• (GFD-2021-8444) Keliru, Jurnal Inggris Sebut Vaksin Covid-19 Sinovac Bikin Alat Kelamin Membesar

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 08/01/2021

    Berita


    Foto potongan berita di sebuah koran yang berisi informasi bahwa vaksin Covid-19 buatan perusahaan Cina, Sinovac, bisa memberi efek samping alat kelamin pria membesar hingga 3 inci beredar di media sosial. Menurut berita itu, informasi tersebut berasal dari sebuah jurnal terbitan Inggris.
    "Dalam sebuah jurnal terbitan Inggris misalnya, vaksin Sinovac disebutkan memberi efek samping pembesaran alat kelamin. Lelaki yang sudah disuntik vaksin buatan China tersebut disebutkan alat vitalnya memanjang sampai 3 inchi," demikian narasi yang tertulis dalam berita itu.
    Di Facebook, salah satu akun yang mengunggah foto potongan berita itu adalah akun Azmi Brel, tepatnya pada 7 Januari 2021. Akun ini pun menuliskan narasi, “Efek Samping Vaksin dapat Memperbesar dan memperpanjang Alat vital Pria hingga 3 inchi. Apa ya...?”
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Azmi Brel yang berisi klaim keliru terkait vaksin Covid-19 Sinovac.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri pemberitaan terkait di Google. Hasilnya, ditemukan bahwa klaim ini juga sempat beredar di luar negeri sebelumnya. Beredar di media sosial gambar tangkapan layar hasil sebuah studi ilmiah bahwa vaksin Covid-19 meningkatkan ukuran alat kelamin pria. Namun, gambar itu sebenarnya merupakan hasil suntingan.
    Dilansir dari situs cek fakta Snopes, pada awal 2021, beredar di internet sebuah studi ilmiah yang diterbitkan di New England Journal of Medicine yang menyimpulkan bahwa vaksin Covid-19 bisa meningkatkan ukuran alat kelamin hingga 3 inci pada beberapa pria.
    Namun, berdasarkan pemeriksaan Snopes, studi itu hoaks. Kesalahan ejaan dan tata bahasa, di mana yang digunakan adalah bahasa non-akademis, menunjukkan bahwa gambar studi itu sebenarnya dimaksudkan sebagai humor. Faktanya, tulisan itu merupakan salinan yang ditempelkan pada seluruh bagian dari sebuah studi yang nyata.
    Studi yang asli diterbitkan di New England Journal of Medicine pada 10 Desember 2020 dengan judul “Phase 1-2 Trial of SARS-CoV-2 Recombinant Spike Protein Nanoparticle Vaccine”. Bagian "Methods" dalam studi ini identik dengan yang terdapat dalam gambar tangkapan layar yang beredar.
    Tempo pun menelusuri judul studi dalam gambar yang beredar itu, yakni "SARS-CoV-2 Recombinant COVID-19 Vaccine has shown to increase penis length by 3 inches in some individuals", ke kolom pencarian situs New England Journal of Medicine. Namun, tidak ditemukan studi yang terbit di New England Journal of Medicine dengan judul tersebut.
    Dilansir dari D etik.com, yang mengutip situs cek fakta Pesacheck, gambar tangkapan layar studi itu dibuat dengan alat "Break Your Own News" dengan tujuan parodi. Juru bicara vaksinasi Covid-19 dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Lucia Rizka Andalusia pun telah menyatakan informasi tersebut hoaks. "Mana ada jurnal ilmiah pakai bahasa seperti itu. Lagian vaksin kita bukan rekombinan," ujar Lucia pada 7 Januari 2021.
    Isi berita di koran dalam foto yang beredar
    Tempo menemukan berita yang identik dengan berita di koran dalam foto yang beredar, yang mengutip pernyataan Plt Direktur RSUD dr Moh. Saleh, Abraar Hs Kuddah. Berita ini dimuat oleh situs Koran Pantura pada 5 Januari 2021 dengan judul “Vaksin Bisa Perbesar Alat Vital? Satgas: Jangan Mudah Percaya”.
    Jika dibaca secara menyeluruh, pernyataan Abraar dalam berita itu bermaksud mengingatkan masyarakat untuk tidak mempercayai informasi yang tidak benar soal vaksin Covid-19. Salah satu informasi yang tidak benar yang dicontohkan oleh Abraar yakni soal vaksin bisa memperbesar alat kelamin.
    Berikut sebagian isi berita yang dimuat oleh Koran Pantura tersebut:
    Beredar banyak informasi tentang efek samping vaksin Covid-19 yang sudah dijalankan di beberapa negara. Namun, tidak semua informasi itu mengandung kebenaran. Plt Direktur RSUD Dr Moh. Saleh sekaligus jubir Satgas Covid-19 Kota Probolinggo dr Abraar HS Kuddah minta masyarakat tidak mudah percaya informasi seperti itu.
    Dalam sebuah jurnal terbitan Inggris misalnya, vaksin Sinovac disebutkan memberi efek samping pembesaran alat kelamin. Lelaki yang sudah disuntik vaksin buatan China tersebut disebutkan alat vitalnya memanjang sampai 3 inchi.
    Dokter Abraar yang juga CEO dari RS Dharma Husada Kota Probolinggo ini juga mengingatkan, berita-berita seperti itu tidak benar, karena belum ada warga yang divaksin di Indonesia sehingga terdampak. “Kalau memang warga harus divaksin, ya kita ikuti saja aturannya. Jangan takut, karena tidak mungkin pemerintah akan menjerumuskan warganya,” kata Abraar kepada sejumlah wartawan usai RDP.
    Efek samping vaksin Sinovac
    Dilansir dari Kompas.com, vaksin Covid-19 Sinovac yang tengah diuji klinis di Bandung selama lima bulan terakhir telah menunjukkan efek samping pada relawan. Ketua Tim Peneliti Vaksin Covid-19 dari Universitas Padjajaran Kusnandi Rusmil mengatakan, selama lima bulan ini, vaksin Covid-19 dari Sinovac telah disuntikkan kepada 1.620 relawan berusia 18-59 tahun.
    "Penyuntikan dosis sudah selesai pada tanggal 6 November dan pengambilan 14 hari pasca suntikan sudah selesai pada 20 November 2020," ujar Kusnandi di Bio Farma, Bandung, pada 30 Desember 2020. "Semua subyek dipantau efek samping yang dirasakan pasca-suntikan," katanya.
    Kusnandi mengatakan, sejauh ini, efek samping yang timbul terbanyak pada para relawan adalah reaksi lokal, berupa nyeri pada tempat suntikan dengan intensitas mayoritas ringan. Kemudian, reaksi sistemik terbanyak yang dirasakan lainnya adalah pegal pada otot dengan mayoritas ringan.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa sebuah jurnal Inggris menyebut vaksin Sinovac bisa membuat alat kelamin pria membesar hingga 3 inci, keliru. Gambar tangkapan layar yang menunjukkan sebuah studi dalam jurnal tersebut, yang menyatakan vaksin Covid-19 bisa membuat alat kelamin membesar, merupakan hasil suntingan. Gambar itu dibuat dengan tujuan sebagai humor.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8443) Keliru, Klaim Moeldoko Sebut Vaksin Covid-19 untuk Jokowi Beda dengan yang Tersebar di Masyarakat

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 07/01/2021

    Berita


    Klaim bahwa vaksin Covid-19 yang akan diberikan kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi berbeda dengan yang tersebar di masyarakat beredar di Facebook. Klaim itu dibagikan oleh akun Facebook Hendra Tanjung pada 6 Januari 2021. Akun ini melengkapi klaim yang ditulisnya dengan gambar tangkapan layar artikel dari situs Grid.2tiga.com tentang pernyataan Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko.
    Akun Hendra Tanjung menulis, "Kang Ngibul Ngefrank Lagi Gaes...!! Ternyata Vaksin Yg Akan Di Suntikan Ke Jokowi Berbeda..." Sementara artikel dari situs Grid.2tiga.com yang gambar tangkapan layarnya dibagikan oleh akun tersebut berjudul "Jenderal Moeldoko Angkat Bicara, Vaksin untuk Presiden Jokowi Beda dengan yang Tersebar?". Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah dikomentari 147 kali dan dibagikan 111 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Hendra Tanjung pada 6 Januari 2021 yang memuat klaim keliru terkait pernyataan Kepala Staf Presiden Moeldoko.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula memeriksa secara menyeluruh artikel yang dimuat oleh situs Grid.2tiga.com itu. Judul artikel yang dipublikasikan pada 5 Januari 2021 tersebut berupa kalimat pertanyaan. Artikel itu pun berisi jawaban Moeldoko soal pertanyaan tentang isu bahwa vaksin yang bakal diberikan kepada Presiden Jokowi berbeda dengan yang akan diterima masyarakat.
    Berita itu dibuka dengan paragraf yang berbunyi: "Tak terima dengan tudingan perbedaan jenis vaksin untuk Presiden Jokowi dengan yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia kini, Jenderal Moeldoko angkat bicara." Setelah itu, tertulis bahwa Moeldoko menyatakan prosedur vaksinasi yang akan dijalani oleh Presiden Jokowi tidak berbeda dengan yang akan dilakukan oleh masyarakat.
    “Kalau vaksinasi kepada Presiden sama, tidak ada bedanya dengan yang lain karena prosedurnya sama. Mungkin petugas dateng tinggal buka, jebret, selesai, kan begitu, enggak terlau sulit,” kata Moeldoko di kantornya pada 4 Januari 2021 seperti dilansir dari Grid.2tiga.com. Poin utama Moeldoko adalah prosedur vaksinasi Jokowi, bukan jenis vaksin yang akan diterima.
    Tempo pun membandingkan isi artikel itu dengan pemberitaan media lainnya terkait pernyataan Moeldoko pada 4 Januari 2021 tersebut. Menurut arsip berita Tempo, yang mengutip kantor berita Antara, Moeldoko mengatakan prosedur vaksinasi Covid-19 terhadap Presiden Jokowi akan sama seperti yang dilakukan kepada masyarakat. "Presiden sama, tidak ada bedanya, karena prosedurnya sama," ujar Moeldoko pada 4 Januari 2021.
    Kompas.com juga pernah memuat berita tersebut pada tanggal yang sama. Kompas.com menulis bahwa Moeldoko menyebut tidak ada mekanisme khusus saat kelak Presiden Jokowi divaksinasi Covid-19. Prosedur vaksinasi terhadap Jokowi, kata dia, sama dengan masyarakat umum. "Kalau vaksinasi kepada Presiden sama, tidak ada bedanya dengan yang lain karena prosedurnya sama. Mungkin petugas dateng tinggal buka, jebret, selesai, kan begitu, enggak terlau sulit."

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "Moeldoko menyebut vaksin Covid-19 untuk Jokowi berbeda dengan yang tersebar di masyarakat" keliru. Judul artikel di situs Grid.2tiga.com yang menjadi rujukan dari klaim itu berupa kalimat pertanyaan. Artikel tersebut pun berisi jawaban Moeldoko soal pertanyaan tentang isu bahwa vaksin yang bakal diberikan kepada Presiden Jokowi berbeda dengan yang akan diterima masyarakat. Menurut Moeldoko, prosedur vaksinasi yang akan dijalani oleh Jokowi tidak berbeda dengan yang akan dilakukan oleh masyarakat. Pernyataan Moeldoko mengenai prosedur vaksinasi ini juga diberitakan oleh media kredibel lainnya.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8442) Keliru, Halte Berbentuk Palu-Arit di Foto Ini Ada di Cileungsi Jawa Barat

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 07/01/2021

    Berita


    Foto halte berwarna merah yang berbentuk palu-arit di pinggiran jalan sebuah desa viral di media sosial. Menurut klaim yang menyertai foto tersebut, halte yang disebut berbentuk seperti lambang Partai Komunis Indonesia atau PKI itu berada di Cileungsi, Jawa Barat.
    “Kejadian di Cileungsi - Jawa Barat: muncul Halte yang 'nge-tren' bentuknya adalah seperti kata pak 'LP'. Maka perlahan-lahan simbol ini di benarkan untuk TREN KEBANGKITAN KOMUNIS NEO-PKI." Salah satu akun Facebook yang mengunggah foto itu adalah akun Dani Novadi, yakni pada 2 Januari 2021.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Dani Novadi yang memuat klaim keliru terkait foto halte berbentuk palu-arit yang diunggahnya.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, foto tersebut pernah beredar sebelumnya dengan narasi serupa pada November 2016, namun lokasi yang disebut berbeda, yakni di Sukoharjo, Jawa Tengah. Meskipun demikian, foto itu bukanlah foto halte yang berada di Sukoharjo maupun Cileungsi, melainkan halte yang berada di negara bagian Kerala, India.
    Untuk memverifikasi klaim itu, Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto halte tersebut denganreverse image toolSource dan Google. Hasilnya, ditemukan foto yang identik dengan kualitas gambar yang lebih baik di situs stok foto Alamy pada Desember 2015. Dalam keterangannya, tertulis bahwa halte itu berada di daerah Pantai Malabar, Kerala, India.
    Kolase foto-foto halte berbentuk palu-arit di Kerala, India, salah satunya foto di atas, juga pernah diunggah oleh pakar ilmu politik Lahore University of Management Sciences (LUMS) Pakistan, Taimur Rahman, di akun Twitter miliknya pada 19 Agustus 2020. Menurut Taimur, negara bagian Kerala dijalankan oleh partai komunis.
    Komunis di Kerala
    Dikutip dari The Washington Post, negara bagian Kerala di India bagian selatan, yang berpenduduk sekitar 35 juta orang, merupakan salah satu dari sedikit tempat di dunia di mana komunis masih memimpin pemerintahan. Alih-alih mengeras menjadi kekuatan otokratis, komunis Kerala merangkul politik elektoral dan sejak 1957 secara rutin dipilih untuk berkuasa.
    Selain itu, alih-alih dikaitkan dengan penindasan atau kegagalan, partai komunis secara luas dikaitkan dengan investasi besar dalam pendidikan yang telah menghasilkan tingkat melek huruf 95 persen, tertinggi di India, dan sistem perawatan kesehatan di mana warganya yang hanya berpenghasilan beberapa dolar sehari masih memenuhi syarat untuk operasi jantung gratis.
    Komunisme di Kerala tidak dimulai dengan revolusi atau penyerbuan ibukota. Permulaannya pada 1939 berakar pada penolakan terhadap pemerintahan Inggris, komitmen terhadap reformasi tanah, dan oposisi terhadap sistem kasta India. Tidak seperti komunis di Cina, Amerika Latin, atau Eropa Timur, pemimpin partai tidak merebut pabrik atau melarang kepemilikan pribadi.
    Komunisme bagi banyak orang Kerala menjadi identitas mereka. Pada 1970-an dan 1980-an, tidak jarang orang tua menamai anak mereka "Lenin", "Stalin", atau, jika perempuan, "Soviet Breeze". Foto para pemimpin awal Soviet, seperti Vladimir Lenin dan Joseph Stalin, digantung di dinding kantor partai bersama pahlawan India serta pendiri partai, Krishna Pillai.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa halte berbentuk palu-arit dalam foto di atas berada di Cileungsi, Jawa Barat, keliru. Halte tersebut berada di negara bagian Kerala, India. Kerala merupakan salah satu wilayah di dunia di mana komunis masih memegang kekuasaan.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8441) Sebagian Benar, Plakat Muhammad Ali Satu-satunya yang Dipasang di Dinding Hollywood karena Orang AS Hargai Nabi Muhammad

