DUA konten yang diklaim merekam peristiwa meteor jatuh di Cirebon, Jawa Barat, beredar di Facebook [arsip] dan X [arsip] pada 6 dan 10 Oktober 2025.
Konten pertama memperlihatkan sebongkah batu berukuran besar jatuh menimpa rumah warga di sebuah perkampungan. Konten kedua menampilkan batu yang mengeluarkan asap jatuh di lahan persawahan.
Namun, benarkah kedua konten itu asli?
(GFD-2025-29574) Keliru: Penampakan Meteor yang Jatuh di Daratan Cirebon
Sumber:Tanggal publish: 16/10/2025
Berita
Hasil Cek Fakta
Tempo memverifikasi konten itu lewat pencarian gambar terbalik Google dan membandingkannya dengan sumber kredibel. Faktanya, foto dan video tersebut dibuat dengan akal imitasi (AI).
Sebuah benda langit yang diduga kuat meteor memang melintas di langit Cirebon pada Ahad malam, 5 Oktober 2025. Sejumlah warganet merekam bola api itu dan mengunggahnya ke media sosial.
Peneliti astronomi dan astrofisika dari Badan Riset dan Inovasi Nasional, Thomas Djamaluddin, menyimpulkan meteor berukuran cukup besar melintas memasuki wilayah Kuningan, Kabupaten Cirebon, dari arah barat daya sekitar pukul 18.35 hingga 18.39 WIB. “Ada yang menyaksikan bola api meluncur dan ada rekaman CCTV pukul 18.35 WIB,” ujar Thomas.
Sebuah benda langit yang diduga kuat meteor memang melintas di langit Cirebon pada Ahad malam, 5 Oktober 2025. Sejumlah warganet merekam bola api itu dan mengunggahnya ke media sosial.
Peneliti astronomi dan astrofisika dari Badan Riset dan Inovasi Nasional, Thomas Djamaluddin, menyimpulkan meteor berukuran cukup besar melintas memasuki wilayah Kuningan, Kabupaten Cirebon, dari arah barat daya sekitar pukul 18.35 hingga 18.39 WIB. “Ada yang menyaksikan bola api meluncur dan ada rekaman CCTV pukul 18.35 WIB,” ujar Thomas.
Kesimpulan
BMKG Cirebon juga merekam getaran pada waktu yang sama dengan dentuman tersebut. Namun, benda langit itu tidak jatuh ke daratan, melainkan ke Laut Jawa.
Pilihan editor: Penjelasan Peneliti BRIN dan BMKG soal Dugaan Meteor Jatuh di Cirebon
Tempo kemudian menganalisis visual pertama menggunakan alat deteksi Hive Moderation. Hasilnya menunjukkan kemungkinan 99,9 persen foto itu dibuat dengan akal imitasi.
Selain itu, dengan alat analisis kedua, Wasit AI, juga menunjukkan bahwa foto tersebut buatan AI.
Sementara terkait konten kedua, Tempo menemukan akun di Facebook yang mengunggah video serupa lebih awal pada 9 oktober 2025. Pemilik akun memberikan narasi bahwa konten itu buatan AI.
Analisis video menggunakan alat deteksi AI, Matrix Tencent, menyimpulkan kemungkinan 52,77 persen video tersebut melibatkan kecerdasan buatan.
Verifikasi Tempo menyimpulkan, penampakan meteor yang jatuh di Cirebon adalah keliru. Foto dan video yang beredar merupakan buatan kecerdasan buatan. Meteor yang melintas di kawa
Pilihan editor: Penjelasan Peneliti BRIN dan BMKG soal Dugaan Meteor Jatuh di Cirebon
Tempo kemudian menganalisis visual pertama menggunakan alat deteksi Hive Moderation. Hasilnya menunjukkan kemungkinan 99,9 persen foto itu dibuat dengan akal imitasi.
Selain itu, dengan alat analisis kedua, Wasit AI, juga menunjukkan bahwa foto tersebut buatan AI.
Sementara terkait konten kedua, Tempo menemukan akun di Facebook yang mengunggah video serupa lebih awal pada 9 oktober 2025. Pemilik akun memberikan narasi bahwa konten itu buatan AI.
Analisis video menggunakan alat deteksi AI, Matrix Tencent, menyimpulkan kemungkinan 52,77 persen video tersebut melibatkan kecerdasan buatan.
Verifikasi Tempo menyimpulkan, penampakan meteor yang jatuh di Cirebon adalah keliru. Foto dan video yang beredar merupakan buatan kecerdasan buatan. Meteor yang melintas di kawa
Rujukan
- https://web.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid02UJKHqHe7ao4RXAdZN76Gi183mQKXhQgR52b1nkid1fSqqNmBZJkX4SQgsmN2HtR6l&id=100084345155848
- https://perma.cc/2ESL-QJLT
- https://x.com/NgkongRoses/status/1976525623138156938?t=T_bdXbAp4XMcyfDJbetbsQ&s=08
- https://perma.cc/7HJ4-VF7V
- https://www.tempo.co/politik/penjelasan-peneliti-brin-dan-bmkg-soal-dugaan-meteor-jatuh-di-cirebon-2076642
- https://wasitai.com/
- https://www.facebook.com/reel/1501673551040068
- https://matrix.tencent.com/ai-detect
(GFD-2025-29573) Benar: Video Warga Asmat Papua Meninggal Ditembak TNI pada September 2025
Sumber:Tanggal publish: 16/10/2025
Berita
SEBUAH video beredar di Instagram [arsip] dengan klaim bahwa TNI menembak warga Asmat, Papua, hingga tewas. Video itu memperlihatkan sejumlah warga meratapi sosok seorang pemuda Asmat yang terbaring di atas lantai.
Informasi dalam video itu menyebut pemuda Asmat yang ditembak TNI itu bernama Irenius Baotaipota, 21 tahun, dari Distrik Safan, Kampung Simsagar. Ia tewas ditembak anggota TNI dari Satuan Tugas (Satgas) Yonif 123/Rajawali yang bertugas di Asmat. Peristiwa ini terjadi pada Sabtu, 27 September 2025.
Benarkah video yang beredar itu adalah pemuda suku Asmat bernama Irenius Baotaipota, yang ditembak TNI?
Informasi dalam video itu menyebut pemuda Asmat yang ditembak TNI itu bernama Irenius Baotaipota, 21 tahun, dari Distrik Safan, Kampung Simsagar. Ia tewas ditembak anggota TNI dari Satuan Tugas (Satgas) Yonif 123/Rajawali yang bertugas di Asmat. Peristiwa ini terjadi pada Sabtu, 27 September 2025.
Benarkah video yang beredar itu adalah pemuda suku Asmat bernama Irenius Baotaipota, yang ditembak TNI?
Hasil Cek Fakta
Tempo memverifikasi konten tersebut dengan pencarian gambar terbalik dan mewawancarai lembaga pemantau hak asasi manusia. Hasilnya, pria dalam video itu merupakan korban penembakan aparat TNI di Asmat.
Menggunakan Google Reverse Image, video reels serupa diunggah oleh warga Papua Beny Pakage di Facebook pada 28 September 2025. Ia menulis bahwa tewasnya pemuda Asmat itu terjadi sehari sebelumnya pada 27 September.
Direktur Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, membenarkan informasi dalam video itu. “Iya, betul,” ujarnya kepada Tempo melalui aplikasi perpesanan, Selasa, 14 Oktober 2025.
Berdasarkan catatan Amnesty International, peristiwa penembakan itu terjadi pada Sabtu, 27 September 2025 dan menewaskan Irenius Baotaipota, 21 tahun. Anggota Satgas Yonif 123/Rajawali di Agats, Kabupaten Asmat, Papua Selatan diduga menjadi pelaku penembakan tersebut.
Tak hanya merenggut satu nyawa, penembakan tersebut juga melukai tiga warga lainnya, yaitu Petrus Bakas, Gerfas Yaha, dan seorang anak di bawah umur, Erik Amiyaram.
Peristiwa itu kemudian memicu amarah warga yang menuntut pertanggungjawaban, hingga berujung pembakaran pos TNI di Asmat. Sejumlah media kredibel seperti Kompas TV, BBC Indonesia, dan Kumparan turut memberitakannya.
Peristiwa tragis ini, kata Usman, semakin menegaskan pendekatan keamanan bersenjata di Tanah Papua terus memunculkan korban dari kalangan warga sipil yang tak bersalah. Ia mengingatkan bahwa dari perspektif HAM, setiap orang berhak atas hidup dan perlakuan yang manusiawi.
“Tidak ada alasan yang dapat membenarkan tindakan kekerasan oleh aparat negara terhadap warga sipil,” katanya.
Usman mendesak adanya penyelidikan independen yang transparan dan imparsial untuk mengungkap kebenaran serta menuntut pertanggungjawaban hukum bagi pelaku dan komandannya. Sebab, tragedi ini juga seharusnya menjadi peringatan bagi negara, terutama pemerintah dan TNI, untuk mengevaluasi kembali penempatan pasukan non-organik di wilayah sipil Papua.
“Tidak cukup hanya melibatkan tim internal TNI, namun juga lembaga negara lainnya seperti Komnas HAM dan lembaga-lembaga terkait lainnya,” ujarnya.
Senada dengan Amnesty International, Koalisi Penegak Hukum dan Hak Asasi Manusia Papua mendesak Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto segera memproses hukum anggotanya yang telah menyalahgunakan tugas dan kewenangan. Koalisi sejumlah organisasi hak asasi manusia itu meyakini, tindakan anggota Satgas Yonif 123/Rajawali itu termasuk pelanggaran HAM dan menyalahgunakan senjata api.
Dilansir dari Tempo, Kepala Penerangan Komando Daerah Militer (Kapendam) XVII/Cenderawasih Kolonel Infanteri Candra Kurniawan berdalih bahwa kejadian ini berawal saat Prajurit TNI dari Satgas 123/Rajawali berupaya menenangkan warga setempat yang mabuk.
Versi Candra, prajurit itu menilai orang mabuk itu membahayakan masyarakat, bahkan menyebabkan dua warga lainnya terluka. Kemudian prajurit terpaksa mengeluarkan tembakan peringatan, namun menyebabkan 1 orang masyarakat meninggal dunia.
Polisi Militer dari Kodam XVII/Cenderawasih mengklaim tengah mendalami peristiwa penembakan oleh prajurit TNI itu.
"Saat ini peristiwa tersebut sedang didalami oleh penyidik polisi militer," ujar Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Mayor Jenderal Freddy Ardianzah sebagaimana diberitakan Tempo, Selasa, 30 September 2025.
Menggunakan Google Reverse Image, video reels serupa diunggah oleh warga Papua Beny Pakage di Facebook pada 28 September 2025. Ia menulis bahwa tewasnya pemuda Asmat itu terjadi sehari sebelumnya pada 27 September.
Direktur Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, membenarkan informasi dalam video itu. “Iya, betul,” ujarnya kepada Tempo melalui aplikasi perpesanan, Selasa, 14 Oktober 2025.
Berdasarkan catatan Amnesty International, peristiwa penembakan itu terjadi pada Sabtu, 27 September 2025 dan menewaskan Irenius Baotaipota, 21 tahun. Anggota Satgas Yonif 123/Rajawali di Agats, Kabupaten Asmat, Papua Selatan diduga menjadi pelaku penembakan tersebut.
Tak hanya merenggut satu nyawa, penembakan tersebut juga melukai tiga warga lainnya, yaitu Petrus Bakas, Gerfas Yaha, dan seorang anak di bawah umur, Erik Amiyaram.
Peristiwa itu kemudian memicu amarah warga yang menuntut pertanggungjawaban, hingga berujung pembakaran pos TNI di Asmat. Sejumlah media kredibel seperti Kompas TV, BBC Indonesia, dan Kumparan turut memberitakannya.
Peristiwa tragis ini, kata Usman, semakin menegaskan pendekatan keamanan bersenjata di Tanah Papua terus memunculkan korban dari kalangan warga sipil yang tak bersalah. Ia mengingatkan bahwa dari perspektif HAM, setiap orang berhak atas hidup dan perlakuan yang manusiawi.
“Tidak ada alasan yang dapat membenarkan tindakan kekerasan oleh aparat negara terhadap warga sipil,” katanya.
Usman mendesak adanya penyelidikan independen yang transparan dan imparsial untuk mengungkap kebenaran serta menuntut pertanggungjawaban hukum bagi pelaku dan komandannya. Sebab, tragedi ini juga seharusnya menjadi peringatan bagi negara, terutama pemerintah dan TNI, untuk mengevaluasi kembali penempatan pasukan non-organik di wilayah sipil Papua.
“Tidak cukup hanya melibatkan tim internal TNI, namun juga lembaga negara lainnya seperti Komnas HAM dan lembaga-lembaga terkait lainnya,” ujarnya.
Senada dengan Amnesty International, Koalisi Penegak Hukum dan Hak Asasi Manusia Papua mendesak Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto segera memproses hukum anggotanya yang telah menyalahgunakan tugas dan kewenangan. Koalisi sejumlah organisasi hak asasi manusia itu meyakini, tindakan anggota Satgas Yonif 123/Rajawali itu termasuk pelanggaran HAM dan menyalahgunakan senjata api.
Dilansir dari Tempo, Kepala Penerangan Komando Daerah Militer (Kapendam) XVII/Cenderawasih Kolonel Infanteri Candra Kurniawan berdalih bahwa kejadian ini berawal saat Prajurit TNI dari Satgas 123/Rajawali berupaya menenangkan warga setempat yang mabuk.
Versi Candra, prajurit itu menilai orang mabuk itu membahayakan masyarakat, bahkan menyebabkan dua warga lainnya terluka. Kemudian prajurit terpaksa mengeluarkan tembakan peringatan, namun menyebabkan 1 orang masyarakat meninggal dunia.
Polisi Militer dari Kodam XVII/Cenderawasih mengklaim tengah mendalami peristiwa penembakan oleh prajurit TNI itu.
"Saat ini peristiwa tersebut sedang didalami oleh penyidik polisi militer," ujar Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Mayor Jenderal Freddy Ardianzah sebagaimana diberitakan Tempo, Selasa, 30 September 2025.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelusuran Tempo, video dengan klaim bahwa pemuda suku Asmat bernama Irenius Baotaipota meninggal akibat ditembak TNI adalah benar.
Rujukan
- https://www.instagram.com/reel/DPH-GvwE1Qo
- https://perma.cc/3WSX-VBKY
- https://web.facebook.com/reel/692309429877230
- https://www.youtube.com/shorts/n5ynK5fDI9I
- https://www.bbc.com/indonesia/articles/cj4y049dj1vo
- https://www.instagram.com/reel/DPIq-vUDM9D/
- https://www.tempo.co/hukum/koalisi-penegak-hukum-papua-minta-panglima-tni-usut-penembakan-di-asmat-2074638
- https://www.tempo.co/politik/polisi-militer-dalami-penembakan-oleh-prajurit-tni-yang-sebabkan-warga-di-asmat-tewas-2074792
(GFD-2025-29572) [SALAH] Puan Maharani Tidak Suka Indonesia Disebut “Negara Konoha”
Sumber: FacebookTanggal publish: 16/10/2025
Berita
Beredar unggahan [arsip] pada Senin (13/10/2025) oleh akun Facebook “Lintas Berita”, berisikan klaim Puan Maharani tidak suka Indonesia disebut Negara Konoha, dengan narasi sebagai berikut:
“Puan maharani ketua DPR RI tidak suka indonesia disebut dengan julukan negara konoha,
Puan: punya rakyat mulutnya tidak bisa
dijaga, ngomong asal bunyi, tidak menghargai
kakek saya yang memerdekakan”
Hingga Kamis (16/10/2025), unggahan tersebut telah mendapat lebih dari 6 ribu reaksi, menuai lebih dari 7 ribu komentar dan 279 kali dibagikan oleh pengguna Facebook lainnya.
“Puan maharani ketua DPR RI tidak suka indonesia disebut dengan julukan negara konoha,
Puan: punya rakyat mulutnya tidak bisa
dijaga, ngomong asal bunyi, tidak menghargai
kakek saya yang memerdekakan”
Hingga Kamis (16/10/2025), unggahan tersebut telah mendapat lebih dari 6 ribu reaksi, menuai lebih dari 7 ribu komentar dan 279 kali dibagikan oleh pengguna Facebook lainnya.
Hasil Cek Fakta
Tim Periksa Fakta Mafindo (TurnBackHoax) menelusuri kebenaran klaim dengan memasukkan kata kunci “Puan Maharani tidak suka Indonesia disebut Negara Konoha” pada mesin pencarian Google. Hasilnya tidak ditemukan artikel dari media resmi yang mengkonfirmasi kebenaran klaim tersebut.
Pencarian mengarah ke artikel dari kompas.com dengan judul “Puan Sebut Deretan Kritik Kreatif: Indonesia Gelap hingga One Piece” yang dimuat Jum’at (15/8/2025). Pada artikel tersebut, Puan memang menyebut “Negara Konoha” dalam pidato sidang tahunan MPR bersama DPR dan DPD di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, pada Jum'at (15/8/2025), tetapi tidak ditemukan narasi seperti pada klaim yang menyebutkan Puan tidak menyukai sebutan tersebut.
“Kini, kritik rakyat hadir dalam berbagai bentuk yang kreatif dan memanfaatkan kemajuan teknologi, khususnya media sosial, sebagai corong suara publik,” ujar Puan dalam pidatonya.
“Ungkapan tersebut dapat berupa kalimat singkat seperti ‘kabur aja dulu’, sindiran tajam ‘Indonesia Gelap’, lelucon politik ‘Negara Konoha’, hingga simbol-simbol baru seperti ‘bendera One Piece’, dan banyak lagi yang menyebar luas di ruang digital,” sambungnya.
“Di balik setiap pesan ada keresahan. Dan di balik keresahan itu ada harapan. Karena itu, yang dituntut dari kita semua adalah kebijaksanaan. Kebijaksanaan untuk tidak hanya mendengar, tetapi juga memahami,” jelas Puan.
Pencarian mengarah ke artikel dari kompas.com dengan judul “Puan Sebut Deretan Kritik Kreatif: Indonesia Gelap hingga One Piece” yang dimuat Jum’at (15/8/2025). Pada artikel tersebut, Puan memang menyebut “Negara Konoha” dalam pidato sidang tahunan MPR bersama DPR dan DPD di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, pada Jum'at (15/8/2025), tetapi tidak ditemukan narasi seperti pada klaim yang menyebutkan Puan tidak menyukai sebutan tersebut.
“Kini, kritik rakyat hadir dalam berbagai bentuk yang kreatif dan memanfaatkan kemajuan teknologi, khususnya media sosial, sebagai corong suara publik,” ujar Puan dalam pidatonya.
“Ungkapan tersebut dapat berupa kalimat singkat seperti ‘kabur aja dulu’, sindiran tajam ‘Indonesia Gelap’, lelucon politik ‘Negara Konoha’, hingga simbol-simbol baru seperti ‘bendera One Piece’, dan banyak lagi yang menyebar luas di ruang digital,” sambungnya.
“Di balik setiap pesan ada keresahan. Dan di balik keresahan itu ada harapan. Karena itu, yang dituntut dari kita semua adalah kebijaksanaan. Kebijaksanaan untuk tidak hanya mendengar, tetapi juga memahami,” jelas Puan.
Kesimpulan
Unggahan berisi klaim “Puan Maharani tidak suka Indonesia disebut Negara Konoha” adalah konten palsu (fabricated content).
Rujukan
- http[Kompas] Puan Sebut Deretan Kritik Kreatif: Indonesia Gelap hingga One Piece
- https://nasional.kompas.com/read/2025/08/15/10142261/puan-sebut-deretan-kritik-kreatif-indonesia-gelap-hingga-one-piece
- https://web.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid0g4zbZjnUedyHkZKabsY4CD8nQmmRD3ptKkb2JNK8NVogKzHytKUQ1c31fG8DAcxxl&id=61550621806572 (Unggahan akun Facebook “Lintas Berita”)
- https://web.archive.org/web/20251015091615/
- https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid0g4zbZjnUedyHkZKabsY4CD8nQmmRD3ptKkb2JNK8NVogKzHytKUQ1c31fG8DAcxxl&id=61550621806572&_rdc=1&_rdr (Arsip unggahan akun Facebook “Lintas Berita”)
(GFD-2025-29571) [PARODI] Harimau Jawa Belum Punah
Sumber: facebook.comTanggal publish: 16/10/2025
Berita
Akun Facebook “Yayangsolehudin” pada Kamis (9/10/2025) mengunggah video [arsip] dengan narasi sebagai berikut:
“seorang petani aren di Sukabumi Selatan, Jawa Barat, nyaris diterkam harimau saat berada di kebunnya. Video kejadian tersebut menjadi viral di media sosial, dan banyak orang menduga harimau itu adalah Harimau Jawa yang dianggap telah punah sejak tahun 1970-an. Petani tersebut dilaporkan berhasil menyelamatkan diri dengan memanjat pohon aren. #fyp #fypage #viral #sukabumi #macan #sunda”
Video serupa juga diunggah di beberapa akun media sosial seperti [ini], dan [ini],
“seorang petani aren di Sukabumi Selatan, Jawa Barat, nyaris diterkam harimau saat berada di kebunnya. Video kejadian tersebut menjadi viral di media sosial, dan banyak orang menduga harimau itu adalah Harimau Jawa yang dianggap telah punah sejak tahun 1970-an. Petani tersebut dilaporkan berhasil menyelamatkan diri dengan memanjat pohon aren. #fyp #fypage #viral #sukabumi #macan #sunda”
Video serupa juga diunggah di beberapa akun media sosial seperti [ini], dan [ini],
Hasil Cek Fakta
Tim Pemeriksa Fakta Mafindo (TurnBackHoax) menelusuri video yang beredar melalui akun TikTok bernama “mrijal9695”, namun akun tersebut sudah tidak ditemukan. Melalui penelusuran gambar menggunakan Google, ditemukan bahwa video serupa diunggah oleh akun Instagram “krizzguy”. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa video yang diunggah telah diedit dengan menambahkan cuplikan pria berbahasa Sunda, sedangkan video aslinya menggunakan bahasa Jawa dan hanya menampilkan harimau tanpa sosok pria tersebut. Dengan demikian, video yang beredar merupakan hasil editan dari dua video berbeda.
Menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyatakan, Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) telah dinyatakan punah sejak 1980-an berdasarkan asesmen IUCN pada 2008. Penampakan terakhir yang terkonfirmasi terjadi pada 1976 di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur. Saat ini, satu-satunya subspesies harimau yang masih hidup di Indonesia adalah Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae).
Meski demikian, pada tahun 2019 muncul laporan dari warga bernama Ripi Yanuar Fajar yang mengaku berpapasan dengan hewan mirip Harimau Jawa. Peneliti BRIN, Wirdateti, menyebut hasil analisis DNA rambut yang ditemukan di lokasi tersebut menunjukkan kesesuaian genetik dengan Harimau Jawa, diperkuat dengan adanya bekas cakaran di sekitar area penemuan. Namun, Wirdateti menegaskan bahwa temuan ini belum cukup menjadi bukti pasti keberadaan Harimau Jawa di alam liar, dan masih diperlukan observasi serta studi genetik lanjutan untuk memastikannya.
Menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyatakan, Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) telah dinyatakan punah sejak 1980-an berdasarkan asesmen IUCN pada 2008. Penampakan terakhir yang terkonfirmasi terjadi pada 1976 di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur. Saat ini, satu-satunya subspesies harimau yang masih hidup di Indonesia adalah Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae).
Meski demikian, pada tahun 2019 muncul laporan dari warga bernama Ripi Yanuar Fajar yang mengaku berpapasan dengan hewan mirip Harimau Jawa. Peneliti BRIN, Wirdateti, menyebut hasil analisis DNA rambut yang ditemukan di lokasi tersebut menunjukkan kesesuaian genetik dengan Harimau Jawa, diperkuat dengan adanya bekas cakaran di sekitar area penemuan. Namun, Wirdateti menegaskan bahwa temuan ini belum cukup menjadi bukti pasti keberadaan Harimau Jawa di alam liar, dan masih diperlukan observasi serta studi genetik lanjutan untuk memastikannya.
Kesimpulan
Video dengan klaim “Harimau Jawa Belum Punah” merupakan konten parodi (Satire or Parody Content).
Rujukan
- http[Instagram.com] Krizzguy [brin.go.id] Benarkah Harimau Jawa Telah Punah? Peneliti BRIN Lakukan Analisis DNA Sampel Rambut Harimau Terbaru dari Sukabumi
- https://www.facebook.com/reel/2496653594068632 (unggahan akun Facebook “yayangsolehudin” )
- https://archive.ph/wip/YDw3d (arsip unggahan aku Facebook “yayangsolehudin” )
Halaman: 339/7087





