• (GFD-2020-8397) Keliru, Video yang Diklaim Berisi Pesan Terakhir Bupati Situbondo yang Meninggal Akibat Covid-19

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 01/12/2020

    Berita


    KLAIM
    Video yang diklaim sebagai video pesan terakhir Bupati Situbondo Dadang Wigiarto sebelum meninggal karena Covid-19 pada 26 November 2020 beredar di Facebook. Video ini memperlihatkan seorang pasien laki-laki yang sedang terbaring di rumah sakit dan memakai ventilator. Dalam video itu, pria tersebut berpesan agar masyarakat tetap waspada terhadap Covid-19 dan selalu menerapkan protokol kesehatan.
    Isi lengkap pesan yang diucapkan pria tersebut adalah sebagai berikut: "Guys, jaga kesehatan. Jangan disepelekan, tapi juga jangan takut. Ingat, Covid-19 itu ada. Aku wis (sudah) tiga hari isolasi di RS dr. Oen. Jangan disepelekan, cuci tangan, pakai masker, rasane ora (rasanya tidak) enak.”
    Salah satu akun yang membagikan video beserta klaim tersebut adalah akun Yanto Yan, tepatnya pada 27 November 2020. Akun ini menulis, “Innalilahi wainnallillahi rojiun... Inilah pesan terakhir BELIAU.. Bupati Situbondo.. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.. Agar kita tetap waspada tentang pandemi Corona covid 19... Ati" ya guys... Mohon maaf...” Hingga artikel ini dimuat, unggahan ini telah mendapatkan lebih dari 100 reaksi.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Yanto Yan.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengantool InVID. Selanjutnya, gambar-gambar itu ditelusuri denganreverse image toolGoogle dan Yandex. Hasilnya, ditemukan informasi bahwa pasien dalam video tersebut bukan Bupati Situbondo Dadang Wigiarto.
    Video yang identik dengan durasi yang lebih panjang, yakni 41 detik, pernah diunggah oleh kanal YouTube Firman Arifin pada 26 November 2020 dengan judul “Pesan Daniel Sebelum Meninggal Karena Covid-19”. Menurut keterangan video ini, pria dalam video itu bernama Daniel Kurniawan. Sebelum meninggal akibat Covid-19, Daniel berpesan lewat video agar masyarakat tidak menyepelekan Covid-19 dan selalu menerapkan protokol kesehatan.
    Di kolom komentar, pemilik akun YouTube yang bernama Henry Wibowo1 menyebut bahwa pasien dalam video itu adalah sahabatnya yang berdomisili di Solo, Jawa Tengah, dan bekerja sebagai pembawa acara. “Yg divideo ini temen baik saya, org solo Ig. @danielkurniawan.mc temen saya ini jg meninggal minghu kemaren. RIP mas danielkurniawan,” demikian komentar yang ditulis oleh akun Henry Wibowo1.
    Tempo kemudian menelusuri pemberitaan terkait meninggalnya Bupati Situbondo Dadang Wigiarto. Dilansir dari Kompas.com, Dadang meninggal pada 26 November 2020 setelah dirawat selama tiga hari di RSUD dr. Abdoer Rahem, Situbondo, Jawa Timur. Nama rumah sakit ini berbeda dengan nama rumah sakit yang disebut oleh pria dalam video yang beredar.
    Dalam video itu, pria tersebut mengatakan bahwa ia dirawat di RS dr. Oen. Berdasarkan penelusuran Tempo, RS dr. Oen berada di Solo, Jawa Tengah. Hal ini sesuai dengan komentar pada unggahan video kanal YouTube Firman Arifin, bahwa pria dalam video tersebut bertempat tinggal di Solo.
    Pemerintah Kabupaten Situbondo pun, lewat akun Instagram resminya, @situbondokab, pada 27 November 2020, telah menyatakan bahwa pria dalam video yang beredar itu bukan Bupati Situbondo Dadang Wigiarto. "Info yang telah beredar tersebut adalah hoaks! Untuk seluruh masyarakat Situbondo, kita harus tetap waspada terhadap infor yang tidak benar, dan selalu patuhi protokol kesehatan untuk mencegah Covid-19. Stay safe untuk seluruh masyarakat Kabupaten Situbondo.”
    Bantahan pemerintah Kabupaten Situbondo juga pernah dimuat oleh situs Nusadaily.com. Sekretaris Daerah Kabupaten Situbondo, Syaifullah, menekankan agar masyarakat tidak menyebarluaskan video hoaks yang bisa merugikan keluarga Dadang. “Hoax, itu bukan Bapak (Dadang). Pihak keluarga lagi berduka, tolong untuk masyarakat tidak menyebar luaskan video itu,” kata pria yang kini ditunjuk sebagai Plh Bupati Situbondo itu.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas merupakan video pesan terakhir Bupati Situbondo Dadang Wigiarto yang meninggal karena Covid-19, keliru. Sebelum meninggal pada 26 November 2020, Dadang menjalani perawatan di RSUD dr. Abdoer Rahim, Situbondo, Jawa Timur. Sementara pasien dalam video tersebut menjalani perawatan di RS dr. Oen, Solo, Jawa Tengah. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Situbondo telah menyatakan bahwa pria dalam video tersebut bukan Dadang.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8396) Sesat, Unggahan Foto Pria Kulit Hitam yang Tertukar Posisi Tangan dan Kakinya

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 01/12/2020

    Berita


    KLAIM
    Foto seorang pria kulit hitam yang terlihat tertukar posisi kaki dan tangannya beredar di media sosial. Dalam foto tersebut, terlihat bahwa pria itu memakai piyama bermotif dengan warna merah muda dan coklat. Tertulis pula teks di atas foto itu, "55 tahun nasib buruk jika kamu mengabaikan foto ini."
    Di Facebook, foto tersebut dibagikan salah satunya oleh akun Coree, tepatnya pada 27 November 2020. Akun itu tidak memberikan narasi apa pun. Hingga artikel ini dimuat, unggahan akun tersebut telah mendapatkan lebih dari 300 reaksi dan 42 komentar serta dibagikan lebih dari 500 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Coree.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto tersebut denganreverse image toolSource, Yandex, dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa foto ini telah beredar sejak 2017. Pria dalam foto tersebut adalah aktor Nollywood, industri film Nigeria, yang bernama Tunde Usman alias Okele. Foto ini diambil saat Okele sedang berperan dalam sebuah film.
    Di Twitter, foto serupa pernah diunggah oleh akun Instagram  @hargahot pada 13 Oktober 2017. Akun ini menulis narasi dalam bahasa Persia yang jika diterjemahkan berarti, “Menurut surat kabar, seorang pria yang tinggal di Guinea, Afrika, lahir dengan dislokasi anggota badan!”
    Foto tersebut juga pernah diunggah oleh akun Instagram @omgdacomedian pada 26 Mei 2019 dengan narasi dalam bahasa Inggris yang jika diterjemahkan berarti, "Dia tidur dengan istri orang lain dan beginilah hasilnya. Hati-hati kawan." Namun, dalam keterangannya, akun ini menyertakan tagar #okele.
    Di Nigeria, foto-foto Okele dengan posisi tangan dan kaki yang tertukar ini juga pernah viral. Seperti narasi dalam unggahan akun Instagram @omgdacomedian, beberapa warganet mengatakan tangan dan kaki pria itu tertukar akibat tidur dengan istri orang lain.
    Dilansir dari situs yang berbasis di Nigeria, Information Nigeria, tangan dan kaki yang posisinya tertukar dalam foto-foto tersebut adalah hasil karya penata rias Nollywood, Hakeem Effect, dan pria dalam foto itu adalah aktor film asal Yoruba. Hakeem pernah memenangkan penghargaan dari Africa Magic Viewer's Choice Award (AMVCA) sebagai penata rias terbaik Nollywood.
    Namun, dikutip dari situs cek fakta Hoax or Fact, tangan dan kaki yang posisinya tertukar dalam foto-foto tersebut bukanlah hasil karya Hakeem Effect yang bernama asli Hakeem Onilogbo Ajibola. Situs tersebut mengkonfirmasi Hakeem secara langsung, yang memastikan bahwa tangan dan kaki yang posisinya tertukar itu dibuat dengan efek khusus, bukan karyanya.
    Pria dalam foto tersebut merupakan aktor Nigeria, Okele, yang sedang berperan dalam sebuah film. Okele pernah membagikan foto itu di akun Instagram-nya, @okele_2, pada 9 Agustus 2019. Terdapat pula foto lain yang juga memperlihatkan posisi tangan dan kakinya yang tertukar, namun ketika itu ia sedang duduk di tanah.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, unggahan akun Facebook Coree berupa foto pria kulit hitam yang tertukar posisi tangan dan kakinya, menyesatkan. Akun ini tidak memberikan konteks bahwa foto tersebut diambil di tengah proses pembuatan sebuah film. Pria dalam foto itu adalah aktor Nigeria yang bernama Tunde Usman alias Okele. Tangan dan kaki Okele yang posisinya tertukar ini dibuat dengan efek khusus.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8395) Keliru, Video Erdogan Tolak Duduk Bersama dan Jabat Tangan Macron usai Kasus Kartun Nabi Muhammad

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 30/11/2020

    Berita


    KLAIM
    Video pendek yang diklaim sebagai video saat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menolak duduk bersebelahan dan berjabat tangan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron beredar di Facebook. Dalam video berdurasi 8 detik itu, Erdogan dan Macron bersama Presiden Rusia Vladimir Putin dan Kanselir Jerman Angela Merkel tampak berada dalam sebuah forum. Erdogan terlihat menyalami Putin dan Merkel, lalu meninggalkan Macron.
    Salah satu akun yang membagikan video beserta klaim itu adalah akun Tarbiahmoeslim's Blogs, tepatnya pada 28 November 2020. Akun ini menulis, "Keren Sultan Erdogan, Dia tidak mau duduk dan salaman dengan orang yang telah menghina Islam dan Nabi Muhammad. Sama sekali tidak di perdulikannya pemimpin Prancis. 'Erdogan memberi tau Ini dia (Macron) yang najis, Izinkan saya pergi dengan izin Anda, Merkel, Saya tidak bisa duduk bersamanya'."
    Hingga artikel ini dimuat, unggahan akun tersebut telah mendapatkan lebih dari 3.800 reaksi dan 396 komentar.
     Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Tarbiahmoeslim's Blogs.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo menelusuri video terkait dengan memasukkan kata kunci “Erdogan, Macron, Putin, and Merkel” dalam kolom pencarian YouTube. Hasilnya, ditemukan bahwa video tersebut pernah dipublikasikan oleh sejumlah media asing kredibel.
    Menurut pemberitaan, dalam video itu, Recep Tayyip Erdogan, Emmanuel Macron, Vladimir Putin, dan AngelaMerkel sedang bertemu dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Istanbul, Turki, pada 27 Oktober 2018. Pertemuan itu membahas situasi yang sedang berlangsung di Suriah. Konferensi tersebut kemudian diakhiri dengan pernyataan bersama oleh keempat tokoh itu kepada pers.
    Kanal YouTube milik Ruptly, media yang berbasis di Rusia, menyiarkan videoliveselama sekitar dua jam saat Erdogan, Macron, Putin, dan Merkel menggelar konferensi pers tersebut. Konferensi pers inilah yang terlihat dalam video yang dibagikan oleh akun Tarbiahmoeslim’s Blogs.
    Hal itu terlihat dari kesamaan warna dinding, ornamen bintang yang terpasang di dinding, bendera-bendera negara yang berjejer di belakang keempat tokoh tersebut, serta pakaian yang dikenakan oleh Erdogan, Macron, Putin, dan Merkel.
    Dalam video Ruptly ini, di sesi konferensi pers, terlihat bahwa Erdogan duduk bersama Macron. Setelah itu, mereka berempat berdiri untuk mengikuti sesi foto. Keempatnya saling merekatkan tangan, termasuk Erdogan dan Macron. Video utuh bagian ini terdapat pada jam 2:15:27 hingga 2:16:30.
    Gambar tangkapan layar video Ruptly yang menunjukkan Erdogan dan Macron berfoto bersama dalam pertemuan yang membahas situasi di Suriah pada 27 Oktober 2018.
    KTT tersebut berlangsung setelah Rusia dan Turki mencapai kesepakatan pada 17 September 2018 untuk menciptakan zona penyangga demiliterisasi di sekitar wilayah Idlib, Suriah, yang dihuni oleh sekitar 3,5 juta penduduk dan menjadi benteng besar terakhir yang dikuasai militan di negara itu.
    Video konferensi pers empat tokoh tersebut juga pernah dimuat oleh saluran televisi berita berbahasa Inggris yang berbasis di Beijing, Cina, CGTN, dengan judul "IS repels US-backed SDF from eastern Syria" pada tanggal yang sama. Cuplikan saat keempatnya melakukan foto bersama terdapat pada detik ke-36.
    Peristiwa dalam video ini terjadi jauh sebelum munculnya ketegangan antara Erdogan dan Macron pasca Presiden Prancis tersebut merespons kasus pemenggalan seorang guru Prancis yang bernama Samuel Paty. Paty dianggap melecehkan Islam karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad milik Charlie Hebdo kepada murid-muridnya.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas adalah video Recep Tayyip Erdogan yang menolak duduk bersebelahan dan berjabat tangan dengan Emmanuel Macron, keliru. Video ini diambil saat Erdogan dan Macron, bersama Putin dan Markel, bertemu dalam Konferensi Tingkat Tinggi di Istanbul pada 27 Oktober 2018 untuk membahas isu Suriah. Peristiwa ini terjadi jauh sebelum adanya ketegangan antara Erdogan dan Macron pasca kasus pemenggalan Samuel Paty pada awal November 2020.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8394) Keliru, Foto Kebakaran Pesantren Alquran di Liberia yang Tewaskan Puluhan Santri dan Guru