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 07/01/2021

    Berita


    Foto yang memperlihatkan plakat bintang milik legenda tinju Muhammad Ali yang dipasang di dinding, bukan di lantai, Hollywood Walk of Fame beredar di Instagram. Menurut klaim yang menyertai foto itu, plakat bintang Muhammad Ali itu merupakan plakat satu-satunya yang dipasang di dinding Walk of Fame karena orang Amerika Serikat menghargai nama Nabi Muhammad.
    "Ketika nama artis2 terkenal, Figur publik, presiden, dll, ditaruh di lantai di hall of Fame, AS. Hanya Nama Muhammad Ali yang ditaruh Di Dinding Hollywood, Lainnya di Lantai! Ini karena orang2 AS menghargai Kemuliaan Nama Nabi Muhammad dan menolak untuk menginjaknya, salut!" demikian klaim yang menyertai foto tersebut.
    Selain foto yang menunjukkan plakat bintang milik Muhammad Ali, klaim tersebut juga dilengkapi dengan foto yang memperlihatkan plakat bintang milik sejumlah selebritas yang dipasang di lantai. Foto beserta klaim itu diunggah oleh akun @hai.fact, tepatnya pada 4 Januari 2021. Hingga artikel ini dimuat, unggahan akun itu telah disukai lebih dari 5 ribu kali.

    Hasil Cek Fakta


    Dengan penelusuran lewatreverse image toolGoogle, Tim CekFakta Tempo menemukan bahwa foto yang memperlihatkan plakat bintang milik Muhammad Ali adalah karya JC Olivera yang pernah dipublikasikan oleh Getty Images pada 4 Juni 2016.
    Foto ini diberi keterangan: "Bunga dan catatan pribadi yang diletakkan untuk mengenang legenda tinju Muhammad Ali di Hollywood Walk of Fame pada 4 Juni 2016 di Hollywood, Amerika Serikat." Karangan bunga itu dikirim setelah Muhammad Ali meninggal pada 3 Juni 2016 malam dalam usia 74 tahun.
    Dilansir dari Kumparan.com, Hollywood Walk of Fame adalah jalan sepanjang 5,6 kilometer yang berada di Hollywood Boulevard hingga Vine Street. Jalan itu berisi sekitar 2.500 plakat bintang yang berisi nama tokoh populer dunia, mulai dari selebritas, sutradara film, astronot, hingga politikus.
    Tempo pun mendapatkan foto lainnya di Getty Images, karya David Livingston, yang memotret plakat bintang Muhammad Ali di Hollywood Walk of Fame pada 2016. Dalam keterangan fotonya, tertulis bahwa Muhammad Ali memang satu-satunya tokoh yang plakatnya dipasang di dinding, bukan di lantai, karena menurut keyakinannya, nama Muhammad suci dan tidak untuk diinjak.
    Dikutip dari USA Today, Ana Martinez, produser acara Walk of Fame, menjelaskan mengapa plakat bintang Muhammad Ali tidak diletakkan di lantai sebagaimana tokoh lainnya. Menurut Ana, saat Ali menerima plakat bintang pada 2002, ia sendirilah yang tidak ingin nama Muhammad diinjak. Karena itu, plakat bintang Muhammad Ali dipasang di dinding di dekat pintu masuk sebuah gedung yang saat ini merupakan Teater Dolby.
    Ana mengatakan bahwa Ali menerima penghargaan yang umumnya hanya diberikan kepada pembuat film, aktor, dan musisi itu karena, "Dia adalah seorang pemain sandiwara. Dia memiliki dua album kata lisan yang dinominasikan untuk Grammy. Dia juga seorang penghibur."
    Dilansir dari ABC, pada 2002, Kamar Dagang Hollywood menempatkan plakat bintang Muhammad Ali di 6801 Hollywood Boulevard untuk menghormatinya dalam kategori pertunjukan langsung atas kesuksesannya yang luar biasa di ring tinju. ABC juga menulis bahwa, saat menerima penghargaan itu, Ali tidak ingin orang berjalan di atas namanya untuk menghormati nama Nabi Muhammad. Muhammad Ali masuk Islam pada 1960-an.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim yang diunggah akun Instagram @hai.fact, bahwa "plakat bintang Muhammad Ali adalah satu-satunya plakat yang dipasang di dinding Hollywood Walk of Fame karena orang AS menghargai Nabi Muhammad", sebagian benar. Plakat bintang Muhammad Ali memang satu-satunya plakat yang berada di dinding, berbeda dengan plakat bintang lainnya yang diletakkan di Hollywood Walk of Fame. Namun, plakat bintang tersebut dipasang di dinding karena kehendak Muhammad Ali sendiri. Ia tidak ingin orang berjalan di atas namanya untuk menghormati nama Nabi Muhammad.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan