• (GFD-2023-12061) Keliru, Klaim SDGs Adalah Agenda Pengendalian Populasi

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 14/03/2023

    Berita


    Salah satu akun di Instagram membagikan sebuah flyer berisi klaim bahwa agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) bertujuan untuk mengendalikan populasi. Unggahan tersebut dimuat pada 3 Maret 2023 dan disertai teks tentang sejumlah agenda SDGs pada 2030.

    Pembuat konten juga mengklaim, bahwa skenario pengendalian populasi pada 2030 itu terkait dengan pandemi Covid-19, vaksin-vaksin sintetis, perubahan iklim/cuaca yang direkayasa, udara dikontaminasi dengan bahan-bahan kimia (chemtrail), ketersediaan pangan dihabisi, ternak dibinasakan dan makanan direkayasa (GMO).
    Benarkah SDG’s adalah agenda pengendalian populasi?

    Hasil Cek Fakta


    Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) sepenuhnya untuk mengatasi kemiskinan, kelaparan, melindungi bumi atas perubahan iklim, memastikan semua manusia dapat menikmati kehidupan yang sejahtera dan bertekad mendorong masyarakat yang damai, adil, inklusif yang bebas dari rasa takut serta kekerasan. Jadi, bukan untuk pengendalian populasi seperti yang dituliskan dalam konten tersebut.
    Agenda besar ini sudah dibangun puluhan tahun oleh banyak negara dan PBB, termasuk Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB. Dimulai saat KTT Bumi Juni 1992 di Rio de Janeiro, Brasil, September 2000 di Markas Besar PBB di New York.
    Tidak berhenti sampai di situ, pembahasan dilanjutkan pada World Summit on Sustainable Development di Afrika Selatan tahun 2002 dan Konferensi PBB tentang Pembangunan Berkelanjutan (Rio+20) di Rio de Janeiro, Juni 2012.
    Dalam situs resmi PBB berjudul Transforming our world: the 2030 Agenda for Sustainable Development, 17 agenda itu merupakan hasil pertemuan dari para kepala negara dan kepala pemerintahan yang bertemu di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, 25-27 September 2015. Agenda ini adalah rencana aksi untuk manusia, planet, dan kemakmuran.
    SDGs dilatarbelakangi adanya kesadaran untuk mengakhiri kemiskinan dan kekurangan lainnya yang harus berjalan seiring dengan strategi untuk meningkatkan kesehatan dan pendidikan, mengurangi kesenjangan, dan memacu pertumbuhan ekonomi sambil mengatasi perubahan iklim dan bekerja untuk melestarikan lautan dan hutan.
    Berikut ini adalah fakta-fakta atas klaim yang dipublikasikan di atas:
    1. Pandemi Covid-19 bukanlah rekayasa untuk mengendalikan populasi manusia.
    Berdasarkan data World0Meter hingga 13 Maret 2023, total terdapat lebih dari 681 juta kasus di seluruh dunia dengan jumlah kematian 6,8 juta. Covid-19 menjadi pandemi karena penyebarannya yang begitu meluas. SARS-CoV-2, virus Corona penyebab Covid-19, adalah virus baru, tidak ada kekebalan yang telah terbentuk sebelumnya pada orang yang tertular. Hal ini membuat seluruh populasi rentan terhadap infeksi SARS-CoV-2 di awal pandemi.
    Terkait klaim bahwa vaksin Covid-19 untuk pengendalian populasi juga keliru. sebuah studi terbaru justru mengungkap bahwa vaksin Covid-19 justru berhasil menyelamatkan jiwa 20 juta orang pada tahun pertama pandemi.
    Dikutip dari The Guardian, studi yang dipublikasikan dalam jurnal Lancet Infectious Diseases itu memodelkan penyebaran penyakit Covid-19 di 185 negara dan wilayah antara Desember 2020 dan Desember 2021. Hasil penelitian menunjukkan tanpa vaksin Covid-19, diperkirakan 31,4 juta orang akan meninggal. Namun karena vaksin, sebanyak 19,8 juta dari kematian tersebut dapat dicegah.
    2. Para ilmuwan menegaskan bahwa jejak pesawat adalah jejak kondensasi yang tidak berbahaya.
    Dikutip dari The Guardian, para ilmuwan dengan tegas menolak teori chemtrails yang mulai mendapatkan pengikut pada pertengahan 1990-an. Jejak pesawat yang terlihat adalah jejak kondensasi yang tidak berbahaya atau contrails yang terbentuk ketika knalpot mesin yang lembab mencapai suhu beku di ketinggian tinggi. 
    Untuk melawan teori konspirasi, pada awalnya Angkatan Udara AS menampilkan penafian di situs webnya, yang menyatakan bahwa “hoax chemtrail” telah diselidiki dan dibantah oleh banyak universitas, organisasi ilmiah, dan publikasi media besar yang mapan dan terakreditasi". Tempo pernah menerbitkan artikel cek fakta soal chemtrail ini yang bisa diakses di sini dan di sini
    3. Perubahan iklim adalah suatu peristiwa yang nyata. 
    Dikutip dari Deutsche Welle (DW), lembaga penyiaran internasional Jerman, pemanasan global dan perubahan iklim telah terbukti secara ilmiah dan telah terjadi selama beberapa dekade. Faktanya, para peneliti telah menemukan bahwa perubahan iklim telah dimulai sejak lebih dari 180 tahun yang lalu, pada awal Revolusi Industri. 
    Dalam Laporan Penilaian Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), para ilmuwan dari 195 negara menulis bahwa semakin banyak bukti yang menunjukkan terjadinya cuaca ekstrem seperti gelombang panas, curah hujan yang tinggi, kekeringan, dan badai tropis. Selain itu, mereka juga menemukan bukti adanya pengaruh manusia dalam pemanasan global.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta, klaim SDGs adalah agenda pengendalian populasi adalah keliru.
    Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) sepenuhnya untuk mengatasi kemiskinan, kelaparan, melindungi bumi atas perubahan iklim, memastikan semua manusia dapat menikmati kehidupan yang sejahtera dan bertekad mendorong masyarakat yang damai, adil, inklusif yang bebas dari rasa takut serta kekerasan. Bukan untuk pengendalian populasi seperti yang dituliskan dalam konten tersebut.

    Rujukan

  • (GFD-2023-12060) [SALAH] CEO Pfizer Batal ke Luar Negeri Karena Belum Divaksinasi Lengkap

    Sumber: twitter
    Tanggal publish: 14/03/2023

    Berita

    “The CEO of Pfizer had to cancel a planned trip to Israel because he was not fully vaccinated. Let me repeat: BECAUSE HE WAS NOT VACCINATED. This is not a joke. However, the joke is on us.”

    Terjemahan:

    “CEO Pfizer harus membatalkan rencana perjalanan ke Israel karena belum divaksinasi secara lengkap. Biarkan saya ulangi: KARENA DIA TIDAK DIVaksinasi. Ini bukan lelucon. Namun, lelucon itu ada pada kita.”

    Hasil Cek Fakta

    Beredar sebuah cuitan di Twitter mengklaim bahwa CEO Pfizer batal ke Israel karena belum divaksinasi lengkap Covid-19, diketahui Pfizer adalah perusahaan farmasi asal Amerika yang memproduksi vaksin Covid-19 yang berbasis mRNA. Cuitan tersebut beredar pada 27 Februari 2023.

    Setelah ditelusuri, klaim tersebut salah. Faktanya, CEO Pfizer, Albert Bourla, telah mendapatkan vaksinasi keduanya sejak 11 Maret 2021. Klaim tersebut merupakan hoaks lama yang beredar kembali dan digunakan oleh kelompok anti-vaksin agar masyarakat tidak melakukan vaksinasi lengkap di tengah sosialisasi vaksinasi Covid-19 Booster Kedua. Artikel bantahan terkait klaim tersebut sudah dipublikasi oleh apnews.com sejak Agustus 2021, yang mana pada saat itu sedang berjalan kampanye untuk vaksinasi lengkap 2 kali.

    Dengan demikian, CEO Pfizer batal ke luar negeri karena belum divaksinasi lengkap adalah tidak benar dengan kategori Konten yang Menyesatkan.

    Kesimpulan

    Hasil periksa fakta Mochamad Marcell

    Faktanya CEO Pfizer telah mendapatkan vaksinasi keduanya sejak 11 Maret 2021, cuitan yang mengklaim bahwa CEO Pfizer batal ke Israel karena belum divaksinasi lengkap tersebut beredar sejak 27 Februari 2023. Selengkapnya pada bagian penjelasan.

    Rujukan

  • (GFD-2023-12059) [SALAH] Foto Banyak Orang Mengantre Sampai Ada yang Pingsan untuk Beli Jam Jepang di Mall Grand Indonesia

    Sumber: Facebook
    Tanggal publish: 14/03/2023

    Berita

    “Ya Tuhan, banyak sekali orang pingsan di mal di Jakarta. Semuanya harap segera pulang

    Baru saja memasuki tahun baru, namun sebuah kejadian mengerikan menimpa masyarakat Indonesia:sob:. Kemarin, brand jam tangan ternama asal Jepang Osazuki membuka cabang pertamanya di Jakarta…”

    Hasil Cek Fakta

    Beredar sebuah postingan di Facebook yang membagikan foto kumpulan orang terlihat sedang mengantre di depan Mall Grand Indonesia, kemudian foto kedua menunjukkan seseorang yang pingsan. Narasi dalam postingan tersebut menyebut antrean tersebut terjadi karena adanya merek jam Jepang bernama “Osazuki” yang baru membuka toko pertamanya di Indonesia.

    Setelah ditelusuri, klaim tersebut salah. Faktanya, melalui AFP pihak humas Mall Grand Indonesia membantah adanya insiden tersebut, selain itu hasil penelusuran melalui Google Search tidak ditemukan merek jam asal Jepang yang bernama “Osazuki”. Hasil penelusuran foto pertama yang disematkan dalam unggahan tersebut merupakan hasil manipulasi dan foto kedua merupakan insiden yang terjadi di Singapura. Hoaks lama yang serupa sebelumnya juga sempat beredar pada 30 Desember 2022 dan telah dibantah oleh Pemeriksa Fakta Mafindo.

    Foto pertama menunjukkan antrean panjang di depan Mall Grand Indonesia adalah hasil manipulasi dari dua gambar yang berbeda. Dilansir dari AFP, kedua gambar tersebut adalah tangkapan Google Street View di depan Grand Indonesia dan gambar antrean orang berada di Mall MyTown Kuala Lumpur, Malaysia, yang pada saat itu sedang ada diskon iPhone dan MacBook Pro.

    Foto kedua menunjukkan seseorang sedang pingsan. Dilansir dari AFP, merupakan insiden yang terjadi di Singapura, tepatnya berada di luar toko Huawei Jurong Point yang pada saat itu produk Huawei sedang ada promo besar sehingga terjadi kepadatan antrean yang menyebabkan seorang lansia pingsan. Foto tersebut sudah lama dipublikasi melalui laman mothership.sg sejak 2019.

    Ini adalah modus operandi menulis seolah artikel biasa namun kenyataannya adalah iklan toko online.

    Dengan demikian, foto banyak orang mengantre sampai ada yang pingsan untuk beli jam Jepang di Mall Grand Indonesia adalah tidak benar dengan kategori Konten yang Menyesatkan.

    Kesimpulan

    Hasil periksa fakta Mochamad Marcell

    Faktanya pihak Mall Grand Indonesia membantah terjadinya insiden tersebut, selain itu tidak ada merek jam asal Jepang yang bernama “Osazuki” seperti yang disebut dalam unggahan tersebut. Foto-foto yang menampilkan Grand Indonesia yang menunjukkan sekumpulan orang mengantre adalah hasil manipulasi dan foto orang pingsan merupakan kejadian di Singapura. Selengkapnya pada bagian penjelasan.

    Rujukan

  • (GFD-2023-12058) [SALAH] Tangkapan Layar Artikel Berjudul “Ganjar: Saya dari kecil Hobi nonton film porno salahnya di mana”

    Sumber: Facebook
    Tanggal publish: 11/03/2023

    Berita

    “Ganjar: Saya dari kecil Hobi nonton film porno salahnya di mana”

    Hasil Cek Fakta

    Akun Facebook Haryo Rejeki Mili pada 4 Maret 2023 pukul 12.36 memposting sebuah tangkapan layar artikel berjudul “Ganjar: Saya dari kecil Hobi nonton film porno salahnya di mana”.

    Setelah ditelusuri menggunakan kata kunci nama Ganjar dan menggunakan keterangan tanggal artikel terbit yaitu Jumat, 14 Januari 2022 maka ditemukan artikel asli milik BPKP News. Judul artikel yang asli adalah “Janji Renovasi Rumah Tak Ditepati, Kader Kembalikan Bantuan Ganjar”. Terdapat kesamaan antara postingan Facebook dan artikel asli yang terletak pada gambar artikel serta keterangan nama penulis yaitu Asep Jubaeni Hamzah. Jika dilihat terdapat perbedaan pada judul artikel. Setelah ditelusuri hoaks tersebut merupakan hoaks lama yang kembali beredar, besarkan artikel periksa fakta turnbackhoax.id hoaks tersebut pernah muncul pada Desember 2022.

    Dengan demikian tangkapan layar tersebut merupakan hasil suntingan. Artikel tersebut milik BPKP News dan judul artikel yang asli adalah “Janji Renovasi Rumah Tak Ditepati, Kader Kembalikan Bantuan Ganjar”, sehingga hal tersebut masuk dalam kategori konten yang dimanipulasi

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Luthfiyah OJ (UIN Raden Mas Said Surakarta).

    Gambar tersebut merupakan hasil suntingan. Faktanya, artikel tersebut milik BPKP News dan judul artikel yang asli adalah “Janji Renovasi Rumah Tak Ditepati, Kader Kembalikan Bantuan Ganjar”.

    Selengkapnya pada bagian penjelasan.

    Rujukan