• (GFD-2024-15051) Cek Fakta: Tidak Benar Gambar Sampul Majalah TIME Berjudul Killer of The Year

    Sumber: liputan6.com
    Tanggal publish: 08/01/2024

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Sebuah gambar yang diklaim sampul Majalah TIME berjudul "Killer of The Year" beredar di media sosial. Gambar tersebut disebarkan oleh salah satu akun Facebook pada 31 Desember 2023.
    Dalam gambar tersebut terdapat sosok Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Pada gambar tersebut, Netanyahu berada di tengah-tengah kumpulan tengkorak manusia.
    Netanyahu yang mengenakan setelan jas berwana hitam itu terlihat menyentuh salah satu tengkorak. Terdapat juga beberapa narasi dalam gambar tersebut.
    "KILLER of the YEAR
    Responsible for War Crimes
    Crime of Apartheid
    Crime of Genocide
    Year 2023," demikian narasi dalam gambar tersebut.
    "Killer of the year... #2023," tulis salah satu akun Facebook.
    Konten yang disebarkan akun Facebook tersebut telah beberapa kali dibagikan dan mendapat beberapa komentar dari warganet.
    Benarkah dalam gambar tersebut merupakan sampul Majalah TIME berjudul "Killer of The Year"? Berikut penelusurannya.
     

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri gambar yang diklaim sampul Majalah TIME berjudul "Killer of The Year". Penelusuran dilakukan mengunjungi situs Majalah TIME yakni time.com.
    Dalam situs time.com, tidak ada gambar sampul Benjamin Netanyahu berjudul "Killer of The Year". Majalah TIME, melalui laman resminya menyatakan bahwa untuk 2023, figur penting yang paling berpengaruh pada 2023 versi majalah TIME yaitu Taylor Swift, Lionel Messi, dan Sam Altman.
    Berikut gambar tangkapan layarnya.
     

    Kesimpulan


    Gambar yang diklaim sampul Majalah TIME berjudul "Killer of The Year" ternyata tidak benar. Faktanya, gambar tersebut diduga merupakan hasil manipulasi digital.

    Rujukan

  • (GFD-2024-15050) CEK FAKTA: Benarkah Klaim Ganjar Soal Minimal Essential Force (MEF) 2024 Tidak Tercapai?

    Sumber:
    Tanggal publish: 08/01/2024

    Berita

    Bisnis.com, JAKARTA – Calon Presiden (Capres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo mengatakan bahwa target Kekuatan Pokok Minimum atau Minimum Essential Force (MEF) 2024 tidak tercapai.

    Hal itu disampaikan oleh Ganjar pada Debat Capres ketiga di Istora Senayan GBK, Jakarta, Minggu (7/1/2024).

    Selain itu, lanjut Ganjar, anggaran pertahanan di Indonesia juga dinilainya belum ideal atau 1-2% dari PDB. "Minimum Essential Force di 2024 tidak tercapai karena sekarang hanya 65,49% dari target program," katanya.

    Hasil Cek Fakta

    Adapun dilansir dari situs Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenko Polhukam), MEF ditargetkan mencapai 100% pada 2024. Hal itu tertuang pada Peraturan Presiden (Perpres) No.18/2020 tentang RPJMN 2020-2024

    Namun demikian, Dosen Asisten Ahli Hubungan Internasional dan Hubungan Ekonomi Politik Internasional Universitas Tidar Bonifasius Endo Gauh Perdana menyebut belum ada bukti terkait dengan capaian MEF Indonesia karena data terbaru yakni 2020.

    "Pada tahun 2019 capaian MEF hanya 63,19%, sedangkan targetnya 68,90%. Pada 2020 capaiannya 62,31%, sedangkan targetnya 72%. Oleh karena itu, capaian untuk tahun 2024 belum bisa dibuktikan," ujarnya.

    Sementara itu, Dosen Hubungan Internasional Universitas Paramadina Prasetia Nugraha juga meragukan bahwa MEF pada 2024 bisa mencapai 100% sebagaimana target RPJMN 2020-2024.

    "Benar, Capaian MEF memang berada pada kisaran 65%. Dengan demikian memang terdapat kondisi yang meragukan bahwa Indonesia dapat mencapai target 100% MEF pada 2024. Namun hal ini tidak lepas dari perkembangan geopolitik dan pandemi global," tuturnya.

    Rujukan

  • (GFD-2024-15049) CEK FAKTA: Uji Klaim Prabowo Soal Usia Pakai Alat Perang Sekitar 25-30 Tahun

    Sumber:
    Tanggal publish: 08/01/2024

    Berita

    Bisnis.com, JAKARTA -- Calon Presiden (Capres) nomor urut 02 Prabowo Subianto mengatakan bahwa usia pakai alat perang kurang lebih 25-30 tahun. Hal itu disampaikan oleh Prabowo pada Debat Capres ketiga di Istora Senayan GBK, Jakarta, Minggu (7/1/2024).

    "Jadi alat perang itu usianya kurang lebih 25-30 tahun, pesawat terbang, kapal perang, dan lain sebagainya. Jadi, bukan soal bekas dan tidak bekas. Tetapi usia pakai. Kemudahan," ujarnya.

    Prabowo mencontohkan bahwa pesawat Mirage 2005 dari Qatar yang ingin diakusisi masih berusia pakai 15 tahun. Namun, teknologinya mengarah ke yang lebih canggih dan terbaru.

    "Tapi kalau kita beli baru, datangnya Pak, baru 3 tahun dan operasionalnya baru 7 tahun," terangnya.

    Hasil Cek Fakta

    Sebagai perbandingan, Dosen Asisten Ahli Hubungan Internasional dan Hubungan Ekonomi Politik Internasional Universitas Tidar Bonifasius Endo Gauh Perdana menjelaskan bahwa negara dengan produksi produk pertahanan terbesar, yakni Amerika Serikat (AS), memiliki alutsista dengan usia pakai rata-rata 30 tahun.

    "Benar. Di Amerika Serikat, usia pakai alutsista adalah rata-rata 30 tahun," ujarnya. Secara terpisah, dia juga menyebut bahwa di AS setidaknya membutuhkan waktu 29 bulan untuk memproduksi kebutuhan domestik alusista mereka.

    Hal tersebut lantaran perlunya persetujuan dari Kongres atau DPR AS. "Seringkali, hanya alusista bekas yang diizinkan untuk dijual ke negara lain kecuali ada pertimbangan lain. Oleh karena itu, seringkali negara-negara pengimpor alutsista hanya bisa mendapatkan alutsista bekas yang masih layak pakai," kata Bonifasius.

    Rujukan

  • (GFD-2024-15048) Sebagian Benar, Klaim Ganjar Tentang Keamanan Laut Indonesia Butuh Sonar dan Sensor

    Sumber:
    Tanggal publish: 08/01/2024

    Berita

    Calon Presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo menyebutkan bila prioritas keamanan laut Indonesia saat ini adalah pengadaan sonar dan sensor. Hal ini karena ancaman serangan akan masuk ke darat lantaran Indonesia adalah negara kepulauan (archipelago).

    “Mana pilihannya dari matra itu? Proporsional, Pak. Tapi tidak ada serangannya akan masuk melalui darat karena kita negara archipelago. Maka yang mesti diperkuat hari ini adalah laut prioritas, laut mereka butuh sonar mereka butuh sensor-sensor dan hari ini mereka menyampaikan kepada saya kebutuhan itu nomor satu,” ucap Ganjar Pranowo saat Debat Capres ketiga, Minggu, 7 Januari 2024.

    Hasil Cek Fakta

    Penelitian Fitriana Cahyani Ardi dari Politeknik Angkatan Laut yang berjudul “Implementation of Integrated Maritime Surveillance System (IMSS) Technology for the Indonesian Navy in Increasing the Security of the Jurisdictional Marine Area” seperti dilansir dalam International Journal of Social And Management Studies (IJOSMAS) volume 4, mengatakan dengan Integrated Maritime Surveillance System dapat memberikan manfaat yang signifikan dalam meningkatkan pemantauan maritim, deteksi ancaman, dan respon cepat terhadap insiden keamanan di wilayah perairan yurisdiksi TNI Angkatan Laut.

