• (GFD-2024-15316) Cek Fakta Debat Cawapres, Cak Imin: Anggaran Krisis Iklim di Bawah Sektor Lain

    Sumber:
    Tanggal publish: 21/01/2024

    Berita

    Cawapres nomor urut 1 Pilpres 2024 Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dalam sambutannya di debat cawapres di Jakarta Convention Center (JCC) pada Minggu (21/1/2024), mengatakan alokasi anggaran krisis iklim di Indonesia jauh di bawah alokasi anggaran pada sektor lain.

    “Krisis iklim harus dimulai dengan etika. Sekali lagi etika. Etika lingkungan ini intinya adalah keseimbangan antara manusia dan alam. Tidak menang-menangan. Seimbang manusia dan alam. Akan tetapi kita menyaksikan bahwa kita tidak seimbang dalam melaksanakan pembangunan kita,” kata dia.

    Cak Imin menuding pemerintah tak serius menangani krisis iklim. “Bahkan kita ditunjukkan bahwa anggaran mengatasi krisis iklim jauh di bawah anggaran sektor-sektor lainnya,” ucap Cak Imin.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasaran penelusuran Tim Cek Fakta, Kepala Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Dian Lestari menjelaskan sejak 2018-2020, anggaran perubahan iklim secara rata-rata mencapai Rp102,65 triliun atau 4,3% per tahun.

    Pembagian dari total alokasi, 74% anggaran untuk mitigasi dan 26% untuk adaptasi. Berikut alokasi anggaran untuk penanganan krisis iklim 2016-2020:

    2021: Rp112,74 triliun
    2020: Rp72,4 triliun
    2019: Rp83,54 triliun
    2018: Rp126 triliun
    2017: Rp98,6 triliun

    Secara umum, anggaran iklim masih kurang dari 10% dari APBN.

    Sementara menurut dosen Hubungan Internasional Universitas Darussalam Gontor, Afni Regita Cahyani Muis, klaim Cak Imin tersebut sebagian benar. Menurutnya, kebutuhan pembiayaan mitigasi perubahan iklim masih sebatas proyeksi dan belum maksimal.

    Selama 5 tahun terakhir rata-rata 9 (dari 2022) belanja iklim hanya 3.9% dari alokasi APBN pertahun.

    Data ini menujukkan bahwa Indonesia belum dapat terbilang serius melakukan aksi penanggulangan perubahan iklim dari anggaran negara. Padahal isu lingkungan hidup tengah menjadi isu krusial di Indonesia.

    Senada, Lead, Knowledge Generation Koalisi Sistem Pangan Lestari, Udiana Puspa Dewi menyebut dalam merumuskan kebijakan penanganan krisis iklim, seperti banjir rob, pemerintah sering hanya mempertimbangkan masukan dari NGO lokal, pemerintah daerah, dan investor luar tanpa mendengarkan narasi para penduduk yang langsung terdampak.

    Narasi resmi pemerintah Indonesia dalam mengatasi krisis iklim masih berkutat pada diskursivictim blamingatau narasi yang menyalahkan korban terdampak perubahan iklim.

    Contohnya narasi membuang sampah sembarangan dan rendahnya kesadaran masyarakat sebagai sebab banjir rob, instead of finding solution dan merumuskan kebijakan dalam mitigasi perubahan iklim

    Dosen Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia (UII) Masitoh Nur Rohmah, juga menyebut bagi Indonesia, menurut perhitungan Kementerian Keuangan, kebutuhan pendanaan perubahan iklim mencapai Rp3.779 triliun jika mengikuti peta jalan Dokumen Kontribusi Nasional (NDC).

    Artinya, setiap tahun anggaran yang dibutuhkan mencapai Rp200 triliun-Rp300 triliun. Jumlah tersebut setara dengan 7-11 persen anggaran belanja negara 2022.

    Senior Analyst Climetoworks Centre Fikri Muhammad, menyebut berdasarkan NDC Indonesia terbaru tahun 2022, Indonesia membutuhkan dana sekitar USD 285 miliar (~IDR 4,450 triliun) antara tahun 2018-2030 untuk memenuhi target mitigasi iklim saja di NDC di 2030.

    Sedangkan berdasarkan Laporan Anggaran Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim 2018-2020, anggaran yang dikeluarkan tahun 2017 dan 2018 adalah sekitar USD 10.49 miliar (Rp ~146.8 triliun) dan USD 14.02 miliar (Rp196.3 triliun).

    Dua angka ini menunjukan bahwa Indonesia masih membutuhkan dana yang banyak untuk memenuhi target iklim, baik mitigasi dan adaptasi.

    “Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa angka kebutuhan ini sangat besar, sehingga pemerintah sendiri tidak bisa bergantung sepenuhnya kepada anggaran negara. Dengan demikian, perlu dana dari eksternal, baik swasta maupun internasional, untuk memenuhi target ini,” bebernya.

    Kesimpulan

    Menurut dosen Hubungan Internasional Universitas Darussalam Gontor, Afni Regita Cahyani Muis, klaim Cak Imin tersebut sebagian benar. Menurutnya, kebutuhan pembiayaan mitigasi perubahan iklim masih sebatas proyeksi dan belum maksimal.

    Rujukan

  • (GFD-2024-15315) Gibran Sebut Dana Desa Terbukti Tingkatkan Angka Desa Berkembang dan Mandiri, Betulkah?

    Sumber:
    Tanggal publish: 21/01/2024

    Berita

    Calon wakil presiden (Cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka mengatakan penggelontoran dana desa yang diberikan oleh pemerintah terbukti telah meningkatkan angka desa berkembang dan mandiri. Sehingga menurutnya dana desa perlu ditingkatkan.

    "Anggaran dana desa sudah terbukti menurunkan angka desa tertinggal dan meningkatkan angka desa berkembang dan mandiri. Oleh karena itu anggaran desa akan ditingkatkan," kata Gibran.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah desa tertinggal pada tahun 2014 sebesar 20.432, dan pada 2018 jumlah tersebut turun menjadi 13.232 desa.

    Selaras, pada tahun 2014 jumlah desa tidak tertinggal sebesar 53.661, kemudian pada tahun 2018 jumlah tersebut meningkat menjadi 60.438 desa.

    Namun berdasarkan penelitian The Smeru Research Institute, lebih tepatnya menyatakan bahwa transfer dana desa meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional utamanya pada desa-desa yang tertinggal.

    Sementara Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi penyaluran dana desa sepanjang tahun 2023, tepatnya hingga Oktober 2023, mencapai Rp54,71 triliun.

    Kemudian jumlah dana desa yang dicairkan setara 78,2 persen dari target Rp70 triliun. Adapun secara umum, masing-masing desa di Indonesia menerima dana desa sebesar Rp600-900 juta.

    Dana desa ini diperuntukan untuk membangun dan pemberdayaan desa menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Tujuannya untuk mengatasi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan.

    Rujukan

  • (GFD-2024-15314) Cek fakta, Gibran sebut dana desa turunkan angka desa tertinggal

    Sumber:
    Tanggal publish: 21/01/2024

    Berita

    Gibran mengungkap klaim tersebut dalam sesi satu penyampaian visi misi dalam bidang energi, sumber daya alam (SDA), pangan, pajak karbon, lingkungan hidup, agraria, dan masyarakat adat pada debat keempat cawapres Pemilu 2024 yang berlangsung di Jakarta, Ahad.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, jumlah desa tertinggal mengalami penurunan, yang semulanya di tahun 2014 terdapat 20.432 pada 2014 menjadi 13.232 pada 2018.

    Alokasi dana desa yang diluncurkan sejak tahun 2015, telah mengalami peningkatan hingga tiga kali lipat. Sesuai amanat undang-undang, alokasi dana pada tahun pertama hanya sebesar Rp20,8 triliun. Sedangkan di tahun 2023, alokasi dana desa sudah mencapai Rp70 triliun. Pertambahan dana desa rata-rata sebesar 21,3 persen per tahun.

    Berdasarkan laporan Kementerian Keuangan tahun 2022, terdapat 74.960 desa yang menerima alokasi dana desa dengan rata-rata penerimaan dana sebesar Rp907 juta per desa.

    Berdasarkan data BPS, status desa berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM), pada tahun 2019 jumlah desa mandiri terdapat 840, desa maju sebanyak 8.647, desa berkembang 38.185, desa tertinggal sebanak 17.626 desa, dan desa sangat tertinggal sebanyak 3.536 desa. Sedangkan di tahun 2023 jumlah desa mandiri terdapat 11.448 desa, desa maju sebanyak 23.024, desa berkembang 28.567 desa, desa tertinggal sebanyak 6.199 desa, dan desa sangat tertinggal sebanyak 3.963 desa.

    Berdasarkan penelitian dari SMERU ditemukan bahwa transfer dana desa meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional terutama di desa-desa yang tertinggal.

    Menurut Perwakilan Koalisi Sistem Pangan Lestari, Udiana Puspa Dewi, meskipun dana desa telah membantu menurunkan jumlah desa tertinggal, belum ada alat ukur yang akurat untuk mengukur hubungan ketersaluran dana dan tingkat angka kemiskinan suatu desa. Dalam studi di desa-desa Nusa Tenggara Timur, terbukti keterserapan dana desa masih rendah dan minimnya kesiapan pemerintah desa untuk menggunakan data yang tersedia. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sosialisasi prioritas nasional di level perangkat desa dan masyarakat desa dari pemerintah pusat.

    Kesimpulan

    Menurut Perwakilan Koalisi Sistem Pangan Lestari, Udiana Puspa Dewi, meskipun dana desa telah membantu menurunkan jumlah desa tertinggal, belum ada alat ukur yang akurat untuk mengukur hubungan ketersaluran dana dan tingkat angka kemiskinan suatu desa. Dalam studi di desa-desa Nusa Tenggara Timur, terbukti keterserapan dana desa masih rendah dan minimnya kesiapan pemerintah desa untuk menggunakan data yang tersedia. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sosialisasi prioritas nasional di level perangkat desa dan masyarakat desa dari pemerintah pusat.

    Rujukan

  • (GFD-2024-15313) CEK FAKTA: Mahfud MD Sebut Pangan RI Belum Berdaulat

    Sumber:
    Tanggal publish: 21/01/2024

    Berita

    CEK FAKTA: Mahfud MD Sebut Pangan RI Belum Berdaulat

    Hasil Cek Fakta

    KOMPAS.com - Calon wakil presiden nomor urut 3, Mahfud MD mengatakan sumber daya alam (SDA) di Indonesia sangat kaya. Akan tetapi, menurut dia, pangan di dalam negeri belum berdaulat. Hal ini dikatakan Mahfud dalam debat keempat cawapres di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (21/1/2024). Adapun tema debat keempat adalah pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, masyarakat adat dan desa. "Saudara, sumber daya alam kita sangat kaya tapi pangan belum berdaulat, petani makin sedikit, lahan pertanian makin sedikit, tapi subsidi pupuk makin besar," kata Mahfud dalam debat cawapres, Minggu malam. Bagaimana faktanya? Menurut Serikat Petani Indonesia, konsep kedaulatan pangan adalah pemenuhan pangan melalui produksi lokal. Kedaulatan pangan adalah hak setiap bangsa dan setiap rakyat untuk memproduksi pangan secara mandiri dan hak untuk menetapkan sistem pertanian, peternakan, dan perikanan tanpa adanya subordinasi dari kekuatan pasar internasional. Dengan kata lain, pemenuhan pangan, utamanya bahan makanan pokok di dalam negeri tidak bergantung pada impor. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) volume impor beras ke Indonesia justru melonjak signifikan sepanjang tahun lalu. Bahkan, volume impor beras pada tahun lalu menjadi yang tertinggi dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Deputi Bidang Statistik dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, volume impor beras sepanjang tahun lalu mencapai 3,06 juta ton. Angka tersebut meroket 613,61 persen dari tahun sebelumnya. Mengacu data BPS, lonjakan signifikan tersebut menjadi yang pertama sejak 2019. Tercatat, nilai impor beras RI bergerak di kisaran 350.000 - 444.000 ton pada periode 2019-2022. Secara lebih detail, volume impor beras pada 2019 sebesar 444.510 ton, pada 2020 sebesar 356.290 ton, pada 2021 sebesar 407.740 ton, lalu pada 2022 sebesar 429.210 ton. "Selama lima tahun terakhir, impor beras di tahun 2023 ini merupakan yang terbesar, yakni sebesar 3,06 juta ton," ujar Pudji, dalam konferensi pers, Senin (15/1/2024). Secara keseluruhan, nilai impor barang konsumsi mengalami peningkatan signifikan. Pada November 2023, nilai impor barang konsumsi tercatat 191,6 juta dollar AS, atau tumbuh 10,53 persen. Dibandingkan November 2022, nilai impor barang konsumsi juga tumbuh 19,82 persen. Selain beras, ada tiga komoditas lain yang menyumbang impor besar, yaitu gula, daging jenis lembu, serta jagung. Adapun impor gula sampai November 2023 tercatat 4,55 juta ton dengan nilai 2,54 miliar dollar AS. Impor gula berasal dari tiga negara utama yaitu Thailand, Brasil, dan Australia. Di sisi lain, impor daging lembu memiliki nilai 753,84 juta dollar AS dan impor jagung 276,07 juta dollar AS sampai November 2023.

    Kesimpulan

    Secara keseluruhan, nilai impor barang konsumsi mengalami peningkatan signifikan. Pada November 2023, nilai impor barang konsumsi tercatat 191,6 juta dollar AS, atau tumbuh 10,53 persen.

    Rujukan