• (GFD-2021-8452) Sesat, Siswi SD Meninggal Karena Vaksin di Tengah Pandemi Covid-19

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 14/01/2021

    Berita


    Kanal YouTube Amri Putra Bungsu 82 membagikan video berita dari Kompas TV pada 6 Januari 2021. Video itu diberi judul “siswi SD meninggal dunia siap suntik vaksin”. Video yang telah ditonton lebih dari 13 ribu kali ini diunggah di tengah berjalannya program vaksinasi Covid-19.
    Berita Kompas TV tersebut berisi laporan tentang seorang siswi sekolah dasar di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, yang meninggal setelah tiga hari sebelumnya disuntik vaksin difteri. Korban mengalami panas tinggi hingga kemudian meninggal di rumah sakit.
    Gambar tangkapan layar unggahan kanal YouTube Amri Putra Bungsu 82 yang berisi klaim sesat terkait video yang diunggahnya.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan verifikasi Tempo, peristiwa yang diberitakan oleh Kompas TV dalm video itu sebenarnya terjadi pada 11 Januari 2018. Hasil diagnosis Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang menyatakan korban mengalami sepsis, yakni infeksi yang bisa menyebar ke seluruh tubuh, termasuk otak. Sepsis diduga terjadi karena diare akut yang diderita korban. Keluarga pun menolak autopsi sehingga klaim penyebab kematian karena vaksin tak bisa dibuktikan.
    Untuk memeriksa klaim dalam unggahan kanal Amri Putra Bungsu 82, Tim CekFakta Tempo menelusuri video berita di kanal Kompas TV dengan kata kunci “siswi SD meninggal setelah divaksin”. Lewat cara ini, ditemukan bahwa video itu dimuat oleh Kompas TV di YouTube pada 11 Januari 2018 dengan judul "Polisi Menyelidiki Kasus Kematian Siswi SD Seusai Vaksin".
    Menurut Kompas TV, siswi SD bernama Teariza itu meninggal setelah tiga hari sebelumnya menerima vaksin difteri di sekolahnya. Sore harinya, tubuh Teariza panas hingga dilarikan ke rumah sakit. Setelah tiga hari dirawat, dia meninggal. Saat itu, kepolisian setempat hendak menyelidiki penyebab kematian korban, namun terkendala karena pihak keluarga tidak mengizinkan jenazah diautopsi.
    Dikutip dari iNews Jawa Barat, Kepala Bidang (Kabid) Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang Sri Sugiharti menyatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan rumah sakit, korban didiagnosis terkena sepsis. Sepsis disebabkan oleh infeksi yang bisa menyebar ke seluruh tubuh, termasuk otak. Akibatnya, terjadi penurunan kesadaran.
    “Sepsis itu karena panas dan karena infeksi, diare yang sudah akut. Sore itu, katanya, korban juga habis makan seblak (yang diduga menyebabkan diare) dan cukup banyak sambalnya. Malamnya langsung buang air besar berkali-kali, sampai akhirnya Senin dibawa ke rumah sakit dan Selasa meninggal,” kata Sri memapaparkan dugaan penyebab meninggalnya korban.
    Manfaat vaksin difteri
    Dikutip dari Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ), difteri adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteriCorynebacterium diphtheria, yang terutama menginfeksi tenggorokan dan saluran udara bagian atas, serta menghasilkan racun yang mempengaruhi organ lain. Vaksin difteri menjadi upaya untuk melindungi masyarakat, terutama anak-anak, dari penyakit ini.
    Penemuan vaksin merupakan kemajuan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan yang terbukti memperpanjang usia harapan hidup manusia. Ikatan Dokter Anak Indonesia ( IDAI ) mencatat vaksin difteri berhasil menurunkan jumlah kematian di awal abad ke-20. Di Ontario, Kanada, misalnya, tingkat kematian akibat difteri mencapai 50 orang per 100 ribu populasi. Kematian kemudian menurun menjadi sekitar 15 orang per 100 ribu pada Perang Dunia I setelah vaksin toksoid difteri digunakan secara luas pada akhir 1920.
    Di Amerika Serikat, dulunya, difteri adalah penyebab umum penyakit dan kematian pada anak-anak. Pada 1920-an, AS pernah menangani sebanyak 200 ribu kasus dalam setahun. Berkat vaksin difteri, angka itu turun 99,9 persen.
    Menurut data WHO, pada 1980, jumlah kasus difteri di Indonesia mencapai 3.674 kasus dan berhasil ditekan pada 1990-an setelah digalakkannya imunisasi lengkap difteri. Namun, difteri kembali meningkat pada 2010 dengan 432 kasus dan pada 2018 dengan 1.026 kasus.
    Dikutip dari The Conversation, penyebab kasus difteri kembali tinggi karena beberapa faktor. Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2013, cakupan imunisasi difteri, pertusis, dan tetanus (DPT) untuk anak usia 2-6 tahun di Indonesia hanya 75,6 persen. Padahal, cakupan idealnya adalah di atas 90 persen. Artinya, 24,6 persen anak Indonesia belum divaksinasi untuk ketiga penyakit tersebut.
    Dugaan lainnya adalah pola distribusi vaksin dari pemerintah pusat ke daerah yang mempengaruhi suhu penyimpanan dan kondisi pengangkutan, sehingga memengaruhi efektivitas vaksin. Vaksin sangat sensitif terhadap panas, dan beberapa yang lain terhadap suhu beku.
    Faktor berikutnya adalah munculnya kabar vaksin palsu yang menurunkan kepercayaan masyarakat. Ada pula beberapa kelompok masyarakat yang percaya bahwa vaksin tidak diperlukan karena kekebalan ada di setiap tubuh manusia.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, unggahan kanal YouTube Amri Putra Bungsu 82 tersebut menyesatkan. Video berita yang diunggah oleh kanal itu memang pernah dimuat oleh Kompas TV, namun peristiwa meninggalnya siswi SD dalam berita tersebut terjadi pada 2018, jauh sebelum munculnya Covid-19 serta berjalannya  vaksinasi Covid-19. Kematian siswi SD itu pun belum terbukti diakibatkan oleh vaksin. Keluarga menolak jenazah diautopsi. Padahal, hanya autopsi yang bisa membuktikan benar atau tidaknya klaim bahwa vaksin difteri menyebabkan korban meninggal. Diagnosis sementara Dinas Kesehatan setempat menyebut korban mengalami diare akut yang memicu sepsis, infeksi yang bisa menyebar ke seluruh tubuh, termasuk otak.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8451) Keliru, Klaim Ini Video Detik-detik Sebelum Pesawat Sriwijaya Air Jatuh

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 13/01/2021

    Berita


    Video yang memperlihatkan suasana kepanikan penumpang di dalam sebuah pesawat viral di media sosial. Dalam video itu, terdengar pula suara penumpang yang berulang kali mengucapkan "Allahu Akbar". Video ini diklaim sebagai video detik-detik sebelum pesawat Sriwijaya Air jatuh.
    Video tersebut beredar tak lama setelah pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada 9 Januari 2021 pukul 14.40 WIB. Pesawat jenis Boeing 737-500 bernomor register PK-CLC ini diketahui jatuh di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
    Di Facebook, video beserta klaim tersebut dibagikan salah satunya oleh akun Mas Gun Guriru pada 11 Januari 2021. Video itu berasal dari akun TikTok @barnabasccoll, diunggah pada 10 Januari 2021. Di TikTok, video tersebut telah dibagikan lebih dari 59,5 ribu kali dan disukai lebih dari 1 juta kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Mas Gun Guriru yang memuat klaim keliru terkait video yang diunggahnya.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, video tersebut bukan video suasana kabin sebelum pesawat Sriwijaya Air SJ 182 jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021. Video itu memperlihatkan suasana di dalam pesawat Etihad Airways EY474 rute Abu Dhabi-Jakarta yang mengalami turbulensi cukup kuat pada 4 Mei 2016.
    Untuk mendapatkan fakta tersebut, Tempo mengambil gambar tangkapan layar video itu dan menelusurinya denganreverse image toolGoogle. Hasilnya, ditemukan sejumlah kanal YouTube milik media yang pernah mempublikasikan video tersebut.
    Salah satunya adalah CBS Evening News, yang mengunggah video itu dengan durasi yang lebih panjang pada 5 Mei 2016. Dalam keterangannya, tertulis: “Pengalaman mengerikan di langit Indonesia, menimbulkan ketakutan yang sangat besar bagi penumpang pesawat Etihad Airlines. Penumpang mengkhawatirkan nyawa mereka saat pesawat mengalami turbulensi yang mengerikan.” Video ini berasal dari Dewi Rachmayani yang mengunggahnya di platform jurnalisme warga NET CJ.
    Kanal CNN juga pernah memberitakan peristiwa itu, dan menyertakan video dari Dewi Rachmayani tersebut. Menurut laporan CNN, Dewi mengambil video tersebut dalam penerbangan pesawat Etihad Airways dari Abu Dhabi ke Jakarta saat turbulensi mengguncang kabin.
    Laman Emirates247 pun pernah memberitakan turbulensi yang terjadi dalam penerbangan pesawat Etihad Airways EY474 rute Abu Dhabi-Jakarta pada 4 Mei 2016 tersebut. Menurut laman ini, "turbulensi tak terduga" itu terjadi selama 45 menit sebelum pesawat mendarat di Bandara Soekarno-Hatta.
    Namun, pesawat berhasil mendarat dengan selamat. Meskipun begitu, peristiwa tersebut menyebabkan 31 penumpang terluka. Sebanyak 22 penumpang dirawat oleh paramedis di bandara karena hanya menderita cedera ringan. Sementara sembilan penumpang lainnya mesti dilarikan ke rumah sakit di Jakarta.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video tersebut adalah video detik-detik sebelum pesawat Sriwijaya Air jatuh, keliru. Video itu memperlihatkan suasana di dalam pesawat Etihad Airways EY474 rute Abu Dhabi-Jakarta yang mengalami turbulensi cukup kuat pada 4 Mei 2016. Rekaman tersebut diambil oleh Dewi Rachmayani dan dipublikasikan di platform jurnalisme warga NET CJ sebelum dimuat ulang oleh sejumlah media.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8450) Keliru, Klaim Ini Video Pengangkatan Badan Pesawat Sriwijaya Air SJ 182

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 13/01/2021

    Berita


    Video yang diklaim sebagai video pengangkatan badan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 beredar di media sosial. Video ini menyebar tak lama setelah pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta Pontianak hilang kontak pada 9 Januari 2021 pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
    Di Facebook, video beserta klaim tersebut diunggah salah satunya oleh akun Ardian, tepatnya pada 10 Januari 2021. Akun ini menulis, "Pengangkatan badan pesawat (SJ 182)." Video berdurasi 24 detik itu berasal dari platform video pendek TikTok, yang diunggah oleh akun @sams_mj.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Ardian yang memuat klaim keliru terkait video yang diunggahnya.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengan toolInVID. Selanjutnya, gambar-gambar itu ditelusuri denganreverse image tool Yandex dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa video tersebut memperlihatkan pesawat Airbus A330 bekas yang sengaja ditenggelamkan di lepas pantai barat laut Turki sebagai tujuan wisata selam.
    Video yang diunggah oleh akun Ardian telah mengalami suntingan, yakni dengan membalik video itu, sehingga badan pesawat terlihat ditarik dari dalam laut. Padahal, dalam video aslinya, pesawat tersebut sedang ditenggelamkan ke dalam laut.
    Video penenggelaman pesawat Airbus A330 di lepas pantai barat laut Turki ini pernah dimuat oleh kantor berita BBC pada 14 Juni 2019 dengan judul “Turkish Airbus plane sunk for diving tourism”. Dalam keterangannya, tertulis bahwa pesawat penumpang bekas itu sengaja ditenggelamkan di lepas pantai untuk menarik wisatawan selam.
    Pesawat sepanjang 65 meter atau 213 kaki tersebut ditenggelamkan sedalam 30 meter di bawah permukaan Laut Aegea di lepas pantai Pelabuhan Ibrice, Edirne, Turki. Pejabat setempat berharap kawasan itu segera menjadi surga bagi para penyelam.
    Video yang sama juga pernah diunggah ke YouTube oleh kanal DiveMagazine pada 18 Juni 2019 dengan judul “Turkey Airbus A330 Sinking Ibrice 14 June 2019”. Menurut DiveMagazine, pesawat itu ditenggelamkan hingga kedalaman sekitar 30 meter di Laut Aegea, sekitar 1 mil dari Pelabuhan Ibrice, dan bertujuan untuk memperluas wisata scuba diving ke daerah tersebut.
    Kantor berita Turki Anadolu Agency pun pernah memberitakan pesawat Airbus A330 yang sengaja ditenggelamkan di lepas pantai Pelabuhan Ibrice itu. Menurut Ali Uysal, Wakil Gubernur Edirne, Teluk Saros di Laut Aegea sangat penting dalam hal pariwisata.
    “Wisata scuba diving memiliki segmen pasar yang berbeda dari pariwisata pada umumnya,” kata Uysal, yang mencatat bahwa turis biasa menghasilkan pendapatan kurang dari 500-600 dolar, sementara turis yang datang untuk scuba diving menghasilkan 2-3 ribu dolar. “Untuk alasan ini, menurut saya, bidang yang ditenggelamkan dan terumbu buatan sangat penting,” ujarnya.
    Pesawat tersebut melakukan penerbangan pertamanya pada 1995 dan pensiun pada 2018. Pesawat itu kemudian dibawa ke distrik Kesan di Edirne dari kota resor Mediterania di Antalya pada Maret 2019. Berbagai benda yang mewakili Perang Canakkale juga ditenggelamkan sebagai bagian dari proyek terumbu buatan.
    Kondisi badan pesawat Sriwijaya Air SJ 182
    Berdasarkan arsip berita Tempo, tim gabungan pencari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta Pontianak yang hilang di perairan Kepulauan Seribu, pada 9 Januari 2021, akhirnya menemukan titik jatuhnya pesawat tersebut. Diketahui potongan pesawat ditemukan di kedalaman 23 meter.
    Menurut Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Bagus Puruhito, pada 10 Januari 2021, tim SAR telah menemukan beberapa serpihan dan potongan dari Sriwijaya SJ 182. Serpihan itu tersebar di sejumlah lokasi di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu.
    Pada 11 Januari 2021, para penyelam Basarnas menemukan puing pesawat yang berukuran lebih besar dibandingkan dua hari pertama. Salah satunya adalah bagian kerangka pesawat dengan tulisan PK yang berukuran besar. Seperti diketahui, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 memiliki nomor registrasi PK-CLC.
    Di hari keempat, pada 12 Januari 2021, tim SAR kembali menemukan sejumlah puing pesawat. Direktur Operasi Basarnas Brigadir Jenderal TNI (Mar) Rasman mengatakan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akan melakukan pendalaman soal temuan itu, untuk penyelidikan penyebab pesawat jatuh.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video tersebut adalah video pengangkatan badan pesawat Sriwijaya Air SJ 182, keliru. Video itu sudah mengalami penyuntingan. Video tersebut merupakan video pesawat Airbus A330 bekas yang sengaja ditenggelamkan di lepas pantai barat laut Turki sebagai tujuan wisatawa selam. Sriwijaya Air SJ 182 sendiri ditemukan tim SAR dalam kondisi yang sudah tidak utuh. Potongan dan serpihan badan pesawat tersebar di sejumlah lokasi di perairan Kepulauan Seribu.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8449) Keliru, Klaim Ini Video Mensos Risma dan Mendagri Berjoget Tanpa Masker di Tengah Pandemi Covid-19

