• (GFD-2023-12064) [SALAH] Video “gunung Merapi meletus di pulau Jawa”

    Sumber: Twitter.com
    Tanggal publish: 13/03/2023

    Berita

    Akun Twitter Ir. Benny Dwika Leonanda (twitter.com/bdleonanda) pada 12 Maret 2023 mengunggah sebuah video yang menampilkan sebuah gunung yang sedang meletus dengan narasi:

    “Mereka menyebutnya sebagai “Gunung Api Kiamat” untuk gunung Merapi meletus di pulau Jawa.”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, adanya video yang diklaim sebagai video letusan Gunung Merapi di pulau Jawa pada 12 Maret 2023 merupakan klaim yang salah.

    Faktanya, bukan Gunung Merapi. Gunung yang meletus di video itu adalah Gunung Sinabung yang meletus pada tahun 2018.

    Video yang sama, diunggah di akun Twitter Sutopo Purwo Nugroho pada 19 Februari 2018 dengan narasi “Dahsyatnya letusan Gunung Sinabung. Tinggi kolom hingga 5 km disertai luncuran awan panas hingga 4,9 km. Suara bergemuruh. Baru kali ini letusan disertai suara gemuruh sejak 2014-2018. Tidak ada korban jiwa. Semua penduduk di zona merah sudah lama diungsikan. #volcano #Sinabung”

    Dilansir dari situs MAGMA Indonesia, pada tanggal 19 Februari 2018 pukul 08:53 WIB, terjadi erupsi eksplosif dengan tinggi kolom letusan mencapai 5000 meter dari atas puncak G. Sinabung. Mengikuti letusan ini, terjadi awan panas letusan yang diikuti oleh rentetan awan panas guguran sebanyak 10 kejadian dengan jarak luncur mencapai 4,9 km ke arah sektor selatan-tenggara dan 3,5 km ke arah timur-tenggara.

    Kesimpulan

    BUKAN Gunung Merapi. Gunung yang meletus di video itu adalah Gunung Sinabung yang meletus pada tahun 2018.

    Rujukan

  • (GFD-2023-12063) Keliru, Video dengan Klaim Australia Sogok Indonesia dengan Senjata Agar Melawan Cina

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 14/03/2023

    Berita


    Sebuah video dengan narasi Australia sogok Indonesia dengan senjata agar bergabung dengan Barat melawan Cina diunggah sebuah akun Facebook pada 11 Maret 2023.
    Narator video mengatakan Australia khawatir dengan pergerakan Rusia dan Cina di Kawasan Asia Tenggara. Cina dan Rusia tengah memperlebar pengaruhnya ke Asia Selatan yang melewati Indonesia dan berakhir di Australia. Australia melihat Cina seperti Kekaisaran Jepang di masa lalu yang mengancam kedaulatan Kepulauan Solomon.
    Benarkah video berdurasi 10:05 menit yang mengklaim Australia memberi Indonesia senjata agar bergabung dengan Barat melawan Cina tersebut?

    Hasil Cek Fakta


    Hasil penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, video di atas merupakan video kompilasi yang tidak terkait dengan narasi bahwa Australia sogok Indonesia dengan senjata agar bergabung dengan Barat melawan Cina.  Berikut ini fakta-fakta setelah video itu difragmentasi menjadi tangkapan layar:
    Video 1

    Video dibuka dengan potongan video dan suara Presiden Indonesia Joko Widodo saat berpidato di Sidang Tahunan di Gedung DPR/MPR RI pada 16 Agustus 2022. Video utuh diunggah oleh akun Youtube KOMPASTV pada 16 Agustus 2022.  
    Dalam keterangan video dijelaskan sejumlah hal dibahas oleh Presiden Jokowi, termasuk mengenai tantangan dan krisis global. Menurut Presiden Jokowi, krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19 belum sepenuhnya pulih.
    Video 2

    Gambar di menit ke-1:11 ini adalah saat mantan Panglima TNI, Jenderal Andika Perkasa, melakukan kunjungan kerja ke Australia pada April 2022. Video kunjungan yang pernah dimuat oleh Tribunnews tersebut merupakan kunjungan kehormatan Panglima TNI beserta delegasi di Victoria Barracks yang disambut dengan upacara kehormatan. 
    Dikutip dari laman TNI, Victoria Barracks merupakan pangkalan Angkatan Darat Australia. Victoria Barracks juga adalah salah satu bangunan bersejarah yang menjadi nilai penting bagi militer Australia. Pertemuan antara delegasi TNI dan Australian Defence Force ini menjadi sebuah ruang diskusi yang membahas berbagai isu termasuk pertahanan dan keamanan kedua negara. Selain itu pertemuan ini juga membahas perkuatan hubungan kerja sama antara TNI dan ADF.
    Video 3
     
    Potongan video ini muncul pada menit ke-5:18. Akun Kompas TV mengunggahnya pada 20 Juli 2022 dengan judul "Harapan Timor Leste Gabung ASEAN" saat Indonesia jadi Presidensi ASEAN 2023. Pada keterangan video dijelaskan bahwa kunjungan Presiden Timor Leste Jose Ramos-Horta disambut oleh Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa 19 Juli 2022.
    Saat itu, Ramos-Horta mengatakan kepada Jokowi harapannya agar Timor Leste dapat segera menjadi anggota ASEAN saat Indonesia menjadi Presidensi ASEAN pada 2023. Timor Leste sendiri sudah mengajukan diri untuk menjadi anggota ASEAN sejak 2011.
    Video 4

    Pada menit ke-7:25, muncul potongan video pemimpin Rusia, Vladimir Putin. Video itu pernah dimuat salah satu akun berbahasa Rusia pada Mei 2016 silam.
    Keterangan video menjelaskan bahwa peristiwa tersebut adalah parade di Lapangan Merah Moskow yang didedikasikan untuk peringatan 71 tahun kemenangan dalam Perang Patriotik Hebat. Pawai tersebut menampilkan kembalinya seragam parade asli Sekolah Militer Suvorov dan Nakhimov. Juga untuk pertama kalinya, prajurit perempuan (perwira taruna) berbaris melewati Lapangan Merah. Yang memberi hormat adalah Menteri Pertahanan Rusia Jenderal Angkatan Darat Sergei Shoigu. Yang memimpin pawai adalah Panglima Tertinggi Angkatan Darat Rusia, Kolonel Jenderal Oleg Salokov. Musik dibawakan oleh Central Military Band yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Valery Khalilov.
    Narator Video
    Narator video mengatakan Australia akan memasok senjata ke Indonesia untuk dijadikan tameng menghadapi Cina dan Rusia. Narasi secara keseluruhan mengutip berita dari Detik berjudul “Indonesia-Australia Janjikan Kesepakatan Pertahanan Baru, Meski Masih Ada Ketegangan AUKUS”. Berita itu terkait Indonesia dan Australia yang menyepakati perjanjian kerja sama pertahanan yang baru, meski masih ada ketegangan terkait keputusan Pemerintah Australia untuk mengakuisisi kapal selam bertenaga nuklir. Menteri Pertahanan Australia, Richard Marles, dan Menhan Prabowo Subianto membuat pengumuman 11 Februari 2023 setelah keduanya bertemu di Canberra.
    Dalam berita tidak menyebutkan sama sekali bahwa Australia memasok senjata ke Indonesia sebagai tameng menghadapi Cina dan Rusia. 

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, video dengan klaim bahwa Australia sogok Indonesia dengan senjata agar bergabung dengan Barat melawan Cina adalah keliru.
    Narasi dan video hasil kolase tersebut tidak ada hubungannya dengan judul di atas.

    Rujukan

  • (GFD-2023-12062) Cek Fakta: Tidak Benar Bunga Kitolod Bisa Sembuhkan Penyakit Katarak

    Sumber: liputan6.com
    Tanggal publish: 14/03/2023

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan yang mengklaim bunga kitolod bisa menyembuhkan katarak. Postingan itu beredar beberapa waktu lalu.
    Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 21 Februari 2023.
    Dalam postingannya terdapat video dengan narasi "Obat Alami Paling Mujarab Mata Katarak Segala Penyakit Mata"
    Disebutkan dalam video itu bunga kitolod bisa menyembuhkan segala penyakit mata termasuk katarak. Selain itu dalam video juga ditampilkan bagaimana penggunaan bunga kitolod untuk menyembuhkan penyakit mata.
    Lalu benarkah postingan yang mengklaim bunga kitolod bisa menyembuhkan katarak?

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dan menemukan artikel berjudul "Cek Fakta: Tidak Benar Bunga Kitolod Bisa Menyembuhkan Katarak" yang tayang di Liputan6.com pada 13 Oktober 2021.
    Di sana terdapat penjelasan dari dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM (K). Ia menyebut postingan tersebut tidak benar.
    "Bunga kitolod tidak bisa digunakan untuk menyembuhkan penyakit katarak. Belum ada bukti ilmiahnya," ujar dr. Budi.
    Selain itu ada juga ada penjelasan dari dr. Gitalisa Andayani, Sp.M (K).
    "Khasiat bunga kitolod untuk katarak adalah hoaks kesehatan. Katarak adalah keruhnya lensa mata kita secara perlahan, akibat proses degenerasi atau penuaan," tutur dr Gita.
    "Pengobatan yang tepat untuk katarak bisa dilakukan dengan berbagai cara. Jika katarak masih fase awal, bisa ditanggulangi dengan kacamata. Namun bila sudah menyebabkan kekeruhan signifikan dan sangat mengganggu, harus dilakukan operasi," katanya menambahkan.

    Kesimpulan


    Postingan yang mengklaim bunga kitolod bisa menyembuhkan katarak adalah tidak benar.

    Rujukan

  • (GFD-2023-12061) Keliru, Klaim SDGs Adalah Agenda Pengendalian Populasi

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 14/03/2023

    Berita


    Salah satu akun di Instagram membagikan sebuah flyer berisi klaim bahwa agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) bertujuan untuk mengendalikan populasi. Unggahan tersebut dimuat pada 3 Maret 2023 dan disertai teks tentang sejumlah agenda SDGs pada 2030.

    Pembuat konten juga mengklaim, bahwa skenario pengendalian populasi pada 2030 itu terkait dengan pandemi Covid-19, vaksin-vaksin sintetis, perubahan iklim/cuaca yang direkayasa, udara dikontaminasi dengan bahan-bahan kimia (chemtrail), ketersediaan pangan dihabisi, ternak dibinasakan dan makanan direkayasa (GMO).
    Benarkah SDG’s adalah agenda pengendalian populasi?

    Hasil Cek Fakta


    Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) sepenuhnya untuk mengatasi kemiskinan, kelaparan, melindungi bumi atas perubahan iklim, memastikan semua manusia dapat menikmati kehidupan yang sejahtera dan bertekad mendorong masyarakat yang damai, adil, inklusif yang bebas dari rasa takut serta kekerasan. Jadi, bukan untuk pengendalian populasi seperti yang dituliskan dalam konten tersebut.
    Agenda besar ini sudah dibangun puluhan tahun oleh banyak negara dan PBB, termasuk Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB. Dimulai saat KTT Bumi Juni 1992 di Rio de Janeiro, Brasil, September 2000 di Markas Besar PBB di New York.
    Tidak berhenti sampai di situ, pembahasan dilanjutkan pada World Summit on Sustainable Development di Afrika Selatan tahun 2002 dan Konferensi PBB tentang Pembangunan Berkelanjutan (Rio+20) di Rio de Janeiro, Juni 2012.
    Dalam situs resmi PBB berjudul Transforming our world: the 2030 Agenda for Sustainable Development, 17 agenda itu merupakan hasil pertemuan dari para kepala negara dan kepala pemerintahan yang bertemu di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, 25-27 September 2015. Agenda ini adalah rencana aksi untuk manusia, planet, dan kemakmuran.
    SDGs dilatarbelakangi adanya kesadaran untuk mengakhiri kemiskinan dan kekurangan lainnya yang harus berjalan seiring dengan strategi untuk meningkatkan kesehatan dan pendidikan, mengurangi kesenjangan, dan memacu pertumbuhan ekonomi sambil mengatasi perubahan iklim dan bekerja untuk melestarikan lautan dan hutan.
    Berikut ini adalah fakta-fakta atas klaim yang dipublikasikan di atas:
    1. Pandemi Covid-19 bukanlah rekayasa untuk mengendalikan populasi manusia.
    Berdasarkan data World0Meter hingga 13 Maret 2023, total terdapat lebih dari 681 juta kasus di seluruh dunia dengan jumlah kematian 6,8 juta. Covid-19 menjadi pandemi karena penyebarannya yang begitu meluas. SARS-CoV-2, virus Corona penyebab Covid-19, adalah virus baru, tidak ada kekebalan yang telah terbentuk sebelumnya pada orang yang tertular. Hal ini membuat seluruh populasi rentan terhadap infeksi SARS-CoV-2 di awal pandemi.
    Terkait klaim bahwa vaksin Covid-19 untuk pengendalian populasi juga keliru. sebuah studi terbaru justru mengungkap bahwa vaksin Covid-19 justru berhasil menyelamatkan jiwa 20 juta orang pada tahun pertama pandemi.
    Dikutip dari The Guardian, studi yang dipublikasikan dalam jurnal Lancet Infectious Diseases itu memodelkan penyebaran penyakit Covid-19 di 185 negara dan wilayah antara Desember 2020 dan Desember 2021. Hasil penelitian menunjukkan tanpa vaksin Covid-19, diperkirakan 31,4 juta orang akan meninggal. Namun karena vaksin, sebanyak 19,8 juta dari kematian tersebut dapat dicegah.
    2. Para ilmuwan menegaskan bahwa jejak pesawat adalah jejak kondensasi yang tidak berbahaya.
    Dikutip dari The Guardian, para ilmuwan dengan tegas menolak teori chemtrails yang mulai mendapatkan pengikut pada pertengahan 1990-an. Jejak pesawat yang terlihat adalah jejak kondensasi yang tidak berbahaya atau contrails yang terbentuk ketika knalpot mesin yang lembab mencapai suhu beku di ketinggian tinggi. 
    Untuk melawan teori konspirasi, pada awalnya Angkatan Udara AS menampilkan penafian di situs webnya, yang menyatakan bahwa “hoax chemtrail” telah diselidiki dan dibantah oleh banyak universitas, organisasi ilmiah, dan publikasi media besar yang mapan dan terakreditasi". Tempo pernah menerbitkan artikel cek fakta soal chemtrail ini yang bisa diakses di sini dan di sini
    3. Perubahan iklim adalah suatu peristiwa yang nyata. 
    Dikutip dari Deutsche Welle (DW), lembaga penyiaran internasional Jerman, pemanasan global dan perubahan iklim telah terbukti secara ilmiah dan telah terjadi selama beberapa dekade. Faktanya, para peneliti telah menemukan bahwa perubahan iklim telah dimulai sejak lebih dari 180 tahun yang lalu, pada awal Revolusi Industri. 
    Dalam Laporan Penilaian Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), para ilmuwan dari 195 negara menulis bahwa semakin banyak bukti yang menunjukkan terjadinya cuaca ekstrem seperti gelombang panas, curah hujan yang tinggi, kekeringan, dan badai tropis. Selain itu, mereka juga menemukan bukti adanya pengaruh manusia dalam pemanasan global.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta, klaim SDGs adalah agenda pengendalian populasi adalah keliru.
    Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) sepenuhnya untuk mengatasi kemiskinan, kelaparan, melindungi bumi atas perubahan iklim, memastikan semua manusia dapat menikmati kehidupan yang sejahtera dan bertekad mendorong masyarakat yang damai, adil, inklusif yang bebas dari rasa takut serta kekerasan. Bukan untuk pengendalian populasi seperti yang dituliskan dalam konten tersebut.

    Rujukan