• (GFD-2020-8349) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Pogba Pensiun dari Timnas Prancis karena Ucapan Presiden Macron soal Islam?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 28/10/2020

    Berita


    Klaim bahwa bintang sepak bola Prancis, Paul Pogba, pensiun dari tim nasional (timnas) karena ucapan Presiden Prancis Emmanuel Macron soal Islam beredar di media sosial. Klaim ini menyebar setelah Macron menyatakan bahwa pembunuhan guru bahasa Prancis Samuel Paty merupakan serangan teroris Islam.
    Klaim itu terdapat dalam sebuah gambar yang memuat foto Pogba dan Macron. Dalam gambar tersebut, terdapat teks yang berbunyi: "BREAKING NEWS. Paul Pogba telah memutuskan berhenti bermain untuk timnas Perancis menyusul komentar dari Presiden Perancis, Emmanuel Macron yg mengatakan Islam adalah sumber terorisme internasional dunia."
    Di Facebook, gambar itu dibagikan salah satunya oleh akun Berita Bola, tepatnya pada 26 Oktober 2020. Akun ini pun menulis, "Pogba memilih pensiun dari timnas karena pernyataan kontroversi presiden Perancis. Gimana slur? Apakah kalo islam yang buat jahat lantas disebut teroris sedangkan kalo yang jahat non muslim cuma dibiarkan?"
    Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah mendapatkan lebih dari 1.500 reaksi dan 71 komentar serta telah dibagikan lebih dari 150 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Berita Bola.
    Apa benar Pogba pensiun dari timnas Prancis karena ucapan Presiden Macron soal Islam?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri pemberitaan terkait di media kredibel dengan memasukkan kata kunci "Pogba hengkang dari timnas Prancis". Lewat cara ini, ditemukan informasi bahwa isu tersebut adalah hoaks. Paul Pogba pun telah mengklarifikasi hal tersebut di akun media sosial pribadinya.
    Menurut arsip berita Tempo pada 26 Oktober 2020, bintang Manchester United itu dikabarkan mundur dari timnas Prancis karena komentar Presiden Emmanuel Macron bahwa pembunuhan guru bahasa Prancis Samuel Paty merupakan serangan teroris Islam. Belum lama ini, Paty, 47 tahun, diserang dan kepalanya dipenggal.
    Ketika itu, Paty sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah menengah pertama tempat dia mengajar di Conflans-Sainte-Honorine, sekitar 40 kilometer di sisi barat laut Paris. Paty kemudian dianugerahi Legiun Prancis d'honneur, tanda jasa tertinggi dari negara Prancis. Macron pun menyampaikan, "Persatuan dan ketegasan adalah satu-satunya jawaban atas kejahatan terorisme Islam."
    Setelah kabar soal pensiun itu beredar, termasuk di surat kabar Inggris The Sun, Pogba bersuara di akun Instagram-nya dan menyatakan bahwa kabar tersebut hoaks. "Jadi, The Sun melakukannya lagi. Berita itu 100 persen tidak benar dan tidak berdasar. Saya terkejut, marah, dan frustrasi karena beberapa 'media' menggunakan saya untuk membuat headline palsu tentang situasi terkini di Prancis, mengaitkannya dengan agama saya serta timnas Prancis."
    "Saya menentang segala bentuk teror dan kekerasan. Agama saya adalah agama yang damai dan harus dihormati. Sayangnya, beberapa orang media bertindak secara tidak bertanggung jawab dan menyalahgunakan kebebasan pers." Pogba pun menambahkan, "Mereka tidak memverifikasi apa yang mereka tulis dan telah menciptakan rantai gosip tanpa memedulikan dampaknya terhadap kehidupan saya dan masyarakat."
    Gambar tangkapan layar unggahan Paul Pogba di Instagram pada 26 Oktober 2020.
    Tempo pun menelusuri unggahan Pogba di Instagram yang berisi bantahan tersebut. Dalam unggahannya pada 26 Oktober 2020, Pogba membagikan gambar tangkapan layar berita di The Sun yang menyatakan bahwa ia hengkang dari timnas karena komentar Macron soal Islam. Di atas gambar itu, tertera stempel dengan teks "Unacceptable Fake News" atau "berita palsu yang tidak bisa diterima".
    Dalam unggahan itu, gelandang Manchester United tersebut juga menulis bakal mengambil tindakan hukum terhadap penerbit dan penyebar berita palsu tersebut. "Untuk The Sun, yang biasanya tidak peduli, beberapa dari kalian mungkin bersekolah dan ingat bagaimana guru kalian mengingatkan untuk selalu memeriksa sumber kalian, jangan menulis tanpa memastikan terlebih dahulu. Tapi, hei, sepertinya kalian melakukannya lagi dan kali ini pada topik yang sangat serius."

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa Paul Pogba pensiun dari timnas Prancis karena ucapan Presiden Macron soal Islam keliru. Pogba telah membantah isu tersebut lewat akun Instagram-nya, dan menyatakan bahwa kabar itu 100 persen tidak benar dan tidak berdasar.
    IBRAHIM ARSYAD
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8348) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Klaim-klaim soal Covid-19 oleh Aliansi Dokter Dunia di Video Ini?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 27/10/2020

    Berita


    Video yang berisi klaim-klaim seputar Covid-19 yang dilontarkan oleh sekumpulan dokter yang menamakan diri sebagai World Doctors Alliance atau Aliansi Dokter Dunia viral. Menurut para dokter yang berbasis di Eropa itu, Covid-19 adalah flu biasa. Mereka juga mengklaim tidak ada pandemi Covid-19.
    Dalam video berdurasi sekitar 9 menit tersebut, salah satu dokter menyatakan bahwa tes polymerase chain reaction (PCR) memunculkan hasil positif palsu pada 89-94 persen kasus Covid-19. Ada pula dokter yang mengatakan bahwa penderita Covid-19 bisa dirawat dengan steroid, hydroxychloroquine, dan zinc.
    Di Instagram, video itu dibagikan salah satunya oleh akun @pongrekundharma88, tepatnya pada 25 Oktober 2020. Hingga artikel ini dimuat, unggahan akun tersebut telah ditonton lebih dari 16 ribu kali. Selain di Instagram, video ini juga banyak dibagikan di Facebook serta YouTube.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Instagram @pongrekundharma88 yang berisi video dari Aliansi Dokter Dunia.
    Bagaimana kebenaran klaim-klaim terkait Covid-19 oleh Aliansi Dokter Dunia dalam video tersebut?

    Hasil Cek Fakta


    Dilansir dari organisasi cek fakta Amerika Serikat FactCheck, Aliansi Dokter Dunia baru dibentuk pada 10 Oktober 2020. Video asli yang berisi klaim-klaim terkait Covid-19 di atas, sekaligus pembentukan aliansi ini, berdurasi sekitar 18 menit. Video itu sempat diunggah di YouTube. Namun, YouTube telah menghapus video itu karena melanggar aturan platform.
    Dikutip dari Detik.com, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam menyebut Aliansi Dokter Dunia itu sebagai organisasi jadi-jadian. Sebagai orang yang telah lama malang-melintang di berbagai organisasi kedokteran, ia tidak pernah mengenal organisasi tersebut. "Kalau di dunia itu kan ada misalnya, di bidang penyakit dalam, International Society of Internal Medicine. Kemudian, World Medical Association," katanya.
    Ari menyatakan tidak pernah mengetahui para dokter dalam Aliansi Dokter Dunia tersebut tergabung dalam organisasi kedokteran, baik organisasi dokter dunia maupun organisasi dokter penyakit dalam dunia. Selain itu, Ari menegaskan bahwa klaim-klaim yang disampaikan Aliansi Dokter Dunia dalam video yang viral itu tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
    Untuk memeriksa klaim yang dilontarkan oleh Aliansi Dokter Dunia tersebut, Tim CekFakta Tempo mengutip sejumlah pemberitaan dan hasil pemeriksaan fakta oleh berbagai organisasi cek fakta.
    Klaim 1: Tidak ada pandemi Covid-19
    Fakta:
    Menurut arsip artikel cek fakta Tempo pada 18 Juni 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi pada 11 Maret 2020. Penetapan ini didasarkan pada hasil penilaian WHO terhadap tingkat sebaran dan jumlah korban yang kian meningkat sejak kasus pertama diumumkan di Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Saat itu, menurut WHO, terdapat lebih dari 118.000 kasus Covid-19 di 114 negara, dan 4.291 orang di antaranya meninggal.
    Secara teori, Covid-19 pun telah memenuhi kriteria sebagai pandemi. Pandemi merujuk pada penyakit yang menyebar ke banyak orang di beberapa negara dalam waktu yang bersamaan. Kasus Covid-19 meningkat secara signifikan secara global. Ciri-ciri pandemi adalah sebagai berikut: merupakan jenis virus baru, dapat menginfeksi banyak orang dengan mudah, dan bisa menyebar antar manusia secara efisien. Covid-19 memiliki tiga karakteristik tersebut.
    Sebelum menaikkan status Covid-19 ke pandemi, WHO juga terlebih dulu menetapkan Covid-19 sebagai wabah penyakit pada 5 Januari 2020. Kemudian, pada 30 Januari 2020, WHO memperingatkan bahwa Covid-19 mengancam secara global menyusul laporan bahwa telah ada 7.818 kasus Covid-19, baik di Cina maupun di 18 negara lainnya. Pada 31 Januari 2020, WHO mengumumkan penyebaran Covid-19 sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat Internasional (PHEIC).
    Klaim 2: Tes PCR memunculkan hasil positif palsu pada 89-94 persen kasus Covid-19
    Fakta:
    Positif palsu terjadi ketika seseorang tidak terinfeksi Covid-19, namun dinyatakan positif. Dilansir dari FactCheck, hingga kini, angka positif palsu tes PCR Covid-19 masih diteliti lebih lanjut. Namun, studi pendahuluan menunjukkan bahwa angka positif palsu tes ini jauh lebih kecil ketimbang klaim di atas.
    Menurut sebuah studi yang terbit baru-baru ini di The Lancet Resporatory Medicine, di Inggris, angka positif palsu berada di kisaran 0,8-4 persen. Sementara angka negatif palsu, ketika seseorang terinfeksi Covid-19 tapi dinyatakan negatif, mencapai 33 persen.