    Integrasi sensor canggih seperti radar, sonar, dan kamera kamera, IMSS dapat secara efektif melacak dan mengidentifikasi kegiatan ilegal seperti penyelundupan narkoba, pencurian ikan dan pergerakan kapal asing yang mencurigakan. Selain itu, penggunaan analisis data dan kecerdasan buatan (AI) dan kecerdasan buatan (AI) dalam IMSS memungkinkan pemrosesan data yang cepat dan akurat, serta penyaringan informasi yang relevan untuk memandu tindakan operasional TNI AL.

    IMSS juga dapat meningkatkan kerja sama lintas lembaga dan internasional internasional melalui pertukaran informasi yang lebih efektif dengan negara-negara mitra. Untuk mengimplementasikan

    Penelitian Faris Al-Fadhat dan Naufal Nur Aziz Effendi dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta seperti dikutip dalam Jurnal Ketahanan Nasional Universitas Gadja Madja, volume 25, nomor 3, Desember 2019, halaman 373-392 menyebutkan bila Indonesia sebagai negara yang menganut politik pertahanan defensif, dituntut untuk memiliki strategi alutsista yang sesuai dengan kondisi geografisnya.

    Oleh karena itu, kerjasama dengan negara-negara yang memiliki industri pertahanan maju merupakan sebuah kebijakan strategis. Salah satunya adalah kerjasama Indonesia dengan Korea Selatan di bidang pengembangan kapal selam. Kerja sama Indonesia-Korea Selatan akan turut mengikutsertakan proses transfer teknologi untuk menjamin keberlanjutan kemandirian maritim Indonesia.

    Menurut Ludiro Madu, Dosen Ilmu Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta, dengan luas wilayah Indonesia yang mencapai 93 ribu km persegi, pengawasan keamanan di wilayah laut Indonesia menjadi tantangan tersendiri. Karena itu benar, Indonesia membutuhkan peralatan keamanan yang sesuai dengan kondisi geografis. “Sonar dan sensor berperan penting untuk mendeteksi dan memantau berbagai aktivitas di wilayah perairan yang luas ini,” kata Ludiro.

    Di samping itu, Bonifasius Endo Gauh Perdana, Dosen Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Tidar menambahkan bahwa sonar dan sensor memang dibutuhkan. Namun menurut sebuah riset, yang terpenting bagi sistem pertahanan maritim di Indonesia adalah integrasi dari sistem sonar dan sensor yang sudah ada.

    “Maritime surveillance system terbagi menjadi beberapa jenis, antara lain air surveillance, surface surveillance, dan underwater surveillance yang alatnya dapat berupa sensor system, satelit, LRC (label Surveillance Camera), radar, dan sonar. Sebagian benar Indonesia membutuhkan itu,” ujar Bonifasius.

    Prasetia Anugrah Pratama, peneliti Data dan Democracy Research Hub Monash University, Indonesia mengungkapkan jika merujuk pada data coast guard Jepang sebagai negara yang memiliki lautan yang luas, pengadaan sonar dan sensor memang merupakan sesuatu yang vital. Namun bentuk pengawasan lainnya, mulai dari penggunaan kapal hidrografi dan Unmanned Submarine Vehicle, juga menjadi equipment yang dibutuhkan dalam meningkatkan pertahanan dan keamanan laut.

    “Jadi, sebagian benar bila Indonesia membutuhkan sonar dan sensor,” ungkap Prasetia.

    Kesimpulan

    Hasil pemeriksaan fakta Tempo, klaim Ganjar Pranowo yang menyebutkan bila prioritas keamanan laut Indonesia saat ini membutuhkan sonar dan sensor adalah sebagian benar.

    Beberapa riset menyimpulkan Indonesia membutuhkan sensor dan sonar yang terintegrasi dalam Integrated Maritime Surveillance System. namun menurut sebuah riset, yang terpenting bagi sistem pertahanan maritim di Indonesia adalah integrasi dari sistem sonar dan sensor yang sudah ada.

    Bentuk pengawasan lainnya, mulai dari penggunaan kapal hidrografi dan Unmanned Submarine Vehicle, juga menjadi equipment yang dibutuhkan dalam meningkatkan pertahanan dan keamanan laut.

    Rujukan