama periode waktu tertentu, dan hasilnya diukur pada satu atau lebih titik waktu.

    Dosen Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Alergi-Imunologi Klinik Universitas Airlangga, dr Ari Baskoro, SpPD, K-AI, FINASIM, mengatakan studi kohort bukan metode terbaik untuk menilai efektivitas vaksin meski relatif sering digunakan. Sebab dengan metode cohort, subyek riset yang memiliki karakteristik serupa telah ditentukan sejak awal. Kelompok yang divaksinasi, dibandingkan dengan non-vaksinasi. Selanjutnya, diobservasi dari waktu ke waktu dan diukur luarannya (outcome), diperbandingkan antara yang terpapar penyakit dan yang tetap sehat. 

    Dalam studi di Colonia, Spanyol tersebut, subyek yang dijadikan sampel penelitian itu semuanya berusia lebih dari 65 tahun yang memiliki risiko tinggi terpapar pneumonia. Selain itu, selisih antara jumlah subyek yang divaksin dan tidak divaksin sangat jauh. Dengan demikian hasilnya bisa bias.

    “Dalam istilah riset, cara seperti itu banyak biasnya. Studi Catalonia merupakan satu contoh hasil penelitian yang menyesatkan,” kata Ari Baskoro.

    Namun sebenarnya, kata Ari, studi di Catalonia tidak menyimpulkan bahwa vaksinasi menyebabkan pneumonia. Hasil penelitian menyatakan individu yang berisiko tinggi terpapar pneumonia merupakan target vaksinasi.

    Untuk menilai efektivitas vaksin, Ari menjelaskan standar emas adalah uji coba terkontrol acak atau randomized controlled trial (RCT) dan analisis meta (meta-analyses). Gabungan kedua metode itu menekan bias dan menghasilkan kesimpulan paling kuat. 

    Kunci utama RCT terletak pada randomisasi, di mana kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dipilih secara acak sehingga faktor perancu bisa diminimalkan. Perbandingan kedua kelompok dapat dilakukan secara seimbang. Kelebihan lain RCT adalah peneliti dapat mengontrol dosis, waktu, frekuensi, dan durasi intervensi. Upaya penyamaran atau blinding menekan bias karena subyek riset maupun peneliti tidak mengetahui perlakuan yang diterima. Itulah sebabnya RCT memiliki validitas internal tertinggi.

    Sementara meta-analisis unggul dalam sintesis data kuantitatif, memberikan kekuatan statistik lebih presisi, dan menilai konsistensi antar subyek penelitian. Dengan demikian, meta-analisis mampu menyajikan ringkasan komprehensif dari semua bukti yang tidak bias.

    “Metodologi ini penting dalam merumuskan pedoman klinis dan kebijakan kesehatan,” kata dokter yang bertugas di RSUD Dr Soetomo, Surabaya itu.

    PCV Efektif untuk Anak-anak

    Lulusan Ph.D Ilmu Kedokteran dari Universitas Kobe, Jepang, Adam Prabata, menegaskan bahwa hasil riset vaksinasi pada orang dewasa di Catalonia, Spanyol, tidak bisa digeneralisasi pada anak-anak.

    Hal Ini disebabkan beberapa faktor, antara lain perbedaan kondisi maturasi sistem imun, perbedaan respon antibodi sehingga dapat berpengaruh terhadap efikasi yang dapat muncul. 

    “Termasuk perbedaan kemungkinan efek samping yang dapat muncul dengan dosis tertentu,” ujarnya kepada Tempo melalui pesan teks, Kamis, 13 November 2025.

    Adam mengutip penelitian meta analisis dan tinjauan sistematis dari jurnal Vaccine: X. Penelitian ini merangkum dan menganalisis 25 studi lainnya, untuk melihat efektivitas vaksin pneumonia pada anak-anak. Desain penelitian riset tersebut adalah systematic review dan meta-analisis, sehingga tingkat kepercayaannya tinggi.

    Hasil dari studi tersebut, vaksin pneumonia efektif bagi anak, terutama untuk mencegah infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae dan dapat mengancam jiwa (invasive pneumococcal disease). Efektivitasnya mencapai 66,8% (1 kali dosis primer), 78,8% (2 kali dosis primer), 82,0% (3 kali dosis primer), dan 94,4% (Vaksin primer dan booster).

    Selain itu, terdapat penelitian uji klinis yang dipublikasikan American Academy of Pediatrics, melibatkan 1.500 anak untuk mendapatkan vaksin pneumonia, yakni 1.000 anak mendapatkan PCV20 dan 500 anak PCV13. “Penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum vaksin pneumonia memiliki keamanan yang baik dan dapat ditoleransi oleh anak,” kata Adam.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelusuran Tempo, klaim bahwa vaksin PCV justru meningkatkan risiko tertular pneumonia dan kematian, termasuk anak-anak adalah menyesatkan.

    Rujukan