• (GFD-2025-26541) [KLARIFIKASI] Video Kapal Tua Menempel di Tebing adalah Manipulasi AI

    Sumber:
    Tanggal publish: 12/04/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Di media sosial beredar video yang memperlihatkan kapal tua menempel dan tersangkut di tebing.

    Video itu diklaim sebagai bukti bahwa lokasi tersebut dulunya merupakan lautan.

    Namun setelah ditelusuri Tim Cek Fakta Kompas.com, video tersebut merupakan konten manipulatif.

    Video kapal tua menempel di tebing disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini.

    Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada Sabtu (5/4/2025):

    Ini bukti jika tekhnologi itu sudah ada sejak nenek moyang kita

    Sementara berikut teks yang tertera dalam video:

    Penampakan sebuah kapal yang sudah usang nempel di tebing, itu artinya tempat ini dulu lautan

    Video serupa tanpa teks di dalamnya juga ditemukan di kanal YouTube ini.

    Hasil Cek Fakta

    Video yang beredar bukanlah bersumber dari peristiwa atau lokasi nyata.

    Tim Cek Fakta Kompas.com mengecek campur tangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam video yang beredar.

    Salah satu tools yang dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi konten yang dihasilkan kecerdasan buatan adalah Hive Moderation.

    Hasil pengindetifikasian Hive Moderation menunjukkan, video kapal tua menempel di tebing memiliki probabilitas 92,2 persen dihasilkan AI.

    Meski tidak merugikan secara langsung, tetapi konten-konten AI perlu diberi konteks dan label yang jelas agar tidak menyesatkan pengguna media sosial.

    Kesimpulan

    Video kapal tua menempel di tebing merupakan konten manipulatif. Hive Moderation mengidentifikasinya sebagai video yang dihasilkan oleh AI.

    Konten ini perlu diluruskan karena narasi dalam unggahan yang menyatakan kapal itu bukti bahwa lautan di masa lalu setinggi bukit merupakan informasi tidak tepat.

    Rujukan

  • (GFD-2025-26540) [KLARIFIKASI] Manipulasi Video Kepala Trump Dipukul dari Belakang Saat Pidato

    Sumber:
    Tanggal publish: 12/04/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Sebuah unggahan video memperlihatkan kepala Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dipukul dari belakang oleh seorang pria saat berpidato.

    Trump sontak menengok ke belakang, seolah ingin mengejar pria tersebut tetapi segera dihadang pengawalnya.

    Namun setelah ditelusuri Tim Cek Fakta Kompas.com, video tersebut merupakan konten manipulatif. Konten ini merupakan satire atau candaan yang perlu diluruskan informasinya.

    Video kepala Trump dipukul dari belakang saat pidato disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini.

    Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada Kamis (10/4/2025):

    Presiden Trump lagi pidato dikeplak Ndase lucu.. Jangan sampai terjadi pada pemimpin konoha..

    Hasil Cek Fakta

    Video yang beredar bersumber dari momen pidato Trump di Bandara Internasional Dayton di Ohio, pada 12 Maret 2016.

    Momen itu didokumentasikan sejumlah media, seperti New York Daily News, CNN, dan Storyful News & Weather.

    Dalam video, Trump sempat kaget dan menengok ke belakang di tengah pidato.

    Namun dalam video yang beredar tidak terdapat sosok pria yang memukul kepalanya dari belakang.

    Dilansir NBC News, orang di kerumunan tampaknya memperingatkan Trump bahwa seseorang ada di belakangnya.

    Trump segera menyentak kepalanya. Lantas, empat agen Secret Service segera naik ke panggung dan mengelilinginya untuk menjadi perisai pelindung.

    "Seorang pria berusaha melanggar penyangga keamanan dan disingkirkan dengan cepat dan profesional," kata juru bicara Trump, Hope Hicks dilansir Bloomberg.

    Trump melanjutkan pidatonya setelah insiden itu

    Video dari momen tersebut disunting, dengan menambahkan sosok pria di belakang Trump.

    Kesimpulan

    Video kepala Donald Trump dipukul dari belakang saat sedang berpidato merupakan konten manipulatif.

    Video aslinya bersumber dari momen pidato Trump di Bandara Internasional Dayton di Ohio, pada 12 Maret 2016.

    Tidak terdapat sosok pria yang memukul kepala Trump dalam pidato tersebut.

    Adapun konten itu merupakan satire atau lelucon, namun perlu diluruskan informasinya agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.

    Rujukan

  • (GFD-2025-26539) Benar: Talenan Plastik Berbahaya Bagi Kesehatan karena Menghasilkan Mikroplastik

    Sumber:
    Tanggal publish: 14/04/2025

    Berita

    SEBUAH video tentang bahaya menggunakan talenan plastik beredar di Threads [arsip]. Narator dalam video memperingatkan masyarakat agar waspada masakan membawa maut. Jangan memasak dengan alat talenan plastik, karena plastik bisa masuk ke tubuh melalui talenan tersebut.

    Seorang yang diklaim sebagai ahli kesehatan di dalam video mengatakan talenan plastik bisa tergerus dan serbuk-serbuknya yang merupakan mikroplastik berbahaya bagi kesehatan. Bisa menyebabkan kanker. Talenan kayu atau bambu diklaim  lebih aman karena berasal dari bahan alami.



    Namun, benarkah talenan plastik berbahaya bagi kesehatan?

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Tempo memverifikasi dengan bantuan Yandex Image Reverse, Google Lens, mesin pencarian Google, dan Youtube. Hasilnya, klaim tersebut tidak sepenuhnya akurat. 

    Mikroplastik adalah potongan plastik berukuran kurang dari 5 milimeter (mm) yang dapat mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan. 

    Menurut Direktur Ecological Observation and Wetland Conservations (ECOTON), Prigi Arisandi, mikroplastik dari talenan plastik yang masuk ke tubuh dapat mengganggu kesehatan. Sebab talenan adalah satu dari lima perabot rumah tangga yang banyak menyumbangkan mikroplastik, selain gelas plastik, teh celup, wadah es batu, dan makanan di microwave.

    Talenan menjadi penyumbang mikroplastik karena terbuat dari plastik jenis polypropylene (PPE) dan High Density Polyethylene (HDPE). “PPE tersebut mudah dibilas, sedangkan HDPE lebih tahan dan keras,” kata Prigi kepada Tempo, Senin, 14 April 2025.

    Masalahnya, kata dia, jenis plastik PP dan HDPE  akan menggores permukaan talenan saat memotong bahan makanan menggunakan pisau yang tajam. Goresan plastik dari talenan berisiko masuk ke dalam makanan. 

    Saat ini, Indonesia menjadi salah satu negara dengan konsumsi mikroplastik tertinggi di dunia dengan tingkat mengkonsumsi 15 gram per bulan. Angka itu setara dengan 1 kartu ATM, berdasarkan studi Cornell University dalam jurnal Environmental Science and Technology.

    Ecoton mengidentifikasi jumlah mikroplastik pada feses manusia sebanyak 17 partikel/10 gram partikel, plasenta ibu hamil 12 partikel/4 plasenta, pada sperma 0,45 partikel/mL. Selain itu, pada paru-paru manusia mengandung 1,50 MP/g, pembuluh darah manusia 24,5 μg/mg plak, hati manusia 4,6 partikel/g, testis 15,52 partikel/g, urine dan ginjal 66 partikel.

    Dalam studi Cutting Boards: An Overlooked Source of Microplastics in Human Food?, talenan plastik yang umum digunakan dapat menimbulkan bahaya kesehatan yang besar karena menyebabkan sejumlah besar mikroplastik dalam makanan kita saat aktivitas memotong bahan makanan. 

    Dikutip dari hasil riset yang dipublikasikan National Library of Medicine, bahwa hasil percobaan pada sel dan hewan menunjukkan bahwa mikroplastik dapat mempengaruhi berbagai sistem dalam tubuh manusia, termasuk sistem pencernaan, pernafasan, endokrin, reproduksi, dan kekebalan tubuh.

    Kesimpulan

    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klaim  video tentang talenan plastik berbahaya bagi kesehatan adalah benar.

    Rujukan

  • (GFD-2025-26538) Keliru: Video Tsunami dan Jalan Retak Dampak Gempa Myanmar

    Sumber:
    Tanggal publish: 14/04/2025

    Berita

    SEJUMLAH konten beredar di Facebook [arsip] serta TikTok akun satu dan akun dua, diklaim sebagai dampak tsunami dan gempa bumi yang terjadi di Myanmar dan Thailand.

    Konten itu terdiri dari video dan foto tsunami di pantai dan retakan tanah di berbagai tempat setelah gempa Myanmar dan Thailand.



    Namun benarkah foto dan video itu memperlihatkan dampak gempa Myanmar dan Thailand?

    Hasil Cek Fakta

    Dilansir BBC, Myanmar memang telah diguncang gempa bumi berkekuatan 7,7 magnitudo pada 28 Maret 2025, menyebabkan lebih dari dua ribu orang meninggal dan banyak bangunan runtuh. Di sana terjadi gempa lagi dengan kekuatan 5,6 magnitudo pada 13 April 2025.

    Gempa pertama pada 28 Maret 2025 juga terasa di Thailand dan Cina. Bahkan sebuah bangunan bertingkat di Bangkok, ibukota Thailand, yang berjarak sekitar seribu kilometer dari pusat gempa, roboh akibat guncangan gempa tersebut.

    Namun sesungguhnya video dan foto yang beredar tidak memperlihatkan bekas kejadian gempa bumi yang berpusat di Kota Mandalay, Myanmar, tersebut. Foto dan video tersebut merupakan konten yang dibuat menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau AI.



    Konten di Facebook menyatakan gambar rekahan tanah yang diunggah adalah akibat gempa bumi di Myanmar. Padahal, pemindaian menggunakan aplikasi pendeteksi konten AI dari Hive Moderation menyimpulkan probabilitas gambar itu dibuat menggunakan AI sebanyak 56,8 persen.

    Pemeriksa fakta Thailand Thaipbs.or.th juga menyatakan gambar itu dibuat menggunakan AI dan tidak memperlihatkan kondisi sebenarnya.



    Unggahan di TikTok yang pertama juga memperlihatkan sejumlah gambar rengkahan tanah di samping kawasan perkotaan. Namun gambar-gambar itu memperlihatkan kejanggalan, dimana rengkahan hanya terjadi di tanah kosong, sementara yang terdapat gedung-gedung tetap utuh.

    Pemindaian menggunakan Hive Moderation menyimpulkan bahwa sebagian besar gambar-gambar itu lebih dari 90 persen kemungkinannya dibuat dengan memanfaatkan mesin AI.





    Konten di TikTok berikutnya memperlihatkan gulungan ombak yang tiba-tiba menyapu orang-orang yang sedang berjemur di pantai dan berbagai benda di sana. Namun video itu tidak seperti awal kejadian tsunami yang realistis seperti yang terjadi di Jepang tahun 2011 yang rekamannya diperlihatkan NHK.

    Dalam berita itu, awal kedatangan air tsunami ke darat tidak berbentuk gulungan ombak, seperti yang biasa digunakan peselancar. Namun, nyatanya permukaan air yang terus meninggi dan melebar ke daratan hingga menenggelamkan serta mendorong berbagai benda sampai roboh terbawa arus.

    Selain itu, pengamatan secara manual mendapati sejumlah kejanggalan, misalnya dari puluhan orang yang berjemur di pantai, tidak ada yang berlari menjauh dari pantai, padahal gulungan air tinggi sudah di depan mata.

    Selain itu, hanya beberapa benda yang terdampak gelombang air itu, yakni beberapa payung pantai warna biru dan beberapa kursi. Apalagi, salah satu kursi terlempar ke atas, padahal arus laut mendorongnya ke samping. Kejanggalan-kejanggalan seperti itu kerap ditemukan pada video yang dibuat menggunakan AI.

    Kesimpulan

    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan gambar dan video yang beredar memperlihatkan dampak gempa Myanmar pada Maret lalu adalah klaim yang keliru. Kemungkinan besar gambar-gambar itu dibuat menggunakan AI.

    Rujukan