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 12/01/2021

    Berita


    Video yang diklaim sebagai video ketika sejumlah pejabat berjoget bersama tanpa menggunakan masker di tengah pandemi Covid-19 beredar di Facebook. Dalam video berlogo Antara Jatim itu, terlihat beberapa menteri, seperti Menteri Sosial Tri Rismaharini dan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian. Dalam video ini, Tito juga terlihat berjoget sembari bernyanyi.
    Salah satu akun yang mengunggah video beserta klaim tersebut adalah akun Ali Mansur, tepatnya pada 6 Januari 2021. Akun ini menulis, “Breaking news. Ada hiburan joget dan dansa para pejabat, kenapa tidak pakai masker???. Mereka begitu bahagia." Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah mendapatkan 190 reaksi dan 462 komentar.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Ali Mansur yang berisi klaim keliru terkait video yang memperlihatkan Tri Rismaharini sedang berjoget Maumere.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan penelusuran Tempo, peristiwa dalam video di atas terjadi pada Januari 2020, sebelum kasus Covid-19 pertama muncul di Indonesia dan diumumkan pada 2 Maret 2020. Informasi ini didapatkan setelah Tempo menelusuri video di kanal YouTube Antara Jatim dengan kata kunci “Risma joget”. Tempo menemukan bahwa video itu diunggah oleh Antara Jatim di YouTube pada 4 Februari 2020.
    Antara memberikan keterangan bahwa acara joget bersama itu berlangsung dalam rapat koordinasi Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan kepala daerah se-Jawa Timur pada 31 Januari 2020 di Grand City, Surabaya. Dalam acara ini, Risma yang masih menjabat sebagai Wali Kota Surabaya berjoget Maumere dengan iringan nyanyian dari Tito. Saat berjoget, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD melintas dan ikut berjoget sebentar.
    Berita ini juga pernah dimuat di situs Antara dengan judul "Mendagri nyanyi 'Gemu Famire', Risma berjoget Maumere" pada 31 Januari 2020. Tito menyanyikan lagu asal Nusa Tenggara Timur (NTT) tersebut usai rapat koordinasi sekaligus penyerahan Anjungan Dukcapil Mandiri kepada perwakilan kabupaten dan kota di Jawa Timur.
    Di atas panggung, mantan Kapolri tersebut bernyanyi diiringi sejumlah polwan berseragam maupun berpakaian bebas yang berjoget Maumere. Aksi Mendagri itu disusul dengan Risma yang ikut berjoget Maumere. Risma baru diangkat sebagai Mensos pada 23 Desember 2020 lalu, menggantikan Juliari Batubara yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi atas kasus dugaan suap.
    Pada 31 Januari 2020, Indonesia belum mengumumkan kasus Covid-19, meskipun wabah sudah terjadi di Wuhan, Cina. Pemerintah baru mengumumkan dua kasus Covid-19 pertama di Indonesia pada 2 Maret 2020. Kasus tersebut diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Dua kasus itu dialami oleh seorang ibu dan putrinya, masing-masing berusia 64 tahun dan 31 tahun.
    Meskipun kasus Covid-19 pertama muncul pada awal Maret 2020, pemerintah baru mewajibkan seluruh warga menggunakan masker ketika berada di luar rumah pada 6 April 2020. Kewajiban pemakaian masker tersebut disampaikan oleh Presiden Jokowi saat membuka rapat terbatas lewat teleconference dari Istana Kepresidenan Bogor.
    "Saya minta masker ini betul-betul disiapkan dan diberikan kepada masyarakat, karena semua warga keluar rumah wajib pakai masker," ujar Jokowi. Sebelumnya, pada 31 Maret 2020, seperti dilansir dari Kompas.com, Jokowi menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 terkait penetapan Pembatasan Sosial Skala Besar ( PSBB ) untuk mencegah penyebaran Covid-19.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas adalah video Mensos Risma dan Mendagri yang berjoget tanpa masker di tengah pandemi Covid-19, keliru. Peristiwa dalam video tersebut terjadi pada 31 Januari 2020, dalam rapat koordinasi Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan kepala daerah se-Jawa Timur di Grand City, Surabaya. Ketika itu, belum ditemukan kasus Covid-19 di Indonesia, sehingga belum diterapkan kewajiban untuk menggunakan masker.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan