(GFD-2024-15854) Cek Fakta: Hoaks Sri Mulyani Sebut Indonesia akan Bangkrut Jika Prabowo Presiden
Sumber: liputan6.comTanggal publish: 06/02/2024
Berita
Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan Menkeu Sri Mulyani yang menyebut Indonesia akan bangkrut jika Prabowo Subianto menjadi presiden. Postingan itu beredar sejak awal pekan ini.
Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mengunggahnya pada 5 Februari 2024.
Dalam unggahannya terdapat foto Sri Mulyani dengan narasi sebagai berikut:
"Dr Srimulyani Menkeu: Prabowo Presiden Indonesia Bangkrut!"
Lalu benarkah postingan Menkeu Sri Mulyani yang menyebut Indonesia akan bangkrut jika Prabowo Subianto menjadi presiden?
Hasil Cek Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dan tidak menemukan informasi valid terkait pernyataan Sri Mulyani yang menyebut Indonesia akan bangkrut jika Prabowo menjadi presiden. Sejauh ini Sri Mulyani juga belum pernah menyatakan dukungan pada paslon tertentu dalam Pilpres 2024.
Di sisi lain, Sri Mulyani justru meminta anak buahnya agar menjaga netralitas dalam pemilu. Liputan6.com menulisnya dalam artikel berjudul "Pesan Sri Mulyani ke Anak Buah: Jaga Netralitas saat Pemilu" yang tayang pada 25 Januari 2024.
Berikut isi artikelnya:
"Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, menghimbau para jajarannya agar waspada dalam menghadapi kontestasi politik jelang pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, dengan menjaga netralitas.
“Tahun Pemilu jaga sikap kita, netralitas itu adalah sesuatu yang sudah menjadi keharusan. Anda bisa punya preferensi apa saja lakukan pada saat anda di kotak suara. Itu adalah value yang menunjukkan bahwa kita sebagai manusia diatur oleh undang undang dan diatur oleh tata krama,” kata Sri Mulyani pada Rapat Kerja Pimpinan DJBC, di Sentul, Bogor, Kamis (25/1/2024).
Lebih lanjut, Sri Mulyani mengatakan mengawali tahun 2024, dunia masih dihadapkan pada berbagai tantangan yang tidak mudah. Sehingga reformasi dan evaluasi di dalam kepabeanan dan cukai harus terus dilakukan.
“Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) yang ada di dalam Lingkungan Kementerian Keuangan adalah pengelola keuangan negara yang memiliki 4 tugas khusus, yaitu trade facilitator, industrial assistance, community protector, revenue collector - Ini harus terus menerus dilakukan kalibrasi,” ujarnya.
Bendahara negara ini juga mengimbau kepada seluruh jajaran bea dan cukai untuk dapat menghidupkan kembali semangat leadership, ownership dan ketahanan untuk dapat menghadapi situasi dunia yang begitu tidak pasti akibat dari tensi geopolitik yang menguat.
Climate Change
Dalam kesempatan itu, Sri juga menyoroti terkat climate change, digitalisasi, dan pertumbuhan demografi Indonesia juga menjadi isu yang perlu menjadi perhatian bersama. Utamanya dalam hal ini, perjalanan Indonesia untuk keluar dari perangkap negara berpendapatan menengah atau middle income trap, menuju Indonesia maju.
“Di satu sisi Indonesia jumlah populasinya naik, kita ingin menjadi negara kaya, maju. Maka nanti tugas Anda menjadi jauh lebih kompleks. Community protector nya menjadi sangat complicated. Karena selain teknologi berubah, mobilitas dunia masyarakat bergerak sangat cepat,” jelas Menkeu.
Menkeu pun berharap agar seluruh jajaran DJBC dapat senantiasa meningkatkan sinergi, kolaborasi, support, dan kepercayaan antar unit di lingkungan kementerian keuangan maupun dengan institusi lain, serta dapat mengelola sumber daya yang dimiliki dengan baik.
“Saya yakin akan bisa melewati ujian-ujian yang tidak mudah. Jadi tolong manajemen leadership, resources dikelola dengan baik hubungan antar unit ke atas maupun horizontal dengan institusi lain. Itu tugas yang harus Anda lakukan," pungkas Menkeu."
Kesimpulan
Postingan Menkeu Sri Mulyani yang menyebut Indonesia akan bangkrut jika Prabowo Subianto menjadi presiden adalah hoaks.
Rujukan
(GFD-2024-15853) CEK FAKTA: Ganjar Sebut Sebagian Besar Remaja Indonesia Mengidap Anemia
Sumber: kompas.comTanggal publish: 04/02/2024
Berita
JAKARTA, KOMPAS.com - Calon presiden (capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo menyebutkan bahwa sebagian besar remaja Indonesia menderita penyakit anemia atau kekurangan zat besi.
Hal itu disampaikan Ganjar menjawab pertanyaan capres nomor urut 2 Prabowo Subianto soal langkah mencegah stuting dalam debat kelima capres yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta Convention Center (JCC), Minggu (4/2/2024).
"Pak, kalau bapak mau mencegah stunting, Pak, perhatikan proses menikah, Pak. Mulai dari mereka remaja, kemudian, Bapak mesti lihat, Pak. Perempuan Indonesia, remaja Indonesia itu sebagian besar anemia, Pak," kata Ganjar kepada Prabowo.
Ganjar menilai, kesehatan remaja menjadi bagian penting untuk diperhatikan dalam mencegah anak lahir dalam kondisi stunting.
"Perhatikan itu dulu kalau itu, sudah dia menikah maka perhatikan usianya, menjadi ukuran mereka akan sehat secara mental dan fisik," ucap eks Gubernur Jawa Tengah itu.
Apakah benar sebagian besar anak Indonesia alami anemia?
Melansir situs ayosehat.kemkes.go.id, anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang bisa dialami oleh balita, remaja, ibu hamil bahkan usia lanjut.
Jika dilihat dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018, tercatat sebesar 26,8 persen anak usia 5-14 tahun menderita anemia.
Selain itu, ada 32 persen pengidap anemia pada usia 15-24 tahun.
Dengan demikian, sekitar tiga hingga empat dari 10 orang Indonesia menderita anemia.
Kasus anemia yang masih tinggi ini erat kaitannya dengan kepatuhan dalam mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD).
Dimana 8,3 juta dari 12,1 juta remaja putri Indonesia tidak mengonsumsi TTD yang membuat mereka berisiko anemia.
Anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah atau sel darah merah yang tidak berfungsi.
Dikutip dari situs Kementerian Kesehatan (Kemenkes), data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan sebanyak 26,8 persen anak usia 5-14 tahun menderita anemia dan 32 persen mengalami anemia pada usia 15-24 tahun.
Kasus perempuan
Dikutip dari situs Universitas Indonesia, data dari Riskesdas 2018 dapat dikatakan bahwa tiga sampai empat dari sepuluh remaja puteri di Indonesia menderita anemia.
Kasus anemia yang tinggi erat kaitannya dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD).
Sebanyak 8,3 juta dari 12,1 juta remaja putri tidak mengkonsumsi TTD yang membuat mereka berisiko anemia.
Pedoman Penatalaksanaan Pemberian TTD Kemenkes pada Riskesdas 2013 menunjukkan, anemia pada ibu hamil mencapai 37,1 persen, sedangkan pada perempuan usia 15 tahun sebesar 22,7 persen.
Hal itu disampaikan Ganjar menjawab pertanyaan capres nomor urut 2 Prabowo Subianto soal langkah mencegah stuting dalam debat kelima capres yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta Convention Center (JCC), Minggu (4/2/2024).
"Pak, kalau bapak mau mencegah stunting, Pak, perhatikan proses menikah, Pak. Mulai dari mereka remaja, kemudian, Bapak mesti lihat, Pak. Perempuan Indonesia, remaja Indonesia itu sebagian besar anemia, Pak," kata Ganjar kepada Prabowo.
Ganjar menilai, kesehatan remaja menjadi bagian penting untuk diperhatikan dalam mencegah anak lahir dalam kondisi stunting.
"Perhatikan itu dulu kalau itu, sudah dia menikah maka perhatikan usianya, menjadi ukuran mereka akan sehat secara mental dan fisik," ucap eks Gubernur Jawa Tengah itu.
Apakah benar sebagian besar anak Indonesia alami anemia?
Melansir situs ayosehat.kemkes.go.id, anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang bisa dialami oleh balita, remaja, ibu hamil bahkan usia lanjut.
Jika dilihat dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018, tercatat sebesar 26,8 persen anak usia 5-14 tahun menderita anemia.
Selain itu, ada 32 persen pengidap anemia pada usia 15-24 tahun.
Dengan demikian, sekitar tiga hingga empat dari 10 orang Indonesia menderita anemia.
Kasus anemia yang masih tinggi ini erat kaitannya dengan kepatuhan dalam mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD).
Dimana 8,3 juta dari 12,1 juta remaja putri Indonesia tidak mengonsumsi TTD yang membuat mereka berisiko anemia.
Anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah atau sel darah merah yang tidak berfungsi.
Dikutip dari situs Kementerian Kesehatan (Kemenkes), data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan sebanyak 26,8 persen anak usia 5-14 tahun menderita anemia dan 32 persen mengalami anemia pada usia 15-24 tahun.
Kasus perempuan
Dikutip dari situs Universitas Indonesia, data dari Riskesdas 2018 dapat dikatakan bahwa tiga sampai empat dari sepuluh remaja puteri di Indonesia menderita anemia.
Kasus anemia yang tinggi erat kaitannya dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD).
Sebanyak 8,3 juta dari 12,1 juta remaja putri tidak mengkonsumsi TTD yang membuat mereka berisiko anemia.
Pedoman Penatalaksanaan Pemberian TTD Kemenkes pada Riskesdas 2013 menunjukkan, anemia pada ibu hamil mencapai 37,1 persen, sedangkan pada perempuan usia 15 tahun sebesar 22,7 persen.
Hasil Cek Fakta
Rujukan
- https://www.kompas.com/tag/ganjar-pranowo
- https://www.kompas.com/tag/anemia
- https://www.kompas.com/tag/zat-besi
- https://ayosehat.kemkes.go.id/remaja-bebas-anemia-konsentrasi-belajar-meningkat-bebas-prestasi
- https://www.kompas.com/tag/anemia
- https://www.ui.ac.id/4-dari-10-remaja-putri-menderita-anemia-fkui-beri-edukasi-tangkal-anemia-dan-cacingan/
- https://ayosehat.kemkes.go.id/remaja-bebas-anemia-konsentrasi-belajar-meningkat-bebas-prestasi#:~:text=Anemia%20merupakan%20salah%20satu%20masalah,pada%20usia%2015%2D24%20tahun.
- https://t.me/kompascomupdate
(GFD-2024-15852) CEK FAKTA: Anies Sebut 45 Juta Orang Belum Bekerja dengan Layak
Sumber: kompas.comTanggal publish: 04/02/2024
Berita
KOMPAS.com - Calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan, mengatakan bahwa akses terhadap pekerjaan layak dan jaminan sosial masih menjadi masalah di Indonesia.
Menurut dia, sebanyak 45 juta orang belum bekerja dengan layak. Ini disampaikan Anies pada debat kelima Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Minggu (4/2/2024) malam.
"Apa masalah hari ini? 45 juta orang belum bekerja dengan layak. Bicara jaminan sosial, lebih dari 70 juta orang tidak punya jaminan sosial," kata Anies.
Dilansir Kompas.id, Bank Dunia mendefinisikan pekerjaan layak sebagai pekerjaan yang memiliki upah layak untuk membiayai hidup dengan standar kelas menengah, disertai perlindungan atau jaminan sosial yang memadai, serta kepastian kerja.
Penciptaan lapangan kerja yang berkualitas di Indonesia tercatat sudah mandek sejak sebelum pandemi Covid-19, berdasarkan data Bank Dunia.
Pada 2018, dari total 85 juta tenaga kerja bergaji tetap di Indonesia, hanya 13 juta orang (15,3 persen) yang memiliki pekerjaan berkualitas yang layak sesuai standar kelas menengah.
Sementara, hanya 3,5 juta orang (4,1 persen) yang mendapat gaji di atas standar kelas menengah.
Sisanya, 68,5 juta orang atau 80,6 persen, memiliki pekerjaan tidak layak dengan upah rendah serta minim perlindungan dan kepastian kerja.
Sementara berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) soal Keadaan Pekerja di Indonesia pada Agustus 2023, sebesar 47,13 persen atau 24,84 juta pekerja menerima gaji di bawah upah minimum provinsi (UMP).
Sedangkan 27,86 juta pekerja atau 52,87 persen menerima gaji di atas UMP. Adapun rata-rata UMP Indonesia pada tahun 2023 sebesar Rp 2,92 juta.
Senior Researcher Associate Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG) Kiara Esti mengatakan, berdasarkan data BPS, jumlah buruh dengan upah rendah meningkat dari 13,59 juta orang pada 2021 menjadi 14,83 juta pada 2022.
Sementara, Dosen Hukum Ketenagakerjaan Fakultas Hukum UGM Nabiyla Risfa Izzati mengatakan, klaim "45 juta orang belum bekerja dengan layak" kemungkinan merujuk pada orang yang bekerja, namun pekerjaannya tidak layak.
Menurut Nabiyla, jika dilihat dalam konteks pekerja sektor informal, maka data BPS tahun 2023 mencatat, pekerja di sektor informal ada di angka 82,57 juta orang.
Menurut dia, sebanyak 45 juta orang belum bekerja dengan layak. Ini disampaikan Anies pada debat kelima Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Minggu (4/2/2024) malam.
"Apa masalah hari ini? 45 juta orang belum bekerja dengan layak. Bicara jaminan sosial, lebih dari 70 juta orang tidak punya jaminan sosial," kata Anies.
Dilansir Kompas.id, Bank Dunia mendefinisikan pekerjaan layak sebagai pekerjaan yang memiliki upah layak untuk membiayai hidup dengan standar kelas menengah, disertai perlindungan atau jaminan sosial yang memadai, serta kepastian kerja.
Penciptaan lapangan kerja yang berkualitas di Indonesia tercatat sudah mandek sejak sebelum pandemi Covid-19, berdasarkan data Bank Dunia.
Pada 2018, dari total 85 juta tenaga kerja bergaji tetap di Indonesia, hanya 13 juta orang (15,3 persen) yang memiliki pekerjaan berkualitas yang layak sesuai standar kelas menengah.
Sementara, hanya 3,5 juta orang (4,1 persen) yang mendapat gaji di atas standar kelas menengah.
Sisanya, 68,5 juta orang atau 80,6 persen, memiliki pekerjaan tidak layak dengan upah rendah serta minim perlindungan dan kepastian kerja.
Sementara berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) soal Keadaan Pekerja di Indonesia pada Agustus 2023, sebesar 47,13 persen atau 24,84 juta pekerja menerima gaji di bawah upah minimum provinsi (UMP).
Sedangkan 27,86 juta pekerja atau 52,87 persen menerima gaji di atas UMP. Adapun rata-rata UMP Indonesia pada tahun 2023 sebesar Rp 2,92 juta.
Senior Researcher Associate Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG) Kiara Esti mengatakan, berdasarkan data BPS, jumlah buruh dengan upah rendah meningkat dari 13,59 juta orang pada 2021 menjadi 14,83 juta pada 2022.
Sementara, Dosen Hukum Ketenagakerjaan Fakultas Hukum UGM Nabiyla Risfa Izzati mengatakan, klaim "45 juta orang belum bekerja dengan layak" kemungkinan merujuk pada orang yang bekerja, namun pekerjaannya tidak layak.
Menurut Nabiyla, jika dilihat dalam konteks pekerja sektor informal, maka data BPS tahun 2023 mencatat, pekerja di sektor informal ada di angka 82,57 juta orang.
Hasil Cek Fakta
Rujukan
- https://www.kompas.com/tag/anies-baswedan
- https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2023/12/13/krisis-kerja-layak-di-tengah-naiknya-biaya-hidup
- https://webapi.bps.go.id/download.php?f=Qjlo4uslJu16Swl6W5pkwtnVquhBASGNAfnbiyd/JdCK9qzW2eVugx58cCdcfBu2+fKyKaKgMk3+9/hnJPcwu6y6BS6EIP8R4P3hdOK/2XEpe7SDGjjlBFKw55z4WgMUEY/DMHDPMHQ6qc4EQbXYnMOPQnipc4bhVcfOfjhzEYl7uj2/njhVjQwgCH+LVC8TPLotpuzgC2EPcenIAys1lhFtEwX6NO+MzdKu8Zq0UqI6XZjgz85teT5ME0vGHUfI3+xJ6al8KuSsB5RmzRxHRYCNDzEcSjYyDNKP3cGR2eA=
- https://t.me/kompascomupdate
(GFD-2024-15851) CEK FAKTA: Ganjar Sebut Bertemu Aktivis Perempuan Kalis Mardiasih
Sumber: kompas.comTanggal publish: 04/02/2024
Berita
KOMPAS.com - Calon presiden (capres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo menyebutkan pernah bertemu dan mendengarkan keluhan aktivis perempuan Kalis Mardiasih.
Pernyataan itu disampaikan dalam debat Pilpres kelima di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (4/2/2024).
"Perempuan muda dari Yogja, Mbak Kalis namanya, menyampaikan, 'Pak Ganjar, perhatikan mereka yang selama ini terpinggirkan. Ada dua yang utama, kelompok perempuan dan kedua adalah penyandang disabilitas'," kata Ganjar.
Pertemuan Ganjar dan Kalis terjadi pada Senin malam, 29 Januari 2024 di Yogyakarta.
Dikutip dari Kompas.com, Ganjar menghadiri acara "Gelar Tikar Ganjar" untuk mendengarkan secara langsung aspirasi masyarakat.
Dalam acara tersebut, hadir Kalis Mardiasih, seorang penulis, influencer, dan aktivis perempuan.
Salah satu poin yang disampaikan Kalis yakni mengenai manajemen kebersihan menstruasi di sekolah.
Dikutip dari situs Sahabat Ganjar, Kalis juga menyoroti hak perempuan, korban kekerasan seksual, dan kesetaraan gender.
Dokumentasi pertemuan Ganjar dan Kalis dapat dilihat di akun Instagram Ganjar dan kanal YouTube PDI-P.
Pernyataan itu disampaikan dalam debat Pilpres kelima di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (4/2/2024).
"Perempuan muda dari Yogja, Mbak Kalis namanya, menyampaikan, 'Pak Ganjar, perhatikan mereka yang selama ini terpinggirkan. Ada dua yang utama, kelompok perempuan dan kedua adalah penyandang disabilitas'," kata Ganjar.
Pertemuan Ganjar dan Kalis terjadi pada Senin malam, 29 Januari 2024 di Yogyakarta.
Dikutip dari Kompas.com, Ganjar menghadiri acara "Gelar Tikar Ganjar" untuk mendengarkan secara langsung aspirasi masyarakat.
Dalam acara tersebut, hadir Kalis Mardiasih, seorang penulis, influencer, dan aktivis perempuan.
Salah satu poin yang disampaikan Kalis yakni mengenai manajemen kebersihan menstruasi di sekolah.
Dikutip dari situs Sahabat Ganjar, Kalis juga menyoroti hak perempuan, korban kekerasan seksual, dan kesetaraan gender.
Dokumentasi pertemuan Ganjar dan Kalis dapat dilihat di akun Instagram Ganjar dan kanal YouTube PDI-P.
Hasil Cek Fakta
Rujukan
- https://www.kompas.com/tag/ganjar-pranowo
- https://lestari.kompas.com/read/2024/01/30/090000386/1-dari-4-sekolah-tak-punya-toilet-berbasis-gender-ini-tanggapan-ganjar
- https://sahabatganjar.com/2024/01/29/ganjar-pranowo-lamar-aktifis-perempuan-yogyakarta-kalis-mardiasih-jadi-tim-sukses/
- https://www.instagram.com/p/C2welpcrypD/?hl=en
- https://www.youtube.com/watch?v=wrhobDQhyWE
- https://t.me/kompascomupdate
Halaman: 2747/6092