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 27/11/2020

    Berita


    KLAIM
    Foto yang memperlihatkan sebuah masjid yang terbakar hebat beredar di media sosial. Foto itu diklaim sebagai foto kebakaran sebuah pondok pesantren Alquran di Kota Monrovia, Liberia, yang menewaskan 26 santri dan dua guru.
    Foto itu terdapat dalam sebuah artikel di situs Viralnesia yang berjudul "nnalillahiwainnalillahirajiun! Pesantren Alquran Terbakar, 28 Santri & Guru Tewas Terpanggang". Artikel tersebut dimuat pada 4 September 2020. Menurut artikel itu, kebakaran tersebut terjadi pada 18 September 2019.
    Artikel ini pun banyak dibagikan di Facebook. Salah satu akun yang mengunggah tautan artikel tersebut adalah akun M Fahri, tepatnya pada 15 November 2020. Hingga artikel ini dimuat, unggahan akun itu telah mendapatkan lebih dari 6.200 reaksi dan 363 komentar serta dibagikan 148 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook M Fahri.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, foto tersebut bukanlah foto kebakaran pondok pesantren Alquran di Kota Monrovia, Liberia, melainkan foto kebakaran Masjid Mardatillah di Jalan Enggano, Kelurahan Pasar Bengkulu, Bengkulu, pada 1 Agustus 2018.
    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tempo menelusuri foto tersebut denganreverse image toolYandex dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa masjid dalam foto itu identik dengan masjid dalam sebuah video di YouTube yang diunggah oleh kanal Pedoman Bengkulu pada 1 Agustus 2018.
    Dalam keterangannya, tertulis bahwa masjid yang terbakar itu merupakan Masjid Pasar Bengkulu. Kesamaan terletak pada bentuk dan warna masjid, bentuk dan warna bangunan di sebelah masjid, adanya sebuah tiang listrik di depan masjid, serta orang-orang di depan masjid yang menyaksikan kebakaran tersebut.
    Dilansir dari situs media lokal Bengkulu, Bengkulu Ekspress, pada 1 Agustus 2018, memang terjadi kebakaran di Masjid Mardhatillah, Jalan Enggano, Kelurahan Pasar Bengkulu, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu. Kebakaran itu terjadi sekitar pukul 17.00 WIB.
    Kebakaran Pondok Pesantren Alquran di Liberia
    Dikutip dari The Washington Post, pada 18 September 2019, terjadi kebakaran di sebuah sekolah Alquran di Kota Monrovia, Liberia yang menewaskan sedikitnya 28 anak-anak. Menurut seorang juru bicara kepolisian, para siswa tengah tidur di asrama yang terhubung dengan masjid ketika masalah listrik diduga telah memicu kebakaran.
    Korban diperkirakan adalah anak laki-laki berusia 10-20 tahun yang sedang belajar Alquran di sekolah tersebut. “Doa saya untuk keluarga anak-anak yang meninggal tadi malam di Paynesville, Monrovia, akibat kebakaran mematikan yang melanda gedung sekolah mereka," kata Presiden Liberia George Weah dalam cuitannya di Twitter.
    Dilansir dari CNN, sehari setelah peristiwa kebakaran sekolah asrama di Monrovia tersebut, pemerintah Liberia mengumumkan Hari Berkabung Nasional. Menurut Sekretaris Pers Presiden Liberia, Isaac Solo Kelgbeh, kebakaran tersebut terjadi sekitar pukul 11 malam waktu setempat.
    Menurut pihak berwenang, api melalap pintu masuk utama gedung. Anak-anak yang tinggal di asrama sekolah itu, beberapa di antaranya berusia 10 tahun, pun tidak bisa melarikan diri karena tidak ada pintu darurat. Ada pula jeruji baja pengaman di jendela. Dalam kebakaran itu, dua guru juga tewas.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto di atas adalah foto kebakaran pondok pesantren Alquran di Kota Monrovia, Liberia, yang menewaskan 26 santri dan dua guru, keliru. Kebakaran memang pernah terjadi di sebuah sekolah Alquran di Monrovia yang menewaskan sedikitnya 28 siswa, tepatnya pada 18 September 2019. Namun, masjid yang terbakar dalam foto tersebut adalah Masjid Mardatillah di Jalan Enggano, Kelurahan Pasar Bengkulu, Bengkulu, pada 1 Agustus 2018.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan