• (GFD-2021-8516) Keliru, Foto Greta Thunberg Sedang Makan dan Ditonton Anak-anak Berkulit Hitam

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 26/02/2021

    Berita


    Foto yang memperlihatkan aktivis lingkungan Greta Thunberg tengah menikmati makanan di sebuah ruangan dengan kaca yang besar beredar di Twitter. Di luar kaca itu, terlihat lima anak berkulit hitam, dua di antaranya tidak mengenakan baju, yang menatap ke arah Greta.
    Akun ini membagikan foto tersebut pada 17 Februari 2021. Akun itu pun menulis, "Fake environment activities @GretaThunberg #AskGretaWhy." Greta Thunberg sendiri merupakan seorang remaja asal Swedia yang berjuang untuk menyadarkan dunia dari perubahan iklim. Perjuangan itu ia mulai dengan beraksi sendirian.
    Gambar tangkapan layar unggahan di Twitter yang berisi foto suntingan dari foto milik aktivis lingkungan Greta Thunberg

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, foto tersebut merupakan hasil suntingan, yang menggabungkan dua foto yang berbeda. Fakta ini ditemukan setelah Tempo menelusuri jejak digital foto unggahan akun Twitter di atas denganreverse image toolGoogle.
    Foto yang memperlihatkan aktivis lingkungan Greta Thunberg sedang makan tersebut pernah diunggah oleh Greta sendiri ke akun Twitter  miliknya, @GretaThunberg, pada 22 Januari 2019. Ia menulis, “Lunch in Denmark.” Foto yang diambil di dalam sebuah kereta itu juga diunggah di akun Instagram Greta, @gretathunberg, pada tanggal yang sama.
    Foto asli milik aktivis lingkungan Greta Thunberg yang pernah diunggah di akun Twitter dan Instagram-nya pada 22 Januari 2019.
    Terkait foto lima anak kulit hitam yang berada di luar kaca, foto itu sebenarnya adalah foto pengungsi di dekat Desa Bodouli, Republik Afrika Tengah, yang diambil oleh fotografer Reuters pada 2007. Mereka mengungsi setelah tentara menyerang desa mereka, Korosigna, pada Januari 2006.
    Foto tersebut dipublikasikan oleh Reuters pada 30 Agustus 2007 dalam artikelnya yang berjudul "Bush war leaves Central African villages deserted". Berita ini berisi informasi tentang Desa Korosigna di Republik Afrika Tengah yang hampir tidak bisa dikenali oleh warga setelah serangan tentara selama dua tahun.
    Dalam keterangannya, Reuters menulis: "Anak-anak yang tinggal di hutan, duduk di kamp sementara untuk para pengungsi di dekat Desa Bodouli, Republik Afrika Tengah, pada 23 Agustus 2007. Menurut penduduk setempat, tentara pemerintah menyerang Korosigna tanpa peringatan pada Januari 2006, bagian dari perang yang berlangsung selama dua tahun untuk melawan pemberontak di seluruh bagian utara bekas koloni Prancis. REUTERS/Stephanie Hancock."

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, foto aktivis lingkungan  Greta Thunberg yang sedang makan dan ditonton oleh anak-anak berkulit hitam tersebut, keliru. Foto itu merupakan hasil suntingan, dengan menggabungkan dua foto yang berbeda. Foto pertama adalah foto Greta yang sedang berada di dalam sebuah kereta. Sementara foto kedua adalah foto pengungsi di Republik Afrika Tengah yang diambil pada 2007.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8515) Keliru, Klaim Ini Foto Muslim di Myanmar yang Ditangkap Militer

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 26/02/2021

    Berita


    Foto yang diklaim sebagai foto para muslim yang ditangkap oleh militer Myanmar beredar di Facebook. Dalam foto itu, terlihat puluhan pria tanpa baju yang ditelungkupkan ke jalan dengan kedua tangan diletakkan di punggung. Foto ini beredar di tengah memanasnya situasi politik di Myanmar usai terjadi kudeta militer pada awal Februari 2021 lalu.
    Akun ini membagikan foto beserta narasi tersebut pada 12 Februari 2021. Akun tersebut menulis dalam bahasa Arab yang jika diterjemahkan berarti, "Semoga Allah membantu muslim Burma (Myanmar). Silakan bagikan unggahan ini dengan mengucapkan Amin." Hingga artikel ini dimuat, foto tersebut telah mendapatkan 841 reaksi dan 487 komentar serta dibagikan sebanyak 165 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait foto yang diunggahnya.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto tersebut dengan reverse image tool Source dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa foto itu bukanlah foto para muslim  yang ditangkap oleh militer Myanmar, melainkan foto penangkapan demonstran di Thailand oleh petugas keamanan pada 25 Oktober 2004. Peristiwa yang kemudian dikenal sebagai Tak Bai 47 itu menyebabkan 85 orang tewas.
    Foto itu pernah dimuat AFP pada 25 Oktober 2004 dengan keterangan: “Beberapa dari 300 demonstran yang ditangkap oleh polisi dan tentara berbaring di trotoar kantor polisi Tak Bai di Narathiwat, Thailand, pada 25 Oktober 2004. Puluhan orang terluka dalam bentrokan antara pasukan keamanan Thailand dan ratusan pengunjuk rasa yang mencoba menyerbu kantor polisi di selatan Thailand yang mayoritas penduduknya muslim, kata para pejabat pada Senin.”
    Foto yang sama pernah dimuat oleh Bangkok Post pada 21 Oktober 2016 dalam artikelnya yang berjudul “Scholars slam 'indiscriminate' detention of Muslim youths”. Menurut keterangannya, foto milik AFP itu diambil di Tak Bai pada 25 Oktober 2004, ketika para pemuda ditelanjangi dan dipaksa untuk menelungkup di jalan, sebelum dibawa oleh truk tentara ke kamp militer, di mana secara total 85 orang tewas dalam peristiwa ini.
    Dilansir dari AFP, foto tersebut diambil setelah peristiwa Tak Bai, yang dikenang sebagai salah satu hari paling mematikan dalam pemberontakan muslim-Melayu melawan kekuasaan pemerintah Thailand. Thailand menjajah provinsi yang berada di bagian selatan negaranya yang berbatasan dengan Malaysia itu lebih dari seabad lalu.
    Dikutip dari Benarnews.org, pada 25 Oktober 2004, sekitar 2 ribu orang berkumpul di taman bermain di seberang kantor polisi Tak Bai, Narathiwat, Thailand. Mereka memprotes penahanan terhadap enam penjaga keamanan sukarela setempat yang dituduh memasok senjata curian yang dikeluarkan pemerintah kepada pemberontak yang berada di wilayah selatan Thailand.
    Insiden itu terjadi enam bulan setelah 32 tersangka pemberontak tewas ketika pasukan keamanan Thailand menyerbu Masjid Krue Se di Pattani, Thailand, tempat para pemberontak bersembunyi. Kedua peristiwa ini menyulut kembali pemberontakan oleh kelompok separatis yang dimulai pada 1960-an yang telah mereda. Sejak 2004, lebih dari 6 ribu orang tewas dalam kekerasan terkait pemberontakan.
    Dilansir dari Khaosod, peristiwa tragis pada 25 Oktober 2004 itu kemudian dikenal sebagai "Tak Bai 47". Saat itu, petugas memerintahkan para pengunjuk rasa untuk membubarkan diri, tapi tidak berhasil. Di pagi hari, tembakan peringatan dilepaskan sebagai ancaman. Ada pula helikopter yang diterbangkan untuk observasi. Pada pukul 15.00, pengunjuk rasa mulai melempar berbagai benda ke petugas. Ada pula upaya masuk ke kantor polisi untuk bernegosiasi.
    Tak lama kemudian, petugas membubarkan massa, dimulai dengan menyemprotkan air ke para demonstran, lalu gas air mata dan diakhiri dengan peluru tajam. Seluruh tindakan pembubaran tidak diberitahukan sebelumnya ke demonstran. Dalam prinsip universal, pejabat diwajibkan mengumumkan prosedur dan metode untuk membubarkan demonstran sebelum mengambil tindakan.
    Pasca kejadian itu, diketahui sebanyak tujuh orang tewas, di mana lima di antaranya ditembak secara langsung ke kepalanya. Terdapat pula lebih dari seribu orang yang terluka dan lebih dari 1.370 orang yang ditahan. Tentara memaksa semua pengunjuk rasa untuk berjongkok. Wanita dipisahkan, sementara pengunjuk rasa laki-laki diperintahkan untuk melepas kemeja mereka, mengikat punggung mereka, dan membawa mereka ke dalam kendaraan petugas.
    Mereka berbaring tengkurap di atas satu sama lain secara berlapis, rata-rata selama 4-5 jam, di mana pengunjuk rasa harus menempuh perjalanan hingga 150 kilometer. Butuh lebih dari 6 jam untuk mencapai Kamp Ingkhayuthboriharn di Pattani. Sesampainya di kamp tersebut, beberapa pengunjuk rasa sudah tewas. Secara total, ada 78 demonstran yang tewas dalam perjalanan, sementara yang selamat menjadi cacat.
    Dikutip dari The Jakarta Post, tidak ada anggota pasukan keamanan Thailand yang dituntut atas insiden Tak Bai, meskipun penyelidikan pemerintah mengutuk tindakan pasukan keamanan pada hari itu. Alih-alih, Tak Bai menjadi identik dengan kurangnya akuntabilitas di wilayah yang diatur oleh undang-undang darurat serta dibanjiri unit tentara dan polisi itu.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto di atas adalah foto muslim yang ditangkap oleh militer Myanmar, keliru. Foto tersebut merupakan foto penangkapan terhadap demonstran di Thailand oleh pihak keamanan pada 25 Oktober 2004. Ketika itu, mereka memprotes penahanan terhadap enam penjaga keamanan sukarela setempat yang dituduh memasok senjata curian yang dikeluarkan pemerintah kepada pemberontak yang berada di wilayah selatan Thailand. Insiden itu terjadi enam bulan setelah 32 tersangka pemberontak tewas ketika pasukan keamanan Thailand menyerbu Masjid Krue Se di Pattani, tempat para pemberontak bersembunyi.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8514) Sesat, Klaim Ini Video Meikarta Cikarang yang Diserang Teroris

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 26/02/2021

    Berita


    Video yang memperlihatkan sekumpulan petugas bersenjata yang sedang mengepung sebuah kompleks perbelanjaan dan apartemen beredar di YouTube dalam beberapa hari terakhir. Dalam video itu, juga terlihat sejumlah kendaraan anti huru-hara. Terdengar pula suara tembakan beberapa kali. Video tersebut diklaim sebagai video ketika kompleks Meikarta, Cikarang, Jawa Barat, diserang teroris.
    Kanal ini membagikan video itu pada 20 Februari 2021, dengan judul "Teroris di Cikarang". Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah ditonton lebih dari 200 kali. Sementara kanal ini mengunggah video itu pada 21 Februari, dengan judul "Meikarta Cikarang Diserang Teroris". Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah ditonton lebih dari seribu kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan di YouTube yang memuat klaim sesat terkait video simulasi oleh Korps Brimob Polri yang diunggahnya.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta mula-mula memfragmentasi video di atas menjadi sejumlah gambar dengantoolInVID. Lalu, gambar-gambar itu ditelusuri denganreverse image toolGoogle. Hasilnya, ditemukan bahwa video tersebut menunjukkan latihan yang dilakukan oleh Pasukan Gegana Korps Brimob Polri di Distrik 1 Meikarta, Cikarang, Jawa Barat, pada 20 Februari 2021.
    Video yang diambil dari lokasi dan peristiwa yang sama pernah dimuat oleh kanal YouTube milik situs media Radar Bandung pada 21 Februari 2021. Video itu diberi judul "Menegangkan, Brimob Lumpuhkan Teroris di Lipo Cikarang". Dalam video ini, terdapat teks yang menjelaskan bahwa peristiwa pada 20 Februari 2021 tersebut hanyalah simulasi penanganan aksi terorisme.
    Video simulasi penanganan teroris oleh Brimob Polri itu juga pernah dimuat oleh kanal YouTube milik Humas Korps Brimob Polri pada 23 Februari 2021. Video tersebut diberi judul "Pasukan Gegana Lumpuhkan Teroris di Meikarta". Dalam video ini, narator menyebut bahwa Korps Brimob Polri memang menggagas program baru, yakni Urban Warfare (Perang Kota).
    Program itu berupa pelatihan yang diikuti oleh Pasukan Gegana Korps Brimob Polri. Pelatihan ini difokuskan pada penanganan tersangka pelaku kejahatan berintensitas tinggi yang menggunakan senjata api dan bahan peledak di pemukiman padat penduduk. Pelatihan pertama Urban Warfare digelar di Meikarta, Cikarang, Jawa Barat.
    Foto-foto dari pelatihan pertama Urban Warfare oleh Pasukan Gegana itu pun pernah diunggah ke Twitter oleh akun resmi Humas Korps Brimob Polri pada 20 Februari 2021. Akun ini menulis, "Suasana Mall Lippo Cikarang, Meikarta, mendadak mencekam. Hal ini disebabkan terjadinya aksi terorisme dengan melakukan penyanderaan sejumlah pengunjung Mall, Sabtu (20/02/2021). Namun, peristiwa tersebut merupakan gambaran simulasi penanganan aksi terorisme."
    Sejumlah situs media juga pernah memberitakan pelatihan yang digelar oleh Korps Brimob Polri tersebut. Kantor berita Antara misalnya, memuat berita pelatihan itu dengan judul "Pasukan Gegana Korps Brimob Polri latihan 'urban warfare' di Meikarta". Dalam berita ini, terdapat pula sejumlah foto yang menunjukkan suasana latihan tersebut.
    Dilansir dari Republika.co.id, Komandan Pasukan Gegana Korps Brimob Polri Brigadir Jenderal Reza Arief Dewanto mengatakan, "Karakteristik Distrik 1 Meikarta sangat cocok untuk jadi area pelatihan strategis ini, karena banyak unsur terpenuhi di sini, melihat banyak sekali gedung-gedung dan dengan suasana perkotaan yang kental."
    Meikarta Distrik 1 dipilih oleh Pasukan Gegana karena memenuhi lima aspek dimensi. Pertama, punya karakteristik jalan persimpangan-lorong-gang-barikade-blokade. Kedua, ada gedung-gedung mulai dari bangunan tinggi sampai dengan low-rise. Ketiga, memiliki jalan bawah tanah atau terowongan (subway or tunnel). Keempat, terdapat ruang terbuka (open field area). "Dan kelima, bisa mengantisipasi serangan musuh dari segala arah 360 derajat," kata Reza.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas adalah video ketika kompleks Meikarta, Cikarang, Jawa Barat, diserang teroris, menyesatkan. Video itu menunjukkan suasana latihan yang digelar oleh Pasukan Gegana Korps Brimob Polri pada 20 Februari 2021 di Distrik 1 Meikarta. Dalam latihan tersebut, petugas melakukan simulasi penanganan aksi terorisme.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8513) Keliru, Klaim Ini Foto-foto Pesawat Jatuh Berpenumpang 20 Misionaris yang Semuanya Selamat

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 25/02/2021

    Berita


    Foto-foto yang memperlihatkan peristiwa pesawat jatuh beredar di media sosial. Pesawat ini bernomor registrasi N813WM. Menurut klaim yang menyertai empat foto itu, pesawat tersebut mengangkut lebih dari 20 misionaris yang hendak mengabarkan Injil. Namun, dalam peristiwa kecelakaan pesawat ini, tidak ada dari mereka yang meninggal.
    Dari empat foto yang dibagikan tersebut, tiga foto memperlihatkan puluhan warga dan sejumlah petugas yang mengerumuni bangkai pesawat yang mengalami retak di bagian tengahnya itu. Adapun satu foto lainnya memperlihatkan kode registrasi dari pesawat yang berwarna dominan putih itu, yakni N813WM.
    Di Facebook, foto-foto dengan narasi tersebut dibagikan oleh akun ini pada 23 Februari 2021. Akun ini pun menuliskan narasi, "Pesawat jatuh dengan lebih dari 20 misionaris di dalamnya, akan memberitakan injil dan tidak ada yang meninggal. Mujizat dan perlindungan Tuhan." Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah mendapatkan 2.800 komentar dan dibagikan 4.400 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang memuat klaim keliru terkait foto-foto pesawat jatuh yang diunggahnya.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri foto-foto tersebut denganreverse image tool Source dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa kecelakaan pesawat tersebut melibatkan pesawat jet pribadi yang membawa empat penumpang dan dua kru. Empat penumpang ini merupakan karyawan sebuah perusahaan pegadaian di Amerika Serikat yang sedang melakukan perjalanan ke Honduras.
    Video kecelakaan pesawat jet pribadi itu pernah diunggah oleh kanal YouTube Aviation Documentary pada 23 Mei 2018 dengan judul “Private jet from Texas splits in half on takeoff in Honduras”. Dalam keterangannya, tertulis bahwa pesawat Gulfstream 200 Galaxy (N813WM) ini mengalami kecelakaan saat mendarat di Bandara Tegucigalpa, Honduras, dari Austin, Texas, AS.
    Setidaknya sembilan orang dilarikan ke rumah sakit terdekat, RS Escuela, untuk perawatan, meskipun tidak ada laporan kematian. Rekaman dari tempat kejadian menunjukkan tim penyelamat berusaha menarik penumpang dari reruntuhan pesawat, yang jatuh sekitar pukul 11.17 waktu setempat pada 22 Mei 2018. Pejabat Honduras mengatakan terdapat enam orang di dalam pesawat itu.
    Dilansir dari CNN, pada 22 Mei 2018, terjadi kecelakaan pesawat jet yang berisi enam orang yang terbang dari Austin, Texas, ke Honduras. Pesawat itu hampir terbelah menjadi dua usai kecelakaan saat mendarat di Bandara Internasional Toncontin, Tegucigalpa. Enam orang di dalamnya, yakni empat penumpang dan dua awak, selamat. Namun, satu penumpang dan satu awak mengalami luka parah.
    "Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan, yang terluka stabil dan sedang dirawat," kata Presiden Honduras Juan Orlando Hernandez setelah kecelakaan itu. "Terima kasih kepada para petugas yang begitu cepat membantu," kata Heide Fulton, diplomat tertinggi AS di Honduras. "Kami memantau acara dengan cermat. Kedutaan menyediakan semua bantuan konsuler yang dibutuhkan."
    Kecelakaan itu terjadi sekitar pukul 11 pagi waktu setempat, menurut Badan Penerbangan Sipil Honduras. Operasional di bandara sempat terputus, tapi telah pulih sepenuhnya pada 22 Mei 2018 malam. Sementara keempat penumpang dalam pesawat itu adalah karyawan perusahaan pegadaian yang berbasis di Austin, EZCORP, menurut juru bicara perusahaan Jeff Christensen.
    Hal yang sama diberitakan oleh ABC. Para penyintas merupakan karyawan perusahaan pegadaian EZCORP yang berbasis di Austin, Texas. Mereka selamat setelah pesawat jet pribadi yang mereka tumpangi melewati landasan pacu, kata pihak berwenang. Pesawat itu membawa lima orang AS, empat penumpang dan satu pilot, serta seorang awak berkewarganegaraan Venezuela.
    Tiga karyawan EZCORP, Bob Kasenter, Blair Powell, dan Nicole Swies, mengalami luka ringan dan tak lama kemudian dipulangkan. Sementara penumpang keempat, Joe Rotunda, mesti menjalani operasi karena mengalami patah tulang rusuk dan paru-parunya tertusuk. Rotunda akan dipulangkan ke AS setelah dokter menyatakan bahwa dia mampu untuk bepergian jauh.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto-foto di atas adalah foto-foto pesawat jatuh berpenumpang 20 misionaris yang semuanya selamat, keliru. Pesawat tersebut membawa enam orang, yakni dua kru dan enam penumpang yang merupakan karyawan sebuah perusahaan pegadaian di Texas, AS. Mereka sedang dalam perjalanan bisnis ke Honduras. Pesawat mereka mengalami kecelakaan ketika mendarat di Bandara Internasional Toncontin, Tegucigalpa, pada Mei 2018.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan