• (GFD-2020-8183) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Pembacok Sopir Truk di Rancaekek yang Ditembak Tim Buser?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 15/07/2020

    Berita


    Sebuah video yang memperlihatkan penembakan terhadap dua pria di jalanan beredar di media sosial. Video tersebut diklaim sebagai video pelaku perampokan dan pembacokan terhadap seorang sopir truk di Rancaekek, Bandung, yang ditembak mati oleh tim buser kepolisian.
    Dalam video tersebut, terlihat seorang pria yang mengenakan topi dan rompi berwarna hitam yang menembak dua pria lainnya hingga tersungkur. Meski kedua pria itu sudah tak berdaya, pria bertopi dan berompi hitam itu terus melepaskan tembakan ke arah keduanya.
    Di Facebook, video itu diunggah salah satunya oleh akun Markonah, yakni pada 6 Juli 2020. Akun ini menulis narasi, “Pelaku perampokan & pembacokan sopir truk di daerah Ranca ekek – bandung di tembak mati team Buser.” Hingga artikel ini dimuat, video itu telah ditonton lebih dari 22 ribu kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Markonah.
    Apa benar video tersebut merupakan video penembakan terhadap pelaku perampokan dan pembacokan sopir truk di Rancaekek?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengantoolInVID. Selanjutnya, gambar itu ditelusuri jejak digitalnya denganreverse image toolGoogle. Hasilnya, ditemukan bahwa video itu bukanlah video penembakan terhadap pelaku perampokan dan pembacokan sopir truk di Rancaekek.
    Salah satu potongan gambar dari video penembakan itu pernah dimuat oleh situs media Kolombia, Semana.com, pada 31 Januari 2020. Menurut laporan Semana.com, peristiwa dalam video tersebut merupakan peristiwa pembunuhan oleh sekelimpok preman terhadap dua pria di El Santuario, Antioquia, Kolombia.
    Penembakan ini direkam dan disebarkan di media sosial dan WhatsApp oleh kelompok yang sama. Pembunuhan tersebut terjadi pada 28 Januari 2020 dini hari. Kedua korban adalah orang Venezuela, berusia 19 tahun dan 21 tahun. Menurut laporan pemerintah setempat, kelompok preman itu mendekati kedua pria tersebut dan, tanpa mengatakan apa-apa, menembak mereka.
    Peristiwa penembakan tersebut juga diberitakan oleh situs media Teleantioquia Noticias pada 29 Januari 2020. Menurut laporan Teleantioquia Noticias, beberapa jam sebelum terjadinya penembakan itu, pelaku juga menyerang sejumlah pemilik kendaraan yang berada di jalan yang mengarah ke Carmen de Viboral.
    Melalui sebuah pernyataan, Wali Kota El Santuario, Juan David Zuluaga mengkonfirmasi pembunuhan dua warga negara Venezuela itu. "Pada 28 Januari dini hari, dua orang berkebangsaan Venezuela ditembak dengan senjata api di daerah Puente Centenario," kata Zuluaga. Menurut dia, pihak berwenang sedang menyelidiki kemungkinan keterkaitan pelaku dengan beberapa tindak kejahatan yang terjadi di berbagai kota di Antioquia timur.
    Di YouTube, peristiwa itu pun dilaporkan oleh kanal Sky Colombia pada 31 Januari 2020 dengan judul “Las amenazas que se publicitan por Instagram en Antioquia”. Dalam keterangan video ini disebutkan bahwa pembunuhan dua orang di El Santuario direkam dan disiarkan di jejaring sosial oleh kelompok preman yang sama. Di akun media sosialnya, mereka juga mengunggah berbagai ancaman serta menampilkan senjata mereka.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas merupakan video penembakan terhadap pelaku perampokan dan pembacokan sopir truk di Rancaekek, Bandung, keliru. Video tersebut adalah video pembunuhan oleh sekelompok preman terhadap dua pria asal Venezuela di El Santuario, Antioquia, Kolombia, pada 28 Januari 2020. Video tersebut direkam dan diunggah ke media sosial oleh kelompok yang sama.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8182) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Pembuangan Jenazah Korban Covid-19 di Laut Meksiko?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 14/07/2020

