• (GFD-2024-15401) Cek Fakta: Cak Imin Sebut Target EBT Diturunkan Jadi 17%, Benarkah?

    Sumber: liputan6.com
    Tanggal publish: 21/01/2024

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta Calon Wakil Presiden nomor urut satu Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menyebut target Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam bauran energi diturunkan jadi 17 persen.
    Pernyataan Cak Imin tersebut dilontarkan saat debat cawapres, pada Minggu (21/1/2024).
    Berikut pernyataan Cak Imin:
    "Memang pajak karbon ini salah satu, bukan satu-satunya. Yang paling penting adalah dipersiapkan transisi energi baru dan terbarukan.
    Sayangnya, Komitmen pemerintah hari ini tidak serius. Target energi baru dan terbarukan yang mestinya kita harus punya target 2025, berkurang dari 23 justru diturunkan jadi 17 persen."
    Benarkah target EBT dalam bauran energi diturunkan jadi 17 persen?
    Penelusuran Fakta
    Penelusuran mengarah pada artikel berjudul "Konsumsi Energi Fosil Terus Meroket, Target Bauran EBT Turun Jadi 17% di 2025" yang dimuat situs liputan6.com, pada 17 Januari 2024 menyebutkan, Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Kebijakan Energi Nasional (RPP KEN) bakal merevisi target bauran energi primer Energi Baru Terbarukan (EBT) menjadi 17-19 persen di 2025. Angka itu turun dari target yang seharusnya 23 persen.
    Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengabarkan, bauran EBT hingga 2023 baru sekitar 13,09 persen. Proyek-proyek energi terbarukan saat ini pun terus bertambah, tapi di sisi lain pemanfaatan energi fosil juga tetap naik.
    "Kalau berdasarkan angka tadi sudah mencapai 13,09 persen. Nah, di 2025 target 23 persen. Tapi masalahnya ini ditekan pemakaian energi fosil yang nambah juga. Kalau revisi KEN itu kita optimisnya 17 persen, terus pesimisnya 19 persen di 2025," terang Djoko di Kantor Dewan Energi Nasional, Jakarta, Rabu (17/1/2024).
    Penelusuran juga mengarah pada artikel berjudul "Target Bauran EBT RI 2025 Turun Jadi 17 persen, Ini Alasan ESDM.." yang dimuat situs cnbcindonesia.com.
    Dewan Energi Nasional (DEN) mengungkapkan target bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) pada 2025 akan direvisi menjadi sekitar 17-19%. Angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan target sebelumnya yang ditetapkan sebesar 23%.
    Kepala Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan DEN Yunus Saefulhak mengatakan di dalam pembaharuan Kebijakan Energi Nasional (KEN), pemerintah menargetkan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) sekitar 17-19 persen pada 2025.
    "Di dalam pembaharuan KEN nanti kalau sudah diketok, ini masih dalam proses harmonisasi. Kalau sudah diteken jadi 17-19 persen jadi bunyi nya range. Artinya KEN menuntun jalannya sesuai koridornya," kata dia dalam Konferensi Pers Capaian Tahun 2023 dan Program Kerja Tahun 2024 Dewan Energi Nasional (DEN), Rabu (17/1/2024).

    Hasil Cek Fakta

    Rujukan

  • (GFD-2024-15400) Cek Fakta: Klaim EBT Indonesia Mencakup 3686 Gigawatt

    Sumber: liputan6.com
    Tanggal publish: 21/01/2024

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Calon wakil presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka menyebut bahwa potensi energi baru terbarukan (EBT) yang dimiliki Indonesia sangat melimpah yaitu mencakup 3686 gigawatt.
    Hal ini disampaikan Gibran saat debat cawapres Pemilu 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta pada (21/1/2024).
    "Potensi energi baru terbarukan (EBT) juga luar biasa, ada energi surya, energi angin, air, bio energi, panas bumi, dan kita punya potensi yang besar sekali, 3686 gigawatt," kata Gibran.
    Dikutip dari artikel "Melimpah Ruah, Indonesia Dianugerahi Potensi Energi Terbarukan 3.500 GW" yang dimuat artikel money.kompas.com pada 9 Juni 2023.
    KOMPAS.com – Indonesia dianugerahi potensi energi baru terbarukan yang melimpah ruah hingga 3.500 gigawatt (GW). Hal tersebut disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam orasi ilmiahnya pada acara Dies Natalis Universitas Negeri Semarang (Unnes) ke-58 di Auditorium Unnes, Kamis (8/6/2023).
    Arifin menyampaikan, potensi energi terbarukan di Indonesia yang melimpah ruah tersebut terdiri dari berbagai jenis sumber.
    “Ini adalah anugerah dari Tuhan, di mana Indonesia terletak di khatulistiwa dan beriklim tropis, dengan potensi tenaga surya mencapai 3.200 GW, hidro 95 GW, angin 155 GW, dan lainnya,” kata Arifin.
    Dengan potensi yang begitu besar, akan menjadi peluang yang besar jika Indonesia mampu mengelola energi terbarukan tersebut secara optimal.
    Di satu sisi, kebutuhan energi Indonesia diprediksi akan meningkat drastis pada 2060, sebagaimana dilansir dari siaran pers Kementerian ESDM.
    Pada 2060, jumlah penduduk Indonesia diproyeksi mencapai lebih dari 330 juta jiwa dengan kebutuhan energi mencapai mencapai lebih dari 500 juta ton minyak ekuivalen.
    “Pada tahun 2020, berdasarkan sensus, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 270 juta jiwa, sedangkan kebutuhan energinya hanya sebesar 142 juta ton minyak ekuivalen,” ujar Arifin.
    Arifin mengatakan, terjadi kesenjangan yang semakin jauh selisihnya antara produksi dengan kebutuhan energi berupa minyak dan gas bumi (migas).
    Apabila tidak ditemukan cadangan migas baru, akan berimplikasi kepada subsidi yang semakin besar dan dapat menjadi beban yang sangat besar bagi keuangan negara.
    “Kalau kita biarkan produksi minyak tidak ada tambahan sementara akan ada pertumbuhan demand, akan ada perbedaan (antara produksi dengan kebutuhan) sebesar 4 juta mbopd (juta barel minyak per hari),” tutur Arifin.
    “Dan kalau ini dibebankan kepada beban subsidi, maka jumlah subsidinya akan tidak tertangguhkan,” sambungnya.
    Meski demikian, Arifin menyebut bahwa pemerintah tengah berupaya untuk mengoptimalkan produksi migas dengan membuka lapangan-lapangan baru. Pasalnya, Indonesia masih memiliki sumber migas yang sangat potensial.
    Selain itu, strategi lainnnya adalah dengan optimalisasi lapangan migas yang sudah ada dan dengan melakukan berbagai program efisiensi energi.

    Hasil Cek Fakta

  • (GFD-2024-15399) Cek Fakta: Cak Imin Sebut 16 Juta Petani Hanya Miliki Tanah Setengah Hektar, Benarkah?

    Sumber: liputan6.com
    Tanggal publish: 21/01/2024

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta- Calon Wakil Presiden nomor urut satu Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menyebut 16 juta petani hanya memiliki tanah setengah hektar.
    Pernyataan Cak Imin tersebut dilontarkan saat debat cawapres, pada Minggu (21/1/2024).
    Berikut pernyataan Cak Imin dalam debat cawapres.
    "Selamat malam salam sejahtera untuk kita semua. KH Hasyim Ashari, pendiri NU mengatakan petani adalah penolong negeri. Akan tetapi hari ini kita menyaksikan negara dan pemerintah abai terhadap nasib petani dan nelayan kita.
    Hari ini kita menyaksikan bahwa hasil sensus BPS pertanian kita bahwa sepuluh tahun terakhir ini telah terjadi jumlah petani rumah tangga gurem, rumah tangga petani gurem berjumlah hampir 3 juta. Ini artinya 16 juta rumah tangga petani hanya memiliki tanah setengah hektar."
     
    Penelusuran Fakta
    Menurut Hasil Pencacahan Sensus Pertanian BPS (2023), jumlah petani gurem meningkat dari 14.248.864 RTUP (2022) menjadi 16.891.120 RTUP. Petani gurem merupakan petani yang menguasai di bawah 0,5 hektar. Namun, tidak diketahui berapa rerata luas tanah dari lapis RTUP Gurem.
    Artikel data berjudul "Jumlah Petani Gurem Indonesia Naik 18 persen dalam 10 Tahun Terakhir" yang dimuat databoks.katadata.co.id menyebutkan, jumlah petani gurem berdasarkan sensus pertanian 2023 sebesar kurang lebih 17 juta petani. Selama 10 tahun memang telah terjadi kenaikan jumlah petani gurem dari 14,25 juta menjadi 16,89 juta.
    Karena kenaikan tersebut terindikasi kalau kepemilikan lahan pertanian semakin sempit, namun blm disebutkan beberapa hektar.
     

    Hasil Cek Fakta

    Rujukan

  • (GFD-2024-15398) Cek Fakta: Klaim Cadangan Nikel Indonesia Terbesar di Dunia, Timah Terbesar Kedua

    Sumber: liputan6.com
    Tanggal publish: 21/01/2024

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Calon wakil presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka menyebut bahwa cadangan nikel Indonesia merupakan yang terbesar di dunia. Selain itu, Gibran juga mengatakan, cadangan timah Indonesia terbesar kedua di dunia.
    Hal ini disampaikan Gibran saat memaparkan visi-misinya dalam acara debat cawapres di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu (21/1/2024).
    "Indonesia punya sumber daya alam yang sangat kaya, di antaranya kita punya cadangan nikel terbesar di dunia. Timah, terbesar nomor dua," kata Gibran.
    Dikutip dari artikel berjudul "Deretan Negara Penghasil Nikel Terbesar di Dunia pada 2022, Indonesia Nomor Satu!" yang dimuat situs databoks.katadata.co.id ada 2 Maret 2023, Indonesia menempati posisi pertama sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia.
    Prospek nikel di masa depan bisa dibilang cukup cerah. Komoditas ini merupakan bahan baku penting dalam pembuatan baterai pada industri kendaraan listrik (EV), yang industrinya tengah tumbuh secara eksponensial.
    Menurut laporan Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), produksi nikel di dunia diperkirakan mencapai 3,3 juta metrik ton pada 2022. Jumlah itu meningkat 20,88% dibandingkan pada 2021 yang sebanyak 2,73 juta metrik ton.
    Dalam laporan tersebut, Indonesia adalah produsen nikel terbesar di dunia pada 2022. Total produksinya diperkirakan mencapai 1,6 juta metrik ton atau menyumbang 48,48% dari total produksi nikel global sepanjang tahun lalu.
    Selanjutnya, ada Filipina yang berada di peringkat kedua dengan produksi nikel sebesar 330 ribu metrik ton. Lalu, total nikel yang diproduksi dari Rusia tercatat sebesar 220 ribu metrik ton.
    Berikutnya, produksi nikel di Kaledonia Baru dan Australia masing-masing sebesar 190 ribu metrik ton dan 160 ribu metrik ton.
    Selain unggul sebagai produsen, Indonesia tercatat sebagai pemilik cadangan nikel terbesar di dunia pada 2022 yakni mencapai 21 juta metrik ton. Posisinya setara dengan Australia. Ada pula Brasil sebagai pemilik cadangan nikel terbesar dunia berikutnya sebanyak 16 juta metrik ton.
    Berikut daftar negara produsen nikel terbesar dunia pada 2022:
    Selain itu, mengenai cadangan Timah, Indonesia berada di peringkat kedua. Informasi ini dikutip dari artikel berjudul "Ini 5 Negara Penghasil Timah Terbesar di Dunia Ada Indonesia" yang dimuat situs kabar24.bisnis.com pada 17 September 2022.
    Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana untuk menghentikan kegiatan ekspor timah, khususnya yang berbentuk balok hasil pemurnian (timah ingot) pada akhir 2022. Hal itu sebagai tindak lanjut atas arahan Presiden Joko Widodo untuk membangun hilirisasi serta industri berbasis energi baru terbarukan (EBT).
    Rencana laporan ekspor timah oleh Indonesia otomatis akan mempengaruhi stok dunia. Sebab, Indonesia merupakan salah satu produsen timah terbesar di dunia. Pada tahun 2021, konsumsi timah global mencapai 390,9 ribu ton, yang 48 persennya digunakan sebagai solder pada industri elektronik dan 17 persen sebagai timah kimia untuk keperluan industri keramik, kaca dan lain-lain.
    Berikut ini adalah beberapa negara penghasil timah terbesar di dunia yang sudah dilansir dari berbagai sumber:
    1. China
    Produksi pertambangan di negara Cina pada tahun 2021 mencapai 91 ribu ton. Pada tahun sebelumnya, negeri tirai bambu ini memproduksi timah hingga 84 ribu ton. Artinya jika dibandingkan pada tahun 2020, produksi timah di negara Cina mulai mengalami pertumbuhan 8,33 persen. Cadangan timah milik Cina saat ini mencapai 1,1 juta ton. Itu menjadikannya sebagai negara penghasil timah terbesar di dunia.
    2. Indonesia
    Produksi tambah timah di negara Indonesia pada tahun 2021 mencapai 71 ribu ton. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, produksi timah di Indonesia hanya 53 ribu ton, yang artinya mengalami peningkatan 33,9 persen. Adapun cadangan untuk timah Indonesia yang telah diketahui, angkanya mencapai 800 ribu ton.
    3. Myanmar
    Negara tetangga Indonesia ini pada tahun 2021 berhasil menambang timah sebanyak 28 ribu ton. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, penurunannya mencapai 3,45 persen. Cadangan timah milik Myanmar saat ini mencapai 700 ribu ton yang artinya masih banyak lagi yang belum dieksplorasi.
    4. Kongo
    Kongo memiliki tambang timah di wilayah Walikale yang Bernama Bisie. Tambang Bisie didirikan setelah seorang pemburu menemukan kasiterit disana. Tambang tersebut sebelumnya merupakan sumber illegal dari sekitar 15 ribu ton timah, atau 4 persen dari produksi global. Pada tahun 2016, produksi timah di negara Kongo adalah sebesar 5.200MT yang mana jumlah turun lebih dari 18 persen dibandingkan dengan 6.400MT pada tahun 2015.
    5. Thailand
    Pada awal tahun 1970-an, rata-rata produksi timah Thailand adalah sebesar 29.000 ton per tahun. Pada pertengahan 1970-an, jumlah tersebut turun menjadi 22 ribu ton, disusul pada tahun 1980 naik menjadi 46 ribu ton, dan pada tahun 1985 produksi timah turun menjadi sekitar 23 ribu ton. Meskipun produksinya yang melimpah, industri pertambangan timah telah menghasilkan sejumlah kontroversi politik, kerusuhan sosial dan aktivitas illegal sejak tahun 1970-an hingga pertengahan 1980-an.

    Hasil Cek Fakta