    Dikutip dari Associated Press (AP), Michael Joseph Mina, dokter dan profesor epidemiologi di sekolah kesehatan masyarakat Harvard, mengatakan tidak benar bahwa sebagian besar tes PCR Covid-19 memberikan hasil positif palsu dan tidak menguji virus Corona penyebab Covid-19.
    “Banyak yang terlambat positif, yang berarti RNA masih ada tapi virus yang hidup telah hilang,” kata Mina. “Jadi, orang-orang ini kemungkinan sudah tidak menularkan lagi, tapi hasilnya akurat, PCR dapat mendeteksi RNA SARS-CoV-2 (virus Corona baru penyebab Covid)," ujarnya.
    Klaim 3: Covid-19 adalah flu biasa
    Fakta:
    Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS ( CDC ) menyatakan flu dan Covid-19 merupakan penyakit pernapasan yang menular, tapi disebabkan oleh virus yang berbeda. Covid-19 disebabkan oleh infeksi SARS-CoV-2 dan flu disebabkan oleh infeksi virus influenza. Selain itu, sejauh ini, Covid-19 menyebar lebih mudah daripada flu dan menyebabkan penyakit yang lebih serius pada beberapa orang.
    Covid-19 juga bisa membutuhkan waktu yang lebih lama sebelum orang yang terinfeksi menunjukkan gejala. Menurut CDC, meskipun sebagian besar penderita Covid-19 memiliki gejala ringan, tapi penyakit ini juga dapat menyebabkan komplikasi yang parah bahkan kematian. Perbedaan penting lainnya, terdapat vaksin untuk melindungi diri dari flu. Sementara untuk Covid-19, saat ini, belum ada vaksinnya.
    Menurut arsip artikel cek fakta Tempo pada 21 Oktober 2020, berdasarkan data WHO, tingkat kematian Covid-19 lebih tinggi daripada flu, meskipun tingkat kematian Covid-19 yang sebenarnya masih perlu diikuti lebih jauh. Hingga kini, data WHO menunjukkan rasio kematian kasar (jumlah kematian yang dilaporkan dibanding kasus yang dilaporkan) adalah sekitar 3-4 persen. Sedangkan flu musiman, angka kematiannya di bawah 0,1 persen.
    Laporan John Hopkins University menyebut kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia mencapai 1.118.635 orang. Sementara di Amerika Serikat, sebanyak 220.133 orang telah meninggal karena Covid-19 sepanjang Januari hingga 20 Oktober 2020. Sedangkan kematian karena flu di seluruh dunia, menurut WHO, diperkirakan sekitar 290 ribu-650 ribu orang setiap tahun.
    Klaim 4: Virus Corona penyebab Covid-19 adalah virus musiman, yang menyebabkan penyakit pada Desember-April. Bagi orang yang memiliki gejala tersebut, terdapat perawatan seperti menghirup steroid, hydroxychloroquine, dan zinc.
    Fakta:
    Dilansir dari Live Science, Covid-19 bisa menjadi penyakit musiman seperti flu, tapi ketika populasi telah mencapai herd immunity, yang berarti sudah cukup banyak orang yang kebal untuh mencegah penyebaran virus secara konstan. Hingga saat itu tiba, menurut sebuah studi di jurnal Frontiers in Public Health pada 15 September 2020, Covid-19 kemungkinan menyebar sepanjang tahun.
    "Covid-19 akan bertahan dan akan terus menyebabkan wabah sepanjang tahun sampai herd immunity tercapai," kata penulis senior studi tersebut, Hassan Zaraket, yang juga merupakan asisten profesor virolofi di American University of Beiru, Lebanon. Karena itu, masyarakat harus terus mempraktikkan tindakan pencegahan terbaik, termasuk memakai masker dan menjaga jarak fisik.
    Dikutip dari The Jakarta Post,

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim-klaim terkait Covid-19 oleh Aliansi Dokter Dunia dalam video di atas keliru. Empat klaim, mulai dari "tidak ada pandemi Covid-19", "tes PCR memunculkan hasil positif palsu pada 89-94 persen kasus Covid-19", "Covid-19 adalah flu biasa", hingga "virus Corona penyebab Covid-19 adalah virus musiman dan bisa dirawat dengan steroid, hydroxychloroquine, serta zinc", tidak akurat.
    SITI AISAH | ANGELINA ANJAR SAWITRI
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8347) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Gempa di Arab Saudi pada 24 Oktober 2020?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 26/10/2020

    Berita


    Video yang memperlihatkan longsornya tanah di depan sebuah gedung perkantoran beredar di Facebook pada 24 Oktober 2020. Dalam video berdurasi 30 detik ini, terlihat pula bahwa tempat parkir yang berada di depan gedung tersebut runtuh. Video itu diklaim sebagai video gempa di Arab Saudi.
    Salah satu akun yang membagikan video beserta klaim itu adalah akun Cahaya Hati. Akun ini menulis, "Gempa di Saudi arabian. Mohon doanya moga semuanya baik" aja amin" ya Allah yarobal alamin." Di kolom komentar, akun ini juga menulis bahwa video itu dikirim oleh seorang ulama.
    Hingga artikel ini dimuat, unggahan akun tersebut telah mendapat lebih dari 500 reaksi dan sebanyak 141 komentar serta dibagikan lebih dari 500 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Cahaya Hati.
    Apa benar video tersebut merupakan video gempa di Arab Saudi pada 24 Oktober 2020?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengantoolInVID. Selanjutnya, gambar-gambar itu ditelusuri jejak digitalnya denganreverse image toolGoogle.
    Hasilnya, ditemukan informasi bahwa video tersebut merupakan video tanah longsor di depan sebuah gedung di Al Khobar, Arab Saudi, bukan video gempa. Peristiwa itu pun terjadi pada 18 Oktober 2020, sepekan sebelum akun Cahaya Haiti mengunggah video tersebut.
    Video ini pernah dimuat oleh situs media Al Jazeera pada 18 Oktober 2020 dalam artikelnya yang berjudul “Arab Saudi: tanah longsor di tempat parkir sebuah pusat perbelanjaan di Khobar”. Selain video itu, situs ini juga memuat video-video lain dari peristiwa yang sama.
    Menurut laporan Al Jazeera, video itu menunjukkan runtuhnya tempat parkir di kompleks komersial Al-Saeed di distrik Al Rakah, Provinsi Al Khobar, Arab Saudi timur, akibat tanah longsor. Juru bicara pertahanan sipil Arab Saudi mengatakan terdapat dua orang yang terluka karena kejadian itu.
    Video yang sama juga pernah dimuat oleh kanal YouTube Seeking Truth pada 18 Oktober 2020. Dalam video ini, terdapat pula rekaman kamera CCTV yang menunjukkan terjadinya peristiwa tersebut. Video tersebut, menurut kanal ini, adalah video tanah longsor di tempat parkir sebuat pusat perbelanjaan di Al Khobar, Arab Saudi timur.
    Foto-foto yang menujukkan tanah longsor di kompleks komersial Al-Saeed, Al Khobar, itu juga dimuat oleh situs Akhbaar24 pada 18 Oktober 2020. Menurut Direktorat Jenderal Pertahanan Sipil, dua orang yang terjebak telah diselamatkan. Runtuhnya sebagian tempat parkir itu menyebabkan kerusakan pada sejumlah mobil.
    Dilansir dari CNN, menurut juru bicara Direktorat Jenderal Pertahanan Sipil Arab Saudi Letnan Kolonel Abdul Hadi Al-Shahrani, operasi pencarian dan penyelamatan masih terus dilakukan untuk memastikan tidak ada orang yang berada di bawah reruntuhan. Dia juga mengatakan puing-puing dan beton yang runtuh yang menimpa mobil di lantai bawah tanah sedang ditangani.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas merupakan video gempa di Arab Saudi pada 24 Oktober 2020 menyesatkan. Video tersebut merupakan video peristiwa tanah longsor yang terjadi di kompleks komersial Al-Saeed, distrik Al Rakah, Provinsi Al Khobar, Arab Saudi timur, pada 18 Oktober 2020. Tanah longsor ini menyebabkan tempat parkir kompleks tersebut runtuh.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8346) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Zombie adalah Nama Pahlawan Islam dari Brasil?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 26/10/2020

    Berita


    Sebuah poster yang berisi klaim bahwa Zombie adalah nama pahlawan Islam dari Brasil beredar di media sosial. Dalam poster itu, terdapat foto zombie yang biasa terlihat di film-film. Ada pula foto patung dengan nama Zumbi dos Palmares, yang di bawahnya terdapat teks "O Lider Negro de Todas as Racas".
    "Ternyata Zombie adalah Pahlawan Islam. Sejarah mencatat, Zombie adalah pahlawan Islam dari Brazil. Pada tahun 1643, dengan gagah berani ia mendeklarasikan berdirinya Negara Islam di Brazil. Zombie bersama ulama dan rakyatnya berjihad melawan penjajah Portugis. Namun, kini oleh propaganda Barat, namanya dijadikan sebagai mahluk pembunuh," demikian narasi dalam poster tersebut.
    Di Facebook, poster ini dibagikan salah satunya oleh akun Nyiru Nona, tepatnya pada 22 Oktober 2020. Hingga artikel ini dimuat, poster tersebut telah mendapatkan lebih dari 2.600 reaksi dan 800 komentar serta dibagikan lebih dari 70 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Nyiru Nona.
    Apa benar zombie merupakan nama pahlawan Islam dari Brasil?

    Hasil Cek Fakta


    Terkait zombie
    Dikutip dari BBC Indonesia, terdapat spekulasi bahwa kata "zombie" berasal dari bahasa-bahasa Afrika Barat, yakni "ndzumbi" yang berarti mayat dalam bahasa Mitsogo di Gabon dan "nzambi" yang berarti jiwa dari orang yang telah meninggal dalam bahasa Kongo. Wilayah-wilayah ini adalah asal para budak di Eropa yang dipaksa pindah ke Hindia Barat untuk bekerja di perkebunan tebu.
    Orang-orang Afrika tersebut membawa kepercayaannya. Di sisi lain, hukum Prancis ketika itu mengharuskan budak-budak berpindah kepercayaan menjadi Katolik. Akhirnya, muncul serangkaian kepercayaan yang mencampurkan unsur tradisi yang berbeda, seperti Voodoo di Haiti, Obeah di Jamaika, dan Santeria di Kuba.
    Dilansir dari History.com, cerita rakyat tentang zombie telah ada selama berabad-abad di Haiti, kemungkinan berasal dari abad ke-17 ketika budak Afrika Barat dibawa ke Haiti untuk bekerja di perkebunan tebu. Banyak pengikut Voodoo percaya bahwa zombie adalah mitos. Namun, beberapa orang meyakini bahwa zombie adalah orang yang dihidupkan kembali oleh praktisi Voodoo atau bokor.
    Bokor memiliki tradisi menggunakan tumbuhan, kerang, ikan, tulang, dan benda lain untuk membuat ramuan, termasuk "bubuk zombi". Bubuk ini mengandung tetrodotoxin, racun saraf mematikan yang ditemukan pada ikan buntal dan beberapa spesies laut lainnya. Kombinasi tetrodotoxin dapat menyebabkan gejala mirip zombie, seperti kesulitan berjalan, kebingungan mental, dan masalah pernapasan.
    Menurut laporan berjudul "The Undead Eighteenth Century" karya Linda Troost, zombie muncul dalam literatur setidaknya sejak 1697 dan digambarkan sebagai roh atau hantu, bukan makhluk kanibal. Kisah zombie pun mulai difilmkan pada 1932, yakni dalam "White Zombie", yang juga memunculkan Frankenstein serta drakula.
    Terkait Zumbi dos Palmares
    Dilansir dari situs milik organisasi masyarakat sipil Brasil, Geledes, terdapat sebuah komunitas yang dibentuk oleh para budak berkulit hitam yang melarikan diri dari pertanian, penjara, serta kamp budak di Brasil. Komunitas itu bernama Quilombo dos Palmares yang terletak di Alagoas.
    Zumbi lahir di tengah komunitas ini pada 1655. Ketika berusia sekitar 6 tahun, ia ditangkap dan diserahkan kepada seorang misionaris Portugis. Diberi nama baptis 'Francisco', Zumbi menerima sakramen, belajar bahasa Portugis dan Latin, serta membantu perayaan misa.
    Zumbi melarikan diri pada 1670, ketika ia berusia 15 tahun, dan kembali ke tempat asalnya di Palmares. Zumbi pun populer karena keahlian dan kecerdikannya dalam pertarungan. Di awal 20-an, dia sudah menjadi ahli strategi militer yang terhormat.
    Sekitar 1678, seorang gubernur di Pernambuco, Brasil, yang lelah dengan konflik berkepanjangan dengan Quilombo, mendekati pemimpin Palmares, Ganga Zumba, dengan tawaran perdamaian. Dia juga menawarkan kebebasan kepada semua budak yang kabur jika Quilombo diserahkan kepada otoritas Kerajaan Portugis.
    Zumba menerima proposal itu, namun Zumbi menolaknya dan menentang kepemimpinan Zumba. Menjanjikan akan melanjutkan perlawanan terhadap penindasan Portugis, Zumbi menjadi pemimpin baru Quilombo dos Palmares. Namun, 15 tahun kemudian, penjelajah Sao Paulo, Domingos Jorge Velho, diutus untuk menginvasi Quilombo.
    Pada 6 Februari 1694, ibukota Palmeras dihancurkan dan Zumbi terluka. Meskipun selamat, dia dikhianati oleh rekan-rekannya. Pada 20 November 1695, Zumbi dibunuh oleh 20 prajurit. Kepalanya dipenggal dan dibawa ke gubernur, kemudian diekspos di depan warga untuk menyangkal kepercayaan tentang keabadian Zumbi.
    Dikutip dari Face2Face Africa, sejak 1960-an, tanggal 20 November dirayakan di Brasil sebagai Hari Kesadaran Kulit Hitam (“Dia da Consciência Negra” dalam bahasa Portugis). Hal ini dimaksudkan untuk menghormati pemimpin perlawanan Afro-Brasil, Zumbi dos Palmares. Zumbi merupakan pemimpin komunitas Quilombo dos Palmares.
    Quilombo didirikan oleh orang-orang Afrika-Brasil pada akhir abad ke-16 sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan dan perbudakan Eropa. Selama hampir seabad, orang kulit hitam di Quilombo berperang melawan mereka yang memperbudak mereka, terutama orang Portugis yang berusaha menjajah Brasil.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "Zombie merupakan nama pahlawan Islam dari Brasil" keliru. Memang terdapat pemimpin perlawanan kulit hitam di Brasil yang bernama Zumbi dos Palmares. Namun, tidak ada bukti yang menyebut nama Zumbi berasal dari kata "zombie", termasuk bahwa Zumbi seorang muslim. Menurut sejumlah sumber, kisah Zumbi tidak terkait dengan zombie maupun Islam. Zumbi adalah pemimpin komunitas Quilombo dos Palmares di Brasil yang memerangi praktik perbudakan. Ia juga lahir pada 1655, bertolak belakang dengan narasi dalam poster unggahan akun Nyiru Nona, yang berbunyi "pada tahun 1643, dengan gagah berani, ia mendeklarasikan berdirinya Negara Islam di Brasil".
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan