• (GFD-2021-7091) [SALAH] Artikel Metro News: Foto Jokowi Makan Codot dan Cunyuk Panggang

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 16/06/2021

    Berita

    “Halelluyaa..fuji Yahweh perkasa.
    Kontradiksi banget yaa..???”

    Hasil Cek Fakta

    Beredar informasi dari akun Facebook Joe Yehuda Tambunan berupa beberapa tangkapan layar dengan logo Metro News berupa foto Jokowi sedang memakan codot panggang dan cunyuk panggang. Postingan tersebut disukai 3 kali dan dikomentari 4 kali.

    Hoax ini sudah beredar sejak tahun 2017, foto Jokowi yang sedang makan sate pertama kali muncul dari sebuah blog yaitu ponorogokomunitasonline.blogspot.com pada 20 Agustus 2013, terdapat foto serupa dan dijelaskan pada blog tersebut bahwa Jokowi sedang memakan sate ayam Ponorogo Haji Tukri. Pada waktu tersebut Jokowi masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Metro News juga tidak pernah merilis artikel tersebut yang mengklaim Jokowi memakan codot dan cunyuk panggang.

    Melihat dari penjelasan tersebut, artikel dari Metro News dengan foto Jokowi memakan codot dan cunyuk panggang adalah tidak benar sehingga termasuk dalam kategori Konten yang Menyesatkan/Misleading Content.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Natalia Kristian (Anggota Komisariat MAFINDO Universitas Indonesia).

    Hoax berulang yang dimodifikasi. Makanan yang dimakan oleh Jokowi pada kedua foto tersebut bukan codot panggang ataupun cunyuk panggang melainkan sate ayam khas Ponorogo Haji Tukri yang diambil pada 20 Agustus 2013.

    Rujukan

  • (GFD-2021-7090) [SALAH] Foto “The Last Moment Dokter Hadio”

    Sumber: twitter.com
    Tanggal publish: 15/06/2021

    Berita

    Akun Twitter Backpacker Indonesia (twitter.com/idbcpr) pada 14 Juni 2021 mengunggah foto yang memperlihatkan seorang pria yang berdiri di depan pagar rumah dan hanya memperhatikan kedua anaknya yang berada di teras dengan narasi sebagai berikut:

    “SEDIH! THE LAST MOMENT DOKTER HADIO, #DIRUMAHAJA YA, BIAR GAK KEJADIAN LAGI! BANTU PARA NAKES INI!”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, adanya foto yang diklaim sebagai momen terakhir Dokter Hadio ketika bertemu anaknya merupakan klaim yang salah.

    Faktanya, klaim ini merupakan hoaks lama beredar kembali. Pria di foto itu BUKAN Dokter Hadio. Pria di foto itu adalah seorang dokter asal Malaysia yang menemui anak-anaknya di depan pagar karena dirinya salah satu dokter yang menangani pasien Covid-19.

    Dilansir dari artikel berjudul “[SALAH] Foto Terakhir Dokter Hadio Berdiri Di Depan Pagar Temui Anak Sebelum Meninggal Karena Covid-19”, foto ini adalah foto dokter di Malaysia seperti yang diunggah oleh situs Majalah Pama majalahpama.my dengan judul artikel “Takut Bawa Balik Virus Conid-19, Dokter Ni Tak Mau Masuk Rumah. Tengok Anak Dari Jauh”.

    Majalah Malaysia itu juga mengutip pernyataan salah seorang pengguna facebook bernama Ahmad Effendy Zailanudin yang menyebut bahwa dokter tersebut adalah sepupunya yang juga bertugas mengobati pasien Covid-19 di negeri Jiran. Akun Ahmad Effendy Zailanudin menuliskan bahwa sepupunya itu adalah seorang dokter yang tengah berjuang mengobati pasien Covid-19.

    Selain itu, dilansir dari Tempo yang menghubungi Ahmad Effendy pada 23 Maret 2020 melalui Facebook Messenger, Ahmad Effendy menegaskan bahwa pria dalam foto itu bukan Hadio, melainkan saudaranya. Dia tidak menyangka fotonya itu viral di Indonesia dengan narasi yang keliru. Saat itu, menurut Ahmad Effendy, saudaranya tersebut dalam kondisi sehat, tidak terinfeksi virus Corona COVID-19, dan masih bertugas sebagai dokter.

    “Saya sahkan bahawa gambar itu memang saudara saya. Tetapi dia bukan dokter Hadio yang baru meninggal itu. Saya mohon kepada netizen di sana supaya tidak mudah untuk ambil gambar orang lain dan dijadikan kesempatan untuk mengaut like, komen, dan kongsi,” ujar Ahmad Effendy.

    Kesimpulan

    Hoaks lama beredar kembali. Pria di foto itu BUKAN Dokter Hadio. Pria di foto itu adalah seorang dokter asal Malaysia yang menemui anak-anaknya di depan pagar karena dirinya salah satu dokter yang menangani pasien Covid-19.

    Rujukan

  • (GFD-2021-7089) [SALAH] Video WN China Serbu Bandara Sultan Syarif Kasim

    Sumber: Twitter
    Tanggal publish: 15/06/2021

    Berita

    Sebuah video yang diklaim WN China menyerbu Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim, Riau beredar di media sosial. Video tersebut disebarkan akun Twitter @RAJO_LANGIT007 pada 6 Juni 2021.

    Video berdurasi 1 menit itu memperlihatkan sebuah bandara dipenuhi oleh banyak orang. Mereka tampak mengenakan kaos olahraga berwarna merah dan kuning.

    Dalam video terdengar suara seorang wanita yang menyebut bahwa Bandara Sultan Syarif Kasim dipenuhi WN China.

    "Di Bandara Sultan Syarif Kasim, orang China ya semuanya," demikian suara dari seorang wanita dalam video.

    "Cino lagi Cino lagi..kpnkah ini terjadi..?

    #TiongkokBikinJongkok

    #AdiliPerampokDanaHaji," tulis akun Twitter @RAJO_LANGIT007.

    Konten yang disebarkan akun Twitter @RAJO_LANGIT007 telah 49 ribu kali ditonton dan mendapat beberapa komentar warganet.

    Hasil Cek Fakta

    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri video yang diklaim WN China menyerbu Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim, Riau. Penelusuran dilakukan dengan memasukkan gambar tangkapan layar dari video tersebut ke situs Yandex.

    Hasilnya terdapat beberapa artikel yang menjelaskan mengenai video tersebut. Satu di antaranya artikel berjudul "Imigrasi mengklarifikasi isu video viral WNA China "serbu" Riau" yang dimuat situs antaranews.com pada 1 Juli 2019.

    Pekanbaru (ANTARA) - Divisi Imigrasi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Riau menyatakan video yang menyebar atau viral di media sosial, yang menyebut warga negara asing (WNA) China ramai-ramai "menyerbu" Riau lewat Bandara di Kota Pekanbaru adalah tidak benar.

    "Rombongan tersebut tidak ada yang berangkat ke luar negeri, sementara tidak diketahui kebangsaannya," kata Kepala Divisi Imigrasi Kanwil Kemenkumham Riau Mas Agus Santoso, di Pekanbaru, Senin.

    Video yang viral tersebut berdurasi sekitar satu menit, kemungkinan besar diambil menggunakan handphone. Dalam video tersebut menggambarkan keramaian di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II di Kota Pekanbaru, ketika sejumlah rombongan calon penumpang berada di terminal bandara tersebut.

    Ratusan calon penumpang yang disoroti dalam video tersebut semuanya bermata sipit dan mengenakan seragam kaos olahraga dan membawa koper-koper besar di troli. Dalam video juga ada suara seorang perempuan yang kemungkinan besar sedang merekam video itu.

    "Di Bandara Sultan Syarif Kasim orang China aja semua," kata perempuan di video itu.

    Berdasarkan penelusuran, lokasi di video itu memang benar di Bandara Pekanbaru tepatnya di Terminal Keberangkatan. Ciri spesifik dari Terminal Keberangkatan di bandara itu adalah ada eskalator di lantai dasar yang mengarah ke konter check-in penumpang pesawat.

    Mas Agus Santosa mengatakan dari hasil koordinasi internal mengenai video ini, bisa disimpulkan bahwa rombongan tersebut kemungkinan adalah warga negara Indonesia dari daerah di luar Riau. Mereka akan berangkat dengan pesawat dengan rute penerbangan domestik, setelah mengikuti acara Bakar Tongkang di Kabupaten Rokan Hilir, Riau.

    Dengan beredar video itu dengan narasi yang tidak benar, ia khawatir akan menimbulkan opini negatif di masyarakat.

    "Sudah ada beberapa opini yang negatif, mudah-mudahan tidak semuanya negatif dari opini masyarakat. Kasihan yang mudah terhasut," katanya pula.

    Executive General Manager Bandara SSK II, Jaya Tahoma Sirait, juga membantah isu serbuan WNA China di Bandara Pekanbaru.

    "Mereka itu wisatawan yang habis menghadiri Bakar Tongkang. Kita sebagai operator bandara, semuanya tentu harus kita layani," kata Jaya Tahoma Sirait.

    Bakar Tongkang merupakan tradisi turun-temurun bagi warga Tionghoa Bagansiapiapi untuk menghormati nenek moyang mereka, sehingga membuat puluhan ribu perantau yang kini tinggal di berbagai kota di dalam dan luar negeri seperti pulang kampung khusus untuk menghadiri Bakar Tongkang. Tradisi ini sekarang dikemas pemerintah daerah menjadi sebuah festival dan masuk dalam agenda pariwisata nasional.

    Puluhan ribu wisatawan nusantara dan mancanegara menghadiri Festival Bakar Tongkang 2019. Bupati Rokan Hilir Suyatno saat melihat acara itu di Bagansiapiapi, pada 19 Juni 2019 merasa sangat gembira dan terharu karena banyak wisatawan nusantara dan mancanegara yang datang membuat kota itu sangat ramai.

    "Ke depannya itu bagaimana harus ramai lagi. Saya mendapat informasi tahun ini jumlah pengunjung hampir 76 ribu, luar biasa sekali. Tahun depan kita minta 100 ribu pengunjung," kata Suyatno.

    Kesimpulan

    Video yang diklaim WN China menyerbu Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim, Riau ternyata tidak benar. Faktanya, kumpulan orang yang memadati Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim, Riau merupakan wisatawan domestik yang habis menghadiri Bakar Tongkang. Video itu sempat viral pada 1 Juli 2019 lalu. Pihak Imigrasi Riau kemudian mengklarifikasi bahwa video tersebut bukan serbuan WN China.

    Rujukan

  • (GFD-2021-7088) [SALAH] Pemberian Obat Bius usai Vaksinasi Covid-19 Bisa Akibatkan Kematian

    Sumber: WhatsApp
    Tanggal publish: 15/06/2021

    Berita

    Beredar melalui aplikasi percakapan informasi terkait larangan mendapatkan anestesi (obat bius) setelah divaksin covid-19. Informasi itu beredar sejak awal pekan ini.

    Dalam informasi yang beredar disebutkan jika seseorang yang mendapat anestesi setelah divaksin covid-19 akan membuat orang itu meninggal dunia. Berikut narasi selengkapnya:

    "Peringatan

    Siapapun yang telah divaksinasi virus corona dilarang menggunakan segala jenis anestesi (bius), baik anestesi (bius) lokal maupun anestesi (bius) dokter gigi, karena hal ini sangat membahayakan nyawa orang yang divaksinasi, sangat berbahaya, dan dapat langsung meninggal. .

    Oleh karena itu, orang yang divaksinasi harus menunggu 4 minggu setelah divaksinasi, Jika dia terinfeksi dan sembuh, dia hanya dapat menggunakan anestesi 4 minggu setelah dia sembuh dari infeksi coronavirus.

    Seorang kerabat dari seorang teman divaksinasi dua hari yang lalu, pergi ke dokter gigi kemarin, dan meninggal segera setelah diberi anestesi (bius) lokal ! Setelah membaca peringatan tentang vaksinasi coronavirus, pada kotak vaksin, kami menemukan bahwa setelah menyelesaikan vaksin coronavirus, ada peringatan untuk tidak menggunakan anestesi ! (obat bius).

    Mohon sebarkan informasi ini untuk melindungi keluarga, saudara, teman dan semua orang"

    Hasil Cek Fakta

    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan meminta penjelasan dari dr. Muhamad Fajri Adda'i. Ia menyebut informasi dalam pesan berantai itu tidak benar.

    "Informasi itu hoaks. Vaksin dari dulu sudah ada tapi tidak ada larangan yang seperti itu," ujar dr. Fajri yang juga relawan dan edukator covid-19 saat dihubungi Selasa (15/6/2021).

    "Tidak ada masalah jika setelah divaksin covid-19 dilakukan anestesi atau minum obat-obatan lain. Namun yang dilarang adalah obat-obatan yang menganggu pembentukan sistem imun karena efektivitas vaksin bisa berkurang. Jadi bukan berbahaya atau bisa menimbulkan kematian seperti dalam informasi yang disebutkan di pesan berantai," katanya menambahkan.

    Selain itu Cek Fakta Liputan6.com juga meminta penjelasan dari dr RA Adaninggar, SpPD.

    "Tidak benar informasi yang disampaikan. Tidak ada hubungannya vaksin covid-19 ataupun vaksin lainnya dengan obat anestesi," ujar dr. Ning saat dihubungi Selasa (15/6/2021).

    Cek Fakta Liputan6.com juga melihat informasi produk yang dirilis BPOM untuk tiga vaksin covid-19 yang beredar di Indonesia. Dalam informasi tersebut tidak disebutkan ada larangan memberikan obat bius setelah divaksinasi.

    Dalam lembar informasi ketiganya hanya disarankan berkonsultasi dengan dokter jika sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu sebelum divaksinasi. Hal ini untuk menghindari kemungkinan interaksi obat bukan menyatakan bahaya.

    Kesimpulan

    Pesan berantai berisi informasi seseorang yang sudah divaksin covid-19 tidak boleh diberikan anestesi atau obat bius karena bisa menyebabkan kematian adalah tidak benar.

    Rujukan