    Berita


    Video berdurasi 18 detik yang memperlihatkan sebuah helikopter yang melontarkan puluhan orang dari udara beredar di media sosial. Video itu diklaim sebagai video pembuangan jenazah korban infeksi virus Corona Covid-19 di laut Meksiko.
    Salah satu akun yang membagikan video itu adalah akun Facebook Komar Komarudin, yakni pada 25 Juni 2020. Akun ini menulis, "Video pembuangan jenazah-jenazah korban Covid-19 di laut Meksiko." Dalam unggahannya, akun tersebut juga menyertakan tautan dari kanal Telegram Islam News. Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah ditonton lebih dari 2 ribu kali.
    Gambar tangkapan layar akun Facebook Komar Komarudin.
    Apa benar video tersebut adalah video pembuangan jenazah korban Covid-19 di laut Meksiko?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memeriksa klaim itu, Tim CekFakta Tempo mula-mula mengambil gambar tangkapan layar bagian awal video di atas. Gambar tersebut kemudian ditelusuri jejak digitalnya denganreverse image toolGoogle dan Yandex.
    Hasilnya, ditemukan petunjuk dari akun Twitter Sukhoi Su-57 Felon, @I30mki, yang pernah membagikan video itu pada 21 April 2020. Menurut keterangannya, video itu merupakan video helikopter Mi-26 milik Rusia yang mendapatkan Guiness World Record karena berhasil menerjunkan 226 anggota tim terjun payung dari ketinggian 6.500 meter.
    Berdasarkan penelusuran lanjutan, video itu telah beredar di YouTube sejak 2018. Kanal VimanX India pernah mengunggah video tersebut pada 27 Juli 2018 dengan judul "Para Comondos jumping out of MI 26 Helicopter". Kanal Flacrum juga pernah mengunggah video tersebut pada 3 Agustus 2018 dengan keterangan "Mi 26 Halo gets rid of paratroopers".
    Dilansir dari kanal USA Military Documentaries, helikopter Mi-26 milik Rusia ini dikenal sebagai helikopter terbesar dan terkuat yang pernah diproduksi. Mi-26 dirancang sebagai helikopter angkat berat untuk keperluan militer dan sipil. Versi ini menggantikan helikopter angkat berat Mi-6 dan Mi-12, dengan ruang kabin dua kali lipat lebih besar dari Mi-6.
    Produk Mi-26 pertama diterbangkan pada 14 Desember 1977, dan produksi pertama helikopter ini diluncurkan pada 4 Oktober 1980. Pembangunan helikopter tersebut rampung pada 1983, dan Mi-26 mulai beroperasi di pangkalan militer Soviet dan layanan komersial lainnya pada 1985.
    Klaim keliru bahwa video di atas merupakan video pembuangan jenazah korban Covid-19 di laut Meksiko tidak hanya beredar di Indonesia, tapi juga di India. Organisasi cek fakta India, Boom Live, menulis bahwa video itu merupakan video kegiatan terjun payung oleh sekolah penerbangan DZ Kolomna Aerograd di Moskow, Rusia.
    Dalam jawabannya melalui e-mail kepada Boom Live, DZ Kolomna Aerograd mengatakan acara tersebut diselenggarakan sebagai upaya untuk memecahkan rekor dunia dengan menyatukan 270 atlet profesional di Rusia, dan beberapa operator udara terbaik yang melakukan foto udara.
    Menurut laporan Boom Live, lompatan itu dilakukan dari ketinggian sekitar 6 ribu meter dari tiga helikopter raksasa dunia, Mi-26. Situs resmi DZ Aerograd Kolomna pun pernah mengunggah artikel dan video tentang kegiatan yang digelar pada 15 Juli 2018 tersebut.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video tersebut adalah video pembuangan jenazah korban Covid-19 di laut Meksiko keliru. Video itu merupakan video kegiatan terjun payung dari helikopter Mi-26 oleh sekolah penerbangan DZ Kolomna Aerograd di Moskow pada 15 Juli 2018 yang menyatukan 270 atlet profesional Rusia.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8181) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto-foto Orang Belanda di Kamp Pendudukan Jepang di Indonesia?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 14/07/2020

    Berita


    Akun Facebook Franci membagikan 14 foto lawas ke halaman Masa Hindia Belanda (Nederlands-Indië) pada Minggu 13 Juli 2020. Seluruh foto itu diklaim sebagai foto-foto orang Belanda yang mengalami penderitaan di kamp-kamp Jepang saat menjajah Indonesia.
    Belasan foto itu memang memperlihatkan suasana di kamp-kamp pengungsian. Terlihat sejumlah pria, wanita, dan anak-anak keturunan warga asing yang hidup di ruangan-ruangan yang sempit dan tak layak. Akun Franci pun menuliskan narasi sebagai berikut:
    “Keadaan yang paling menderita bagi orang-orang Belanda adalah pada saat pendudukan Jepang tahun 1942-1945. Kekalahan Belanda dari Jepang membuat banyak orang Belanda yang lahir dan besar di Indonesia (Hindia Belanda) harus mengungsi ke negeri Belanda. Para laki-laki ditangkap, dijadikan tawanan perang dan disiksa dengan kejam. Tentara Belanda yang tertangkap banyak yang dipenggal kepalanya. Sementara kaum wanita dan anak-anak dikarantina di kamp Tjideng Batavia dalam keadaan yang kumuh dan kurang makanan. Tercatat sekitar 300 wanita Belanda dijadikan budak seks para tentara Jepang dan mengalami siksaan yang berat.”
    Apa benar foto-foto unggahan akun Franci adalah foto-foto orang Belanda di kamp-kamp Jepang saat menjajah Indonesia?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menggunakan sejumlah reverse image tool untuk menelusuri jejak digital foto-foto tersebut. Hasilnya, ditemukan bahwa beberapa foto bukanlah foto suasana di kamp-kamp Jepang di Indonesia. Berikut ini fakta-faktanya:
    Foto 1
    Fakta:
    Sesuai arsip di situs The Historical Marker Database, foto ini adalah foto interniran atau kamp konsentrasi Jepang di Santo Tomas, Filipina. Foto ini diambil oleh pasukan Amerika Serikat, Signal Corps, pada Februari 1945. Disebut interniran karena kamp tersebut diisi oleh sejumlah tahanan yang berasal dari berbagai bangsa atau etnis. Pada Februari 1942, interniran ini berisi 3.200 orang Amerika, 900 orang Inggris (termasuk orang Kanada, orang Australia, dan lain-lain), 40 orang Polandia, 30 orang Belanda, dan beberapa orang dari Spanyol, Meksiko, Nikaragua, Kuba, Rusia, Belgia, Swedia, Denmark, Cina, dan Burma. Sekitar 100 di antaranya adalah orang Filipina atau sebagian Filipina, terutama pasangan dan anak dari orang Amerika. Foto tersebut juga pernah menjadi sampul buku karya Frances B. Cogan, "Captured: The Japanese Internment of American Civilians in the Philippines". Perlu diketahui bahwa, selama Perang Dunia II, banyak interniran yang dibuat oleh negara-negara yang berkonflik, seperti Jerman, Uni Soviet, AS, dan Jepang. Khusus di wilayah kekuasaan Kekaisaran Jepang, yang menempati interniran kebanyakan adalah warga negara AS, Inggris, dan Belanda.
    Sumber: The Historical Marker Database dan Amazon
    Foto 2
    Fakta:
    Foto ini ditemukan sebagai arsip di situs Australian War Memorial milik pemerintah Australia. Menurut keterangannya, foto ini adalah foto saat Mayor A.M. Hutson memberikan perawatan kepada Kapten Anderson dari Inggris yang menderita kekurangan gizi. Perawatan dilakukan di Kuching Civil Hospital, Serawak, Malaysia, yang sebelumnya menjadi rumah sakit militer Jepang. Foto diambil oleh SGT F.A.C. Burke pada 16 September 1945.
    Sumber: Australian War Memorial
    Foto 3
    Fakta:
    Foto ini juga merupakan koleksi Australian War Memorial yang diambil di Aitape, Papua Nugini, pada 24 Oktober 1943. Foto ini adalah foto Sersan NX143314 Leonard G. Siffleet dari Unit Khusus "M" yang akan dipenggal dengan pedang oleh Yasuno Chikao. Eksekusi ini merupakan perintah dari Wakil Laksamana Kamada, Komandan Angkatan Laut Jepang di Aitape. Sersan Siffleet ditangkap bersama Pte Pattiwahl dan Pte Reharin, anggota Pasukan Hindia Belanda di Ambon, ketika terlibat dalam pengintaian di belakang garis Jepang. Sementara Yasuno meninggal sebelum perang berakhir.
    Sumber: Australian War Memorial
    Foto 4
    Fakta:
    Foto ini dimuat di situs NOS Jeugdjournaal, program berita televisi yang diproduksi oleh siaran publik Belanda NOS. Dalam keterangannya, tertulis bahwa foto ini adalah foto suasana interniran Jepang di Brastagi, Sumatera. Terdapat ratusan orang Belanda yang dikurung di kamp tersebut pada November 1944. 
    Sumber: NOS Jeugdjournaal
    Foto 5
    Fakta:Foto ini memperlihatkan suasana sebuah kamp di masa pendudukan Jepang di Indonesia. Selama lebih dari tiga tahun, perempuan dan anak-anak tinggal di kamp Jepang yang kotor dan penuh sesak di Cideng, Batavia.
    Sumber: Pinterest
    Foto 6
    Fakta:Foto ini adalah koleksi Imperial War Museum dengan nomor SE 4863. Dalam situsnya, foto ini diberi keterangan: "Para tahanan sipil di kamp Cideng, Batavia."
    Sumber: Imperial War Museum
    Foto 7
    Fakta:Foto ini adalah koleksi Tropen Museum di Belanda yang didokumentasikan pada 1945. Situs tersebut memberikan keterangan bahwa foto ini adalah foto para perempuan dan anak-anak yang mandi di kamp perempuan Kampung Makassar, Batavia, setelah pendudukan Jepang.
    Sumber: Tropen Museum
    Foto 8
    Fakta:
    Foto ini adalah koleksi Australian War Memorial, yang diberi keterangan: "Seorang perempuan dan enam anak di interniran Kampung Makassar, Batavia, pada 1945. Ada 10 ribu wanita dan anak yang hidup dalam kamp Jepang tersebut."
    Sumber: Australian War Memorial
    Foto 9
    Fakta: Foto ini pernah dimuat di ABC News Australia pada 27 Juli 2017. ABC memberikan keterangan bahwa foto ini adalah foto para tahanan di kamp perempuan Bulu, Semarang, pada 1945. Foto didapat dari Nikola Drakulic dan Valentin Schreiber dari Europeana Collections.
    Sumber: ABC
    Foto 10
    Fakta:
    Foto ini pernah dimuat oleh Kompas.com yang diambil dari buku "Konflik Bersejarah-Ensiklopedi Pendudukan Jepang" terbitan 2013. Foto ini diberi keterangan: "Rakyat Indonesia sedang melakukan seikerei. Seikerei adalah penghormatan setiap pagi pada Tenno Heika (Kaisar Jepang) dengan cara membungkuk ke arah Tokyo."
    Sumber: Kompas.com
    Foto 11
    Fakta:
    Melalui Pinterest, didapatkan petunjuk bahwa foto ini adalah foto suasana kamp konsentrasi yang dibuat Jepang di Jawa. Di salah satu blog yang bercerita tentang kesaksian seorang penyintas, terdapat keterangan bahwa foto ini diambil pada 1946, saat para tahanan perempuan di Semarang menyiapkan makanan.
    Sumber: Pinterest dan blog Just Add Love
    Foto 12
    Fakta:
    Berdasarkan petunjuk di Pinterest, foto ini adalah foto suasana kamp Cideng, Batavia, yang diambil November 1945.
    Sumber: Pinterest
    Foto 13
    Fakta:
    Foto ini adalah arsip Spaarnestad. Keterangan yang tertera untuk foto ini terbatas, yakni: "Keluarga di kamp." Menurut petunjuk lain di Pinterest, foto ini diambil di salah satu kamp di Indonesia.
    Sumber: Atria dan Pinterest
    Foto 14
    Fakta:
    Berdasarkan petunjuk di Pinterest, foto ini adalah foto suasana kamp di Cideng, Batavia.
    Sumber: Pinterest

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim yang ditulis oleh akun Facebook Franci, bahwa foto-foto di atas adalah foto-foto orang Belanda di kamp-kamp Jepang saat menjajah Indonesia, sebagian benar. Terdapat tiga foto yang bukan foto suasana kamp pendudukan Jepang di Indonesia yang diisi oleh orang-orang Belanda. Tiga foto tersebut diambil di Filipina, Papua Nugini, dan Malaysia.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8180) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto Wanita Filipina yang Mutilasi dan Makan Puluhan Korbannya?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 13/07/2020

    Berita


    Kolase foto seorang wanita yang diklaim sebagai berasal dari Filipina dan telah memakan tubuh lebih dari 30 gadis yang ia mutilasi beredar di media sosial. Dalam foto itu, terlihat wanita berpakaian biru di dekat sebuah kulkas yang terbuka yang di dalamnya tersimpan banyak potongan daging.
    Di Facebook, kolase foto tersebut diunggah salah satunya oleh akun Dmc QueenDilan Duasembilan, yakni pada 12 Juli 2020. Berikut narasi lengkap yang ditulis oleh akun itu:
    “Polisi telah menangkap seorang wanita Filipina berusia 29 tahun karena membunuh dan memakan manusia. Wanita ini telah membunuh dan memakan lebih dari 30 gadis dan banyak manusia lainnya termasuk suaminya dan menyimpan daging mereka di kulkas. Dia sudah lama menikmati makan daging manusia.Wanita kanibal ini mengatakan, bahwa ia mengatur banyak pihak untuk teman dan kerabatnya, yang telah ia masak dan menyajikan daging manusia, tanpa sepengetahuan mereka. Tamunya mengatakan bahwa makanannya sangat lezat.Wanita ini mengatakan bahwa ia telah memakan korban karena keinginan batinnya dan jika ia diberi kesempatan lain, ia akan mengulangi tindakan ini lagi tanpa gangguan.Bahkan di penjara, ia telah menyerang seorang penjaga wanita, menggigit tangan kanannya dan menelan salah satu jari tangannya.”
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Dmc QueenDilan Duasembilan.
    Apa benar foto tersebut adalah foto wanita Filipina yang memakan tubuh puluhan gadis yang ia mutilasi?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto di atas denganreverse image toolSource dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa foto-foto dalam kolase itu telah beredar di internet sejak Januari 2007. Wanita dalam foto tersebut pun bukan seorang kanibal yang telah memakan puluhan manusia.
    Foto yang identik pernah dimuat oleh situs Listverse.com pada 23 Januari 2020 dalam artikelnya yang berjudul “10 Lesser-known Murder Mysteries That Remain Unsolved”. Menurut artikel itu, foto tersebut terkait dengan kasus pembunuhan seorang mahasiswa di Cina bernama Diao Aiqing.
    Dalam artikel itu tertulis, pada 19 Januari 1996, seorang petugas kebersihan jalan di Nanjing, Cina, menemukan sebuah kantong berisi daging di pinggir jalan. Dia pun membawanya pulang, namun ketika membersihkan daging itu, dia menemukan tiga jari manusia di dalam kantong tersebut.
    Petugas wanita itu kemudian memberi tahu polisi. Lalu, polisi melakukan pencarian dan menemukan kantong-kantong berisi potongan tubuh manusia di dua lokasi lain. Terdapat lebih dari 2 ribu bagian tubuh, termasuk kepala dan lengan yang telah direbus, yang ditemukan polisi.
    Akhirnya, diketahui bahwa bagian-bagian tubuh itu adalah milik seorang mahasiswa berusia 19 tahun, Diao Aiqing. Diao hilang pada 10 Januari 1996 setelah bertengkar dengan mahasiswa lain di kampusnya atas penggunaan peralatan listrik. Hingga kini, pembunuh Diao masih belum diketahui.
    Foto yang sama pernah dimuat oleh situs Whatsonweibo.com pada 16 Mei 2018 dalam artikelnya yang berjudul “China’s Unsolved (Murder) Mysteries: 10 Most Notorious Cold Cases Still Discussed in China Today”. Isi artikel ini serupa dengan artikel yang dimuat oleh situs Listverse.com.
    Dilansir dari Zyxiao.com, kasus mutilasi Diao Aiqing lebih dikenal sebagai kasus "1.19" karena terjadi pada 19 Januari 1996 di Kota Nanjing, Provinsi Jiangsu, Cina. Sementara Diao Aiqing merupakan mahasiswa baru di Universitas Nanjing.
    Awalnya, pada 19 Januari pagi, potongan tubuh korban dalam sebuah tas tangan ditemukan di Jalan Huaqiao oleh seorang petugas kebersihan. Setelah diberi laporan oleh petugas itu, polisi melacaknya dan menemukan bagian tubuh lain di Jalan Shuizuogang dan Gunung Longwang yang dibungkus dengan tas tangan dan sprei.
    Karena teknologi DNA belum tersedia saat itu, dokter forensik hanya bisa mengkonfirmasi bahwa korban adalah seorang wanita, yang diketahui lewat karakteristik rambut dan jaringan serat otot tubuh. Hingga kini, kasus "1.19" belum terpecahkan. Kasus itu telah diserahkan kepada Departemen Biro Keamanan Publik Kota Nanjing.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto di atas adalah foto wanita Filipina yang memakan tubuh puluhan gadis yang ia mutilasi keliru. Foto itu merupakan foto yang terkait dengan kasus mutilasi terhadap Diao Aiqing, seorang mahasiswa Universitas Nanjing, Jiangsu, Cina, yang terkuak pada 19 Januari 1996. Hingga kini, pelaku pembunuhan Diao belum ditemukan.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan