• (GFD-2022-8931) [SALAH] Imam Besar Kadrun Yang Baru Rojack Al Garong

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 06/01/2022

    Berita

    AKun Facebook bernama Fauzie Husni memposting sebuah gambar yang memperlihatkan sosok Rocky Gerung mengenakan peci dan selndang sorban di kepalanya sambil memegang mikrofon. Dalam foto tersebut juga terdapat narasi “Imam Besar Kadrun yg baru : IMAM BESAR ROJACK AL GARONG
    BUNGKUSLAH TUBUHMU DGN JUBAH DAN SORBAN…. MAKA ORG” DUNGU AKN MENGIKUTI APA PUN YG KAU KATAKAN ..!!”.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan penelusuran, ditemukan bahwa foto tersebut merupakan hasil editan dari dua buah foto. Foto asli pertama adalah foto Bahar bin Simth yang identik dengan foto sampul dari artikel merdeka.com berjudul “Berkas Kasus Lengkap, Bahar bin Smith Segera Disidang”, (4/2/19).

    Kemudian foto kedua yaitu wajah Roky Gerung yang identik dengan sampul artikel kumparan.com berjudul “Diskusi di Denpasar, Rocky Gerung Kritik Gizi Buruk hingga Ekonomi RI”, (10/4/19).

    Foto editan serupa juga pernah diverifikasi oleh situs turnbackhoax.id pada 2 Juli 2020 dengan artikel berjudul “[SALAH] Foto “Imam Besar Kadrun yg baru : IMAM BESAR ROJACK AL GARONG”, Namun terdapat modifikasi penambahan narasi yang tercantum pada foto.

    Kesimpulan

    Foto hasil suntingan atau editan dari dua foto yang berbeda.

    Rujukan

  • (GFD-2022-8930) [SALAH] Tautan Penerima BLT UMKM Bulan Januari 2022 Sebesar Rp1,2 Juta

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 06/01/2022

    Berita

    Akun Facebook dengan nama pengguna “Ari Ramadhan” (https://www.facebook.com/profile.php?id=100065785864465) mengunggah sebuah tautan untuk memeriksa nama-nama penerima BLT UMKM bulan Januari 2022. Dalam narasi tersebut juga disebutkan bahwa jumlah bantuan yang diberikan adalah Rp1,2 juta.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, narasi tersebut merupakan hoaks lama yang kembali beredar. Melansir dari TribunNews, Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Isa Rachmatarwata menjelaskan bahwa pihaknya masih belum bisa memastikan apakah pemberian BLT UMKM masih akan dilanjutkan di tahun 2022. Isa menyatakan bahwa kelanjutan program BLT UMKM akan ditetapkan berdasaran kebijakan dari Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC PEN).

    Narasi serupa juga pernah beredar pada Juni 2021 lalu. Artikel dengan topik tersebut telah diunggah di situs turnbackhoax.id dengan judul artikel “[SALAH] Bantuan Sosial Rp1.2 Juta Rupiah untuk 9.8 Juta Masyarakat” yang diunggah pada 16 Juni 2021.

    Dengan demikian, narasi yang diunggah oleh akun Facebook dengan nama pengguna “Ari Ramadhan” tersebut dapat dikategorikan sebagai Konten Palsu/Fabricated Content.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Khairunnisa Andini.

    Hoaks lama yang kembali beredar. Faktanya, pihak Kementerian Keuangan masih belum bisa memastikan apakah pemberian BLT UMKM masih akan dilanjutkan di tahun 2022.

    Rujukan

  • (GFD-2022-8929) [SALAH] Gambar Anies membaca buku “101 cara ngeles”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 05/01/2022

    Berita

    Akun Facebook Satria Pamungkas pada 28 Desember 2021 memposting sebuah gambar Anies yang sedang membaca buku. Cover buku bewarna hitam tersebut bertuliskan “101 cara ngeles”.

    Hasil Cek Fakta

    Setelah ditelusuri, pada akun Instagram resmi Anies Baswedan ditemukan gambar Anies sedang duduk membaca buku dalam postingan yang diunggah 21 November 2020. Jika dibandingkan dengan gambar di Facebook terdapat kesamaan pada pakaian yang digunakan Anies dan ruangan. Namun pada gambar di Instagram Anies buku yang dibaca memiliki cover “HOW DEMOCRACIES DIE”.

    Gambar Anies yang sedang membaca buku bercover “101 cara ngeles” merupakan hoaks lama yang kembali beredar. Melansir dari turnbackhoax.id pada bulan Oktober hoaks tersebut telah diperiksa faktanya.

    Dengan demikian gambar postingan di Facebook telah disunting pada bagian cover buku. Cover asli bertuliskan “HOW DEMOCRACIES DIE” bukan “101 cara ngeles”, sehingga hal tersebut masuk dalam kategori konten parodi.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Luthfiyah OJ (UIN Raden Mas Said Surakarta).

    Gambar tersebut telah disunting pada bagian cover buku. Faktanya, cover yang asli bertuliskan “HOW DEMOCRACIES DIE” bukan “101 cara ngeles” dan merupakan hoaks lama yang kembali beredar.

    Rujukan

  • (GFD-2022-8928) Keliru, Pernyataan Robert Malone soal Vaksin mRNA untuk Covid-19 belum Diuji secara Memadai dan Vaksinasi Anak Tidak Bermanfaat.

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 06/01/2022

    Berita


    Potongan video Robert Malone yang berisi beberapa klaim bahwa vaksin mRNA belum diuji memadai dan tidak ada manfaat memberikan vaksin bagi anak, diunggah salah satu akun ke Twitter pada 26 Desember 2021. Adapun Robert Malone adalah seorang ahli virus dan imunologi asal Amerika Serikat.
    Dalam video berdurasi 2 menit 20 detik itu, Robert Malone berpakaian jas hitam lengkap, membacakan sejumlah narasi tentang pemberian vaksin mRNA bagi anak-anak. Pada satu menit awal, Robert mengatakan bahwa vaksin dapat menyebabkan gangguan pada otak, penyakit jantung, dan kerusakan sistem reproduksi. 
    “Ini tentang fakta bahwa teknologi baru (vaksin mRNA) itu belum diuji memadai. kita membutuhkan setidaknya lima tahun untuk penelitian dan pengujian. sebelum kita benar-benar memahamirisikonya yang terkait dengan teknologi ini,” kata dia. 
    Sedangkan pada menit kedua, Robert mengatakan bahwa vaksinasi anak adalah bagian dari eksperimen paling radikal dalam sejarah manusia. Alasan vaksinasi pada anak dianggap hanyalah kebohongan. 
    “Poin terakhir alasan mereka memberi  vaksin anak Anda adalah kebohongan. Anak-anak tidak berbahaya bagi orangtua atau kakek nenek mereka. kebalikannya ada kekebalan setelah kena covid diciptakan untuk mengamankan keluarga anda jika bukan dunia dari penyakit ini,” katanya. 
    Tangkapan layar unggahan dengan klaim bahwa Robert Malone Menyatakan Vaksin mRNA untuk Covid-19 belum Diuji secara Memadai dan Vaksinasi Anak Tidak Bermanfaat.

    Hasil Cek Fakta


    Klaim 1: Vaksin mRNA belum diuji memadai
    Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa teknologi vaksin mRNA COVID-19 telah dinilai secara ketat terkait aspek keamanan. Dalam uji klinis telah menunjukkan bahwa vaksin mRNA menghasilkan respons imun yang memiliki kemanjuran tinggi terhadap penyakit. Teknologi vaksin mRNA telah dipelajari selama beberapa dekade, termasuk dalam konteks vaksin Zika, rabies, dan influenza. Vaksin mRNA tidak menggunakan virus hidup dan tidak mengganggu DNA manusia.
    Vaksin Covid-19 yang menggunakan teknologi mRNA dan telah mendapatkan izin penggunaan dari sejumlah negara yakni Pfizer-BioNTech dan Moderna. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Amerika Serikat (CDC) menjelaskan, seperti semua vaksin, vaksin mRNA bermanfaat bagi orang yang divaksinasi dengan memberi mereka perlindungan terhadap penyakit seperti COVID-19 tanpa mempertaruhkan konsekuensi yang berpotensi serius dari sakit.
    Dikutip dari laman Komisi Eropa, Michel Goldman, seorang Profesor Imunologi dan pendiri Institut untuk Inovasi Interdisipliner dalam perawatan kesehatan di Université Libre de Bruxelles, Belgia, menjelaskan proses vaksin Covid-19 mRNA lebih cepat dari biasanya. Ini karena para peneliti sebelumnya telah membangun platform mRNA untuk kebutuhan vaksin kanker atau vaksin lain yang sedang diuji coba. Artinya, vaksin mRNA dapat diterapkan segera setelah urutan genom virus dibagikan.
    Selama pandemi Covid-19, regulator vaksin juga bekerja lebih cepat dari biasanya untuk meninjau data uji coba Covid-19 mRNA. Akan tetapi standar aturan tetap diberlakukan seperti vaksin-vaksin sebelumnya. “Saya benar-benar tidak berpikir mereka memotong ‘tikungan’  dalam hal keamanan,” kata Prof. Goldman. Uji coba vaksin mRNA untuk Covid-19 dilakukan secara bertahap, dimulai dengan uji coba pada hewan, dan kemudian tiga uji coba pada manusia – Fase 1, Fase 2, dan akhirnya Fase 3.
    Klaim 2: Vaksin mRNA merusak otak, jantung dan sistem reproduksi
    Kondisi neurologis yang langka dapat terjadi setelah vaksinasi Covid, tetapi risikonya jauh lebih tinggi pada orang yang terinfeksi Covid-19, menurut penelitian yang dimuat di Nature Medicine, seperti dikutip dari BBC edisi 25 Oktober 2021. Penelitian penting di Inggris ini menunjukkan bahwa vaksinasi menawarkan perlindungan terbaik untuk kesehatan secara keseluruhan. 
    Para ilmuwan, dari Universitas Oxford dan Edinburgh, membandingkan tingkat kondisi neurologis yang terlihat dalam sebulan setelah suntikan Covid pertama, dengan yang terlihat dalam sebulan setelah tes virus corona positif. Mereka mencari perbandingan kondisi langka yang disebut Guillain-Barre Syndrome (GBS), yang menyebabkan peradangan pada saraf dan dapat memicu mati rasa, kelemahan dan nyeri, biasanya di kaki, tangan dan anggota badan dan dapat menyebar ke dada dan wajah. GBS dapat diobati dan kebanyakan orang pada akhirnya akan sembuh total, tetapi bisa sangat serius dan bahkan mengancam jiwa bagi sebagian orang. 
    Salah satu hasil penelitian menunjukkan ada 60 kasus ekstra stroke hemoragik (pendarahan di otak) untuk setiap 10 juta orang dewasa yang mendapatkan vaksin mRNA Pfizer. Sedangkan terdapat 145 kasus GBS tambahan per 10 juta dengan tes positif dan 123 kasus gangguan peradangan otak ekstra seperti meningitis ensefalitis dan mielitis ditemukan per 10 juta orang yang positif Covid-19. Akan tetapi diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami hal ini.
    Prof Julia Hippisley-Cox, dari Universitas Oxford, mengatakan: "Pesan yang sangat besar dari penelitian tersebut adalah ini adalah munculnya peristiwa neurologis yang mungkin terkait dengan vaksin sangat langka. Tetapi ada banyak bukti keefektifan vaksin terhadap penyakit serius.”
    Terkait klaim vaksin menyebabkan gangguan jantung, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) menjelaskan, jarang ada laporan terjadinya gangguan jantung seperti miokarditis dan perikarditis setelah vaksin Covid-19. Kasus miokarditis yang dilaporkan warga Amerika ke kanal laporan kejadian ikutan pasca imunisasi (Vaccine Adverse Event Reporting System/VAERS) terjadi setelah vaksinasi mRNA COVID-19 (Pfizer-BioNTech atau Moderna), terutama menimpa remaja pria dan dewasa muda, setelah mendapat dosis kedua. 
    Namun sebagian besar pasien dengan miokarditis atau perikarditis yang menerima perawatan, bisa pulih dengan cepat setelah mendapatkan obat dan istirahat cukup.  Pasien biasanya dapat kembali ke aktivitas normal sehari-hari setelah gejala membaik. 
    Terakhir soal klaim vaksin Covid-19 mRNA dapat mengganggu sistem reproduksi atau kemandulan, tidak ada bukti atas klaim ini. Dikutip dari situs Science News, sebuah penelitian menemukan bahwa tidak ada perbedaan dalam tingkat kehamilan setelah transfer embrio pada wanita yang memiliki antibodi terhadap virus corona dari vaksinasi atau infeksi, dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki antibodi. 
    Para peneliti melaporkan hal itu dalam Fertility and Sterility Reports pada bulan September. Dalam uji klinis yang menguji vaksin, kehamilan yang tidak disengaja terjadi pada kelompok vaksin dan kelompok kontrol yang tidak divaksinasi pada tingkat yang sama, seperti data yang ditunjukkan dalam Nature Review Immunology pada bulan April.
    Klaim 3: Vaksin untuk anak-anak tidak bermanfaat
    John Hopkins Medicine menjelaskan bahwa anak-anak yang mendapatkan vaksin Covid-19 akan mendapatkan banyak manfaat. Pertama, vaksin membantu mencegah anak-anak terkena COVID-19. Meskipun COVID-19 pada anak-anak terkadang lebih ringan daripada orang dewasa, beberapa anak yang terinfeksi virus corona dapat mengalami infeksi paru-paru yang parah, menjadi sangat sakit, dan memerlukan rawat inap.
    Vaksin membantu mencegah atau mengurangi penyebaran COVID-19: Seperti orang dewasa, anak-anak juga dapat menularkan virus corona kepada orang lain jika mereka terinfeksi, bahkan ketika mereka tidak memiliki gejala. Vaksin untuk anak juga dapat membantu menghentikan munculnya varian lain.
    Menurut UNICEF, dari 3,4 juta kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia, 0,4 persen di antaranya atau sekitar 12 ribu adalah anak-anak dan remaja yang berusia di bawah 20 tahun. Dari jumlah kematian anak-anak dan remaja itu, 58 persen adalah remaja berusia 10-19 tahun dan 42 persen berusia 0-9 tahun. 

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, narasi bahwa vaksin mRNA untuk Covid-19 belum diuji secara memadai dan tidak ada manfaat vaksin untuk anak, adalah keliru. Proses pembuatan vaksin mRNA telah melalui uji keamanan yang ketat seperti halnya vaksin lainnya. Sedangkan vaksin untuk anak memiliki manfaat untuk mengurangi tingkat keparahan dan penyebaran Covid-19.
    Tim Cek Fakta Tempo

    Rujukan