Calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto menyebut bahwa pihaknya akan mengatasi kekurangan dokter di Indonesia jika terpilih menjadi presiden periode 2024-2029.
Hal ini disampaikan Prabowo saat menyampaikan visi dan misi dalam debat capres di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Minggu (4/2/2024). Menurut Prabowo, Indonesia saat ini masih kekurangan sekitar 140 ribu dokter.
(GFD-2024-15753) Cek Fakta: Klaim Indonesia Kekurangan 140 Ribu Dokter
Sumber:Tanggal publish: 04/02/2024
Berita
Hasil Cek Fakta
Dikutip dari artikel berjudul "Indonesia Masih Kekurangan 130 Ribu Dokter pada Juli 2022" yang dimuat databoks.katadata.co.id, Indonesia memang masih kekurangan jumlah dokter.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa kebutuhan dokter di Indonesia masih di bawah standar yang ditetapkan World Health Organization (WHO), yakni 1 dokter per 1.000 penduduk.
"Saat ini jumlah dokter yang dibutuhkan di Indonesia sekitar 270 ribu, sementara saat ini baru ada sebanyak 140 ribu. Artinya, masih ada kekurangan dokter sebanyak 130 ribu,” ujar Menkes Budi dalam siaran persnya, Selasa (12/7/2022).
Menurut Menkes Budi, saat ini jumlah lulusan dokter di Indonesia hanya 12 ribu orang per tahun. Dengan demikian, jika tidak ada perubahan signifikan, kekurangan dokter itu baru bisa dicapai dalam waktu 10 tahun mendatang.
Untuk menghindari kondisi tersebut, Kemenkes kini mengadakan kerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) demi mempercepat pemenuhan kebutuhan dokter di Indonesia.
Kerja sama itu diresmikan lewat penandatanganan Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang Peningkatan Kuota Penerimaan Program Sarjana Kedokteran, Program Dokter Spesialis, dan Penambahan Program Studi Dokter Spesialis melalui Sistem Kesehatan Akademik pada Selasa (12/7/2022).
"Salah satu strategi yang disepakati dalam implementasi sistem ini, di antaranya peningkatan kuota penerimaan mahasiswa program sarjana kedokteran dan dokter spesialis dan penambahan prodi dokter spesialis, sesuai prioritas kebutuhan dari Kemenkes. Ini adalah prinsip dasar perubahan transformasi ini,” jelas Mendikbudristek Nadiem Makarim dalam siaran pers, Selasa (12/7/2022).
Kemkes dan Kemendibudristek juga menyatakan berkomitmen mempercepat pemenuhan kebutuhan dosen di rumah sakit pendidikan melalui beberapa inisiatif, seperti pengusulan Nomor Induk Dosen Khusus (NIDK) bidang Kedokteran, pemberian penugasan dan bimbingan teknis untuk perguruan tinggi, alokasi beasiswa LPDP, penguatan sistem seleksi mahasiswa, serta penjaminan mutu lulusan kedokteran melalui uji kompetensi.
Selain itu, isu kekurangan jumlah dokter juga sempat menjadi perhatian DPR RI. Informasi ini dikutip dari artikel berjudul "Isu Kurangnya Jumlah Dokter Harus Jadi Fokus Pemerintah" yang dimuat situs dpr.go.id pada 12 Januari 2023.
Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda menilai isu terkait kurangnya jumlah dokter di Indonesia harus menjadi fokus perhatian pemerintah. Salah satu solusi untuk menanganinya adalah dengan memprioritaskan pemberian beasiswa LPDP kepada peserta pendidikan bidang kedokteran.
"Saat ini jumlah dokter di Indonesia masih jauh di bawah standar ideal yang ditetapkan oleh WHO. Maka sudah selayaknya jika ada percepatan pemenuhan kebutuhan dokter di Indonesia. Salah satunya dengan mengatur prioritas pemberian beasiswa LPDP untuk peserta pendidikan di bidang kedokteran," ujar Syaiful Huda dalam keterangan yang diterima tim Parlementaria, Rabu (10/01/2023).
Huda menilai salah satu kendala studi bidang kedokteran adalah tingginya biaya yang harus ditanggung. Sehingga, dengan adanya prioritas penggunaan LPDP bagi peserta pendidikan di bidang kedokteran, hal itu akan meningkatkan minat lulusan SMA mengambil studi kedokteran.
"Jika ada jaminan pembiayaan studi bagi mereka yang memenuhi kualifikasi, maka kami yakin jika kekurangan dokter di Indonesia bisa dipenuhi dalam waktu relatif singkat," lanjutnya.
Berdasarkan standar WHO, lanjut Huda, jumlah ideal dokter adalah 1:1.000 penduduk. Dengan demikian, jumlah penduduk Indonesia sekitar 270 juta jiwa, maka kebutuhan dokter di Indonesia mencapai 270.000.
"Sementara berdasarkan data dari Kemenkes dokter eksisting berjumlah sekitar 140 ribu jiwa. Ini artinya ada kekurangan jumlah dokter sekitar 130.000 orang," katanya.
Di sisi lain, Huda menyebutkan bahwa rata-rata lembaga penyelenggara pendidikan di Indonesia hanya mampu meluluskan 12.000 calon dokter per tahunnya. Melihat dari hal itu, maka butuh waktu sekitar 10 tahun agar bisa memenuhi kebutuhan jumlah ideal dokter di Indonesia.
"Ini belum jika ada perkembangan jumlah penduduk. Maka dibutuhkan langkah terobosan untuk memperbesar kuota lulusan dokter di Indonesia," katanya.
Politisi Fraksi PKB ini mengungkapkan, sebenarnya sudah ada upaya memperbesar kuota lulusan dokter di Indonesia. Salah satunya yakni dalam bentuk Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Kesehatan dan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi untuk memperbesar kuota penerimaan program sarjana kedokteran, program dokter spesialis, dan penambahan program studi dokter spesialis.
"Namun penambahan kuota ini tidak akan berdampak besar jika tidak ada intervensi untuk memastikan peningkatan jumlah peserta didik program kedokteran. Maka harus ada kepastian dari pemerintah agar ada jaminan beasiswa bagi mereka yang memenuhi kualifikasi. Salah satunya melalui redistribusi pemberian beasiswa LPDP," pungkasnya.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa kebutuhan dokter di Indonesia masih di bawah standar yang ditetapkan World Health Organization (WHO), yakni 1 dokter per 1.000 penduduk.
"Saat ini jumlah dokter yang dibutuhkan di Indonesia sekitar 270 ribu, sementara saat ini baru ada sebanyak 140 ribu. Artinya, masih ada kekurangan dokter sebanyak 130 ribu,” ujar Menkes Budi dalam siaran persnya, Selasa (12/7/2022).
Menurut Menkes Budi, saat ini jumlah lulusan dokter di Indonesia hanya 12 ribu orang per tahun. Dengan demikian, jika tidak ada perubahan signifikan, kekurangan dokter itu baru bisa dicapai dalam waktu 10 tahun mendatang.
Untuk menghindari kondisi tersebut, Kemenkes kini mengadakan kerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) demi mempercepat pemenuhan kebutuhan dokter di Indonesia.
Kerja sama itu diresmikan lewat penandatanganan Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang Peningkatan Kuota Penerimaan Program Sarjana Kedokteran, Program Dokter Spesialis, dan Penambahan Program Studi Dokter Spesialis melalui Sistem Kesehatan Akademik pada Selasa (12/7/2022).
"Salah satu strategi yang disepakati dalam implementasi sistem ini, di antaranya peningkatan kuota penerimaan mahasiswa program sarjana kedokteran dan dokter spesialis dan penambahan prodi dokter spesialis, sesuai prioritas kebutuhan dari Kemenkes. Ini adalah prinsip dasar perubahan transformasi ini,” jelas Mendikbudristek Nadiem Makarim dalam siaran pers, Selasa (12/7/2022).
Kemkes dan Kemendibudristek juga menyatakan berkomitmen mempercepat pemenuhan kebutuhan dosen di rumah sakit pendidikan melalui beberapa inisiatif, seperti pengusulan Nomor Induk Dosen Khusus (NIDK) bidang Kedokteran, pemberian penugasan dan bimbingan teknis untuk perguruan tinggi, alokasi beasiswa LPDP, penguatan sistem seleksi mahasiswa, serta penjaminan mutu lulusan kedokteran melalui uji kompetensi.
Selain itu, isu kekurangan jumlah dokter juga sempat menjadi perhatian DPR RI. Informasi ini dikutip dari artikel berjudul "Isu Kurangnya Jumlah Dokter Harus Jadi Fokus Pemerintah" yang dimuat situs dpr.go.id pada 12 Januari 2023.
Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda menilai isu terkait kurangnya jumlah dokter di Indonesia harus menjadi fokus perhatian pemerintah. Salah satu solusi untuk menanganinya adalah dengan memprioritaskan pemberian beasiswa LPDP kepada peserta pendidikan bidang kedokteran.
"Saat ini jumlah dokter di Indonesia masih jauh di bawah standar ideal yang ditetapkan oleh WHO. Maka sudah selayaknya jika ada percepatan pemenuhan kebutuhan dokter di Indonesia. Salah satunya dengan mengatur prioritas pemberian beasiswa LPDP untuk peserta pendidikan di bidang kedokteran," ujar Syaiful Huda dalam keterangan yang diterima tim Parlementaria, Rabu (10/01/2023).
Huda menilai salah satu kendala studi bidang kedokteran adalah tingginya biaya yang harus ditanggung. Sehingga, dengan adanya prioritas penggunaan LPDP bagi peserta pendidikan di bidang kedokteran, hal itu akan meningkatkan minat lulusan SMA mengambil studi kedokteran.
"Jika ada jaminan pembiayaan studi bagi mereka yang memenuhi kualifikasi, maka kami yakin jika kekurangan dokter di Indonesia bisa dipenuhi dalam waktu relatif singkat," lanjutnya.
Berdasarkan standar WHO, lanjut Huda, jumlah ideal dokter adalah 1:1.000 penduduk. Dengan demikian, jumlah penduduk Indonesia sekitar 270 juta jiwa, maka kebutuhan dokter di Indonesia mencapai 270.000.
"Sementara berdasarkan data dari Kemenkes dokter eksisting berjumlah sekitar 140 ribu jiwa. Ini artinya ada kekurangan jumlah dokter sekitar 130.000 orang," katanya.
Di sisi lain, Huda menyebutkan bahwa rata-rata lembaga penyelenggara pendidikan di Indonesia hanya mampu meluluskan 12.000 calon dokter per tahunnya. Melihat dari hal itu, maka butuh waktu sekitar 10 tahun agar bisa memenuhi kebutuhan jumlah ideal dokter di Indonesia.
"Ini belum jika ada perkembangan jumlah penduduk. Maka dibutuhkan langkah terobosan untuk memperbesar kuota lulusan dokter di Indonesia," katanya.
Politisi Fraksi PKB ini mengungkapkan, sebenarnya sudah ada upaya memperbesar kuota lulusan dokter di Indonesia. Salah satunya yakni dalam bentuk Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Kesehatan dan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi untuk memperbesar kuota penerimaan program sarjana kedokteran, program dokter spesialis, dan penambahan program studi dokter spesialis.
"Namun penambahan kuota ini tidak akan berdampak besar jika tidak ada intervensi untuk memastikan peningkatan jumlah peserta didik program kedokteran. Maka harus ada kepastian dari pemerintah agar ada jaminan beasiswa bagi mereka yang memenuhi kualifikasi. Salah satunya melalui redistribusi pemberian beasiswa LPDP," pungkasnya.
Rujukan
(GFD-2024-15752) Cek Fakta Debat Capres 2024: Prabowo Sebut Indonesia Kekurangan 140.000 Dokter
Sumber:Tanggal publish: 04/02/2024
Berita
Calon presiden (capres) nomor urut 02, Prabowo Subianto, menyebut Indonesia masih kekurangan 140.000 dokter. Hal itu ia sampaikan pada segmen penyamapaian visi-misi debat kelima pasangan capres-cawapres untuk Pemilihan Presien (Pilpres) 2024 di Jakarta Convention Center, DKI Jakarta, Minggu (4/2/2024) malam.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) yang dihimpun Index Mundi, Indonesia hanya memiliki 0,47 dokter per 1.000 penduduk per 2019. Dikutip dari laman resmi milik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, jumlah ideal standar WHO untuk suatu negara adalah adalah 1:1000 atau satu dokter untuk 1.000 penduduk.
Jika dihitung menggunakan jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 270.000, maka jumlah untuk mencapai rasio satu dokter untuk seribu penduduk dibutuhkan tambahan lebih dari 143.100 dokter.
Dengan data dan perhitungan itu, klaim Prabowo Subianto dalam debat kelima capres-cawapres untuk Pilpres 2024 bisa disimpulkan benar.
Perlu diketahui, debat kelima capres-cawapres untuk Pilpres 2024 mengangkat tema Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia, dan Inklusi.
Jika dihitung menggunakan jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 270.000, maka jumlah untuk mencapai rasio satu dokter untuk seribu penduduk dibutuhkan tambahan lebih dari 143.100 dokter.
Dengan data dan perhitungan itu, klaim Prabowo Subianto dalam debat kelima capres-cawapres untuk Pilpres 2024 bisa disimpulkan benar.
Perlu diketahui, debat kelima capres-cawapres untuk Pilpres 2024 mengangkat tema Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia, dan Inklusi.
Rujukan
(GFD-2024-15751) [SALAH] Gliran Seorang Penyanyi yang juga mati di atas podium yang dukung anaknya Jokowi
Sumber: facebook.comTanggal publish: 04/02/2024
Berita
Akun Facebook Itha Muraya https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0xRu47WqgzFxmdkv1vgMaSpSWKkkvb3we6cZ5rhneY9pL8fEeS9Q9GeReunTed2SHl&id=61554966608659&mibextid=Nif5oz (https://ghostarchive.org/archive/zF52U arsip) memposting sebuah video cuplikan ketika Putri D’Academy pingsan saat manggung di acara kampanye 02. Video tersebut diunggah pada 28 Januari 2024 dengan narasi sebagai berikut:
“Stlh viral seorang Kyai yg mati saat mimpin doa demi materi… kini giliran seorang Penyanyi yg juga mati di atas podium yg dukung anaknya Jokowi…
Kini… *Putri Ariani*…
Seorang Artis Dangdut Academy yg ambruk saat acara *”Silaturahmi Kebangsaan Prabowo – Gibran”* di
Kab. Rokan Hulu-Riau
Rabu, 17/12/2023″
“Stlh viral seorang Kyai yg mati saat mimpin doa demi materi… kini giliran seorang Penyanyi yg juga mati di atas podium yg dukung anaknya Jokowi…
Kini… *Putri Ariani*…
Seorang Artis Dangdut Academy yg ambruk saat acara *”Silaturahmi Kebangsaan Prabowo – Gibran”* di
Kab. Rokan Hulu-Riau
Rabu, 17/12/2023″
Hasil Cek Fakta
Beredar sebuah video yang dibagikan oleh akun Facebook bernama Itha Muraya yang berisi cuplikan kejadian saat Putri Isnari, penyanyi D’Academy, pingsan di tengah panggung saat menyanyikan lagu dalam kampanye 02 di Rokan Hulu, Riau.
Video tersebut diunggah dengan klaim narasi bahwa Putri (dalam narasi ditulis sebagai Putri Ariani) meninggal dunia setelah jatuh pingsan dalam konser tersebut.
Setelah ditelusuri, ditemukan fakta bahwa Putri Isnari tidak meninggal dunia. Putri hanya pingsan beberapa saat kemudian kembali sadar.
Kepaada media, Putri mengaku terlalu bersemangat dan memaksakan dirinya meskipun tubuhnya sudah merasakan kelelahan.
“Tadi memang itu karena mungkin terlalu semangat. Pokoknya tadi itu aku udah nggak mikir gitu loh. Aksi panggung itu kayak yang lompat sana lompat sini. Jadi mudah-mudahan sih bisa lebih mengontrol lagi kalau ngerasa udah capek harus bisa mengontrol. Tapi tadi aku gas-gas-gas aja,” kata Putri Isnari pada 26 Desember 2023 sebagaimana dikutip dari Liputan6.
Dengan demikian klaim yang menyebut bahwa Putri D’Academy meninggal setelah pingsan dalam acara 02, tidak benar.
Video tersebut diunggah dengan klaim narasi bahwa Putri (dalam narasi ditulis sebagai Putri Ariani) meninggal dunia setelah jatuh pingsan dalam konser tersebut.
Setelah ditelusuri, ditemukan fakta bahwa Putri Isnari tidak meninggal dunia. Putri hanya pingsan beberapa saat kemudian kembali sadar.
Kepaada media, Putri mengaku terlalu bersemangat dan memaksakan dirinya meskipun tubuhnya sudah merasakan kelelahan.
“Tadi memang itu karena mungkin terlalu semangat. Pokoknya tadi itu aku udah nggak mikir gitu loh. Aksi panggung itu kayak yang lompat sana lompat sini. Jadi mudah-mudahan sih bisa lebih mengontrol lagi kalau ngerasa udah capek harus bisa mengontrol. Tapi tadi aku gas-gas-gas aja,” kata Putri Isnari pada 26 Desember 2023 sebagaimana dikutip dari Liputan6.
Dengan demikian klaim yang menyebut bahwa Putri D’Academy meninggal setelah pingsan dalam acara 02, tidak benar.
Kesimpulan
Faktanya, Putri Isnari tidak meninggal sebagaimana informasi yang beredar. Penyanyi dangdut D’Academy ini pingsan beberapa saat di panggung ketika sedang konser pada kampanye 02 di Rokan Hulu Riau, pada 17 Desember 2023.
Rujukan
(GFD-2024-15750) Cek Fakta: Tidak Benar Dalam Video Ini SBY Menyatakan Dukungan kepada Paslon Nomor Urut 1 di Pilpres 2024
Sumber: liputan6.comTanggal publish: 03/02/2024
Berita
Liputan6.com, Jakarta - Sebuah video yang diklaim Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhyono (SBY) menyatakan dukungan untuk pasangan nomor urut 1 di Pilpres 2024 beredar di media sosial.
Video tersebut disebarkan salah satu akun Facebook pada 31 Januari 2024. Dalam video terlihat SBY yang mengenakan kemeja batik berwarna coklat memberikan pernyataan mendukung paslon nomor urut 1.
Dalam video tersebut juga terdapat klip yang menampilkan capres nomor urut 1, Anies Baswedan yang sedang berkampanye di suatu daerah.
"Saya mendukung penuh pasangan nomor 1 karena pasangan inilah yang paling baik dan yang paling mampu untuk memimpin lima tahun mendatang.
Saya senang dengan tekatnya untuk memimpin dengan adil. Saya mendengar ada perlakuan yang tidak baik terhadap pasangan ini tetaplah tegar. Pastilah Tuhan akan melindungi dan rakyat akan membela," demikian pernyataan SBY dalam video tersebut.
Konten yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 10 ribu kali dibagikan dan mendapat 1.600 lebih komentar dari warganet.
Benarkah dalam video tersebut, SBY menyatakan dukungan kepada paslon nomor urut 1 di Pilpres 2024? Berikut penelusurannya.
Hasil Cek Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri video yang diklaim SBY menyatakan dukungan kepada paslon nomor urut 1 di Pilpres 2024. Hasilnya, ditemukan video identik di situs berbagi video YouTube.
Video tersebut berjudul "SBY Ajak Masyarakat Pilih Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Eramas) di Pilgub Sumut" yang diunggah kanal YouTube SBY & Demokrat for Indonesia pada 24 Juni 2018 lalu.
Berikut gambar tangkapan layarnya.
"Saya mendukung penuh pasangan nomor 1 Eramas (Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah)karena pasangan inilah yang paling baik dan yang paling mampu untuk memimpin dan memajukan Sumatera Utara lima tahun mendatang.
Saya senang dengan tekatnya untuk memimpin dengan adil dan untuk memajukan kesejahteraan masyarakat di provinsi ini.
Saya mendengar ada perlakuan yang tidak baik terhadap pasangan ini tetaplah tegar. Pastilah Tuhan akan melindungi dan rakyat akan membela.
Saya mengajak untuk memilih pasangan ini, pasangan nomor 1, Eramas pasangan Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah atau Ijeck demi masa depan Sumatera Utara yang lebih maju dan bermartabat," demikian pernyataan SBY dalam video tersebut.
Penelusuran juga dilakukan dengan memasukkan kata kunci "pilpres 2024, sby dukung paslon nomor 1" di kolom pencarian Google Search. Namun, tidak ditemukan pernyataan SBY yang mendukung paslon nomor 1 di Pilpres 2024.
Diketahui, SBY yang juga merupakan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat telah menyatakan mengusung pasangan nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai capres-cawapres dalam Pilpres 2024.
Kesimpulan
Video yang diklaim SBY menyatakan dukungan kepada paslon nomor urut 1 di Pilpres 2024 ternyata tidak benar. Faktanya, video tersebut merupakan momen ketika SBY menyampaikan dukungan kepada pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah di Pilkada Sumatera Utara pada 2018.
Rujukan
Halaman: 2694/6014