• (GFD-2020-8313) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Keluarga Peserta BPJS Kesehatan Dapat BLT Rp 4 Juta Per Orang?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 06/10/2020

    Berita


    Gambar tangkapan layar sebuah unggahan di Facebook yang berisi tautan artikel berjudul "Cek Fakta: Keluarga yang Miliki BPJS Dikabarkan Akan Dapat BLT Sebesar Rp 4 Juta" beredar di media sosial. Artikel tersebut berasal dari situs Detiksatuinfo.xyz.
    Artikel ini dilengkapi dengan foto Kartu Indonesia Sehat. Kemudian, di atas tautan artikel yang berasal dari situs Detiksatuinfo.xyz itu, terdapat narasi yang berbunyi "Alhamdulillah Keluarga yang Miliki BPJS Dikabarkan Akan Dapat BLT Sebesar Rp 4 Juta per anggota".
    Di Facebook, gambar tangkapan layar tersebut dibagikan salah satunya oleh akun Selari Mala Laris, yakni pada 2 Oktober 2020. Akun itu pun menulis narasi, "Yg punya kartu in siap2 aja." Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah dibagikan lebih dari 400 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Selari Mala Laris.
    Apa benar keluarga peserta BPJS Kesehatan bakal mendapatkan bantuan langsung tunai (BLT) sebesar Rp 4 juta per anggota?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri situs yang memuat artikel tersebut, yakni Detiksatuinfo.xyz. Hasilnya, ditemukan bahwa situs ini memang pernah memuat artikel dengan judul "Cek Fakta: Keluarga yang Miliki BPJS Dikabarkan Akan Dapat BLT Sebesar Rp 4 Juta per anggota" pada 2 Oktober 2020.
    Namun, artikel tersebut merupakan artikel pemeriksaan fakta terhadap hoaks yang beredar ketika itu, bahwa "keluarga yang memiliki kartu BPJS Kesehatan akan mendapatkan BLT sebesar Rp 4 juta per anggota". Artikel ini menyadur artikel di situs Pikiran Rakyat yang berjudul sama, yang dikutip dari situs cek fakta Turnbackhoax.id.
    Menurut artikel cek fakta Turnbackhox.id, Kepala Humas BPJS Kesehatan Iqbal Anas Maruf menyatakan informasi itu keliru. "Ini hoaks. Selama ini, tidak ada bantuan-bantuan seperti itu", kata Iqbal. Hoaks serupa dengan nama bantuan yang berbeda pernah beredar pada 2019. Ketika itu, bantuan yang diklaim diberikan adalah tunjangan hari raya (THR) bagi peserta BPJS Kesehatan dengan nominal Rp 2 juta per kartu keluarga (KK).
    Klaim palsu yang menyebut "keluarga yang memiliki kartu BPJS Kesehatan akan mendapatkan BLT sebesar Rp 4 juta per anggota" juga telah diverifikasi oleh sejumlah media, seperti Viva.co.id, Liputan6.com, Merdeka.com, dan Antara. Keempatnya pun menyatakan informasi itu keliru.
    Tempo kemudian mengkonfirmasi kembali isu tersebut ke Humas BPJS Kesehatan Palembang, Hendra Kurniawan. Dia juga menyebut bahwa informasi yang beredar itu hoaks. Menurut dia, pemerintah melalui BPJS Kesehatan tidak pernah mengeluarkan kebijakan demikian. "Itu hoaks. Enggak benar informasinya. Tidak ada kebijakan demikian," katanya.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "keluarga peserta BPJS Kesehatan bakal mendapatkan BLT sebesar Rp 4 juta per anggota" keliru. Kepala Humas BPJS Kesehatan Iqbal Anas Maruf telah menyatakan bahwa klaim tersebut hoaks. Menurut dia, selama ini, tidak ada bantuan semacam itu yang diberikan oleh BPJS Kesehatan.
    IBRAHIM ARSYAD
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8312) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Pesepeda di Denpasar Ini Meninggal Karena Pakai Masker?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 06/10/2020

    Berita


    Klaim bahwa seorang pesepeda meninggal karena memakai masker kembali beredar di Facebook. Kali ini, peristiwa itu disebut terjadi di Denpasar, Bali. Klaim ini dibagikan bersama sejumlah foto yang memperlihatkan seorang pesepeda sedang tergeletak di trotoar, dan maskernya yang berwarna hijau sudah diturunkan ke dagu.
    Salah satu akun yang membagikan klaim beserta foto-foto tersebut adalah akun Made In Bali, tepatnya pada 3 Oktober 2020. Akun ini pun menulis narasi sebagai berikut:
    "AMOR ING ACINTYABERSEPEDA PAKAI MASKER, MAKAN KORBAN JIWA DI DENPASAR.Diduga bermasker saat bersepeda, seorang pengendara sepeda meregang nyawa di jalan.Orqngnya jatuh sendiri di depan banjar Panti Sanur, dinyatakan telah meninggal dunia.Kejadian pada Sabtu 03/10/20 pkl. 06.40 wita, selanjutnya korbanatas nama ***. Alamat; ***, Br. Danginpeken Sanur-Denpasar Selatan, dievakuasi menggunakan bantuan dari Ambulans BPBD kota Denpasar."
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Made In Bali.
    Apa benar pesepeda di Denpasar itu meninggal karena memakai masker?

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, pengendara sepeda yang berinisial INS, 56 tahun, itu memang ditemukan meninggal di Jalan Danau Beratan, tepatnya di depan Banjar Pantai Sanur, Denpasar, pada 3 Oktober 2020 usai terjatuh dari sepedanya. Namun, hal itu disebabkan oleh adanya riwayat penyakit jantung yang dimiliki oleh INS.
    Dilansir dari Kumparan.com, Koordinator Ambulans Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Denpasar, Dewa Mahendra, mengatakan INS meninggal setelah terjatuh dari sepedanya sekitar pukul 06.30 WITA. INS pun dievakuasi oleh petugas ambulans Public Safety Center (PSC) BPBD Pos Juanda. "Setelah dilakukan pemeriksaan, rupanya korban terserang penyakit jantung," ujar Dewa.
    INS kemudian dibawa ke kediamannya yang terletak di Sanur, Bali. "Atas permintaan dari keluarga, korban langsung dievakuasi ke kediamannya," kata Dewa. Menurut keterangan keluarga korban, INS memang memiliki riwayat penyakit jantung. "Kemarin masih aktif kontrol ke rumah sakit," tuturnya.
    Peristiwa ini juga diberitakan oleh Tribun Bali. Dilansir dari Tribun Bali, menurut Ni Putu Isma Diarthi, petugas medis PSC BPBD Denpasar yang menangani korban di lokasi kejadian, menjelaskan bahwa korban memang memiliki riwayat penyakit jantung.
    Hal itu dibenarkan oleh pihak keluarga. Sebelum meninggal pun, korban masih aktif kontrol ke rumah sakit. "Informasi dari keluarga, almarhum INS memiliki riwayat sakit jantung, kemarin masih aktif kontrol ke rumah sakit," katanya. Sebelum meninggal, INS sempat mengalami napas tersendat dan mengap-mengap.
    Isu soal adanya orang yang meninggal ketika bersepeda menggunakan masker bukan kali ini saja beredar. Pada awal Juni 2020, terdapat isu serupa yang menyebar. Pesepeda yang meninggal ketika itu pun memiliki riwayat penyakit jantung. Menanggapi isu ini, dilansir dari Kompas.com, dokter spesialis kedokteran olahraga Michael Triangto menjelaskan, jika memang ada gangguan jantung yang dimiliki oleh pesepeda tersebut, kemungkinkan terbesar itulah penyebabnya, bukan karena penggunaan masker.
    Menurut Michael, orang dengan riwayat gangguan jantung tentu berisiko terkena serangan jantung kapan pun, terlepas menggunakan masker atau tidak. Bahkan, ia bisa mengalami serangan jantung ketika tidur maupun sedang berolahraga. Michael menyatakan, ketimbang berdiam diri saja, risiko kematian bagi orang dengan riwayat penyakit jantung tentu akan meningkat ketika melakukan aktivitas seperti berolahraga. Ini dikarenakan jantung bekerja lebih berat untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
    Namun, bukan berarti orang dengan gangguan jantung tidak bisa berolahraga. Sebaliknya, menurut Michael, mereka diwajibkan berolahraga, dengan catatan disesuaikan dengan kapasitas tubuh sehingga tidak memicu kerja jantung yang terlalu berat. Michael menjelaskan menggunakan masker ketika berolahraga memang akan mempengaruhi sirkulasi udara. Namun, bukan berarti seseorang bakal meninggal karena kehabisan napas lantaran berolahraga menggunakan masker.
    Jika merasa tidak nyaman, seseorang pasti akan merespons dengan melepas masker tersebut. "Kalau mulai pusing (karena sulit bernapas), kenapa enggak dibuka? Masak kamu enggak mampu untuk buka masker sendiri yang jadi penyebab itu (sulit bernapas)," katanya. Michael pun menambahkan, di tengah pandemi Covid-19, kita tetap bisa berolahraga menggunakan masker selama itu ringan. Menurut dia, olahraga berat umumnya hanya dilakukan oleh atlet, yang tentunya berada di lokasi khusus dan tidak perlu mengenakan masker.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa pesepeda di Denpasar dalam foto di atas meninggal karena memakai masker, keliru. Pengendara sepeda yang berinisial INS itu meninggal usai terjatuh dari sepedanya karena mengalami serangan jantung. Menurut pihak keluarga, INS memang memiliki riwayat penyakit jantung. Menurut ahli, risiko kematian bagi orang dengan riwayat penyakit jantung akan meningkat ketika melakukan aktivitas seperti berolahraga.
    SITI AISAH
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8311) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Dua Pemuda Ini Ditangkap di Sukabumi Karena Robek Alquran dan Gunting Sajadah?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 05/10/2020

    Berita


    Foto dan video yang memperlihatkan penangkapan dua pemuda beredar di Facebook. Foto dan video tersebut dibagikan dengan narasi bahwa kedua pemuda tersebut ditangkap Parungkuda, Sukabumi, Jawa Barat, karena tepergok merobek Alquran dan menggunting sajadah.
    Dalam video yang beredar itu, setelah ditangkap, dua pemuda yang merupakan saudara kembar ini dihajar dan diikat oleh warga. Sebagian warga lain berusaha menghalangi aksi main hakim sendiri tersebut. Kedua pemuda itu pun kemudian diamankan oleh polisi.
    Salah satu akun yang membagikan foto dan video tersebut adalah akun Key Karmia, yakni pada 1 Oktober 2020. Akun ini pun menulis narasi sebagai berikut:
    “Malam ini, terjadi di Kampung Susukan Bojong Parungkuda, Sukabumi, Jabar. Mereka mencari Ustad, kemudian ditanya keperluannya,malah ngotot dan ngajak berantem. Dua anak muda tersebut, kemudian beraksi merobek² Al-Qur'an, Kitab dan menggunting sajadah. Dengan sigap santri disana bertindak, tak lama kemudian santri dan warga setempat datang, keduanya habis di hakimi warga setempat !! RAPAT KAN BARISAN,JAGA ULAMA !!”
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Key Karmia.
    Apa benar dua pemuda di video itu ditangkap oleh warga di Sukabumi karena telah merobek Alquran dan menggunting sajadah ?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto dua pemuda tersebut denganreverse image toolSource dan Google. Hasilnya, ditemukan informasi bahwa dua pemuda tersebut ditangkap dan dihakimi oleh warga yang salah paham. Mereka bermaksud mencari ustaz untuk melakukan rukiah terhadap keluarganya. Dua pemuda ini pun tidak merobek Alquran maupun menggunting sajadah.
    Salah satu media yang memuat foto dua pemuda itu adalah Radarsukabumi.com, yakni pada 1 Oktober 2020, dalam beritanya yang berjudul "Hoak, Dua Pemuda Sukabumi Dituduh Bunuh Ustaz, Ini Fakta Sebenarnya". Jawapos.com juga memuat foto dua pemuda tersebut pada 3 Oktober 2020 dalam beritanya yang berjudul "Hoax Perobekan Alquran di Sukabumi".
    Menurut kedua berita itu, pemuda kembar bernama Yaman dan Yamin, 26 tahun, tersebut berniat untuk berobat ke salah satu tokoh agama di Kampung Susukan, Desa Bojongkokosan, Parungkuda, Sukabumi, Jawa Barat. Mereka diantar oleh Dudi Supriyadi, Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) setempat. Namun, ustaz yang dicari oleh kedua pemuda itu tidak berada di rumah.
    Dudi lantas bertanya lebih detail soal maksud Yaman dan Yamin. Karena curiga dengan gelagat keduanya, Dudi membawa mereka keluar rumah. Apalagi, keduanya mendadak berkata-kata kasar. Salah satu dari mereka pun tiba-tiba berusaha kabur sehingga memancing kemarahan masyarakat sekitar. Ketua RW setempat kemudian menghubungi Polsek Parungkuda.
    Menurut Dudi, dikutip dari Detik.com, setelah mengetahui bahwa ustaz yang kedua pria itu cari tidak berada di rumah, terjadi dialog antara mereka. Namun, kedua pria tersebut kemudian melontarkan kata-kata kasar. "Pemikiran saya berubah, ini tamu kok seperti ini bahasanya. Saya tanya, 'Dari mana?'. Dia jawab, 'Dari Warungceri'. Ketika saya tanya lagi, dia jawab, 'Cicing sia.' (diam kamu)," ujarnya.
    Dudi pun mengajak kedua pria itu keluar dari rumah ustaz tersebut. Ternyata, di luar, sudah berkumpul para pemuda kampung. Saat ditanya oleh para pemuda itu, kedua pria tersebut kembali melontarkan kalimat yang sama dengan nada membentak. "Para pemuda tersulut emosinya, pelaku berjalan meninggalkan lokasi, diikuti. Si pelaku lari, terjadi kejar-kejaran sampai terjadi pemukulan," kata Dudi.
    Dilansir dari Jawapos.com, Kapolres Sukabumi Ajun Komisaris Besar Lukman Syarif pun menyatakan bahwa informasi yang menyebut kedua pemuda itu melakukan penusukan atau merobek Alquran dan menggunting sajadah tidak benar. "Wah, hoax itu, enggak benar. Tidak ada penusukan atau perobekan Alquran. Keduanya tidak membawa senjata tajam," ujar Lukman.
    Warga setempat pun telah mengklarifikasi bahwa tidak ada penusukan atau perusakan seperti isu yang beredar di media sosial. Menurut Lukman, kedua pemuda tersebut hanya ingin berobat kepada salah satu ustaz di sana. Namun, ustaz yang dicari tidak berada di tempat.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa dua pemuda dalam video di atas ditangkap oleh warga Parungkuda, Sukabumi, Jawa Barat, karena telah merobek Alquran dan menggunting sajadah, keliru. Keduanya mendatangi Kampung Susukan, Desa Bojongkokosan, Parungkuda, Sukabumi, untuk mencari ustaz yang bisa melakukan rukiah. Namun, terjadi kesalahpahaman sehingga dua pemuda itu dihakimi warga. Dua pemuda ini pun tidak terbukti merobek Alquran maupun menggunting sajadah. Keduanya tidak membawa senjata tajam.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8310) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Koran Ini Terbitkan Berita Berjudul Sudah Jadi Tabiat PKI Memutarbalikkan Fakta?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 02/10/2020

    Berita


    Sebuah foto surat kabar yang memuat berita berjudul "Sudah Jadi Tabiat PKI Memutar Balikkan Fakta" beredar di Twitter. Dalam koran itu, terdapat pula foto tokoh Partai Komunis Indonesia ( PKI ) Dipa Nusantara Aidit. Namun, dalam koran tersebut, hanya judul itu yang ditulis dalam bahasa Indonesia. Tulisan lainnya berbahasa Inggris.
    Akun yang membagikan foto surat kabar itu adalah akun @MayaFarrell21, tepatnya pada 30 September 2020. Akun tersebut menulis, "Ini pasti sejarawan dr pihak PKI." Cuitan ini mengomentari unggahan akun milik media CNN Indonesia yang berisi tautan berita yang berjudul "Sejarawan: PKI Dukung Pancasila, Partai-partai Islam Tidak".
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Twitter @MayaFarrell21 yang mengomentari cuitan akun milik CNN Indonesia.
    Apa benar koran dalam foto di atas menerbitkan berita yang berjudul “Sudah Jadi Tabiat PKI Memutar Balikkan Fakta”?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula memeriksa komentar dari akun Twitter lain terhadap unggahan akun @MayaFarrell21 tersebut. Salah satu akun, @indrabayuf_, membalas dengan mengunggah dua foto surat kabar yang memiliki kesamaan tata letak dengan foto surat kabar dalam unggahan akun @MayaFarrell21, namun dengan judul berita serta gambar yang berbeda.
    Akun @indrabayuf_ menulis, "Korannya mirip.” Akun @adityaarfan_ pun membalas cuitan akun @indrabayuf_ tersebut, “Rotinya jg sama. Kok bisa gt ya.” Sementara sejumlah akun lain mempertanyakan judul berita tersebut yang berbahasa Indonesia, padahal isi beritanya berbahasa Inggris.
    Berbekal petunjuk ini, Tempo menelusuri jejak digital foto surat kabar itu denganreverse image toolSource, Google, dan Yandex. Hasilnya, juga ditemukan foto koran dengan tata letak yang sama, namun dengan judul berita serta gambar yang berbeda. Rupanya, foto koran itu merupakantemplateyang kerap digunakan untuk membuat meme. Template ini bisa ditemukan di sejumlah situs, salah satunya Photofunia.com.
    Situs Exeterskatingclub.ca juga pernah memakaitemplateitu dalam foto di artikenya pada 12 November 2012 yang berjudul "Skate Canada WO Section Championships". Foto tersebut diberi keterangan “Exeter SC competitive-level skaters made us proud at the Skate Canada Western Ontario Championships (Sectionals).”
    Adapun foto tokoh PKI DN Aidit dalam foto surat kabar yang diunggah oleh akun @MayaFarell21 pernah dimuat situs Sejarahjakarta.com pada 9 September 2020 dalam artikelnya yang berjudul "Aidit di Malam 30 September 1965". Foto itu diberi keterangan sebagai berikut: "Aidit berbicara di depan massa dalam program Turba PKI, 1965."
    Berita CNN Indonesia
    Berita yang berjudul “Sejarawan: PKI Dukung Pancasila, Partai-partai Islam Tidak” memang pernah dimuat oleh CNN Indonesia, yakni pada 30 September 2020. Berita ini berisi pernyataan sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam bahwa PKI mendukung Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dalam Sidang Konstituante 1957.
    Asvi menjelaskan agenda sidang Konstituante kala itu adalah merancang Undang-Undang Dasar yang definitif, termasuk di dalamnya penentuan dasar negara Indonesia. Penentuan dilakukan melaluivoting. Dalam momen itu, kata Asvi, sejumlah partai seperti PNI, PKI, dan lainnya memilih Pancasila sebagai dasar negara. Sementara partai-partai berasaskan Islam memiliki pilihan yang berbeda.
    "Saya tidak ingin ini jadi kehebohan baru lagi. PKI dalam Sidang Konstituante 1957 menetapkan dasar negara memang mendukung Pancasila, sementara partai-partai Islam memilih Islam sebagai dasar negara," kata Asvi kepada CNN Indonesia pada 30 September 2020.
    Meski demikian, Sidang Konstituante berakhir buntu dan gagal menghasilkan keputusan karenavotingtidak memenuhi kuorum. Konstituante akhirnya dibubarkan Presiden Sukarno melalui Dekrit 5 Juli 1959, sekaligus menandai kembali berlakunya UUD 1945 dengan dasar negara Pancasila. "Tidak ada pihak yang mendapat jumlah suara dua pertiga dari keseluruhan," kata Asvi.
    Senada dengan Asvi, sejarawan Satriono Priyo Utomo juga menyatakan bahwa PKI memang mendukung Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dalam Sidang Konstituante 1957. Penulis buku "Politik Dipa Nusantara" ini menjelaskan PKI mendukung dasar negara Pancasila sebagai strategi politik DN Aidit mendekati Sukarno dan sebagai langkah suksesi konsep Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (Nasakom).
    "Jadi, representasi dari politik kompromistis yang kemudian dijalankan PKI, DN Aidit khususnya, bicaragrand designdari kampanye politiknya Bung Karno soal Nasakom," kata Satrio.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, koran dalam foto di atas tidak menerbitkan berita yang berjudul “Sudah Jadi Tabiat PKI Memutar Balikkan Fakta”. Foto tersebut merupakan hasil suntingan. Foto koran itu merupakantemplateyang kerap digunakan untuk membuat meme.
    ZAINAL ISHAQ
    Catatan redaksi: Artikel ini diubah di bagian pemeriksaan fakta untuk menambahkan sumber pada 2 September 2020 pukul 20.00 WIB. Redaksi mohon maaf.
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan