• (GFD-2023-11606) [SALAH] Foto “Selebaran WASPADA!! Ada Penculikan Anak-anak yang berumur 1-12 tahun dari Polda Metro Jaya”

    Sumber: Whatsapp.com
    Tanggal publish: 26/01/2023

    Berita

    Beredar sebuah selebaran yang berisi imbauan agar masyarakat mewaspadai penculik anak yang menyamar. Di selebaran ini terdapat logo Polda Metro Jaya dan logo Binmas Polri.

    Selain itu terdapat narasi: ”WASPADA!! Ada Penculikan Anak-anak yang berumur 1-12 tahun Bapak-bapak/Ibu-ibu Harus Menjaga Anak Kita dengan hati-hati! Penculik sedang ada dalam kampung-kampung dan dia menyamar sebagai Penjual, Om Telolet, Orang Gila, Ibu Hamil, Pengemis, dll. TOLONG DISEBARKAN”
    Penculikan anak thn 2023
    Penculikan anak 2023
    Penculikan anak pada tgl 24 januari 2023 di sukabumi
    Penculikan anak di manado
    Himbauan tentang penculikan anak

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, adanya selebaran berisi imbauan agar masyarakat mewaspadai penculik anak yang menyamar dengan menggunakan logo Polda Metro Jaya dan Binmas Polri merupakan konten tiruan.

    Faktanya, selebaran ini merupakan hoaks lama beredar kembali. Selebaran sejenis sudah tersebar sejak tahun 2017 dan dinyatakan hoaks oleh pihak kepolisian.

    Misalnya pada tahun 2017, dilansir dari artikel berjudul “Selebaran Berlogo Polda Jabar soal Waspada Penculik Anak” yang terbit di situs detik.com 8 Maret 2017, Kabid Humas Polda Jabar pada saat itu, Kombes (Pol) Yusri Yunus menyatakan bahwa Polda Jabar tidak pernah mengeluarkan selebaran seperti itu.

    Lalu pada tahun 2019, dilansir dari artikel berjudul “[Fakta atau Hoaks] Benarkah Polda Metro Sebar Selebaran Penculik Anak yang Menyamar?” yang terbit di situs tempo.co pada 5 November 2019, hasil penelusuran Tim Cek Fakta Tempo menunjukkan bahwa selebaran tersebut pernah dibantah oleh pihak kepolisian di sejumlah daerah, salah satunya Kepala Bidang Humas Polda Gorontalo pada saat itu, Ajun Komisaris Besar Wahyu Tri Cahyono. Bantahan itu dimuat dalam berita di situs Republika pada 30 Oktober 2018.

    “Kami sudah konfirmasi ke Polda Metro Jaya. Polri tidak pernah memberikan informasi-informasi yang meresahkan masyarakat seperti itu,” katanya.

    Kesimpulan

    Hoaks lama beredar kembali. Selebaran sejenis sudah tersebar sejak tahun 2017 dan dinyatakan hoaks oleh pihak kepolisian.

    Rujukan

  • (GFD-2023-11605) Cek Fakta: Tidak Benar Minum Kopi Bisa Digunakan Sebagai Pencegahan Kejang pada Anak

    Sumber: liputan6.com
    Tanggal publish: 26/01/2023

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan yang mengklaim kopi bisa digunakan sebagai pencegahan kejang pada anak. Postingan itu beredar sejak beberapa waktu lalu.
    Salah satu akun ada yang mempostingnya di Facebook. Akun itu mengunggahnya pada 25 Desember 2022.
    Berikut isi postingannya:
    "Selain kelapa hijau dan madu, kopi hitam juga bisa untuk penyegahan step.
    Caranya:Anak yg sering step berilah minum kopi hitam 3 sendok kecil setiap pagi."
    Lalu benarkah postingan yang mengklaim kopi bisa digunakan sebagai pencegahan kejang pada anak?

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dan menemukan artikel dari Klikdokter.com berjudul "Benarkah Kopi Hitam Bisa Cegah Bayi Alami Kejang?" yang tayang pada 7 April 2022.
    Di sana terdapat penjelasan dari dr. Jessica Florencia, Sp.PK. Ia menyebut klaim tersebut tidak benar.
    "Memberikan kopi kepada anak yang kejang adalah tindakan berbahaya dan mesti dihindari. Lagipula, belum ada bukti ilmiah yang mendukung anggapan terkait manfaat kopi untuk anak kejang," ujarnya.
    "Bukannya mengobati, kopi malah bisa merangsang kejang pada orang yang rentan. Minuman berkafein tersebut juga berpotensi mengurangi efektivitas obat antikejang," katanya menambahkan.
    Selain itu ada artikel Liputan6.com berjudul "Viral Ibu Beri Kopi Instan ke Bayi 7 Bulan, Dokter Anak Ingatkan Ini" yang tayang pada 23 Januari 2023.
    Di sana terdapat penjelasan dari dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan metabolik, Meta Hanindita.
    "Kopi malah justru mengandung antinutrien seperti kafein yang dapat menghambat penyerapan berbagai zat gizi penting untuk bayi," lanjut dokter yang sehari-hari praktik di Rumah Sakit Soetomo Surabaya ini.
    Bila menilik aturan American Academy of Pediatrics (AAP), para dokter anak di sana juga tidak menganjurkan anak-anak di bawah 12 tahun, apalagi bayi minum kopi. Jika pun anak sudah 12 tahun ke atas, minum kopinya harus dibatasi sekitar 100 mg per hari.

    Kesimpulan


    Postingan yang mengklaim kopi bisa digunakan sebagai pencegahan kejang pada anak adalah tidak benar.

    Rujukan

  • (GFD-2023-11604) Keliru, Narasi Para Pemimpin Dunia Desak Jokowi Segera Dilantik Jadi Sekjen PBB

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 26/01/2023

    Berita


    Sebuah akun Facebook membagikan video dengan narasi para pemimpin dunia mendesak Presiden Jokowi segera dilantik menjadi Sekjen PBB.
    Video berjudul “Demi Kestabilan Ekonomi Global, Para Delegasi Dunia Desak Jokowi Segera Dilantik” itu memperlihatkan para pemimpin dunia sedang berada di sebuah ruangan.
    Beberapa di antaranya yaitu Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres terlihat sedang berbincang dengan Presiden Joko Widodo. Narator video mengatakan Presiden Widodo didorong bisa menjadi Sekretaris Jenderal PBB. Hal itu disampaikan oleh salah satunya Indonesia Yout Episentrum (IYE) atau yang bergerak di bidang pemberdayaan pemuda dan masyarakat. 

    Sejak diunggah pada 20 Januari 2023, video berdurasi 6 menit 9 detik ini sudah mendapat 2,1 ribuan tanggapan, 207 komentar dan 48 ribu kali tayang. Namun, benarkah para pemimpin dunia desak Jokowi segera dilantik menjadi Sekjen PBB?

    Hasil Cek Fakta


    Hasil penelusuran Tempo, narasi pemimpin dunia desak Jokowi segera dilantik menjadi Sekjen PBB tidak berkaitan dengan isi video. Potongan video yang menampilkan beberapa kepala negara itu membahas isu-isu penting bagi masing-masing negara dan juga dunia, seperti penanganan pandemi Covid-19, pemulihan perekonomian global, ketahanan iklim dan perdamaian dalam keberagaman.
    Pembahasan topik-topik tersebut terjadi di dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York pada 2018, 2019 hingga 2021.
    Untuk memeriksa kebenaran klaim tersebut, Tim Cek Fakta Tempo memfragmentasi video itu menjadi gambar dan menelusurinya menggunakan beberapa tools milik Google, seperti Yandex Image Search dan Google Reverse Image.
    Video 1

    Dalam video menit ke-1:08 ini menampilkan Presiden Joko Widodo sedang berbincang dengan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres. Hasil penelusuran Tempo, ini merupakan pertemuan bilateral Joko Widodo dengan Antonio Guterres di Ruang Balai Citra, Hotel The Laguna Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali. Dikutip dari Detik, dalam pertemuan itu, Guterres memuji aksi pemerintah Indonesia yang cepat menangani bencana Lombok dan Sulawesi Tengah.
    Potongan video lainnya, Jokowi juga ditampilkan, termasuk saat menyampaikan pidato saat Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-76 di New York, 21-27 September 2021. Pada kesempatan itu, dia menyampaikan empat topik, di antaranya penanganan pandemi Covid-19, pemulihan perekonomian global, ketahanan iklim dan perdamaian dalam keberagaman.
    "Harapan besar masyarakat dunia tersebut, harus kita jawab dengan langkah nyata dengan hasil yang jelas. Itulah kewajiban yang ada di pundak kita, yang ditunggu masyarakat dunia. Itulah kewajiban kita untuk memberikan harapan masa depan dunia," kata Jokowi dikutip dari kanal YouTube Sekretariat Presiden.
    Video 2

    Pada menit ke-3:46, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi, terlihat sedang melakukan konferensi pers.
    Dikutip dari Channel YouTube United Nations, ini merupakan momen saat Retno Marsudi mengumumkan terpilihnya Indonesia sebagai anggota tidak tetap baru Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Markas Besar PBB di New York pada 8 Juni 2018. Pada saat itu Retno Marsudi menyebut empat fokus Indonesia sebagai Anggota Tidak Tetap DK PBB.
    Video 3

    Kemudian video berikutnya memperlihatkan Donald Trump, yang saat itu masih menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat. Pada kesempatan itu, ia mengatakan negaranya sedang berusaha mendapatkan keadilan terkait dengan 'hilangnya 60.000 pabriknya' sejak China menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) tahun 2001.
    "China telah menerapkan model ekonomi berdasarkan hambatan pasar besar-besaran, subsidi negara yang sangat besar, manipulasi mata uang, pemaksaan transfer teknologi dan pencurian hak cipta, di samping juga rahasia dagang dalam skala besar-besaran," kata Trump saat berpidato di sidang ke-74 Majelis Umum PBB di New York pada hari Selasa, 24 September 2019 dikutip dari BBC.
    Trump berharap negaranya akan mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan dengan China, tetapi bea masuk yang diterapkannya telah membantu terciptanya perdagangan yang lebih adil. Jadi, tidak ada kaitan antara potongan video ini dengan yang disampaikan narator terkait pemimpin dunia mendesak PBB agar melantik Joko Widodo menjadi Sekjen PBB.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta, narasi para pemimpin dunia desak Jokowi segera dilantik menjadi Sekjen PBB, adalah keliru.
    Karena, potongan video yang menampilkan beberapa kepala negara itu membahas isu-isu penting bagi masing-masing negara dan juga dunia, seperti penanganan pandemi Covid-19, pemulihan perekonomian global, ketahanan iklim dan perdamaian dalam keberagaman. Pembahasan topik-topik tersebut di dalam Sidang Umum PBB di New York, yang tahun kegiatannya tidak sama, yaitu mulai dari 2018, 2019 hingga 2021.

    Rujukan

  • (GFD-2023-11603) Keliru, Program Mata Najwa Membahas Gus Miftah dan Cak Nun

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 26/01/2023

    Berita


    Sebuah video yang memperlihatkan Najwa Shihab, Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah), dan Budayawan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun, beredar di media sosial Facebook. Video tersebut dibagikan dengan klaim bahwa program Najwa Shihab melalui program televisi Mata Najwa membahas Gus Miftah dan Cak Nun.
    Video tersebut beredar seiring ceramah Cak Nun yang menyebut Presiden Jokowi adalah Firaun. Berikut narasi yang menyertai video tersebut: "Perdana tampil di TV Nasional. Gempar... Disembunyikan sejak thn 2020. Gus Miftah bongkar siapa Cak Nun ini".

    Di Facebook, video tersebut dibagikan akun ini pada 23 Januari 2023. Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah disaksikan lebih dari 588 ribu kali dan mendapat lebih dari 1.200 komentar. Apa benar program Mata Najwa membahas soal Gus Miftah dan Cak Nun?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo menelusuri jejak digital gambar muka pada video dengan menggunakan reverse image tools Google dan Yandex. Hasilnya, gambar tersebut merupakan suntingan yang menggabungkan potongan gambar Najwa Shihab, Gus Miftah dan Cak Nun.
    Video di atas sama sekali bukan program Mata Najwa, melainkan tayangan video yang membahas ceramah Cak Nun dalam sebuah video yang menyebut Jokowi sebagai Firaun dan Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sebagai Haman.
    Isi video berdurasi 10 menit 16 detik itu juga menggabungkan potongan beberapa ceramah Gus Miftah maupun Cak Nun yang diseling dengan kegiatan-kegiatan Presiden Jokowi.  
    Gambar Najwa Shihab
    Pose Najwa Shihab pada gambar di atas identik saat ia memandu program Mata Najwa pada 20 September 2019 dengan edisi “KPK: Kiamat Pemberantasan Korupsi”. Fragmen yang identik terlihat pada menit ke-49:25. Video tersebut pernah diunggah ke YouTube oleh kanal Narasi Newsroom.
    Gambar Najwa Shihab
    Selanjutnya gambar Gus Miftah tersebut, identik pernah dimuat situs pwnujatim.or.id pada 8 Oktober 2019 untuk artikel berjudul “Gang Dolly Ngaji dan Shalawatan, Sambut Hari Santri”.
    Sumber: PWNUJatim.or.id
    Sementara gambar Cak Nun identik dengan fragmen video yang pernah diunggah situs Detik.com pada 27 Desember 2022. Tepatnya pada detik ke-24. Saat itu Cak Nun tengah membawakan pengajian dengan tajuk "Sinau Bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng".
    Sumber: Detik.com
    Cak Nun viral setelah potongan video ceramahnya dianggap melecehkan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dalam video yang beredar di Twitter, Cak Nun menyebut Joko Widodo adalah Fir’aun. Sementara itu, orang terkaya Indonesia, Antony Salim dan Luhut Binsar Panjaitan, disebut sebagai Qorun dan Haman.
    “Karena Indonesia dikuasai oleh Firaun yang namanya Jokowi, oleh Qorun yang namanya Antoni Salim, dan 10 Naga. Terus Hamman yang namanya Luhut,” kata Cak Nun dikutip dari potongan video viral di Twitter, seperti dilansir dari Solopos.com.
    Dilansir dari CNN Indonesia, Cak Nun sendiri telah menyampaikan permintaan maaf. Ia mengaku telah 'mengucapkan apa yang seharusnya tidak diucapkan'. "Saya minta maaf kepada semua yang terciprat, menjadi tidak enak atau menjadi menderita, atau menjadi apapun oleh ucapan saya itu," kata Cak Nun.
    Cak Nun mengaku telah meminta maaf kepada keluarganya pula lantaran tak memikirkan konsekuensi dari apa yang ia ucapkan waktu itu. Dia merasa telah melanggar ajarannya sendiri.
    "Saya mengucapkan yang seharusnya tidak saya ucapkan. Kan, saya mengajarkan di Maiyah dan semua keluarga bahwa ora waton bener (tak asal benar) kui kok ucapke, kan harus baik harus efeknya, harus diperhitungkan harus bijaksana," katanya.
    "Saya dianggap tidak bijaksana. Kan, saya mengajarkan jangan ngomong siapa. Tapi apa, kan gitu. Itu saya sendiri melanggar," sambung Cak Nun.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, thumbnail dengan klaim program Mata Najwa membahas soal Gus Miftah dan Cak Nun adalah keliru. 
    Gambar yang memperlihatkan gambar Najwa Shihab, Gus Miftah, dan Cak Nun tersebut merupakan suntingan yang menggabungkan potongan gambar Najwa Shihab, Gus Miftah, dan Cak Nun.
    Sementara video yang ditayangkan juga sama sekali bukan program acara TV Nasional seperti narasi pada postingan, melainkan hanya membahas ceramah Cak Nun dalam sebuah video yang menyebut Jokowi sebagai Firaun.

    Rujukan