• (GFD-2024-18353) [KLARIFIKASI] Video Permainan Kokpar di Kirgistan, Bukan Pasukan Berkuda Memasuki Palestina

    Sumber:
    Tanggal publish: 06/04/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar video dengan narasi soal ribuan pasukan berkuda memasuki wilayah Palestina.

    Namun, setelah ditelusuri, narasi tersebut keliru dan tidak sesuai dengan konteks video.

    Video yang diklaim menampilkan ribuan pasukan berkuda memasuki Palestina dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini.

    Akun tersebut membagikan video yang menampilkan sejumlah orang menyaksikan rombongan penunggang kuda. Video tersebut diberi keterangan demikian:

    Tentara utusan Allah memasuki palestina ratusan ribu kuda entar dari mana datangnya.

    RIBUAN PASUKAN BERKUDA MEMASUKI PALESTINA. Entah dari mana datangnya.

    Akun Facebook Tangkapan layar Facebook narasi yang menyebut ribuan pasukan berkuda memasuki Palestina

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com menemukan video identik di kanal YouTube ini yang diunggah pada Mei 2023.

    Berdasarkan deskripsi video, rombongan penunggang kuda itu merupakan bagian dari permainan kokpar di Kirgistan.

    Dikutip dari Astana Time, kokpar merupakan permainan tradisional yang berasal dari Kazakhstan.

    Permainan itu juga dimainkan di beberapa negara Asia Tengah, seperti Kirgistan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan.

    Kokpar dimainkan oleh sejumlah penunggang kuda. Mereka saling berebut memasukkan bangkai kambing ke dalam sebuah lubang. 

    Secara tradisional, ratusan orang berpartisipasi dalam permainan kokpar dan berlangsung selama berjam-jam.

    Kemudian, permainan dimodifikasi menjadi olahraga yang terstruktur dengan lapangan yang dilingkari dan dibagi dalam dua tim.

    Hal itu untuk memastikan keamanan para pemain. Video permainan kokpar yang telah dimodifikasi bisa dilihat di sini.

    Kesimpulan

    Ribuan pasukan berkuda memasuki wilayah Palestina merupakan narasi yang keliru.

    Video yang dibagikan di media sosial memperlihatkan permainan kokpar di Kirgistan, bukan pasukan berkuda.

    Rujukan

  • (GFD-2024-18352) [KLARIFIKASI] Satire, Akun Instagram Anak Harvey Moeis dan Sandra Dewi Punya 271 Triliun Pengikut

    Sumber:
    Tanggal publish: 06/04/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar konten dengan narasi akun Instagram Raphael Moeis memiliki 271 triliun pengikut.

    Raphael Moeis merupakan putra pertama pasangan pengusaha Harvey Moeis dan artis Sandra Dewi.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar.

    Konten yang mengeklaim akun Instagram Raphael Moeis memiliki 271 triliun pengikut dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini, pada Jumat (5/4/2024).

    Berikut narasi yang dibagikan:

    Hanya orang Indonesia ini yang bisa melebihi followers instagram sang mega bintang Cristiano Ronaldo.

    Narasi itu disertai tangkapan layar akun Instagram pesepak bola asal Portugal, Cristiano Ronaldo, yang memiliki 626 juta pengikut.

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com memeriksa akun Instagram Raphael Moeis (terverifikasi) untuk memverifikasi kebenaran narasi tersebut.

    Pengikut akun Instagram Raphael Moeis adalah 3,7 juta, bukan 271 triliun seperti dalam narasi yang beredar.

    Adapun akun IG Cristiano Ronaldo (terverifikasi) memiliki 627 juta pengikut.

    Kesimpulan

    Narasi yang mengeklaim Raphael Moeis memiliki pengikut Instagram melebihi Cristiano Ronaldo adalah tidak benar.

    Konten tersebut merupakan satire, karena Harvey Moeis ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi. Sehingga, netizen mengkritik aksi korupsi tersebut dalam bentuk lelucon di media sosial.

    Harvey Moeis diduga terlibat dalam korupsi tata niaga timah yang diperkirakan menyebabkan kerugian negara mencapai Rp 271 triliun.

    Rujukan

  • (GFD-2024-18351) [KLARIFIKASI] Foto Gedung Miring di Taiwan akibat Gempa pada 2018

    Sumber:
    Tanggal publish: 06/04/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Foto sebuah gedung yang miring diklaim terjadi akibat gempa yang mengguncang Taiwan, pada Rabu (3/4/2024). Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, klaim tersebut keliru. 

    Sebagai konteks, Taiwan dilanda gempa bumi dengan magnitudo 7,4, pada Rabu. Guncangan yang berpusat di dekat pantai timur terasa hingga seluruh Taiwan, sebagian daratan China, dan Jepang.

    Foto gedung miring akibat gempa Taiwan ditemukan di akun Instagram ini, ini, dan Facebook ini.

    Gedung yang ditampilkan berwarna putih, tetapi ada bagian bangunan mirip tabung di sisi gedung.

    Berikut narasi yang ditulis pengguna Facebook:

    Hari ini ( 3 April 2024) Gempa Kuat M 7,4 Guncang Taiwan, Bangunan Runtuh dan Picu Peringatan Tsunami di Jepang

    Buat teman teman buruh migran di Taiwan, semoga kalian senantiasa dalam lindungan Nya

    akun Facebook Tangkapan layar konten dengan konteks keliru di sebuah akun Facebook, Rabu (3/3/2024), soal foto gedung miring akibat gempa Taiwan.

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com menggunakan metode reverse image search untuk mengetahui jejak digital foto.

    Hasil pencarian di Google Lens menunjukkan, foto tersebut terkait dengan gempa di Taiwan pada 2018.

    Dilansir Washington Post, Taiwan diguncang gempa berkekuatan Magnitudo 6,4 pada 6 Februari 2018. Pusat gempa berada 22 kilometer dari Hualien.

    Gedung miring dalam foto merupakan bangunan Yun Men Tsui Ti. Gedung tersebut dimanfaatkan sebagai hunian dan pusat perbelanjaan.

    Foto bangunan Yun Men Tsui Ti yang miring akibat gempa dapat dilihat di sini dan di sini.

    Kesimpulan

    Foto gedung miring akibat gempa Taiwan pada 6 Februari 2018 disebarkan dengan konteks keliru.

    Bangunan Yun Men Tsui Ti miring akibat gempa berkekuatan Magnitudo 6,4 di Hualien, enam tahun lalu.

    Rujukan

  • (GFD-2024-18350) Cek Fakta: Tidak Benar Dosen UIN Antasari Imbau Tak Beli Kurma dari Israel

    Sumber:
    Tanggal publish: 09/04/2024

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim Dosen UIN Antasari imbau tak beli kurma dari Israel, informasi tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 9 Maret 2024.
    Klaim Dosen UIN Antasari imbau tak beli kurma dari Israel berupa tulisan sebagai berikut.
    "⚠ Jangan DibeliMERK KURMA INI
    Dr. Anang Saifuddin, MA Dosen UIN Antasarih Bjm
    Inilah Daftar Merk Kurma Import Asal Israel, Negara Ini Membunuh Kaum Muslimin :
    Sehubungan Dengan Persiapan Untuk Romadhon, Harap Di Perhatikan Dengan Seksama Agar JANGAN BELI KURMA Dari Israeli, Yang Di Jual Dengan Nama-Nama Merk Sbb:
    1.Bomaja
    2.Carmel Agrexco
    3.Delilah
    4.Desert Diamond
    5.Hadiklaim
    6.Jordan Plains
    7.Jordan River
    8.King Solomon
    9.Paradise Dates
    10.Rapunzel
    11.Red Sea
    12.Royal Treasure
    13.Shams
    14.Tamara
    BANTU SEBARKAN...
    Syukron"
    Benarkah klaim Dosen UIN Antasari imbau tak beli kurma dari Israel? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim Dosen UIN Antasari imbau tak beli kurma dari Israel, penelusuran mengarah pada keterangan tertulis berjudul "Dosen UIN Antasari Tepis Berita yang Viral ini!"  yang dimuat situs resmi UIN Antasari uin-antasari.ac.id menyebutkan, informasi tersebut bisa menjurus ke hoaks, lantaran pencatutan nama sang dosen, yang mengaku sama sekali tidak pernah membuatnya.
    “Dari redaksinya: menulis menggunakan nama seperti itu dan gelar akademik di platform WhatsApp atau media sosial lainnya, itu tidak pernah saya lakukan,” tegasnya kepada Rektor UIN Antasari via WhatsApp yang diteruskan kepada Humas, Jumat (10/03/2023).
    Lewat klarifikasi tersebut, warganet pun diharapkan teliti sebelum membagikan, karena bisa ikut menyebarkan informasi keliru, seiring sudah mencatut nama dan institusi.
    Seperti diketahui, Dr. Saifuddin, M.A. bernama lengkap Saifuddin Ahmad Husein, yang merupakan pakar linguistik lulusan S-2 University of Colorado Boulder (Amerika Serikat).

    Kesimpulan


    Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim Dosen UIN Antasari imbau tak beli kurma dari Israel tidak benar.
    Informasi tersebut bisa menjurus ke hoaks, lantaran pencatutan nama sang dosen, yang mengaku sama sekali tidak pernah membuatnya.

    Rujukan